Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIKUM 1 TEKNOOGI

SEDIAN FARMASI STERIL

“PENCUCIAN DAN STERILISASI PENGEMASAN”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SRI ENDANG PANGESTI

NIM : 204820103034

KELOMPOK : B (3)

DOSEN PENGAMPU : 1. Apt. Galih Pratiwi, S.Farm.,M.Sc

2. Ulik Alta,S.Farm.,M.Kes

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAN FARMASI STERIL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


‘AISYIYAH PALEMBANGTAHUN AJARAN
2023-2024
BAB I

PENCUCIAN DAN STERILISASI PENGEMASAN

I. TUJUAN PRAKTIKUM
● Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
melakukan pencucian dan sterilisasi karet, ampul,
vial, dan botol infuse dengan metode yang sesuai
● Mahasiswa dapat melakukan sterillisasi alat dan
bahan dengan pemanasan kering (oven) dan
pemanasan basah (autoclave).
● Mahasiswa dapat membuat larutan Hcl 2 % dan tepol 1%.

II. DASAR TEORI

Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan proses dengan


metode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk
keadaan yang tidak dapat ditampilkan lagi adanya mikroorganisme
strerilisasi cukup banyak. Metode sterilisasi cukup banyak, namun
alternatif yang dipilih Sangat bergantung padak eadaan serta kebutuhan
setempat.Apapun pilihan metodenya, pada tetap menjaga kualitas hasil
sterilisasi. (Raudah, 2017).

Sterilisasi adalah proses penghilangan atau membunuh


mikroorganisme(protozoa, jamur, bakteri, mycoplasma, virus) dalam
benda/peralatan untuk menjaga peralatan dilaboratorium tetap
bersih/steril, Serta mencegah terjadinya kontaminasi. Peralatan
laboratorium yang akan
disterilisasi memerlukan bahanpengemas. Kemasan adalah suatu benda
yang digunakan sebagai wadah/tempat yang dikemas dan dapat
mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di itu dari
pencemaran serta gangguan fisik seperti lecet,benturan dan getaran.
(Istini, 2020)

Sterilisasi dapat baik dengan cara fisik maupun kimia.Metodefisik


sebagai pada tindakan pemanasan (proses autoklaf, sterilisasi
internal kering atau sterilisasi internal basah), iradiasi atau pada pedesaan
secaramekanis melalui filtrasi. Cara kimia mencakup sterilisasi gas
dengan etilenoksida atau gas lainnya dan menyampurkan agen pensteril
(misalnya glutalardehid) padalarutan desinfektan. Sterilisasi yang pagar
umum dilakukan dapat berupa:sterilisasi secara fisik (pemanasan,
penggunaan sinar gelombang pendek yangdapat dilakukan selama
senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai
akibat suhu atau tekanan tinggi). Sterilisasi secarakimia (misalnya dengan
penggunaan disinfektan). Sterilisasi secara mekanik,digunakan untuk
beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanantinggi akan
mengalami perubahan,
misalnya adalah dengan saringan/filter(Irianto, 2006).

Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi –


bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang
termasuk sediaan ini antara lain sediaanparental preparat untuk mata dan
preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan orang tua merupakan jenis
sediaan yang unik di antara bentuk
sediaan obat terbagi – bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit
atau membran mukosa ke bagian tubuh yang paling banyak Efesien, yaitu
membran kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari
bahayamikroba dan dari bahan – bahan racun lainnya, serta harus
memiliki tingkat kemurnianya sangat tinggi. Semua bahan dan proses
yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang
untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik,
kimia atau mikrobiologi (Seta, 2010).

Ampul adalah wadah gelas bening dengan


bagian leher menyempit, wadah ini berisi obat dosis
tunggal dalam bentuk cair, untuk mengunakan obat
dari wadah ampul ini, harus mematahkan leher
ampul. Penutup untuk wadah sediaan steril pada
umumnya menggunakan karet.Penutup karet akan
memberikan kemudahan untuk pengambilan isinya
serta tetapdapat memberi perlindungan isinya dari
pengaruh luar.

Vial adalah wadah dosis tunggal atau multi


dosis dengan penutup karet di atasnya, cap logam
melindungi penutup steril sampai vial siap
digunakan. Vial berisi medikasi dalam bentuk cair
dan atau kering, vial

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
● Autoclave ● Natrium karbonat 0,5%
● Glasswerw ● Tepol
● Aquadest
● Alkohol
● HCL encer
IV. CARA KERJA

A. CARA MENCUCI TUTUP KARET BOTOL INFUSE:

Rendam larutan HCL 2% selama 2 hari

Rendam dalam larutan (tepo1% dan Na Carbonat


0,5% selama 1 hari

Rendam karet dlm (2) dididihkan,karet dididihkan


lagi dgan tepo 1% dan Na karbonat 0,5%

Diulang tindakan (4) sampai larutan kehilangan jerni

Kemudian ditambah aquadest,lalu di autoclave 110◦C


20 menit

Karet kemudian ditambah spiritus diletus dan


aquabidts sama banyak 1 kali atau 2xtergantung
jernih tidak nya cairan

Terakhir di autoclave 1 xlagi dalam kantong


plastikuntuk di sterilkan
B. AMPUL,VIAL,BOTOL INFUSE (GLASSWARE)

Rendam ampul,vial,botol infuse dengan HCL encer

Kemudian didihkan dengan campuran sama


banyak tapol 1% dan Na2CO3 0,5%(natrium
karbonat

Ulangi prosedur no 2hingga larutan tetap


jernih(maks3x)

Cucilah ampul,vial,botol infuse dengan aquadest

Atur containerdengan teratur dan rapi dalam oven


sterilkan pada temparatur 200°C selama 1 jam.

V. PERHITUNGAN

VI. DATA HASIL PERCOBAAN

Nama alat Metode Jumlah Keaadan Keaadan


sterilisasi sebelum sesudah
vial Perendaman 1- 10 vial Agak Bening dan
2 hari dan kekuningan bersih
diautoclave
ampul Perendaman 1- 10 ampul Ada bercak Bersih tidak
2 hari dan bercak terdapat
diautoclave partikel
Tutup karet autoclave 10 tutup Ada kotoran bersih
vial
VII. PEMBAHASAN

Sediaan farmasi yang digunakan secara parenteral harus melewati


tahap sterilisasi dalam proses produksinya. Steril adalah suatu keadaan
dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang
patogen(menimbulkan penyakit) maupun apatogen/non patogen
(tidakmenimbulkan penyakit).Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat
dalam bentuk terbagi bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup
(Priyambodo,2007). Sterilisasi yaitu proses untuk mencapai suatu
keadaan yang terbebas dari mikroorganisme hidup baik yang bersifat
patogen maupun non patogen.
Pada praktikum kali ini kami melakukan
pencucian dan sterilisasi pengemas yakni seperti
ampul,vial,tutup karet botol infuse.sterilisasi yang
kami gunakan yakni dengan perendaman alat-alat
yag akan digunakan dengan larutan hcl selama 2 hari
dan larutan tepol.yang kemudian disterilkan lagi
menggunakan autoclave,sterilisasi panas basah atau
Sterilisasi uap air ini lebih efektif dibandingkan
sterilisasi panas kering,karena sterilisasi panas basah
lebih mampu menghancurkan mikroorganisme
hingga ke sporanya dengan suhu 121°C selama 15
menit.
Tujuan dilakukannya pencucian alat yaitu
untuk membersihkan alat yang akan digunakan
sebelum praktikum dilaksanakan,dan kenapa
menggunakan hcl encer karena sifat hcl encer 2%
yang asam kuat dapat membersihkan zat ynag
menempel sangat kuat (sulit lepas) dalam peralatan
gelas.dan tujuan perendaman dengan larutan tepol
1% untuk membersihkan alat gelas dari
mikroorganisme,pirogen dan disenfekan dan tujuan
dari Na2CO3 5% untuk membersihkan sisa asam
dari HCl sehingga kemasan kembali bersifat netral.

