Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN STERIL

“PENCUCIAN DAN STERILISASI”


(Alat, Karet, Vial, dan Botol Infus)

Oleh :
RIRIN FARIDA ZEIN
(14670006)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
201
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sediaan parental yang diberikan secara penyuntikan intravena, subkutan,
dan intramuscular merupakan rute pemberian obat yang kritis jika dibandingkan
dengan pemberian obat-obatan secara oral. Penyuntikan yang diperlukan, baik
untuk respon terapeutik yang cepat maupun  untuk obat yang tidak tersedia untuk
rute non-injeksi. Penggunaan awal sediaan parental menimbulkan banyak masalah
dan berkembang relative lambat. Padahal Pasteur dan Lister telah mengetahui
pentingnya melakukan sterilisasi untuk mengeliminasi mikroorganisme pathogen
sejak tahun 1860-an.
Sediaan steril merupakan sediaan terapetik yang bebas dari
mikroorganisme baik itu vegetatif atau dalam bentuk spora yang patogen maupun
nonpatogen. Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu
penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila
panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas
lembab atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas
kering atau sterilisasi kering.
Oleh karena itu pentingnya melakukan praktikum ini yaitu untuk
mengetahui cara melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan pemanasan kering
(menggunakan oven) dan pemanasan basah (menggunakan autoclave).

1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan sterilisasi alat dan bahan dengan pemanasan kering
(menggunakan oven) dan pemanasan basah (menggunakan autoclave).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sediaan steril merupakan sediaan terapetik yang bebas dari


mikroorganisme baik itu vegetatif atau dalam bentuk spora yang patogen maupun
nonpatogen. Sediaan steril secara umum yaitu sediaan farmasi yang memiliki
kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme. Sediaan parenteral ini
disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam tubuh. Sediaan ini
harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi dan terbebas dari kontaminasi
mikroba dan dari komponen toksik karena sediaan ini masuk ke dalam tubuh
(Ansel, 2005).
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup,
baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen/ non patogen (tidak
menimbulkan penyakit). Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk
terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang
termasuk sediaan ini antara lain sediaan parental preparat untuk mata dan preparat
irigasi (misalnya infus). Sediaan parenteral merupakan jenis sediaan yang unik
diantara bentuk sediaan obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui
kulit atau membrane mukosa ke bagian tubuh yang paling efisien, yaitu membrane
kulit dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan
dari bahan-bahan toksis lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang
tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus
dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah
kontaminasi fisik, kimia, atau mikrobiologis (Priyambodo, B., 2007).
Sterilisasi adalah suatu proses di mana kegiatan ini bertujuan untuk
membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu
bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen
maupun tidak baik dalam bentuk vegetatif maupun bentuk nonvegetatif (spora)
(Subaghdja, 2010).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang
ada, jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat
berkembang baik. Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan
panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).
Wadah berhubungan erat dengan produk. Tidak ada wadah yang tersedia
sekarang ini yang benar-benar tidak reaktif, terutama dengan larutan air. Sifat
fisika dan kimia mempengaruhi kestabilan produk tersebut, tetapi sifat fisika
diberikan pertimbangan utama dalam pemilihan wadah pelindung adalah
polipropilen dan kopolimer polietilen – polietilen. Wadah terbuat dari berbagai
macam bahan, wadah plastik, wadah gelas, dan wadah dari karet. Wadah Gelas
masih tetap merupakan bahan pilihan untuk wadah produk yang dapat
disuntikkan. Gelas pada dasarnya tersusun dari silkon dioksida tetrahedron,
dimodifikasi secara fisika dan kimia dengan oksida – oksida seperti oksida
natrium, kalium, kalsium, magnesium, alumunium, boron, dan besi. Gelas yang
paling tahan secara kimia hampir seluruhnya tersusun dari silikon dioksida, tetapi
gelas tersebut relatif rapuh dan hanya dapat dilelehkan dan dicetak pada
temperatur tinggi  (Lachman, 1994).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi. Pemilihan mekanisme sterilisasi yang dilakukan
hendaknya disesuaikan dengan sifat bahan yang akan disterilkan. Sterilisasi secara
fisik dilakukan dengan menggunakan pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar X,
dan sinar-sinar yang memiliki panjang gelombang pendek (Waluyo, 2008).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu
penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila
panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas
lembab atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka disebut sterilisasi panas
kering atau sterilisasi kering. Di lain pihak, sterilisasi kimiawi dapat dilakukan
dengan mengunakan gas atau radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat
bahan yang disterilkan (Ratna, 1993).
Menurut Ratna (1993), berikut ini adalah jenis proses sterilisasi:
a. Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau
sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air
jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Maka sterilisasi basah
dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus
uap air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu
yang berkisar antara 110oC dan 121oC. Bahan-bahan yang biasanya
disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air
suling, peralatan laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang
tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah:
1. Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan
betul-betul dari ruang sterilisator;
2. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena itu
tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara
tidak terperangkap di dasarnya;
3. Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel
terhadap uap;
4. Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai
121oC dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit.
b. Sterilisasi kering
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan
dengan cara pemanasan langung sampai merah, meayangkan di atas nyala
api, pembakaran dan sterilisasi dengan udara panas (oven). Pemanasan
kering sering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium.
Dalam sterilisasi panas kering, bahan yang sering disterilkan
adalah pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, dan barang-barang
pecah belah lainnya. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi
dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu
wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari
oven.
Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini terlebih
dahulu membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium
foil, setelah itu atur pengatur suhu oven menjadi 160 oC dan alat disterilkan
selama 2 jam.
Menurut Ratna (1993), berikut adalah tabel daftar suhu dan waktu
yang biasa digunakan untuk sterilisasi panas kering dengan oven:

