Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SEDIA STERIL

Disusun Oleh:

 Ahmad Sidiq
1648401110049

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Fakultas Farmasi 2016/2017

1
PERCOBAAN I
PENCUCIAN DAN PENSTERILAN TUTUP KARET, AMPUL,
VIAL, DAN BOTOL INFUS

 
I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan
teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

II.                DASAR TEORI
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara lain sediaan
parental preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan parenteral
merupakan jenis sediaan yang unik diantara bentuk sediaan obat terbagi-bagi, karena sediaan
ini disuntikkan melalui kulit atau membrane mukosa ke bagian tubuh yang paling efisien,
yaitu membrane kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba
dan dari bahan-bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi.
Semua bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia,
atau mikrobiologis (Priyambodo, B., 2007).
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia sekarang ini
yang benar-benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat fisika dan kimia
mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika diberikan pertimbangan utama
dalam pemilihan wadah pelindung (Lachman, 1994).
AMPUL
III.             ALAT DAN BAHAN

Alat :
1.      Autoclave
2.      Ampul
3.      Vial
4.      Botol infus
5.      Tutup karet
6.      Las ampul
7. Glassware
Bahan :

2
1.      Teepol
2.      Aquadest
3.      Alkohol
4.      HCl encer

IV.             CARA KERJA
PROSEDUR PENCUCIAN TUTUP KARET DARI BOTOL INFUS
1. Direndam dalam larutan HCl selama 2 hari.
2. Kemudian, direndam dalam larutan Teepol 1% selama 1 hari
3. Dididihkan rendaman karet pada nomor 2
4. Karet dididihkan lagi dengan rendaman Teepol yang baru
5. Diulang-ulang lagi tindakan nomor 4 sampai larutan terlihat jernih dan bersih.
6. Karet ditambahkan aquadest diautoclave dengan suhu 1150C selama 20 menit.
7. Karet ditambah spiritus dilutes dan aquadest yang sama banyak (1 : 1) atau 2 kali
tergantung dengan jernih tidaknya cairan rendaman, setelah itu diautoclave lagi.
8. Setelah itu, diautoclave lagi 1 kali, tetapi dengan dimasukkan kantong plastic tanpa air
untuk sterilisasi.
PROSEDUR PENCUCIAN AMPUL/VIAL/BOTOL INFUS (ALAT GELAS)
1. Dicuci ampul/vial/infuse dengan HCl encer.
2. Dididihkan ampul/vial/infuse dengan Teepol 1%.
3. Diulangi prosedur no. 2 hingga larutan jernih (maksimal 3 kali).
4. Dicuci ampul/vial/botol infus dengan aquadest
5. Diatur secara rapi dalam oven dan disterilkan dalam suhu 2000C selama 1 jam.

3
PERCOBAAN II
UJI WADAH GELAS UNTUK INJEKSI

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan
teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

II.                DASAR TEORI
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi,
suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan.       (Anief, 2006)

WADAH DAN TUTUP KARET


Ada 2 macam wadah untuk larutan injeksi :
1.      Wadah takaran tunggal (single dose) ialah ampule : 1 mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL, dibuat dari
gelas dan ditutup dengan peleburan.
2.      Wadah takaran berganda ialah vial atau flacon dibuat dari gelas dengan tutup karet dan di
luarnya ditutup dengan tutup (kap) dari aluminium.
3.      Untuk infus dengan botol infus, biasanya 500 mL.
Syarat gelas
1.      Harus netral artinya tidak mengeluarkan alkali hingga dapat menaikkan pH larutan injeksi.
2.      Untuk ampul harus mudah dilebur, pada waktu menutup ampul.
3.      Tidak mudah pecah, dan untuk ampul pada waktu dipotong tidak mengeluarkan pecahan
gelas yang lembut.

Syarat karet
Harus memenuhi syarat-syarat mengenai sifat fisis maupun khemis dan diperhatikan
keadaan bahwa tutup karet akan kontak dengan larutan-larutan pada tekanan dan suhu yang
tinggi.
Syarat karet
1.      Harus elastis, dapat menutup baik pada pencoblosan atau larutan tak keluar dari samping
jarum, dan apabila jarum ditarik, akan menutup lagi. (Jarum yang dimaksud ialah jarum
suntik).
2.      Permukaan lapisan karet harus licin dan tak berlubang agar dapat dicuci bersih.