Bahan pengemas terbagi menjadi 3 yaitu gelas, plastik, dan


karet.Pada praktikum ini kemasan yang digunakan berbahan gelas
disebuah karet. Pada bahan gelas berupa ampul dan botol kecil.
Sedangkan bahan karet berup atutup karet untuk vial. Bahan yang terbuat
dari gelas memiliki keuntungan diantaranya memiliki sifat lembam (tidak
mengganggu), keras dan kuat, transparan, mudah disterilisasi,
impermeabel. Akan tetapi bahan yang terbuat dari gelas memiliki
kerugian diantaranya yaitu mudah pecah sehingga akan berpengaruh
dalam proses distribusi,berat, sdan terbentuk serpihan-serpihan yang tidak
larut sehingga dapat mempengaruhi aksi obat atau bahkan menimbulkan
toksisitas, serta serpihan gelas dapat melukai ketika membuka ampul.
Sedangkan pada bahan yang terbuat dari karet memiliki keuntungan yaitu
elastis,dapat menutup rapat, tidak terlalu keras sehingga mudah ditembus
jarum, tidakmelepas komponen ke dalam isi, tidak berinteraksi secara
fisika-kimia pada Proses setelah pencucian kemasan yaitu sterilisasi
kemasan.

Sterilisasi kemasan dapat dilakukan dengan metode sterilisasi


kimia, radiasi,sterilisasi uap, sterilisasi panas kering, dan filtrasi. Metode
sterilsasi dipilih berdasarkan sayani dan sifat kemasan itu sendiri.Pada
praktikum sterilisasi kemasan hanya dilakukan dengan metode sterilisasi
panas kering dan sterilisasi uap dengan bertekanan. Sterilisasi panas
kering dilakukan pada kemasan yang berbahan gelas seperti ampul dan
vial. Sedangkan sterilisas iuap dengan tekanan dilakukan pada kemasan
yang berbahan karet seperti tutup karet. Tutup karet dipilih menggunakan
metode sterilisasi uap karena karet tidak tahan terhadap
pemanasan kering karena dapat merusak sifat proteinnya sehingga merusak
keelastisan karet.

Hasil yang diperoleh pada praktikum pencucian dan sterilisasi


kemasan baik sesudah dan sebelum dilakukan pencucian dan sterilisasi
menunjukkan adanya perbedaan. Sebelum dilakukan pencucian dan
sterilisasi kemasan, kemasan tampak kotor dan keruh pada bagian
permukaan dalam maupun luar kemasan.Setelah selesai pencucian dan
sterilisasi kemasan, kemasan tampak bersih, bening pada kemasan
berbahangelas baik dalam maupun luar permukaan, di permukaan dalam
tutup karet juga tampak bersih. Akan tetapi pada botol kecil terdapat 2
buah botol kecilyang pada permukaan luar botol kecil terdapat
kotoran.Kotoran tersebut kemungkinan ditimbulkan dari proses sterilisasi,
dimana loyang untuk menaruh vial tidakdilapisi dengan kertas sehingga
vial yang telah dicuci berkontak langsungdengan loyang yang
sebelumnya tidak dicuci sehingga dapat menimbulkan bekas kotoran baru
yang ada pada vial.

HCI encer digunakan untuk menetralkan sifat alkalis dari tutup


karet, botol ampul vial, dan botol infus akibat proses leburannya. Struktur
botol infus, vial dan tutup karet terdiri dari ikatan silika tetrahedral yang
bersifat basa. Pada temperatur kamar, ion soda silikat dapat berpindah
sehingga bercampur dengan larutan setelah kontak dalam waktu ya ng
skdulm ma. Hla linida patte rj adika ren aso dasi kat in fus, via Idantut
upkar etaka n men gal amihidr olis is oleh adanya airdanakan terbent uk
alka lihidroksi dayang dapat bereaksi dengan obat-obat yang dikemas
didalamnya dan pada akhirnya dapat terjadi degradasi obat. Namun,
sedikit banyaknya pembebasan alkali ini sangat tergantung pada kualitas
baha nala tyangaka ndist erilisasi. Tp of ber fung siseba gaiblrcaf
gjabinlan, bisa juga dig unak an untuk men gura ngilem ak. Tp of
1%berfungs iseba gaiblrcaf gjablnla nyang akan mengikat lemak pada
gelas yang akan terikat pada gugus lipofil dari surfaktan. Selain itu juga
untuk membebaskanpirogen (depirogenasi) dan disinfektan.
VIII. KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa : Sterilisasi


adalah cara untuk mendapat kan suatu kondisi bebas mikroba atau setiap
proses yang dilakukan baik secara fisika, kimia, dan mekanik untuk
membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme.

Sterilisasi yang sering dilakukan untuk alat- alat praktikum terbagi


menjadi sterilisasi kering dan sterilisasi basah. Praktikum kali ini
menggunakan sterilisasi basah.Sterilisasi basah adalah sterilisasi dengan
pemansan mengguna kan air atau uap air. Hasil dari per cobaan kali ini
adalah air rendaman jernih yang menandakan bahwa alat(botol infus.vial
dan tutup karet)sudah bersih dan siap digunakan setelah disterilkan
dengan menggunakan autoklaf kemudian dibungkus rapat.
DAFTAR PUSTAKA

Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme, jilid 1. Yrama


Widya, Bandung.

Istini.2020 Pemanfaatan Plastik Poli propilen Kedudukan Kantong Sebagai Salah


Satu Kemasan Sterilisasi Peralatan Laboratorium Indonesia Jurnal Dari
Laboratorium.

Raudah,Zulbaidah,T.,Santoso,SAYA.,2017,EfektifitasSterilisasiMetodePanas
Keri ng Pada Alat Medis,Kemenkes Banjarmasin.
X. LAMPIRAN

Prosesnya sterilisasi pada tutup karet

Air rendaman pertama dari ampul dan vial


LAPORAN

PRAKTIKUM II

INJEKSI

AMINOPHYLIN 2.4%

DISUSUN OLEH:

NAMA : SRI ENDANG


PANGESTI

NIM 204820103034

KELOMPOK : B (3)

DOSEN PENGAMPU : 1. Apt.Galih


Pratiwi,S.Farm

2. Ulik
Alta,S.Farm.,M.Kes

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAN FARMASI


STERIL SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
‘AISYIYAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2023-2024
BAB II