Suhu (oC) Waktu (jam)


170 1,0
160 2,0
150 2,5
140 3,0
BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Kaca arloji
2. Beaker glass
3. Erlenmeyer
4. Pengaduk
5. Pinsen
6. Spatel
7. Pipet tetes
8. Corong
9. Gelas ukur
10. Kertas perkamen
11. Alumunium foil

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. 1. HCl encer
2. HCl 2%
3. Tepol 1%
4. Na2CO3 0,5%
5. Na2CO3 5%
6. Aquadest
7. Etanol 70%
BAB IV
PELAKSANAAN

4.1 Pencucian alat gelas

alat-alat dicuci dengan air dan HCl encer (saat praktikum tidak dilakukan,
dianggap telah dilakukan sebelunya

kemudian direndam dalam larutan tepol 1% dan Na 2CO3 0,5% (aa) dan didihkan
selama satu hari (saat praktikum tidak dilakukan, dianggap telah dilakukan
sebelumnya)

prosedur diatas dilakukan 2 kali ad larutan tetap jernih (maksimal 3 kali) (saat
praktikum tidak dilakukan, dianggap telah dilakukan sebelumnya.

alat-alat kemudian dibilas dengan aquades (3kali)


4.2 Pencucian alumunium

alat-alat didihkan dalam larutan tepol 1% selama 10 menit

kemudian direndam dalam larutan Na2CO3 5% selama 5 menit

kemudian dibilas dengan air panas mengalir (saat praktikum tidak dilakukan)

kemudian didihkan dengan air selama 15 menit, kemudian dibilas (saat praktikum
tidak dilakukan)

kemudian didihkan dengan aquadest 15 menit, kemudian dibilas dengan aquadest


3 kali

4.3 Pencucian karet


alat-alat direndam dalam HCL 2% selama 2 hari (saat praktikum tidak
dilakukan, dianggap dianggap telah dilakukan sebelumnya)