4
3.      Tutup karet harus dibuat sedemikian rupa, hingga sehabis sterilisasi karena penurunan
tekanan dalam yang dengan demikian menjamin penutupan wadah itu dengan sempurna.
4.      Bagian-bagian yang dapat larut
Pada pemanasan dari tutup karet pada 1150C selama 300 dalam aquadest maka cairan harus
tak mempunyai rasa, tak berbau, dan tak ada sisa penguapan, tak boleh ada bahan reduksi dan
logam-logam yang berasal dari proses vulkanisasi.
Pengetiketan
Pengetiketan dipakai untuk menyatakan semua etiket dan segala sesuatu yang tertulis,
tercetak, atau terukir yang terdapat pada wadah obat suntik atau pada setiap kontak atau
pembungkusnya, kecualipada kemasan untuk pengangkutan.
Pada etiket wadah obat suntik harus tertera :
1.      Nama obat.
2.      Presentase masing-masing bahan obat atau kadar masing-masing bahan obat tiap satuan
volume.
3.      Nama pembuat.
4.      Nama dan kadar zat bakteriostatik yang ditambahkan.
5.      Nama dan kadar zat tambahan untuk penyesuaian pH dan tonisitas.
6.      Untuk sediaan padat, susunan, dan jumlah tiap zat.
7.      Susunan dan jumlah cairan pembawa yang dibutuhkan untuk memperoleh obat suntik.
8.      Jika obat suntik dibuat menurut cara aseptik dan belum diperiksa sterilitasnya harus ditulis.
Untuk pemakaian segera, dibuat secara aseptic.
9.      Letak etiket pada wadah harus tida menutupi seluruh permukaan untuk memungkinkan
pemeriksaan isi wadah.
Tanggal Kadaluwarsa
Disebut pula dengan istilah = Expiration Date = expire. Tanggal kadaluwarsa
dinyatakan dalam bulan dan tahun an dimaksudkan bahwa sampai dengan tanggal yang
dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat baku. (Anief,
2007)
Cara Sterilisasi. Sediaan disterilkan dengan cara berikut :
a.       Pemanasan dalam otoklaf, sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang
cocok, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100 mL,
sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh pada suhu 1150 dampai 1160 selama 30 menit. Jika
volume dalam tiap wadah lebih dari 100 mL, waktu sterilisasi diperpanjang, hingga seluruh
isi tiap wadah berada pada suhu 1150 sampai 1160 selama 30 menit.
b.      Pemanasan dengan bakterisida, sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan
bakterisida yang cocok dalam air untuk injeksi. Isikan ke dalam wadah, kemudian ditutup
kedap. Jika volume pada tiap wadah tidak lebih dari 30 mL, panaskan pada suhu 98 0 sampai

5
1000 selama 30 menit. Jika volume dalam wadah lebih dari 30 mL waktu sterilisasi
diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 980 sampai 1000 selama 30
menit.
c.       Penyaringan, larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah
akhir yang steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik oseptik.
d.      Pemanasan kering, sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian
ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah cemaran.
(Anonim, 1979)

III.             ALAT DAN BAHAN


Alat :
1.      Autoclave
2.      Glassware
3.      Botol infus kaca
4.      Alumunium foil
5.      Bunsen
6.      Tabung reaksi
7.      Penjepit kayu
Bahan :
1.      Air bebas CO2
2.      H2SO4 0,01N
3.      Aquadest
4.      Aceton
5.      Indikator metil merah
6.      Asam Hipofosfit encer
7.      Asam Klorida
8.      Natrium Sulfida

IV.             CARA KERJA
BATAS KEBASAAN

1. Dibuat aqua bebas CO2


2. Disiapkan 3 botol infus volume 250 mL
3. Dibilas bagian dalam dengan aquadest dan aqua bebas CO2 secara bergantian hingga
dirasa sempurna (maksimal 4 kali untuk masing-masing larutan pembilas)
4. Diisi setiap botol dengan aqua bebas CO2 hingga masing-masing botol 90% terisi
5. Ditutup mulut botol dengan alumunium foil yang sudah dibilas dengan aseton