INJEKSI AMINOPHYLIN 2.4%

I. TUJUAN PRAKTIKUM

● Agar Mahasiswa dapat memahami dan mampu


membuat Injeksi Aminophylin
● Mahasiswa mampu menghitung tonisitas suatu larutan injeksi
● Agar mahasiswa mengetahui gambaran umum
mengenai sediaan injeksi
● Agar mahasiswa mengetahui alat dan bahan serta
pemerian bahan dalam pembuatan sediaan injeksi
aminofilin
● Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu
membuat Injeksi aminophylin 2,4 %
● Agar mahasiswa mampu melakukan uji kontrol
kualitas dan mengetahui tujuan dilakukannya uji
kontrol
II. DASAR TEORI

Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara


merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput
lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk steril
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan. Syarat-syarat obat suntik yaitu, aman, harus jernih, tidak
berwarna, sedapat mungkin isohidris, sedapat mungkin isotonis, harus
steril, bebas pirogen .Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro
Injectione. Air untuk injeksi, dibuat dengan menyuling kembali air suling
segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang cocok dengan labu
percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya
ditampung dan segera digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi
A atau C segera ditampung. Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan
mendidihkan air untuk injeksi segar selama 10 menit sambil dicegah
hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan dan segera
digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus
disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anief,
Moh, 2006).
Air yang digunakan untuk injeksi adalah
Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi, dibuat dengan
menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas
netral atau wadah logam yang cocok dengan labu
percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan
selanjutnya ditampung dan segera digunakan harus
disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera
ditampung. Air untuk injeksi bebas udara dibuat
dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama
10 menit sambil dicegah hubungan dengan udara
sesempurna mungkin, didinginkan dan segera
digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk
injeksi, harus disterilkan dengan cara sterilisasi A,
segera setelah diwadahkan (Anief, Moh, 2006).

Uji sterilitas bertujuan untuk mengatur apakah sediaan yang harus


steril berkenaan Dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada masing-
masing-masing monografi Media ysebuah digunakan untuk uji sterilitas
adalah tioglikolat Cudara. Uji sterilitas memenuhi syarat apabila tidak
terdapat petumbuhan mikrohA setelah diinkubasi selama 14 hari. Uji
kejernihan dilakukan untuk melihat Ada tidaknya partikel giat, yaitu
partikel yang mengandung satu atau lebih Mikroorganisme hidup. Uji
kejernihan untuk lake biasaasebuah steril adalah dengan menggunakan
latar belakang putih danhitam di bawah cahayAlampu (Ayuhastuti, 2016).

Injeksi aminofilin kompatibel dengAN larutaN dextrosa (Depkes


RI, 2009) sehingga solusiyang digunakan padal V admixture ini adalah
dekstrosa 0,5%. Pencampuran obat dengan larutan yang tidak kompati
belakan menimbulkan Sayan kompatibilitas dalam bentuk fisik dan kimia
(PurwaingsSayaH &Lukihingga, 2018).

Proses pencampuran IV campuran dilakukan secara aseptis.


Proses Aseptis dilakukan untukmempertahankansterilitasproduk yang
dibuat darikomponen yangbumenyunyi-masingtelah disterilisasi
sebelumny A dengan MenggkamanakaN salah satu cara dari metode yang
ada Kondiya operasional hendaklah dappada mencegah kontaminasi
mikroba. Untuk menjagA sterilitaS komponen dan produk selama proses
aseptis, mungkintian perlu diberikan pada lingkungan, personel
permukaan yang kritis; sterilisasiwadah daNprosedur pemindahannya,
waktu tuggkamu maksimum tasSaya produk sebelum pengisisebuah ke
dalam wadah akhir, sebuah Saring untuk sterilis (BPOM RI. 2013)
III. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
Autoclave Theophylin
Glassware Etilendiamen
Timbangan Aqua p.i
Kertas perkamen
Batang pengaduk

IV.FORMULA

Theophylin 2 (g) 0,257


Etilendiamen 0,55 (g) 2,16
Aqua p.i.ad 100 (ml) 100 ml

V. PERHITUNGAN

Nacl diperlukan untuk isotonis =100ml x

0,9%b/v=0,9 gr Jumlah teofilin = 100 ml x 2000

mg/ml =200.000 mg Kontribusi= 200 g x 0,257

= 51,4 g

Jumlah ctildiamen = 100 ml x 550

mg/ml=55000 mg Kontribusi= 55 g x

2,16=118,8 g

Kontribusi kedua bahan = 51,4 g + 118,8 g

=170,2.gram 170,2 gram lebih dari 0,9 gram

Nacl hiprtonis.
VI. PROSEDUR KERJA

Hitung tonisitas larutan yang akan dibuat

Buat aqua bebas karbondioksida (CO2)

Suspensikan theophlin dengan aqua bebas

Campurlah etilendiamen

Suspense(3) di tambah larutan (4)betul-betul


jernih ph larutan antara 9,5-9,6

Gojok carbo adsorben 0,1% selama 5-10


menit, diamkan kemudian di saring

Masukan larutan kedalam ampul sesuai


volume,tutup di sterilkan dalam autoclave
110°C selama 30 menit atau 120°C selama 20
menit

Periksa larutan terhadap: PH,


Kebocoran,partikel,kejernihan, keseragaman
volume/berat
VII. DATA HASIL PERCOBAAN

PH sebelum Sesudah Jumlah ampul Jumlah ampul sesudah


sebelum
PH 11 PH 6 8 Ampul 7 Ampul
kejernihan bening bening bening
Kebocoran - - -
Keseragaman - - -
volume
VIII.PEMBAHASAN

Pada praktikum kami melakukan pembuatan injeksi


aminofilin 2,4%
,bagaimana cara sterilisasi dan pemeriksaan sediaan
injeksi tersebut.sediaan injeksi merupakan sediaan
yang harus benar-benar steril terbebas dari
mikroorganisme dimana sediaan tersebut disuntikan
melalui perusakan pertahanan tubuh (merobek
jaringan kedalam kulit)
Aminophylin merupakan golongan xantin
yang memiliki gugus CH3(metil)dan rumus kimia
2,6 dioksipurin.Aminophylin terbentuk dari
kompleks antara teofilin-etilendiamin,dimana
aminophylin ini termasuk dalam preparat teofilin
yang sering digunakan untuk pengobatan
asma.Aminophylin lebih mudah untuk larut
dibanding teofilin,akan tetapi aminophylin bersifat
tidak stabil jika berada pada udara yang
terbuka,adanya ketidakstabilan ini injeksi
aminophylin dibuat tidak berasal dari aminophylin
sendiri melainkan gabungan dari teofilin dan
etilendiamen yang akan membentuk garam
aminophylin yang stabil.

Bentuk sediaan sangat mempengaruhi cara (rute) pemberian.