kemudian direndam dalam tepol 1% dan larutan Na 2CO3 0,5% (aa) selama 1
hari (saat praktikum tidak dilakukan, dianggap praktikum idak dilakukan
sebelumnya)

prosedure diatas diulangi 2 kali ad larutan tetap jernih (maksimal 3kali) (saat
praktikum tidak dilakukan, dianggap praktikum idak dilakukan sebelumnya)

kemudian direndam dengan aquadest dan didihkan selamma 30 menit (saat


praktikum tidak dilakukan, dianggap praktikum idak dilakukan sebelumnya)

kemudian direndam dengan etanol 70% dan air (aa), kemudian dibilas dan
diulangi ad larutan jernih

4.4 Pengeringan alat

semua alat dikeringkan menggunakan oven suhu 100 o C selama 10 menit


(dalam posisi terbalik)

selama pengeringan berlangsung, oven ditutup rapat

semua alat yang telah kering segera dibungkus

4.5 Pembungkusan alat


a. Sterilisasi kering

batang pengaduk, pinset, spatula, gelas arloji diungkus menggunakan


alumunium foil emmbentuk kotak (ada rongga udara)

pembungkusan dilakukan 2 lapis


b. Sterilisasi basah

beaker glas, gelas ukur, erlenmeyer, karet pipe dibungkus menggunakan


kertas perkamen membentuk kotak (ada rongga udara)

pembungkusan dilakukan dua lapis

4.6 Sterilisasi alat


a. Sterilisasi kering

batang pengaduk, pinset, spatula, gelas arloji yang sudah dibungkus, disusun didalam oven
dengan rapi

suhu oven diset hingga suhu 160o C

suhu oven ditunggu hingga mencapai suhu 160o C (waktu 1 jam)

setelah mencapai suhu 160o C proses sterilisasi dimulai (waktu 1 jam)

setelah waktu 30 menit selesai, suhu oven diturunkan dan ditunggu hingga 24
menit

keluarkan semua alat dari oven dan masukkan dalam kantong

diberi label nama kelompok dan "steril"


b. Sterilisasi basah

beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer, karet pipet yang sudah dibungkus, disusun
dalam autoklaf dengan rapi

autoklaf ditutp rapat dan mulai dipanaskan (11 menit)

udara dalam autoklaf dikeluarkan (12menit)

suhu autoklaf ditunggu hingga mencapai suhu 1210C (15 menit)

setelah mencapai 1210C dihitung waktu kesetimbangan 0 menit

kemudian proses sterilisasi dimulai (waktu pembinasaan 15 menit)

setelah waktu 15 ment selesai, dilanjut dengan waktu tambahan jaminan sterilitas hingga 0 menit

suhu autoklaf diturunka 8 menit

autoklaf didinginka 7 menit

dikeluarkan semua alat dari autoklaf

masukkan dalam kantong (jika basah harus dikeringka terlebih daulu)

diberi nama label nama kelompok 'steril'


BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan sterilisasi alat


dan bahan dengan pemanasan kering (menggunakan oven) dan pemanasan basah
(menggunakan autoclave). Dalam percobaan yang telah dilakukan alat-alat yang
disterilkan meliputi: beaker glass, Erlenmeyer, karet pipet, gelas ukur (sterilisasi
basah); kaca arloji, pengaduk, pinset, spatel, pipet tetes (sterilisasi kering).
Pencucian dan sterilisasi sangat penting dilakukan karena merupakan salah satu
elemen penting dalam suatu rangkaian proses pembuatan sediaan steril.
Sterilisasi merupakan pemusnahan atau pengusiran bentuk hidup
mikroorganisme yang terdapat dalam bahan, sediaan dan barang-barang. Sediaan
dan barang dinyatakan steril jika semuanya bebas dari bentuk hidup
mikroorganisme, yang dapat dibuktikan melalui persyaratan pada “ pengujian
terhadap sterilitas”. Terdapat beberapa macam metode sterilisasi, yaitu :
1. Sterilisasi kimia, misalnya menggunakan antibiotik, fenol-fenol, alkohol,
gasetilen oksida, dan formaldehid.
2. Sterilisasi Radiasi, misalnya menggunakan sinar UV, sinar laser, sinar
gamma.
3. Seterilisasi panas, yaitu dibagi menjadi sterilisasi panas basah dan
sterilisasi panas kering.
4. Sterilisasi filtrasi, yaitu menggunakan suatu filter untuk
menyaringmikroorganisme baik virus maupun bakteri.
Sediaan farmasi steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi syarat bebas
dari mikroorganisme disamping syarat fisika dan kimia. Pencucian bertujuan
untuk membersihkan alat-alat dari lemak, partikel, bakteri, dan pirogen.
Bahanyang dapat digunakan dalam pencucian antara lain alkali, detergen, purified
water (PW),aqua demineralisasi (DI) yang disaring, non-pyrogen water, dan air
untuk injeksi (WFI).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan, mematikan, atau
menghancurkan semua bentuk mikroorganisme hidup baik yang pathogen maupun
tidak, bahkan dalam bentuk vegetative (spora) dari suatu objek atau bahan.
Dengan sterilisasi akan diperoleh objek atau bahan yang steril. Pada umumnya
suatu proses yang dapat menghancurkan zat hidup juga mampu menyebabkan
beberapa kerusakan pada objek yang disterilkan. Dalam percobaan ini metode
sterilisasi apa yang akan digunakan tergantung apakah objek tahan panas atau
tidak.
Metode sterilisasi yang dipilih untuk beaker glass, Erlenmeyer, corong, gelas
ukur adalah sterilisasi menggunakan autoclave. Sterilisasi uap merupakan proses
sterilisasi termal menggunakanuap jenuh di bawah tekanan berlangsung di suatu
bejana yang disebut autoklaf. Metode ini paling banyak digunakan.
Suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam farmakope untuk media atau
pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121ºC kecuali dinyatakan lain.
Autoklaf dapat mempertahankan suhu 121º C ± 2,0º C dilengkapi dengan
thermometer,pengukur tekanan, lubang ventilasi, rak yang cukup untuk menampu
ng wadah uji diatas permukaan air dan sistem pendingin air yang akan mendingin
kan wadah uji sampaisuhu lebih kurang 20ºC tetapi tidak di bawah suhu 20ºC
segera setelah siklus pemanasan. Prinsip dasar dari autoklaf adalah udara di dalam
bejana sterilisasi diganti dengan uap jenuh dan hal ini dicapai dengan
menggunakan alat pembuka atau penutup khusus.
Metode sterilisasi basah sangat efektif meskipun pada suhu yang tidak begitu
tinggi, karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan,
dilepaskan panas sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 121ºC. Panas
ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup dan
dengan demikian mematikannya. Maka sterilisasi basah dapat digunakan untuk
mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (minyak misalnya, tidak
dapat ditembus uap air) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang
berkisar antara 110ºC dan 121ºC (Hadioetomo, R. S., 1985).
Pada umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk sediaan farmasi dan
bahan-bahan yang dapat tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan
penembusan uap air, tetapi tidak timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap
air tersebut. Metode ini juga dipergunakan untuk larutan dalam jumlah besar, alat
– alat gelas. Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak-minyak, minyak lemak,
dan sediaan-sediaan lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau pensterilan
serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap air jenuh (Ansel, 1989).