6
6. Botol diautoclave pada 1150C selama 20 menit
7. Dikeluarkan botol, didinginkan sebentar, kemudian 100 mL isi botol dituang dalam
Erlenmeyer untuk titrasi.
8. Ditambahkan 5 tetes indikator metil merah, kemudian dilakuka titrasi menggunakan
H2SO40,01 N
9. Dilakukan titrasi blangko menggunakan 100 mL aqua bebas CO2

BATAS TIMBAL
1. Dipipet 10 mL air dari wadah yang dikerjakan menurut cara yang tertera pada batas
kebasaan, ke dalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 1 tetes Asam Klorida PPb dan 3 tetes larutan Natrium Sulfida P
3. Dilihat ada tidaknya warna coklat

7
PERCOBAAN III
INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan
teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

II.                DASAR TEORI
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam
kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi,
suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan.
Syarat-syarat obat suntik :
1.      Aman
2.      Harus jernih
3.      Tidak berwarna
4.      Sedapat mungkin isohidris
5.      Sedapat mungkin isotonis
6.      Harus steril
7.      Bebas pirogen
Zat Pembawa Berair
Untuk injeksi berair umunya digunakan air sebagai zat pembawa. Dapat pula
digunakan sebagai zat pembawa injeksi Natrium Klorida, Injeksi Natrii Klorida majemuk,
Injeksi Glukosa, campuran gliserol dan etanol. Zat pembawa berair harus bebas pirogen.
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi,
dibuat dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam
yang cocok dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya
ditampung dan segera digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera
ditampung.
Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar
selama 10 menit sambil dicegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan
dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan
dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anonim, 2006).

WADAH DAN TUTUP KARET


Ada 2 macam wadah untuk larutan injeksi :

8
1.      Wadah takaran tunggal (single dose) ialah ampule : 1 mL, 2 mL, 5 mL, 10 mL, dibuat
dari gelas dan ditutup dengan peleburan.
2.      Wadah takaran berganda ialah vial atau flacon dibuat dari gelas dengan tutup karet dan
di luarnya ditutup dengan tutup (kap) dari aluminium.
3.      Untuk infus dengan botol infus, biasanya 500 mL.
Syarat gelas
1.      Harus netral artinya tidak mengeluarkan alkali hingga dapat menaikkan pH larutan
injeksi.
2.      Untuk ampul harus mudah dilebur, pada waktu menutup ampul.
3.      Tidak mudah pecah, dan untuk ampul pada waktu dipotong tidak mengeluarkan
pecahan gelas yang lembut.
Syarat karet
1.      Harus elastis, dapat menutup baik pada pencoblosan atau larutan tak keluar dari samping
jarum, dan apabila jarum ditarik, akan menutup lagi. (Jarum yang dimaksud ialah jarum
suntik).
2.      Permukaan lapisan karet harus licin dan tak berlubang agar dapat dicuci bersih.
3.      Tutup karet harus dibuat sedemikian rupa, hingga sehabis sterilisasi karena penurunan
tekanan dalam yang dengan demikian menjamin penutupan wadah itu dengan sempurna.
4.      Bagian-bagian yang dapat larut
Pada pemanasan dari tutup karet pada 1150C selama 300 dalam aquadest maka cairan harus
tak mempunyai rasa, tak berbau, dan tak ada sisa penguapan, tak boleh ada bahan reduksi dan
logam-logam yang berasal dari proses vulkanisasi.
Pengetiketan
Pengetiketan dipakai untuk menyatakan semua etiket dan segala sesuatu yang tertulis,
tercetak, atau terukir yang terdapat pada wadah obat suntik atau pada setiap kontak atau
pembungkusnya, kecualipada kemasan untuk pengangkutan.
Pada etiket wadah obat suntik harus tertera :
1.      Nama obat.
2.      Presentase masing-masing bahan obat atau kadar masing-masing bahan obat tiap satuan
volume.
3.      Nama pembuat.
4.      Nama dan kadar zat bakteriostatik yang ditambahkan.
5.      Nama dan kadar zat tambahan untuk penyesuaian pH dan tonisitas.
6.      Untuk sediaan padat, susunan, dan jumlah tiap zat.
7.      Susunan dan jumlah cairan pembawa yang dibutuhkan untuk memperoleh obat suntik.
8.      Jika obat suntik dibuat menurut cara aseptik dan belum diperiksa sterilitasnya harus ditulis.
Untuk pemakaian segera, dibuat secara aseptic.