Sediaan bentuk suspensi, misalnya tidak akan pernah diberikan secara
intrav cnayang langsung masuk ke dalam pembuluh darah karena adanya
bahaya hambatankapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun suspensi
yang dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang
dikontrol dengan hati-hati. Pada pembuatan injeksi aminofilin digunakan
air bebas CO. Air bebas CO₂ digunakan agar stabilitas dari sediaan yang
dibuat terjaga, jika digunakan aquadest biasa yang mengandung CO akan
menyebabkan masuknya gas CO ke pembuluh darah sehingga pembuluh
darah akan mengalami nekrosis (kerusakan jaringan), Untuk membuat
injeksi aminofilin dari kompleks antara teofilin dan etilendiamin, terlebih
dahulu dilarutkan teofilin dengan etilendiamin. Etilendiamin diteteskan
sedikit demi sedikit sampai terbentuk larutan yang jernih dan memiliki
pH antara 9,5-9,6. Depkes RI (1979: 71) menyatakan bahwa etilendiamin
berfungsi untuk melarutkan teofilin. Teofilin sendiri memiliki kelarutan
dalam air sebanyak 180 bagian (Depkes RI, 1979: 598), hal ini
menunjukkan bahwa teofilin bersifat sukar larut dalam air sehingga
dengan adanya etilendiamin dapat membantu teofilin agar mudah larut.
pH yang terbentuk bersifat basa (9.5), hal ini disebabkan karena adanya
etilendiamin yang bereaksi alkalis kuat (Depkes RI, 1979: 71) dan pH 9.5
menujukkan garam aminofilin sudah terbentuk. Jika sudah terbentuk
larutan yang jernih, selanjutnya larutan di gojog dengan karbo adsorben
(0,1%), didiamkan dan kemudian diaring hingga jernih. Sebelum karbo
adsroben digunakan, terlebih dahulu diaktifkan dengan cara dipanaskan
selama 5-10 menit. Pemanasan ini bertujuan agar kandungan OH hilang
sehingga menyebabkan terbukanya pori-pori dari karbo adrosben dan
membuat karbo adsorben dapat menghilangkan pyrogen dengan cara
absorbsi. Kontaminasi akibat pirogenik merupakan masalah dalam
preparasi sediaan parenteral. Pirogen merupakan senyawa kimia
heterogen yang dapat menginduksi terjadinya panas, yang berasal dari
bakteri, virus, fungi atau dati
Selain itu metode dengan uap jenuh memiliki kerugian yaitu kebanyakan bahan
tidak tahan panas atau panas lembab dan adanya keterbatasan dari panas lembab
untuk menembus wadah. Pada sterilisasi dengan uap jenuh, sebaiknya
dihindarkan adanya udara yang masuk karena udara dapat memblok difusi uap
air. Adapun siklus sterilisasi ini adalah conditioning, exposure, exhaust dan
pemanasan. Wadah yang digunakan untuk sediaan ini adalah wadah kaca yang
merupakan wadah yang tidak memiliki pori yang tidak memberikan kesempatan
bagi kontaminan untuk masuk dalam wadah. Depkes RI (1979: 18) menyatakan
bahwa wadah dan tutup wadah injeksi terbuat dari kaca atau plastik yang tidak
boleh berinteraksi dengan zat aktif atau zat tambahan atau yang dapat
berpengaruh terhadap khasiatnya dan wadah tidak memberikan zarah kecil serta
harus memungkinkan melakukan pemeriksaan isinya dengan mudah. Uji
kebocoran bertujuan untuk menentukan apakah ampul yang dipakai berada pada
keadaan yang baik (tidak retak, tidak ada celah). Uji kebocoran dilakukan
dengan cara merendam ampul dalam larutan metilen blue dalam fenol, jika
ampul bocor maka larutan dalam ampul yang semula jernih berubah menjadi
biru. Ampul yang bocor memungkinkan obat keluar dari ampul yang
menyebabkan dosis berkurang sehingga bisa mengurangi efek dari obat dan
ampul yang bocor menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat tidak steril karena
mikroorganisme mudah masuk. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa tidak
terdapat kebocoran pada ampul yang digunakan. Selanjutnya uji adanya partikel
asing. Sediaan yang mengandung partikel asing menunjukan jika larutan yang
dibuat sudah terkontaminasi oleh partikel asing yang ditunjukkan dengan
adanya ketidakjernihan dan kekeruhan pada larutan. Dari hasil percobaan
didapatkan bahwa injeksi aminofilin yang dibuat tidak terdapat partikel asing
yang menunjukkan bahwa jika sediaan yang digunakan tidak menimbulkan
penyumbatan pembuluh darah dan rasa nyeri.

IX. KESIMPULAN

Injeksi aminofilin yang dibuat bersifat hipotonis yaitu 0,242 <


0,28, yang artinya larutan tersebut memiliki tekanan osmotis larutan obat
kurang dari tekanan osmotis cairan tubuh.Injeksi aminofilin dibuat
dengan cara pemanasan basah yaitu autoklaf (uap jenuh) pada suhu 120°C
selama 20 menit. Injeks aminofilin yang dibuat memiliki pH sebesar 9,5,
tidak terjadi kebocoran ampul dan tidak ada partikel asing yang terdapat
pada larutan (memenuhi persyaratan sediaan injeksi).jadi pada praktikum
yang kami jalan kan terdapat data yang di mana PH yang normal itu
adalah 7, sedangkan PH yang didapat oleh kelompok kami itu 11.dan dari
8 ampul yang di buat terdapat 1 sampul yang terjadi kebocoran sehinngga
ampul yang tersisah yaitu 7 yang baik dan tidak mengalami kebocoran.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M., 2006, Ilmu Meracik Obat, Gadjah

ayuhastuti,a.,im.sadjati.,suparmin dan sutisna.2016.praktikum teknologi

sedian

[BPOM] Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. (2013). Batas


Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet,
Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik
Indonesia nomor 36 tahun 2013.

XI. LAMPIRAN

Ampul yang sudah diisi dengan larutan aminopylin 2.4

Pengukuran PH yang sudah diinjeksikan


PRAKTIKUM III

PEMBUATAN LARUTAN RINGER LAKTAT

DISUSUN OLEH:

NAMA : SRI ENDANG PANGESTI

NIM : 204820103034

KELOMPOK : B (3)

DOSEN PENGAMPU : 1. Apt.Galih


Pratiwi,S.Farm.,M.Sc

2. Ulik Alta,S.Farm.,M.Kes

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAN FARMASI

STERIL SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

‘AISYIYAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2023-2024


BAB III

PEMBUATAN LARUTAN RINGER LAKTAT

I. TUJUAN PRAKTIKUM
● Agar mahasiswa dapat memahami dan membuat infuse ringer
laktat.
● Agar mahasiswa dapat menghitung jumlah bahan
yang dibutuhkan dalam larutan infuse ringer laktat
● Agar mahasiswa dapat melakukan pengujian
sediaan larutan berupa ph larutan,kebocoran
,partikel dan kejernihan,dan keseragaman volume

II. DASAR TEORI

Sediaan Injeksi Volume Besar adalah larutan produk obat yang


disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah dosis tunggal dengan
kapasitas 100ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia.Parenteral
volume besar meliputi infus intravena ,larutan irigasi, larutan dialisis
peritonal & darah mengumpulkan unit dengan antikoagulan (Ario
Dewangga dan Vicky Sumarki Budipramana,2011).