Adapun langkah kerja untuk sterilisasi alat gelas menggunakan autoclave
adalah sebagai berikut:
Pertama kali alat-alat dicuci dengan air dan HCl encer dengan tujuan untuk
menetralkan kondisi alkalis dari alat gelas. Kemudian direndam dalam larutan
tepol 1% dan Na Carbonat 0,5%). HCl encer untuk menetralkan sifat alkalis dari
gelas akibat proses leburannya. Struktur gelas terdiri dari ikatan silika tetrahedral
yang bersifat basa. Pada temperatur kamar, ion soda silikat dapat berpindah
sehingga bercampur dengan larutan setelah kontak dalam waktu yang lama. Hal
ini dapat terjadi karena soda silikat gelas akan mengalami hidrolisis oleh adanya
air dan akan terbentuk alkali hidroksida yang dapat bereaksi dengan obat-obat
yang dikemas didalamnya dan pada akhirnya dapat terjadi degradasi obat. Namun,
sedikit banyaknya pembebasan alkali ini sangat tergantung pada kualitas bahan
gelas. Tepol berfungsi sebagai surfaktan, bisa juga digunakan untuk mengurangi
lemak.
Keuntungan tepol adalah tidak menimbulkan noda putih. Hal ini karena tepol
tidak mengandung asam stearat. Kedua langkah ini dilakukan untuk karet
berkualitas jelek. Bila digunakan karet kualitas baik maka langkah-langkah
tersebut tidak harus dilakukan. Selanjutnya direndam dalam tepol 1% dan Na
bicarbonate 0,5% (aa) dan didihkan selama 1 hari. Tepol 1% berfungsi sebagai
surfaktan yang akan mengikat lemak pada gelas yang akan terikat pada gugus
lipofil dari surfaktan. Selain itu juga untuk membebaskan pirogen (depirogenasi)
dan disinfektan. Sementara Na Carbonat 0,5% berfungsi untuk menetralkan sisa
asam akibat HCl encer. Prosedur tersebut diulangi 2 kali ad larutan tetap jernih
(maksimal 3 kali). Alat-alat kemudian dibilas dengan aquadest sebanyak 3 kali.
Semua alat dikeringkan menggunakan oven suhu 100ºC selama 10 menit (dalam
posisi terbalik). Selama pengeringan berlangsung oven ditutup rapat. Semua alat
yang telah dikeringkan segera dibungkus.
Untuk pencucian karet, karet direndam dalam HCl 2% selama 2 hari dengan
tujuan untuk menetralkan kondisi alkalis dari tutup karet. Selanjutnya rendam
tutup karet dengan larutan (tepol 1% dan Na Carbonat 0,5%) selama 1 hari dengan
tujuan supaya penyerapan tepol dan Na Carbonat lebih efektif. Prosedur di atas
diulangi sebanyak 2 kali ad larutan tetap jernih. Kemudian direndam dengan
aquadest dan didihkan selama 30 menit. Direndam dengan etanol 70% dan air
(aa).
Prosedur selanjutnya adalah pembungkusan alat. Beaker glass, gelas ukur,
Erlenmeyer, karet pipet dibungkus menggunakan aluminium foil (tidak ada
rongga udara) agar uap air tidak masuk pada alat gelas. Alat-alat gelas yang sudah
terbungkus rapi dimasukkan kedalam autoklaf, disusun dengan rapi. Autoklaf
ditutup rapat dan mulai dipanaskan (11 menit), udara di dalam autoklaf
dikeluarkan (12 menit). Suhu autoklaf ditunggu hingga mencapai suhu 121ºC (15
menit). Setelah mencapai suhu 121ºC dihitung waktu kesetimbangan 0 menit.
Kemudiaan proses sterilisasi dimulai (waktu pembinasaan 15 manit). Waktu
tersebut merupakan waktu untuk proses sterilisasi. Setelah waktu 15 menit selesai,
dilanjutkan waktu tambahan jaminan sterilitas hingga 0 menit. Waktu ini
digunakan untuk menjamin bahwa bakteri spora Stearothermophillus telah benar-
benar mati. Suhu autoklaf diturunkan (8 menit), autoklaf didinginkan (7 menit).
Semua alat dikeluarkan dari autoklaf. Dimasukkan kedalam kantong yang kering.
Sterilisasi panas kering dilakukan untuk alat-alat yang tahan pemanasan tinggi
tetapi tidak dapat ditembus oleh uap air dengan mudah. Pada sterilisasi panas
kering, pemusnahan mikroba berdasarkan proses oksidasi dan dehidrasi terhadap
sel mikroba. Dalam sterilisasi ini perlu diperhatikan penyusunan alat gelas dalam
oven. sebaiknya alat gelas disusun agak renggang sehingga aliran udara dapat
menembus dan terdispersi keseluruh permukaan gelas. Keuntungan menggunakan
metode sterilisasi panas kering adalah alat-alat yang disterilkan akan tetap kering.
Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering kurang efisien dan
membutuhkan suhu lebih tinggi serta waktu yang lebih lama untuk sterilisasi. Hal
ini disebabkan karena tanpa kelembaban tidak ada panas laten. Hubungan antara
suhu dan lamanya pemanasan yang umum digunakan dalam sterilisasi dengan
panas kering adapat dilihat pada tabel. Pemanasan seperti ini menjamin bahwa
suhu pada benda-benda yang diapanskan dalam oven akan mencapai 160-175ºC
selama sekurang-kurangnya 10 menit (Hadioetomo, R. S., 1985).