9
9.      Letak etiket pada wadah harus tida menutupi seluruh permukaan untuk memungkinkan
pemeriksaan isi wadah.
Tanggal Kadaluwarsa
Disebut pula dengan istilah = Expiration Date = expire. Tanggal kadaluwarsa
dinyatakan dalam bulan dan tahun an dimaksudkan bahwa sampai dengan tanggal yang
dimaksud, mutu dan kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat baku. (Anief,
2007)
Cara Sterilisasi. Sediaan disterilkan dengan cara berikut :
a.       Pemanasan dalam otoklaf, sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang
cocok, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 100 mL,
sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh pada suhu 1150 dampai 1160 selama 30 menit. Jika
volume dalam tiap wadah lebih dari 100 mL, waktu sterilisasi diperpanjang, hingga seluruh
isi tiap wadah berada pada suhu 1150 sampai 1160 selama 30 menit.
b.      Pemanasan dengan bakterisida, sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan
bakterisida yang cocok dalam air untuk injeksi. Isikan ke dalam wadah, kemudian ditutup
kedap. Jika volume pada tiap wadah tidak lebih dari 30 mL, panaskan pada suhu 98 0 sampai
1000 selama 30 menit. Jika volume dalam wadah lebih dari 30 mL waktu sterilisasi
diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 980 sampai 1000 selama 30
menit.
c.       Penyaringan, larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah
akhir yang steril, kemudian ditutup kedap menurut teknik oseptik.
d.      Pemanasan kering, sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian
ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah cemaran.
         AMINOPHYLLIN INJECTIO (Injeksi Aminofilin)
Injeksi Aminofilin mengandung Teofilin, C7H8N4O2, tidak kurang dari 73,5% dan tidak
lebih dari 88,25% dari jumlah yang tertera pada etiket. Keasaman-kebasaan pH 9,2 sampai
9,6. Syarat injeksi memenuhi syarat injeksi yang tertera pada injections. Penyimpana dalam
wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, sebaiknya dalam wadah dosis tunggal,
terlindungi cahaya (Anonim, 1979).

III.             ALAT DAN BAHAN


Alat :
1.      Autoclave
2.      Inkubator
3.      Glassware
4.      Ampul
5.      timbangan

10
Bahan :
1.      Theophylin
2.      Etilendiamin
3.      Aqua p.i
4.      Karbo adsorben
5.      Metilen Blue
6.      Phenol

IV.             FORMULA
R/  Theophylin                  2,0 g
      Etilendiamin                0,55 g
      Aqua p.i          ad        100 mL

V.                CARA KERJA

1. Dihitung tonisitas larutan yang akan dibuat.


2. Dibuat aqua bebas karbondioksida. (2)
3. Dilarutkan teofilin dengan sebagian aqua bebas CO2. (3)
4. Dicampurlah etilen diamin dengan sebagian aquadest.
5. Larutan (2) ditambah dengan larutan (3) tetes demi tetes sampai larutan campuran (2
dan 3) betul-betul jernih dan pH larutan antara 9,5 – 9,6.
6. Digojok larutan dengan karbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama 5-10
menit, didiamkan, kemudian sering hingga jernih.
7. Dimasukkan larutan ke dalam ampul sesuai volume yang diminta, ditutup, dan
disterilkan dalam autoklaf 1100C selama 30 menit atau 1200C selama 20 menit.

Diperiksa larutan terhadap: pH, kebocoran, partikel, sterilitas, pyrogen, dll.