Infus merupakan sediaan steril,berupa larutan atau emulsi dengan


udara sebagai fase kontinyu;biasanya dibuat isotonis dengan
darah.Prinsipnya infus maksud untuk persembahan dalam volume yang
besar.Infus tidak mengandung tambahan berupa pengawetan
mikroba.Larutan untuk infus,diperiksa dilihat pada kondisi yang sesuai
jernih dan praktis bebas dari partikel-partikel. (Perdana daminan 2016).
Autoclave merupakan peralatan untuk
mensterilkan, berbagai macam alat dan bahan
menggunakan uap air panas bertekanan tinggi.
Autoclave pada umumnya, digunakan untuk
mensterilkan alat atau bahan pada suhu 121 ºC
sampai 134 ºC dengan tekanan yang digunakan 15
Psi atau sekitar 2 Atm selama kurang lebih 45 menit
waktu pemanasan dan 15 menit untuk proses
sterilisasi. Saat ini penggunaan alat autoclave pada
rumah sakit merupakan hal yang vital mengingat
pentingnya alat sebagai bagian alat produksi utama
dalam sebuah rumah sakit (Utomo, Indrato and
Putra, 2019).
Laktat dalam ringer laktat sebagian besar
dimetabolisme melalui proses glukoneogenesis.
Setiap satu mol laktat akan menghasilkan satu mol
bikarbonat. Pasien dengan kondisi hamil memiliki
kadar laktat yang berbeda karena plasenta
menghasilkan laktat yang akan menuju sirkulasi
maternal. Infus ringer digunakan untuk untuk
mengatasi kondisi kekurangan volume darah, larutan
natrium klorida 0,9% - 1,0% menjadi kehilangan
maka secara terapeutik sebaiknya digunakan larutan
ringer, larutan ini mengandung KCl dan CaCl2
disamping NaCl.
Ringeris Lactatis adalah larutan steril dari
Kalsium Klorida, Kalium klorida, Natrium klorida
dan Natrium Lactat dalam air untuk injeksi. Tiap 100
mlmengandung tidak kurang dari 285,0 mg dan tidak
lebih dari 315,0 mg natrium(sebagai NaCl dan
C3H5NaO3), tidak kurang dari 14,1 mg dan tidak
lebih dari 17,3mg Kalium (K, setara dengan tidak
kurang dari 27,0 mg dan tidak lebih dari 33,0
mgKCl), tidak kurang dari 4,90 mg dan tidak lebih
dari 6,00 mg kalsium (Ca, setaradengan tidak kurang
dari 18,0 mg dan tidak lebih dari 2,0 mg
CaCl2.2H2O), dan tidakkurang dari 231,0 mg dan
tidak lebih dari 261,0 mg laktat (C3H5O3, setara
dengantidak kurang dari 290,0 mg dan tidak lebih
dari 330,0 mg C3H5NaO3). Injeksi RingerLaktat
tidak boleh mengandung bahan antimikroba
(Anonim, 1995)

Sediaan farmasi tidak hanya sebatas sediaan padat, semi padat,


dan cair.Selain itu terdapat juga sediaan galenik dan sediaan steril.
Sediaan steril ini terdiridari obat tetes mata (guttae opthalmic), obat tetes
telinga (guttae auricause), obattetes hidung (guttae nassales), tetes mulut
(guttae oris), salep mata, dan
injeksi.Injeksi terdiri dari injeksi volume kecil (ampul dan vial), dan
injeksi volume besar(infus). Sediaan steril termasuk sediaan yang agak
rumit karena pengerjaannyaharus memperhatikan keadaan bahan, alat,
dan lingkungan yang steril sertapengerjaan yang dilakukan secara aseptik
dan juga harus hati-hati untukmenghindari terjadinya kontaminasi
mikroba dan bahan asing (Agoes, 2008).

Infus intravena (infus cairan intravena) merupakan cairan


yangdiberikan ke dalam tubuh pasien melalui jarum ke dalam pembuluh
vena(pembuluh balik) dengan tujuan untuk menggantikan kehilangan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh seperti elektrolit, vitamin, protein,
lemak, dan kalori, yangtidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui
oral, memperbaikikeseimbangan asam-basa, memperbaiki volume
komponen-komponen darah,memberikan jalan masuk untuk memberikan
obat-obatan ke dalam tubuh memonitor tekanan vena sentral memberikan
nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan (perry dan
potter 2005).

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
Autoclave Natrium laktat
Glassware Nacl
Penangas air Kcl CaCl2.2H2O
Aqua p.i
Karbo adsorben
HCL 0,1 N – NaOH 0,1 N
IV.FORMULA

Na laktat 0,31 g 0,579


NaCl 0,06 1
KCL 0,03 0,87
CaCl2.2H2O 0,81
Aqua ad 100 ml
V. PERHITUNGAN

Nacl yang diperlukan untuk isotonis 100 ml x 0,9%

b/v=0,9 g Jumlah Na laktat = 100 ml x 130 mg/ml

=31000 mg Kontribusi =31 g x 0,579 =17,949 g

Jumlah Nacl = 100 ml x 600mg/ml = 60.000 mg

Kontribusi = 60 x 1 =60 g

Jumlah KCL = 100 ml x 30 mg/ml =3000 mg

Kontribusi = 3 g x 0,87 =2,61 mg

Jumlah CaCL2.2H2O = 100 ml x 10 mg/ml =

1000 mg Kontribusi = 1 g x 0,81 = 0,81 g

Jumlah kontribusi tonik = 17,949 g + 60 G + 2,61 g + 0,81 g =

81,369 g 81,369 g lebih dari 0,9 gram


VI. CARA KERJA

Cek larutan isotonis

Didihkan aquadst,larutkan semua bahan ke


aquadst panas

Cek PH larutan antra 5-7,jika kurang asam


ditambah HCL 0,1 N, bila kurang
ditambah
NaOH 0,1 N

Tambahkan sisa aquadest

Kemudian di gojok dengan karbo adsorben 0,1


didiamkan sydah idu di saring

Masukkan larutan dalam wadah yang sesuai


,kumudian di sterilisasi dengan autoclave 121
°C, 15 menit

Periksa larutan terhadap : PH,


kebocoran,partikel asing, kejernihan, beri etiket.

VII. DATA HASIL PERCOBAAN

Keseragaman Sebelum dan sesudah keterangan


PH PH awal 10 PH sesudah Tidak masuk dalam ph
tetap 10 normal
Kebocoran - -
Partikel asing - -
Kejernihan Bening -
VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan injeksi ringer laktat


dengan zat aktif Natrium laktat, NaCl, KCl, dan CaCl. Sediaan ini dibuat
dalam kemasan vial dengan volume 10 ml (jumlah 10 vial, jadi volume
total 100 ml). Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi persyaratan
yang ditetapkan untuk sediaan parenteral, seperti syarat isohidris, steril.
bebas pirogen, dan isotonis. Hal ini disebabkan, pemberiaan sediaan ini
langsung diinjeksikan melalui pembuluh darah. Volume sediaan yang
dibuat adalah 100 ml, namun pada jumlah peritungan bahan perlu
dilebihkan 10% nya, yaitu sekitar 10 ml dari volume awal.