Secara keseluruhan, metode panas basah lebih efektif dibandingkan panas


kering. Kelebihan panas basah :
1. Uap air mempunyai daya bakterisida yang lebih besar daripada panas
kering sehingga sterilisasi dapat dilakukan pada suhu yang lebih
rendah dan waktu yang lebih singkat.
2. Kapasitas kalor uap air lebih besar dibandingkan kapasitas kalor udara
kering, sehingga pemindahan kalor dapat terjadi dengan lebih cepat.
3. Uap air dapat menempati seluruh ruangan dengan merata.
Langkah kerja untuk sterilisasi panas kering adalah sebagai berikut:
Alat-alat gelas (batang pengaduk, pinset, spatula, gelas arloji) yang sudah
dicuci, dikeringkan dan dibungkus dengan aluminium foil (ada rongga udara)
disusun dalam oven dengan rapi. Suhu oven diset hingga suhu 160ºC dan
ditunggu hingga mencapai suhu 160ºC (waktu 33 menit). Setelah mencapai suhu
160ºC proses sterilisasi dimulai (waktu 30 menit). Setelah waktu 30 menit selesai,
suhu oven diturunkan dan ditunggu hingga 24 menit. Dikeluarkan semua alat dari
oven dan dimasukkan dalam kantong yang kering. Selanjutnya semua alat-alat
yang sudah dilakukan proses sterilisasi baik basah maupun kering disimpan di
tempat yang steril. Hasil percobaan ini didapatkan alat gelas serta karet penutup
yang kering, bersih dan bebas dari partikel asing.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan produk steril harus
diperhatikan kontrol kualitas dan sterilitasnya sebagai pendukung pembuatan
sediaan steril.Bahan yang tidak tahan panas disterilisasi dengan sterilisasi basah
menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 45 menit. Pada metode ini uap air
akan menembus dinding sel mikroba dan mengakibatkan koagulasi protein
sehingga spora bakteri akan mati dan tercapai keadaan steril. Bahan yang tahan
panas glassware disterilisasi dengan sterilisasi kering menggunakan oven pada
suhu 160oC selama 1 jam. Pada sterilisasi panas kering, pemusnahan mikroba
berdasarkan proses oksidasi dan dehidrasi terhadap sel mikroba.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta:


UI- Press.
Fardiaz, 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hadioetomo, Ratna Sri. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium.  PT Gramedia: Jakarta.
Priambodo, B. 2007. Management Farmasi Industri, Global Pustaka Utama,
Yogyakarta.
Subaghdja, Rickie, 2010, Sterilisasi dan Pengenalan Alat
Mikrobiologi,  Yudistira: Bandung
Waluyo L. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Universitas
Muhammadiyah Malang Press: Malang.

Anda mungkin juga menyukai