KONTROL KUALITAS
a.       Uji pH
1. Diambil larutan sebanyak 10 mL
2. Diukur pH larutan dengan pH meter yang sudah dikalibrasi.
3. Dicatat hasilnya.
b.      Uji Kebocoran
1. Uji dengan larutan warna (Dye Bath Test)
2. Dibuat larutan metilen blue 0,0025% (b/v) dalam larutan phenol 0,0025% (b/v)
sebanyak 250 mL.
3. Diampul-ampul direndam ke dalam larutan tersebut.

11
4. Dimasukkan dalam bejana vakum sampai 70 mmHg (0,96 kg/cm2) dan dijaga selama
tidak kurang dari 15 menit.
5. Diamati hasilnya. Ampul-ampul yang berwarna biru harus dibuang.

c.       Uji bebas partikel asing


1. Diambil larutan sebanyak 10 mL
2. Diukur pH larutan dengan pH meter yang sudah dikalibrasi.
3. Dicatat hasilnya.

12
PERCOBAAN IV
LARUTAN ELEKTROLIT

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan
teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

II.                DASAR TEORI
Larutan injeksi dan infuse ( intravena, subkutan, intramuskular ) dan larutan bahan obat
yang ditetapkan penggunaannya pada mata, sebaiknya memiliki sifat yang dapat diterima
dengan baik, yang jika dibandingkan dengan cairan darah, cairan jaringan atau cairan air
mata harus sesuai yakni diisotonisasikan, artinya turunnya titik beku terhadap air murni
dibuat sama (Voight, R, 1971).
           Berikut adalah tanda-tanda dan gejala-gejala yang digunakan untuk menentukan
keseimbangan cairan : haus, turgor kulit, denyut nadi, perubahan berat badan, daftar cairan
masuk dan cairan keluar, osmolitas serum, volume urine, tekanan vena juguler dan tekanan
vena sentral (Anonim, 2003).
III.             ALAT DAN BAHAN
LARUTAN RINGER LAKTAT
Alat :
1.      Penangas air
2.      Glassware
3.      Botol bening
4.      Timbangan
Bahan :
1.      Natrium laktat
2.      NaCl
3.      KCl
4.      CaCl2.2H2O
5.      Aqua p.i.
6.      Karbo adsorben
7.      HCl 0,1 N – NaOH 0,1 N
MULTIPLE ELEKTROLIT
Alat :
1.      Penangas air
2.      Glassware
3.      Botol bening

13
4.      Timbangan
Bahan :
1.      Natrium laktat
2.      NaCl
3.      KCl
4.      CaCl2.2H2O
5.      Aqua p.i.
6.      Karbo adsorben
7.      HCl 0,1 N – NaOH 0,1 N

IV.             FORMULA
LARUTAN RINGER LAKTAT
R/              Natrium laktat                         0,31
                  NaCl                                        0,6
                  KCl                                         0,03
                  CaCl2.2H2O                            0,01
                  Aqua p.i. ad                            100 mL

MULTIPLE ELEKTROLIT
R/              Natrium acetate                       0,36
                  NaCl                                        0,52
                  KCl                                         0,03
                  Na Gluconate                          0,50
                  MgCl hexahidrate                   0,03
                  Na Citrate dehydrate              0,17
                  Aqua p.i. ad                            100 mL

V.                CARA KERJA
LARUTAN RINGER LAKTAT

1. Dicek apakah larutan isotonis atau tidak isotonis.


2. Dididihkan aquadest.

3. Dilarutkan semua bahan ke dalam aquadest panas.


4. Dicek pH larutan antara 5-7, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N, sedangkan bila
kurang basa ditambahkan NaOH 0,1 N.
5. Ditambahkan sisa aquanya.