Ringer Laktasi adalah larutan steril dari Kalsium klorida, Kalium


logam, Natrium logam dan Natrium Laktat dalam udara untuk diinjeksi.
Setiap 100 ml mg Kalium(K,setara dengan tidak kurang dari 27,0mg dan
tidak lebih dari 33,0mg kurangdari231.0mg dan tidak lebih dari 261,0mg
laktat(C3H503,setara dengan tidak kurang dari290,0mg dan tidak lebih
dari 330,0mgC3H5NaO3). Injeksi Dering mengandung tidak kurang dari
285,0mg dan tidak lebih dari 315.0mg natrium (sebagai NaCl dan
C3H5NaO3),tidak kurang dari 14, 1mg dan tidak lebih dari 17,3
KCI),tidak kurang dari 4,90mg dan tidak lebih dari 6,00mg
kalsium(Ca,setara dengan tidak kurang dari 18.0mg dan tidak lebih
dari2.0mg CaC12.2H2O).dan tidak Laktat tidak boleh mengandung bahan
anti mikroba.
Tujuan pemberian ringer laktat adalah untuk
mengisi kembali volume intravaskular untuk
memungkinkan perfusi organ yang memadai
Sebagian besar laktat dimetabolisme di hati(Cooper
et al., 2004), toksisitas ringer laktat lebih terkait
dengan kelebihan volume karena pemberian cairan
IV dari pada isi ringer laktat itu sendiri. Metode
sterilisasi, untuk larutan ini adalah sterilisasi uap
(panas basah). Pada umumnya, metode sterilisasi ini
digunakan untuk sediaan farmasi dan bahan bahan
yang tahan terhadap temperatur yang digunakan dan
terhadap penembusan uap air, tetapi tidak timbul
efek yang tidak dikehendaki akibat uap air tersebut.
Sterilisasi uap air ini lebih efektif dibandingkan
sterilisasi panas kering, sterilisasi larutan ringer
dilakukan dengan autoclave pada suhu 121°C selama
15 menit(Hanifah et al., 2017).

IX.KESIMPULAN

Jadi pada praktikum kali inidapat disimpulkan bahwa dalam kelompok


kami PH yang didapat diawal itu 10 dan PH yang sudah di sterilkan itu
juga tetap berada di PH 10, maka PH yang normal itu adalah 7,4 dan PH
yang kami dapat ini belum tentu bisa dipakai,untuk kejernihan itu agak
sedikit kurang jernih, untuk partikel- partikel juga terdapat sedikit
partikel-partike pada sediannya, dan untuk kebocoran itu tidak mengalami
kebocoran.

DAFTAR PUSTAKA

AriDewanggadan VickySumarkiBudipramana.2011.Kebutuhan Optimal


Cairan Dering Laktat untuk Resusitasi
Terbatas(PermisifHipotensi)pada Syok Perdarahan Berat yang
Menibulkan Kenaikan Laktat DarahPagar Minimal
Agoes, G., 2008, Pengembangan Sediaan Farmasi, Edisi Revisi dan
Perluasan, ITB, Bandung, 124

Priyambodo,B., 2007.“Manajemen Farmasi Industri”.Yogyakarta. Global


Pustaka Utama.

(Perry & Potter). (2005). Buku Fundamental Keperawatan (Konsep,proses).

XI. LAMPIRAN

Keterangan : Pengecekan PH (10)


LAPORAN PRAKTIKUM IV

PEMBUATAN SUSPENSI STERIL HIDROKORTISON ASETAT


DAN UJI STERILITAS

DISUSUN OLEH:

NAMA : SRI ENDANG


PANGESTI

NIM 204820103034

KELOMPOK : B (3)

DOSEN PENGAMPU : 1. Apt.Galih


Pratiwi,S.Farm.,M.Sc

2. Ulik Alta,S.Farm.,M.Kes

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAN FARMASI

STERIL SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

‘AISYIYAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2023-2024


BAB IV

PEMBUATAN SUSPENSI STERIL HIDROKORTISON


ASETAT DAN UJI STERILITAS

I. TUJUAN PRAKTIKUM
● Agar Mahasiswa dapat memahami dan mampu melakukan pembuatan
● Agar mahasiswa mampu membuat injeksi cortisone asetat
suspense.
● Agar mahasiswa mengetahui cara melakukan uji sterilisasi
● Agar Mahasiswa mengetehui cara sterilisasi dengan
autoclave dan oven.

II. DASAR TEORI


Suspensi farmasi adalah dispersi kasar, dimana
partikel padatyang tak larut terdispersi dalam medium cair.
Partikelnya mempunyaidiameter yang sebagian besar lebih
dari 0,1 mikron. Beberapa partikelterlihat dibawah
mikroskop menunjukan gerakan Brown bila
dispersinyamempunyai viskositas yang rendah (Anief,2000)
Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang
sebelumnya telah mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan.
Hasilnya membuktikan bahwa prosedur sterilisasi dapatd iulang secara
efektif. Tetapi umumnya disetujui bahwa kontrol yang dilaksanakan
selama proses validasi memberikan jaminan lebih efektifnya proses
sterilisasi. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih untuk mewakili
keseluruhan lot bahan tersebut. Sampel bisa diambildari kemasan atau
wadah akhir suatu produk, atau sebagai bagian dari tangki bulk cairan
atau dari bahan bulk lainnya (Lachman dk k., 2008).

Suspensi hidrokortison asetat steril digunakan untuk mengobati


rheumatoid pada sendi dan penggunaannya disuntikkan di intraartikular.
Inflamasi kronik jaringan synovial yang melapisi kapsul sendi dihasilkan
dalam proliferasiringan
ini. Karakteristik sinovium yang mengalami proliferasi dari rheumatoid
diseut pannus. Pannus in i menyerang kartilago dan akhirnya permukaan
tulang. memproduksi erosi tulang dan kartilago dan menyebabkan
kerusakan sendi. (Dipiro, 2008).

Penggunaan Hidrokortison asetat Hidrokortison asetat digunakan


pada heumatoid arthritis sebagai antiinflamasi dan imunosupresif.
Hidrokortison asetat mengganggu antigen T limfosit, menginhibisi
prostaglandin dan sintesis leukotrin, menghibisi neutrofil dan turunan
monosit superoksida radikal. Hidrokortison asetat juga mengganggu
migrasi sel dan menyebabkan redistribusi monosit, limfosit, dan neutrofil,
sehingga menumpulkan respon inflamasi dan autoimun. Dalam membran
sinovial, sel CD4+T melimpah dan berkomunikasi dengan makrofag,
osteoklas, fibroblas dan kondrosit, baik melalui interaksi sel-sel langsung
menggunakan reseptor permukaan sel atau melalui sitokin proinflamasi
seperti TNF-α, IL-1, dan IL-6. Sel-sel ini menghasilkan metaloproteinase
dan zat sitotoksik lainnya, yang menyebabkan erosi tulang dan tulang
rawan (Dipiro et al., 2011).
Kekurangan dari suspensi Parental: Kesulitan dalam
formulasi: parenteral suspensi membatasi perumus dalam
memilih bahan-bahan, yang parenteral diterima sebagai
pensuspensi, viskositas merangsang agen, membasahi agen,
stabilisator dan pengawet (Itzhaki & Singer, 2020).
III. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
Timbangan Hidro cortisone asetat
Glassware Nacl
Polysorbatte 80
CMC-Na
Benzyl alcohol
Aqua

IV.FORMULA

Hidro cortisone asetat 25 mg


Nacl 9 mg
Polysorbatte 80 4 mg
CMC-Na 5 mg
Benzyl alcohol 0,9 %
Aqua p.i. ad ad 1 cc

V. DATA HASIL PERCOBAAN

Ukuran ph 10
Suspensi Tidak terdapat partike-partikel dalam
suspensi yang sudah disterilisasikan
Kebocoran -
Partikel-patikel asing -
VI. CARA KERJA
Larutkan CMC-Na, kemudian disterilkan
dalam autoclave

Aqua disterilkan dalam autoclave (121°C,15)

Cortisone acetat, Nacl dan polysorbette 80


disterilkan kering dalam (160°C, 1 Jam)

Larutan Nacl dengan sebagian aqua,tambah


benzyl alcohol

Cortisone acetate ditambah


polysorbbatteb80,campur homogen

Campuran B ditambah dengan larutan CMC-


Na aduk homogen,campuran C ditambah
larutan A sisa aqua aduk homogen

Masukkan kedalam vial 10 ml,tutup kedap.amati


suspensi yang terjadi.setelah itu beri etiket
VII. PEMBAHASAN

Sediaan farmasi steril merupakan salah satu bentuk sediaan


farmasi yang banyak digunakan terutama pada pasien yang dirawat di
rumah sakit. Apabila obat tidak dapat diminum melalui oral karena
ketidak mampuan untuk menelan, kesadarannya menurun, inaktifasi obat
dengan cairan lambung atau ada tujuan untukmeningkatkan efektivitas
obat, maka dapat dipilih rute parenteral Pengobatan parenteral diberikan
secara interdermal (di bawah kulit), subkutan (ke dalam jaringan lemak),
intramuskular (di dalam otot), dan intravena (di dalam vena). Sediaan ini
sangat membantu pada saat pasien dioperasi, diinfus, disuntik,
mempunyai luka terbuka yang harus diabati dan sebagainya.Dalam
keadaan tersebut sangat dibutuhkan kondisi steril karena pengobatannya
lansung berhubungan dengan sel tubuh, lapisan mukosa organ tubuh dan
dimasukan langsung ke dalam cairan atau rongga tubuh, hal ini sangat
kemungkinan terjadinya insiden dan dalam hal ini dibutuhkan bentuk
sediaan obat yang steril. Bentuk sediaan steril ini disamping persyaratan
steril, kondisi yang dibutuhkan lainnya seperti harus isotonis, isohidris
dan beberapa diantaranya harus bebas pirogen.
Pada praktikum kali ini kami melakukan pembuatan
suspensi steril hidrokortison asetat dan uji sterilitas ini
menggunakan hidrokortison asetat.zat aktif yang digunakan
dalam percobaan ini yaitu hidocortison asetat dimana
kelarutan dari bahan ini praktis tidak larut dalam
air,sehingga untuk dijadikan sediaan parenteral maka perlu
dibuat sediaan berupa suspensi steril.

Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah


sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk
membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi
steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

Sediaan suspensi dibuat untuk mengatasi zat aktif yg tidak terlarut


dalam pelarut. dimana kelarutan hidrokortison asetat praktis tidak larut
dalam air, sukar larut dalam etanold an dalam kloroform, sehingga
sediaan yang paling efektif adalah dalam bentuk suspensi injeksi.Suspensi
obat suntik harus steril, mudah disuntikan dan tidak menyumbat jarum
suntik.

Adapun kegunaan bahan-bahan yang dipakai yakni


CMC berfungsi sebagai suspending agent yang disterilkan
dengan autoclave pada sushu 121 derajat selama 15
menit.Nacl sebagai pengisotonis dimana sediaan parenteral
harus memenihi syarat isotonis untuk mengurangu
kerusakan jaringan dan iritasi serta mencegah hemolisa dan
benzyl alkohol sebagai pengawet digunakan untuk
menghindari pertumbuhan bakteri pada sediaan suspensi ini.

VIII. KESIMPULAN

Jadi Pada percobaan kali ini dilakukan agar praktikan dapat


memahami dan membuat steril cortisone acetat suspensi. Zat aktif yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu hidrocortison acetat dimana
kelarutan dari bahan ini praktis tidak larut dalam air, sehingga untuk
dijadikan sediaan parenteral maka perlu dibuat sediaan berupa suspensi
steril. Karena berupa sediaan suspensi, maka obat ini tidak boleh
digunakan secara intravena karena mengandung partikel yang dapa
menyebabkan emboli pada pembuluh darah, sehingga dapat diberikan
secara intramuscular atau subcutan. Hasil dari perhitungan tonisitas bahan
menunjukkan bahwa sediaan bersifat hipertonis keadaan ini dapat
diterima untuk sediaan suspensi injeksi untuk tujuan intramuscular ata
subcutan.Proses pembuatan sediaan dilakukan dengan teknik aseptis
sehingga membutuhkan sterilisasi awal..
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,


penerjemah Farida Ibrahim. Pernebit : UI. Jakarta. Hlm
384-389. 519-520

Dipiro, J. T., Dipiro, C.V., Wells, B.G., & Scwinghammer, T.L.


2008.Pharmacoteraphy Handbook Seventh Edition. USA :
McGraw-Hill Company.

Dipiro, J et al. 2011. Pharmacotherapy 8th Edition. The McGrow-Hill


companies, US.

Fiv(2014). Pengaruh Kepercayaan dan Kepuasan.

Lachman L. Et al. (2008). Teori dan Praktek Industri Farmasi Edisi III.

Jakarta: Universitas Indonesia

X. LAMPIRAN

Yang sudah diuapkan di autoclave

Ph saat belum di autoclave


PRAKTIKUM V

PEMBUATAN TETES MATA KLORAMPENIKOL


DAN UJI STERILITAS

DISUSUN OLEH:

NAMA : SRI ENDANG


PANGESTI

NIM 204820103034

KELOMPOK : B (3)

DOSEN PENGAMPU : 1. Apt.Galih


Pratiwi,S.Farm.,M.Sc

2. Ulik Alta,S.Farm.,M.Kes

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAN FARMASI

STERIL SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

‘AISYIYAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2023-2024


BAB V

PEMBUATAN TETES MATA KLORAMPENIKOL


DAN UJI STERILITAS

I. TUJUAN PRAKTIKUM

● Untuk mengetahui isotonis pada mata


● Untuk mengetahui bagai mana cara pengujian tetes mata
● Agar mahasiswa dapat mengetahui formulasi sediaan
steril tetes mata dari bahan aktif kloramfenikol yang
tepat.

II. DASAR TEORI

Tetes mata adalah salah satu, sediaan steril yang


berupa larutan atau suspensi. Pengaplikasian obat nya
ditujukan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata.
Obat mata digunakan sebagai obat dengan efek local, larutan
obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing dan
merupakan sediaan yang dikemas sedemikian rupa sehingga
sesuai digunakan pada mata. Efek yang diharapkan dari
penggunaan obat tetes mata yaitu untuk pengobatan lokal
seperti pengatasan pada mata merah, gatal, dan iritasi, obat
tetes mata yang tersedia di pasaran terdapat dalam 3
golongan, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat
keras (Karuniawati et al., 2021).
Untuk pembuatan obat mata ini perlu diperhatikan
mengenai kebersihannya, pH yang stabil, dan mempunyai
tekanan osmose yang sama dengan tekanan osmose darah.
Pada pembuatan obat cuci mata tak perlu disterilkan,
sedangkan pada pembuatan obat tetes mata harus
disterilkan. (Anief, 2000)

Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak


zaman Belanda, sehingga teknologi steril sebagai salah satu bagian dari
ilmu farmasi mengalami dinamika yang begitu cepat. Teknologi Steril
merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana membuat suatu
sediaan (Injeksi volume kecil, Injeksi volume besar. Infus, Tetes Mata
dan Salep Mata) yang steril, mutlak bebas dari jasad renik, patogen, atau
non patogen, vegetatif atau non vegetatif (tidak ada jasad renik yang
hidup dalam suatu sediaan). Teknologi steril berhubungan dengan proses
sterilisasi yang berarti proses mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat
kimia) agar diperoleh kondisi steril (Suryana, 2018).

Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh


mikroorganisme sampai ke sporasporanya, yang terdapat di dalam bahan
makanan. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan makanan sampai
temperatur 121°C, selama watu 15 menit. Salah satu contoh alat untuk
melakukan sterilisasi adalah Autoclave. Pada alat Autoclave ini, bahan
makanan dipanaskan sampai temperatur 121-134°C. makanan diproses
selama 15 menit, untuk temperatur 121 C, atau pada temperatur 134
selama 3 menit. Setelah pemanasan ini, dilakukan pendinginan secara
perlahan untuk meng hindari over-boiling ketika tekanan diberikan pada
makanan. (Hendrawati & Utomo, 2017).
Untuk penyakit mata, pemberian topikal biasanya
lebih disukai daripada pemberian sistemik untuk
menghindari toksisitas sistemik, untuk onset kerja yang
cepat, dan untuk mengurangi dosis yang diperlukan.
Meskipun pemberian topikal menawarkan banyak
keuntungan untuk mengobati gangguan struktur anterior
mata. Tetapi juga memiliki kerugian serius dari
bioavailabilitas yang buruk karena beberapa faktor biologis,
yang ada untuk melindungi mata dan akibatnya membatasi
masuknya obat mata (Thakral & Ahuja, 2012). Sediaan obat
mata biasanya dipakai untuk menghasilkan efek setempat
pada pengobatan bagian permukaan mata atau pada bagian
dalamnya (Widia I., marline A., 2018).
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan
bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas
bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2
atm dan dengan suhu 121 "C (250 SLVL). Jadi tekanan yang bekerja ke
seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi-15 pounds per
square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk
121 "C.Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama
kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara
yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti
dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam
autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka
proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur.
Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan
dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 Psi. Autoklaf tidak boleh
dibuka sebelum tekanan mencapai 0 Psi (Handayani et al., 2013).
III. ALAT DAN BAHAN

ALAT BAHAN
PH meter Asam borat
Glassware Natrium netra borat
Erlenmeyer preservative
Autoclave Aqua destilat
Corong HCL0,1 N
NaOH 0,1N
pengemas
Metil paraben
kloramfenikol

IV.PROSEDUR KERJA
Larutkanasamboratdannatriborat(didalamaquadest)

Larutkanpersevatipdalamaquadest(tam
bahkanlarutan1)

Tambahkanlarutanklorompenikoldalamlarita
n2

Tambahkansisaaqua,sterilkanmenurutcaraB

Kemudian masukanwadah,tutupdanberietiket

Periksalarutanterhadap:PH,kebocoran,partikelasing,
kejernihan, berietiket.
V. DATA HASIL PERCOBAAN

Pemeriksaan Sebelum Sesudah


Pengukuran PH PH 6 PH 6
Kejernihan Putih susu Putih susu
Kebocoran - -
Partikel asing - -

VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dibuat sediaan tetes mata dengan bahan aktif
kloramfenikol. Sediaan tetes mata yaitu sediaan steril yang bebas dari
partikel asing dan mikroorganisme, dibuat dengan cara yang sesuai serta
dikemas untuk digunakan pada mata. Struktur penyusun organ mata
sangat sensitif sehingga mudah terluka dan terinfeksi partikel asing dan
bakteri. Mata juga dilindungi oleh cairan yang bersifat bakteriostatik yang
dihasilkan oleh air mata. Cairan mata juga merupakan cairan steril yang
secara terus menerus membilas mata dari partikel asing, bakteri, dan
mikroorganisme lain sehingga sediaan tetes mata harus steril.
Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas
bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Aktivitas
antibakterinya bekerja dengan menghambat sintesis proteindengan jalan
meningkatkan ribosom subunit 508 yang merupakan langkah penting
dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap
bakteri aerob gram positif dan beberapa hakteri aerob gram negatif
Kloramfenikol berkhasiat untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh
Salmonella thypi, Salmonella parathypi. Haemophilus influenzae,
Neisseria meningitidis, Salmonella, Proteus mirabilis, Pseudomonas
mallei, Ps. cepacia, Vibrio cholerae, Francisella tularensis. Yersinia
pestis, Brucella dan Shigella.Namun demikian, kloramfenikol tidak aktif
terhadap virus, jamur, dan protozoa.
Kloramfenikol adalah salah satu antibiotik yang secara kimiawi
diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Kloramfenikol memiliki
stabilitas yang sangat baik padasuhu kamar dan kisaran pH 2 sampai 7,
stabilitas maksimumnya dicapai pada pII 6. Pada suhu 25°C dan pll 6,
memiliki waktu paruh hampir 3 tahun. Yang menjadi penyebabutama
terjadinya degradasi kloramfenikol dalam media air adalah pemecahan
hidrolitikpada lingkaran amida. Laju reaksinya berlangsung di bawah
orde pertama dan tidak tergantung pada kekuatan ionik media. Efek
utama dari kloramphenikol pada sediaan tetes mata sebagai antibiotik
spektrum luas dengan cara mengganggu sintesis protein dan bersifat
bakteriostatik. Pada penyakit mata digunakan untuk mengobati
konjuntivis konjungtivitas. Efek samping retikolopenia, anemia aplasia,
gangguan penglihatan, ruam, demam, angio derma (sweet man.2009).
Kelarutan sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sedikit larut
dalam kloroform, mudah larut
dalam propilenglikol, aseton dan etil asetat. (Depkes RI,1995). Pada
praktikum kali ini kloramfenikol dilarutkan dengan larutan asam borat
dan larutan borax yang sebelumnya dicampur dengan fenil merkuri nitrat.

IX.KESIMPULAN

Pada prakrikum kali inidapat disimpulkan bahwa sedian tets mata memiliki
ph 7,4
.dalam pembuatan obat tetes mata di mana kelompok kami memiliki ph
diawal 6 dan setelah di autoclave ph kelompok kami pun masih tetap
sama seperti yg sebelum diautoclave yaiutu 6.pada saat melakukan
pengujian kebocoran itu tidak terdapat kebocoran, dan pada
saatmelakukan iji partike juga tidak terdapat,begitupun dalam iji
kejernihan itu memiliki warna seperti putih susu setelah di autoclave hasil
nya juga tetap sama di warna putih susu.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2020. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor:Hk.01.07/Menkes/104/2020 Tentang Sebagai Penyakit
Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya.Jakarta 2020

Hendrawati, T. Y., dan S. Utomo. 2017. Optimasi Suhu dan Waktu


Sterilisasi Kualitas Susu Segar di Kabupaten Boyolali. Jurnal
Teknologi Universitas Muhammadiyah Jakarta. Vol. 9. No. 2: 97-
102

Handayani., et al. 2013. Swamedikasi Pada Mahasiswa Kesehatan


Dan Non Kesehatan. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi volume 3.

Suryana dan Rahmat Hidayat. 2018. The Effect of Video


Advertisement by Beauty Vlogger on Buying Intention.
International Journal Of Accounting, Finance, And
Economics. e-ISSN: 2597-971X. hal. 1-6.
XI. LAMPIRAN

PH sesudah dilakukan autoclave

Sebelum dan sesudah disterilisasikan

Anda mungkin juga menyukai