14
6. Digojok larutan dengan karbo adsorben 0,1 %, didiamkan, kemudian disaring hingga
jernih.
7. Dimasukkan larutan dalam wadah yang sesuai dengan tutup.
8. Disterilisasi dengan uap mengalir (dikukus) 1000C selama 30 menit.
9. Diperiksa larutan terhadap: pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan.
10. Diberi etiket.
MULTIPLE ELEKTROLIT
1. Dicek apakah larutan isotonis atau tidak isotonis.
2. Dididihkan aquadest.
3. Dilarutkan semua bahan ke dalam aquadest panas.
4. Dicek pH larutan antara 5-7, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N, sedangkan bila
kurang basa ditambahkan NaOH 0,1 N.
5. didiamkan, kemudian disaring hingga jernih.
6. Dimasukkan larutan dalam wadah yang sesuai dengan tutup.
7. Disterilisasi dengan uap mengalir (Ditambahkan sisa aquanya.
8. Digojok larutan dengan karbo adsorben 0,1 %, dikukus) 1000C selama 30 menit.
9. Diperiksa larutan terhadap: pH, kebocoran,partikel asing, kejernihan.
10. Diberi etiket.

15
PERCOBAAN V
SOLUTIO ANTICOAGULANT
  
 

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan
teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

II.                DASAR TEORI
.
Penggolongan : antikoagulansia dapat dibagi dalam dua golongan, yakni obat dengan
kerja langsung dan kerja tak langsung.
Penggunaan : antikoagulansia digunakan pada trombo emboli, termasuk
tromboflebitis (radang vena), setelah pembedahan di mana terdapat faktor-faktor yang
memudahkan terjadinya thrombosis, terutama thrombosis koroner.
Secara preventif, antikoagulansia digunakan untuk mencegah terbentuknya trombi
(darah beku) pada aterosklerosis misalnya pada gangguan sirkulasi akibat penyempitan
pembuluh. Penggunaan secara profilaktis setelah infark jantung ternyata tidak mengurangi
risiko serangan kedua, namun terjadinya trombose perifer dapat dicegah dengan efektif.
(Rahardja, 2007)
Fase koagulasi pada hemostatis berperan dalam pembentukan klot darah. Obat ini
bekerja dengan mempengaruhi fase koagulasi hemostatis, atau menghambat perkembangan
dan perluasan pembentukan klot darah. Efek samping dari penggunakan antikoagulan
tersebut adalah hemoragi atau perdarahan. Seperti obat antiplatelet, obat antikoagulan juga
tidak efektif terhadap klot darah yang sudah terbentuk dan tidak dapat melarutkan atau
melisis klot tersebut, sehingga penggunaannya hanya bersifat preventif. Obat antikoagulan
mencegah atau memperlambat pembentukan klot darah yang terjadi. Obat ini digunakan pada
terapi propilaksis thrombosis arteri maupun vena, dan pada pasien yang mengalami fabrilasi
atrium bisa menurunkan risiko embolisme dan strok. Obat golongan ini dibagi menjadi dua
berdasarkan cara pemberiannya yaitu antikoagulan injeksi dan oral.
1.  Antikoagulan injeksi : contohnya heparin, obat bekerja dengan mempengaruhi aktivitas faktor
pembentuk klot, baik pada jalur intrinsic dan ektrinsik. Heparin beraksi dengan mengikat anti
thrombin (AT) III (inhibitor enzim hemostatis), selanjutnya meningkatkan aktivitas ATIII.
Komplek heparin dan ATIII dapat menghambat faktor pembentuk thrombin, dan selanjtnya
menghambat pembentukkan klot darah. Ringkasnya, heparin (berikatan dengan ATIII)
mempercepat proses pembentukan klot darah. Heparin sering dalam bentuk low-molecular-

16
weight (LMW) heparin, digunakan secara akut dalam jangka pendek. Protamin merupakan
antagonis heparin, digunakan pada kasus perdarahan yang disebabkan heparin.
2.   Antikoagulan oral : contohnya warfarin dan dikumarol. Warfarin merupakan antagonis
vitamin K. vitamin K merupakan vitamin larut lemak yang berasal dari tanaman. Vitamin K
sangat penting dalam pembentukan faktor pembentuk klot, dan dalam sintesis faktor tersebut
membutuhkan vitamin Ksebagai co-faktor. (Nugroho, 2012)
Efek sampingnya : berupa perdarahan hebat, antara lain di lambung-usus, terutama
pada over-dose. Juga reaksi kepekaan yang serius, karena heparin adalah suatu zat allergen,
yakni suatu zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Bila terjadi perdarahan, misalnya dari
hidung, perlu segera diberikan zat penawar vitaminK1 secara oral (5-10 mg). pemberian
vitamin K yang merupakan antagonis dari zat kumarin akan menormalkan kadar protrombin
dalam darah, walaupun efek klinisnya baru tampak setelah beberapa jam. (Rahardja, 2007)
Antikoagulan Pengikat Ion Kalsium
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat,
bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak toksik. Tetapi dosis
yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 mL dapat menyebabkan
depresi jantung.
Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar
tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium
edetat mengikat kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.
Untuk pemilihan obat antikoagulan dan antitrombolitik yang tepat ada baiknya anda
harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter. ( Mediastore, 2011 )

III.             ALAT DAN BAHAN

Alat :
1.      Timbangan
2.      Glassware
3.      Botol bening
4.      Autoclave
Bahan :
1.      Acidum Citricum 1 H2O
2.      Na Citrat Tribacicum 5 H2O
3.      Glukosa p.i. anhydrous
4.      Aqua p.i
5.      HCl 0,1 N
6.      NaOH 0,1 N

17
7.      Karbo adsorben

IV.             FORMULA
R/              Acidum Citricum 1 H2O                     4,7
                  Na Citrat Tribacicum 5,5 H2O            16
                  Glukosa p.i anhydrous                        25
                  Aqua p.i ad                                         1000 mL
 

V .              CARA KERJA
1. Dicek apakah larutan isotonis atau tidak isotonis
2. Dididihkan aqua, dilarutkan gula dalam keadaan panas
3. Dilarutkan bahan lainnya dalam keadaan dingin
4. Dicampur larutan gula dengan no. 3 ditambahkan sisa aquanya
5. Diatur pH 5 – 6, jika kurang asam ditambahkan HCl 0,1 N, sedangkan bila kurang
basa ditambahkan NaOH 0,1 N
6. Digojok larutan dengan karbo adsorben 0,1% didiamkan, kemudian disaring
hingga jernih
7. Dimasukkan ke dalam botol yang sesuai dan ditutup
8. Disterilisasikan dengan autoclave 1200C selama 20 menit
9. Setelah dingin di cek/uji larutan: pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan
10. Diberi etiket

18
PERCOBAAN VI
LARUTAN UNTUK MATA

I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan
teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

II.          DASAR TEORI


Obat mata ini pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam :
1.      Obat cuci mata (collyria)
2.      Obat tetes mata (guttae opthalmicae)
3.      Salep mata
Pada dasranya sebagai obat mata biasanya dipakai :
1.  Bahan-bahan yang bersifat antiseptika (dapat memusnahkan kuman-kuman pada
selaput lender mata), misalnya asam borat, protargol, kloramfenikol, basitrasina, dan
sebagainya.
2.     Bahan-bahan yang bersifat mengecutkan selaput lender mata (adstringentia),
misalnya seng sulfat.
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan mengenai kebersihannya,
pH yang stabil, dan mempunyai tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose
darah. Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan, sedangkan pada
pembuatan obat tetes mata harus disterilkan. (Anief, 1999)

Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lender mata di sekitar kelopak mata dan
bola mata.
Tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu :
1.         Steril
2.         Sedapat mungkin isohidris
3.         Sedapat mungkin isotonis

19
Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilitas dicapai dengan
menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara aseptis, dan menggunakan
penambahan zat pengawet dan botol atau wadah yang steril. Isotonis dan pH yang
dikehendaki diperoleh dengan menggunakan pelarut yang cocok.
Pelarut yang sering digunakan adalah :
1.   Larutan 2% Asam Borat (pH = 5)
2.   Larutan Boraks – Asam Borat (pH = 6,5)
3.   Larutan basa lemah Boraks – Asam Borat (pH = 8)
4.   Aquadestillata
5.   Larutan NaCl 0,9%(Widjajanti, 1989)

Anatomi dan Fisiologi


Obat tetes mata yang digunakan harus diserap masuk ke dalam mata untuk
dapat member wfwk. Larutan obat tetes mata segera campur dengan cairan lakrimal
dan meluas di permukaan kornea dan konjungtiva, dan obatnya harus masuk melalui
kornea menembus mata.
Mata terdiri dari kornea yang bening dan sclera yang tertutup oleh salut
pelindung dan berserabut, berwarna putih, rapat, dan tidak ada saluran darah.
Permukaan luas dari salut sclera terdapat membrane konjungtiva, membrane mukosa
yang tipis ini merupakan exterior coating yang kontinu pada bagian yang putih dari
mata dan aspek dalam dari penutup. Jaringan konjungtiva mengandung banyak
glandula mukosa yang uniseluler dan berguna untuk pemeliharaan mata umumnya.
Jaringan ini mengandung banyak saluran darah dan terutama kaya akan
saluran limfe. Saluran darah ini kolap, dan melebar bila ada iritasi oleh zat asing,
infeksi mikrobial atau lainnya.
Obat yang menembus ke dalam konjungtiva, sebagian dihilangkan oleh aliran
cairan melalui konjungtiva darah, sistem limfe.
Di bawah ini terletak sclera yang berserabut dan rapat. Bagian kornea
merupakan jaringan vaskuler, transparan, dan sangat tipis.
Sel-sel epitel pada permukaannya mengandung komponen lipoid. Pada kornea
ini banyak sekali urat syarat sensoris yang bebas dan berakhir antara sel-sel epitel dan
permukaan. Karena itu sangat peka terhadap stimuli dan penjamahan. (Anief, 2000)

III.             ALAT DAN BAHAN


TETES MATA KHLORAMFENIKOL
Alat :
1.      Glassware

20
2.      Vial
3.      Timbangan
Bahan :
1.      Kloramfenikol
2.      Asam Borat
3.      Na Tetra Borat
4.      Nipagin
5.      Aqua destilata
6.      HCl 0,1 N – NaOH 0,1 N
INTRAOCULAR IRRIGATING SOLUTION
Alat :
1.      Glassware
2.      Vial
3.      Timbangan
Bahan :
1.      NaCl
2.      KCl
3.      CaCl dehydrate
4.      MgCl hexahidrate
5.      Na Acetate trihydrate
6.      Na Citrate dehydrate
7.      NaOH 0,1 N – HCl 0,1 N
8.      Aqua P.I

IV.             FORMULA
TETES MATA KHLORAMFENIKOL
R/              Kloramfenikol                            50 mg
                  Asam borat                             150 mg
                  Na Tetra Borat                         30 mg
                  Nipagin                                   100 µg

INTRAOCULAR IRRIGATING SOLUTION


R/              NaCl                                        0,64
                  KCl                                         0,075
                  CaCl dehydrate                       0,048
                  MgCl hexahidrate                      0,03
                  Na Acetate trihydrate                 0,39

21
                  Na Citrate dehydrate                  0,17
                  Aqua P.I                                  ad 100 mL

V.        CARA KERJA
TETES MATA KHLORAMFENIKOL

1. Dilarutkan asam borat dan natri tetra borat dalam aquadest


2. Dilarutkan preservative dalam aquadest dan ditambahkan pada larutan 1
3. Dilarutkan kloramfenikol dalam larutan 2 dan ditambahkan sisa aquadest
4. Disterilkan menurut cara B
5. Dimasukkan wadah dan diberi etiket.

    INTRAOCULAR IRRIGATING SOLUTION


1. Dilarutkan semua bahan dalam aqua P.I
2. Diatur pH 7,2 – 7,6, jika kurang asam ditambahkan HCl 0,1 N, sedangkan bila kurang basa
ditambahkan NaOH 0,1 N
3. Dimasukkan ke dalam vial dan ditutup
4. Disterilisasikan dengan autoclave 1200C selama 20 menit
5. Diberi etiket

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.


Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi V. UI Press: Jakarta.
N.Voight. R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press : Yogyakarta
Anonim, 2001. Obat Anti Koagulan. (http://mediastore.com/apotik online/obat
jantung/antikoagulan.htm)
Endro Nugroho, Agung. 2012. Farmakologi. Pustaka Pelajar. Jakarta
Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. PT Elek Media Komputindo. Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai