STERIL yaitu keadaan dimana sesuatu zat bebas dari mikroba hidup (vegetatif dan spora).
- injeksi, infundabilia
- tetes mata, salep mata
- cairan irigasi (larutan merendam luka)
- larutan dialisa
- sediaan biologis (vaksin, toksoid, antitoksin, produk penambah darah)
- pelet, implan
TUJUAN :
Untuk menghindari terjadinya infeksi pada jaringan tubuh dan cairan tubuh, karena
pada tempat-tempat tersebut sistem pertahanan terhadap zat asing tidak selengkap
yang ada pada saluran cerna.
Meliputi :
1. perencanaan
2. pembuatan obat suntik
3. penyaringan
4. pengisian obat suntik kedalam wadah
5. penutupan wadah
6. sterilisasi
7. uji sterilitas (pemeriksaan)
1. Perencanaan
Direncanakan dulu apakah obat itu akan dibuat secara aseptik atau dilakukan sterilisasi
akhir (Na-steril). Kemudian buat rencana kerja untuk bahan dan alat-alat.
Misal :
- pinset, spatel, pengaduk kaca, kaca arloji dibakar pd api spiritus
- ampul, gelas piala, erlenmeyer, corong oven 150o 30 menit
- tutup karet dididihkan 30 menit dlm air suling
- kertas saring, kertas G3, gelas ukur autoklav
2. Pembuatan obat suntik
Segala pekerjaan sedapat-dapatnya dilakukan secara aseptis, karena larutan yang telah
terinfeksi membutuhkan waktu penyeterilan yang lebih lama, sebelum dapat dikatakan
dengan pasti, bahwa obat itu steril. Bahan-bahan obat yang dipakai harus murni sekali dan
bersih, ditimbang dengan seksama, dengan mengambilnya dari dalam botol.
Perhitungan dibuat berlebih dari jumlah yang harus didapat, karena dilakukan penyaringan,
pembilasan kemudian ditimbang. Larutkan masing-masing dalam aqua p.i, kemudian
dicampur. Sesudah dilarutkan, adakalanya larutan itu dibebaskan dari pirogen, dengan norit
0,1-0,3% selama 15 menit. Tiap-tiap bahan yang ikut dikocok dengan norit dilebihkan
beratnya 5-10%.
3. Penyaringan
Segera dilakukan setelah pembuatannya. Larutan disaring dengan kertas saring biasa
sebanyak 2 kali. Kertas saring biasa selalu membebaskan serat kedlm larutan, oleh karena
itu harus dibilas terlebih dahulu dengan larutan obat. Kemudian disaring dengan kertas
saring G3.
4. Pengisian obat suntik kedalam wadah
-cairan : Farmakope telah mengatur volume tambahan yang dianjurkan.
5. Penutupan wadah
- Wadah dosis tunggal : dengan cara melebur ujungnya dengan api hingga tertutup kedap.
- Wadah dosis ganda : dengan karet melalui proses pengurangan tekanan hingga karet
tertarik kedalam. Tutup karet dilapisi dengan tutup aluminium.
Wadah (ampul,vial)
cuci steril di isi
tutup kedap
dikarantina
b. Na. STERIL :
disaring
disterilkan
dikarantina
CARA-CARA PENYETERILAN
TUJUAN :
membebaskan sesuatu bahan dari mikroba patogen dan apatogen, baik dalam bentuk vegetatif
maupun spora.
Golongan mikroba berdasarkan daya tahannya :
1. Mikroba dengan daya tahan terendah yaitu jenis-jenis mikroba dalam bentuk vegetatif.
Mikroba tersebut dapat dimatikan pada suhu 80o dalam waktu beberapa menit, dan
dalam air mendidih atau uap air dapat dimatikan dengan sempurna.
2. Mikroba dengan daya tahan lebih besar,yaitu golongan mikroba yang membentuk spora
termasuk jenis-jenis basil. Dapat dimatikan dalam air mendidih & uap air dalam waktu
beberapa menit sampai dengan 2 jam.
3. Mikroba dengan daya tahan tertinggi, yaitu jenis bakteri tanah.
Masih dapat bertahan hidup setelah di didihkan atau dalam uap air selama 20 sampai
dengan 24 jam.
CARA-CARA STERILISASI :
1. dengan pemanasan kering = str.panas kering cara D
2. dengan pemanasan basah = str.uap cara A
3. dengan penambahan zat-zat tertentu cara B
4. dengan penyinaran = str.radiasi ion
5. dengan penyaring bakteri = str.penyaringan cara C
6. dengan gas
7. dengan cara aseptis
STERILISASI
Dingin Panas
Keunggulan Kerugian
- panas tinggi dan aliran cepat - tidak cocok untuk
- mematikan m.o lebih cepat bahan anhydrous
- dpt digunakan utk sterilisasi - tidak dapat digunakan
wadah plastik dan sediaan untuk bahan termolabil
khusus - tidak menghilangkan
- penetrasi panas cepat pirogen
-tidak meninggalkan
kontaminan toksis pd bhn yg
disterilkan
Contoh :
a. dimasak dlm air.
Cara ini sudah jarang digunakan dan kurang memuaskan, karena ada spora-spora yang
sesudah 2 sampai 5 jam belum mati. Pemanasan lembab sel-sel vegetatif bakteri dan fungi
baru sudah dimatikan pada suhu 60o 5 10 menit. Spora ragi fungi baru mati di atas 80o dan
spora bakteri baru mati di atas 120o selama 15 menit. Untuk mencapai suhu yang lebih tinggi
daripada titik mendidih air digunakan autoklaf. Lama penyeterilan dihitung sejak air mulai
mendidih, dan waktunya tergantung macam dan jenis alat yang disterilkan, umumnya 30
sampai 60. Dengan penambahan bakterisida (fenol 5%, lisol 2-3%, natrium karbonat 1%,
desogen 2%, merfen 0,1%), maka lamanya penyeterilan dapat dipersingkat, hingga separuh
waktu yg dibutuhkan semula.
b. Tindalisasi/Pasteurisasi.
Cara ini digunakan untuk zat-zat yang tidak tahan pemanasan tinggi dan tidak dapat
disaring dengan penyaring bakteri (emulsi, suspensi).
Tindalisasi : cara sterilisasi terfraksionasi dlm uap air
mengalir pada suhu 100oC, 3 hari berturut-turut, dipanasi pada 100oC tiap kali 30
menit. Simpan pada suhu inkubasi untuk membiarkan spora berkecambah dan
sel-sel vegetatif dimatikan pada pemanasan berikutnya.
Parteurisasi : cara pembebasan kuman dengan mematikan bentuk vegetatif dengan
pemanasan pada 75 80oC selama 5 10 menit.
Caranya :
Wadah yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam air panas dalam penangas air pada
suhu 70o-80o selama 40-60 menit,untuk mematikan mikroba bentuk vegetatif. Setelah itu
didiamkan 24 jam pd suhu 30o, untuk membiarkan bentuk spora berubah menjadi
bentuk vegetatif. Proses ini diulang-ulang 3 atau 5 hari berturut-turut.
c. Dengan uap air pd suhu 100oC
Alat : bentuknya menyerupai dandang.
Alat atau bahan yang akan disterilkan baru dimasukkan setelah air mendidih
dan kelihatan uapnya keluar.
Keuntungan : uap air mudah menembus dinding sel mikroba & menggumpalkan putih
telur.
Kelemahan : sulit dalam pemantauan suhu yang tepat dan waktu prosesnya.
d. Pemanasan dlm otoklaf (F.I III: cara A )
Cara : menggunakan uap air dengan tekanan. Sediaan yang akan disterilkan diisikan
kedalam wadah yang cocok, kemudian ditutup kedap.
- Jika volume tiap wadah +100 ml, sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh pd suhu 115-
116o selama 30
- Jika volume tiap wadah >100 ml , waktu sterilisai diperpanjang hingga seluruh isi tiap
wadah berada pd suhu 115-116o selama 30.
Alat : autoclav, yaitu suatu panci logam yang kuat dengan tutup yang berat, mempunyai
lubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer, pengatur tekanan
udara, klep pengaman.
Cara kerja :
autoclav dipanaskan, ventilasi dibuka utk membiarkan udara keluar (adanya udara akan
menyebabkan efek penyeterilan berkurang).
Autoclav ada yang berdinding satu, ada yang berdinding dua.
- Autoclav berdinding satu pengusiran udara agak sulit karena udara lebih berat dari uap
air. Udara akan keluar melalui ventilasi yang terbuka setelah keluar aliran uap air dengan
suhu 98o dengan kencangnya selama 2 menit (+ 30 setelah autoclav dipasang).
- Autoclav berdinding dua uap air masuk dari bagian atas dan udara keluar dari
bagian bawah, ditunjukkan dengan gelembung yang keluar dari ujung pipa karet dalam
air.
Catt : udara yang BJ-nya lebih besar lebih mudah keluar dari bagian bawah.
Sebaiknya menggunakan air suling dan bukan air ledeng, karena air ledeng akan
meninggalkan endapan garam di autoclav. Autoclav yang lebih modern mempunyai indikator
yang menunjukkan waktu tercapainya suhu penyeterilan dari tiap-tiap bahan yang dipanaskan
dalam autoclav dan saat tercapainya tekanan. Jika autoclav tidak mempunyai alat-alat ini,
maka untuk mengetahui apakah telah cukup barang-barang yang akan disterilkan dipanasi,
dapat dipakai indikator yang menyatakan tercapainya suhu penyeterilan, tetapi tidak
menyatakan lamanya waktu penyeterilan.
Sebagian besar autoclav dioperasikan secara rutin biasanya pd temperatur 121o 20.
Setelah udara bersih, yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air mendidih, tutup
autoclav dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik sesuai dengan yang
dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil. Setelah sterilisasi selesai,
autoclav dibiarkan dingin hingga tekanannya sama dengan tekanan atmosfer. Sterilisasi cara
ini lebih efektif jika dibanding dengan pemanasan basah yang lain, karena suhunya lebih tinggi.
Faktor khasiat dan daya guna zat kimia terhadap miktoba ditentukan oleh :
1. Daya tahan mikroba
2. Daya absorpsi mikroba
3. Permeabilitas sel mikroba
4. Pelarut yang dipakai
5. Kadar zat kimia yang dipakai.
6. Suhu
7. Reaksi, pH
b. Alat-alat.
Zat-zat yang digunakan untuk menyeterilkan alat antara lain : alkohol, kresol, fenol,
formaldehid, garam raksa organik/anorganik, senyawa amonium kwartener.
Cara ini lebih mudah digunakan, namun sterilitasnya tidak sebaik cara sterilisasi dengan
pemanasan secara kering dan autoclav. Untuk mencegah alat-alat menjadi karatan dapat
ditambahkan Natrium nitrit atau Natrium borat.
Cara sterilisasi :
1. 1 2% Natrium karbonat, didihkan alat-alat selama 20 menit, dapat membebaskan alat-
alat dari kuman.
2. Zefirol 1% 1 jam, jika dengan pemanasan jam.
3. Fenol 5%, penyeterilan sama dengan natrium karbonat
4. Lisol 2%
c. Ruangan.
Caranya : disemprot dengan larutan bakterisida dengan kelembaban relatif 60 oC, kemudian
didiamkan beberapa waktu, udara dihisap dan diganti dengan udara yang sudah
steril (dilewatkan penyaring udara).
Zat yang digunakan :
- uap formaldehid, diperoleh dengan meneteskan larutan formaldehid pada KMnO4. Atau
pemanasan dengan paraformaldehid pada 56oC dalam beberapa jam, diamkan semalaman.
- campuran etilenglikol, resorcin, air dan alkohol sama banyak disemprotkan dalam bentuk
spray.
- campuran etilen oksida dengan karbondioksida 1 : 9.
- gas lain : ozon, chloropikrin, propilenoksida dan metil bromida.
4. PENYETERILAN DENGAN CARA PENYINARAN
a. dengan sinar ultra violet (UV).
Panjang gelombang 2000Ao dan 2960Ao UV dapat membunuh :
- mikroba patogen, spora-spora, virus, jamur, ragi
Bekerja efektif jika langsung disinari bahan-bahan yang akan disterilkan (paling efektif
pada gelombang 2650Ao).
Untuk mensterilkan : ruangan, obat suntik, udara, pembalut, selofan dan tutup plastik.
Kelemahan :
. Penetrasi terbatas
. terlindungi oleh debu
. lampu UV harus dibersihkan periodik ( dengan alkohol )
. Pekerja perlu dilindungi dari sinar UV, karena dapat mempengaruhi kulit dan mata, oleh
karena itu perlu pakaian penutup bagian-bagian badan yang terbuka dan langsung disinari
serta kaca mata.
b. dengan sinar gamma.
Digunakan isotop radioaktif misalnya cobalt 60.
Keuntungan : zat yang akan disterilkan dapat disterilkan dalam wadah / kemasan akhir.
c. dengan sinar X dan sinar katoda.
Sinar X dan elektron-elektron dengan intensitas tinggi mempunyai sifat mematikan
mikroba (virus rabies dimatikan dengan memakai ledakan-ledakan elektron sebesar 3MeV
kapasitron).
Keuntungan :
. cepat, prosesnya sederhana
. cukup aman dan hasilnya cukup
. sterilisasi dapat digunakan pada jarum suntik yang sudah terpasang & alat-alat
RS lain.
Zat yang dapat disterilkan dengan sinar ini : Penicillin Na, Streptomicin sulfat,
Hidrolisat protein, Hormon pituitarium, Insulin, Vaksin influenza, Vaksin cacar.
Kerugian :
1. Masih memerlukan zat bakterisida
2. Hanya dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat digunakan untuk pembawa
minyak karena dapat memperbesar permeabilitas penyaring terhadap bakteri.
3. Beberapa jenis penyaring dapat mengabsorpsi bahan obat, terutama kalau kadarnya
rendah.
4. Beberapa penyaring bersifat alkalis (Seitz filter) dan penyaring asbes melepaskan asbes
kedalam larutan.
5. Beberapa penyaring sukar dicuci : porselin, kieselguhr.
6. Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.
6. STERILISASI GAS
Gas yang bersifat germicidal (membunuh) :
- ethylene okside ( ETO ) paling banyak digunakan
- Propylene okside utk makanan
- Formaldehid
- Ozone
- Chloropierin
- Paracetic acid
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak tahan terhadap panas / radiasi.
Penggunaan gas lebih sulit dibanding metode panas, karena lebih banyak parameter yang harus
dikontrol (waktu, temperatur, kadar gas dan kelembaban).
Sifat :
1. Sangat reaktif
2. Sangat eksplosif (mudah meledak)
3. Tidak berwarna
4. Untuk sterilisasi :
- cairan murni
- camp. 10% dg CO2
- camp. 12% dg CFC ( chlorofluorocarbon )
- camp. 3,6% - 100% dengan udara sangat mudah terbakar
Keuntungan :
- dapat disterilkan dalam kemasan gas ETO menembus plastik/karton.
Kerugian :
- mudah terbakar, walau sudah dicampur dengan gas inert
- lebih mahal
- membutuhkan kontrol
- pengawasan terhadap sisa gas dan reaksi limbah.
Proses sterilisasi pada umumnya berlangsung didalam bejana bertekanan yang didesain sama
seperti pada otoklaf, tetapi dengan tambahan bagian khusus yang hanya terdapat pada alat
sterilisasi yang menggunakan gas.
Cara :
1. Bahan dimasukkan kedalam wadah yang udaranya kemudian dikeluarkan hingga
tekanan didalamnya 10 mmHg.
2. Masukkan air secukupnya hingga menimbulkan kelembaban lebih kurang 60%.
3. Alirkan etilen oksida atau camp. etilen oksida & karbondioksida hingga tercapai tekanan
1 atm.
4. Wadah dan isinya dapat dipanaskan hingga suhu 60o dan suhu ini dipertahankan selama
waktu yang cocok.
5. Sebelum wadah dibuka, etilen oksida harus diganti dengan carbon dioksida.
Daya sterilisasi etilen oksida tergantung dari kadar etilen oksida dan waktu sterilisasi.
7. PENYETERILAN SECARA ASEPTIS.
Yaitu : cara sterilisasi dengan menggunakan tehnik yang dapat memperkecil
kemungkinan terjadinya cemaran mikroba hingga seminimal mungkin.
Mikroba dalam hal ini tidak dimusnahkan. Cara kerja ini terutama digunakan untuk obat-obatan
yang sama sekali tidak tahan pemanasan, atau untuk obat-obat yang tidak dapat disaring
dengan penyaring bakteri, misalnya emulsa atau suspensi.
Cara kerja aseptis :
Semua pekerjaan dilakukan dalam suasana steril atau sucihama.
1. Semua alat-alat yang akan dipakai lebih dulu disterilkan dengan cara yang cocok dan
disiapkan dalam jumlah berlebih misal gelas ukur, sudip autoclav, beaker, erlenmeyer
oven 150o.
2. Obat-obat yang dapat disterilkan, harus disterilkan lebih dulu.
3. Pelarut-pelarut yang akan dipakai harus steril.
4. Ruang kerja harus bersih, bebas dari debu dan angin. Semua pekerjaan harus dilakukan
dekat lampu UV. Jika tidak dapat dijamin kebersihan seluruh ruangan, maka lebih baik
pekerjaan dilakukan dalam lemari-lemari kecil yang steril (kubah).
5. Perencanaan alat-alat yang akan dipakai harus seteliti-telitinya.
6. Pekerja harus benar-benar faham akan maksud cara kerja ini, untuk mencegah
kemungkinan pencemaran. Bahaya cemaran terbesar terletak pada pekerja, terutama
tangan dan nafasnya. Jadi tangan pekerja harus dicuci sebersih-bersihnya dan dibilas
dengan zat antiseptik misal alkohol. Mulut dan hidungnya ditutup dengan sehelai kain kasa.
Sedapat mungkin pekerja mengenakan pakaian steril, untuk memperkecil cemaran dan juga
menggunakan tutup kepala.
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Beaker glass
4. Batang pengaduk
5. Gelas arloji
6. Lampu spirtus
7. Kaki segi tiga
8. Spatula
9. Penjepit
10. Corong
11. Gelas ukur
12. Kertas saring
13. Mortar dan stamper
14. Ayakan
SEDIAAN MATA
1. Tetes mata (guttae opthalmicae) :
- takaran ganda, perlu pengawet
- syarat : jernih, bebas jarah asing, serat & benang
- steril, sebaiknya isotonis
- wadah kaca + penetes (botol tetes)
2. Cuci mata (collyrium) :
- jernih, bebas partikel, isotonis
- dapat ditambah dapar atau pengawet
- wadah botol putih + cawan cuci
3. Salep mata (oculenta) :
- tidak mengandung bagann yang kasar yang dapat diraba
wadah tube runcing
PERLENGKAPAN
1. Lab jas
2. Lap/serbet bersih
3. Kertas perkamen
4. Kertas roti
5. Aluminium foil
6. Gunting
7. Sudip (4x10 cm) 2 lembar
8. Spatula stainless steel
9. Pipet tetes kaca
10. Wadah :
-botol infus; vial
-botol tetes
-tube
-kaleng bedak
11. Dus
12. Kantong coklat
13. Pinset anatomi/penjepit
1. Label yang menempel pada kemasan primer yang berisi nama produk, nama zat
berkhasiat
2. Dus (kemasan sekunder) berisi keterangan produk meliputi :
Nama produk, bahan berkhasiat, khasiat, kontra indikasi, nomer batch, nomer registrasi,
expired date, nama pabrik
3. Brosur, berisi :
Nama produk, bahan berkhasiat, khasiat, kontra indikasi, penggunaan, dosis, nomer
batch, nomer registrasi, expired date, nama pabrik
4. Kantong coklat (kemasan tersier)
Tempat menempelkan etiket, yang berisi : nomer resep, tanggal resep, nama pasien,
aturan pakai
2. Alat-alat yang tidak boleh dipegang tangan (harus menggunakan pinset steril)
-kaca arloji
-cawan uap
-anak timbangan dan pemberat
-corong
-kertas saring
3. Untuk menimbang tidak diperkenankan menggunakan kertas perkamenharus dengan
kaca arloji
LEMBAR KERJA
Sediaan ampul , vial, infus :
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
Oven (logam)
8.Cara kerja :
9. Etiket dan wadah :
LEMBAR KERJA
Sediaan tetes mata dan tetes telinga :
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
7.Sterilisasi alat & bahan :
Oven (logam)
LEMBAR KERJA
Sediaan bedak, gauze, salep, krim :
1. Kelengkapan Resep
2. OTT : (cahaya atau zat lain)
3.Usul :
4. Perhitungan dosis :
5. Teori pendukung :
6.Perhitungan :
Oven (logam)
8.Cara kerja :
9. Etiket dan wadah :
PERHITUNGAN dan CARA KERJA :
- SEDIAAN INJEKSI
1. Ampul
Vol = (n+2)v + (2x3)
Ket :
Vol = jumlah volume larutan yang akan dibuat
n+2 = banyaknya ampul yang akan dibuat ditambah 2 buah ampul
v = volume yang dianjurkan Farmakope Indonesia
2x3 = volume larutan untuk membilas buret 2x sebanyak @ 3 ml
Contoh :
R/ Atropin SO4 0,5 mg
Papaverin HCl 40 mg
m.f inj da in ampul 1 ml No. III
S 1 dd1 ml
Perhitungan :
V = (n+2)v + (2x3)
V = (3+2) 1,1 + (2x3)
V = 5,5+6 = 11,5 dibulatkan menjadi 15 ml (pembulatan ke atas)
Penimbangan :
- Atropin SO4 = 15 x 0,5 mg = 7,5 mg pengenceran
= 7,5/50 g x 10 ml = 1,5 ml
- Papaverin HCl = 15 x 40 mg = 600 mg
- NaCl (hitung tonisitasnya)
- Aqua p.i ad 15 ml
Perhitungan isotonis - Jika untuk penyuntikan iv, sc, i.lumbal
- Jika untuk sediaan tetes mata dan tetes hidung
Bila dari resep strandart tidak perlu menghitung tonisitas.
RUMUS :
V = (W x E) 111,1
Ket :
V = volume larutan yang akan dibuat
W = bobot zat berkhasiat (gram)
E = harga equivalen NaCl zat untuk Atropin = 0,14 , E Papaverin = 0,15
111, 1 volume untuk melarutkan 1 g NaCl agar isotonis
= 1/0,9 x 100 ml = 111,1
Jadi :
V = (WxE) 111,1
15 = (0,0075. 0,14+0,6. 0,15+ W.1) 111,1
15 = 10,115655 + 111,1 W
W = 15 10,115655 = 0,0439 = 0,044 g
111,1
Perhitungan TM :
- Atropin SO4 TM = 0,5/1,5 mg
Pemakaian dalam R/ :
1 x = 0,5 mg 0,5/0,5 x 100% = 100%
1 h = 0,5 mg 0,5/1,5 x 100% = 33,3%
- Papaverin HCl TM = 0,25/1 g
Pemakaian dalam R/ :
1 x = 0,04/0,25 x 100% = 16%
1 h = 0,04/1 x 100% = 4%
Vaselin alba diganti vaselin kuning, karena vaselin alba diputihkan dengan
H2SO4 yang mengiritasi mata.
Perhitungan dilebihkan 20% karena disaring penyaringan
Untuk antibiotika dan hormon bereaksi dengan tube dari logam, jadi tube dilapisi
perkamen/selofan/plastik..
2. Tetes mata
Pengawet :
1. benzalkonium klorida (zephiron) . 1 : 10.000 0,01%
2. fenil merkuri nitrat .. 0,01%
3. benzilalkohol ... 3%
4. klorbutanol .. 0,5%
5. kresol .. 0,3%
6. fenol 0,5%
7. klorkresol 0,1-0,2%
8. campuran : metilparaben 0,15% dan propilparaben . 0,03%
Harus isotonis
Perhitungan ditambahkan 10% untuk penyarigan
Cara kerja : prinsip na. steril/aseptis
1. Sterilkan alat dan bahan
2. Buat aqua p.i, kalibrasi botol tetes, dan beaker
3. Timbang bahan, larutkan dlm aqua p.i, cek pH = .... (acc)
4. Saring 2x, buang filtrat I
5. Masukkan wadah
6. Sterilkan dalam autoclav na.steril
3. Collyria
Penimbangan dilebihkan 10% u/ penyaringan
Ditambahkan pengawet yang cocok
Isotonis
Cara kerja : prinsi Na.setril
1. Buat aqua p.i, kalibrasi beaker dan botol
2. Sterilkan alat dan bahan
3. Timbang bahan, larutkan dlm aqua p.i, cek pH= ... (acc)
4. Saring 2x, buang filtrat I
5. Masukkan wadah
6. Sterilkan dlm autoclav
SEDIAAN LAIN
1. Cream
Cream cum emulgid : R/ Emulgid 15 oven
(Van Duin : ) Ol. Sesami 15 oven
Aqua ad 100
Untuk hidrokorison OTT dengan emulgid (basa) ditambahkan NaH2PO4 2% x emulgid
sterilisasi di autoclav
Pengawet : klorkresol 0,2%
Cara kerja :
1. Buat aqua p.i
2. Sterilkan alat dan bahan
3. Timbang emulgid + ol.sesami, sterikan dlm oven 1jam
4. Timbang NaH2PO4, larutkan dlm aqua p.i + klorkresol, sterilkan dlm autoclav
5. Massa 3 + massa 4 dalam lumpang steril campur ad massa cream
6. Timbang bahan, campur basis steril
7. Masukkan tube
8. Timbang tube kosong + tutup = g
Timbang tube + tutup + isi = g -
Isi = g
2. Tetes hidung
Perhitungan dilebihkan 10% untuk penyaringan
Ditambah pengawet yang cocok
Isotonis
Cara kerja : prinsi Na.setril
1. Buat aqua p.i, kalibrasi beaker dan botol
2. Sterilkan alat dan bahan
4. Timbang bahan, larutkan dlm aqua p.i, cek pH= ... (acc)
5. Saring 2x, buang filtrat I
6. Masukkan wadah
7. Sterilkan dlm autoclav
3. Gauze
Perhitungan : timbang kasa rangkap 2 sesuai ukuran = ..g
Penimbangan jumlah bahan = 4 x kasa
Contoh : R/ Framicetin SO4 1%
Vaselin
Adeps aa q.s
m.f gauze 10 x 10 cm No. I
Buat kasa rangkap 2 ukuran 10 x 10
Buat perkamen rangkap 2 ukuran 11 x 11
Masing-masing masukkan ke kantong
Perhitungan :
- kasa rangkap 2 = 0,75 g
- berat obat = 4 x 0,75 g = 3 g
Jadi : - framicetin = 1% x 3 g = 0,03 g pengenceran
= 30/50 x 250 (adeps) = 150
- basis = 3 0,15 = 2,85 adeps = 1,425 dan vaselin = 1,425
Buat kasa
4. Bedak
ZnO diayak dulu sebelum ditimbang
Sterilisasi Sulfa keringkan 100o 15 menit, sterilkan oven 150o 1 jam
Penimbangan sulfa dilebihkan sebanyak + 20%.
Cara kerja : prinsip aseptis
1. Sterilkan alat, wadah, mortir dan stamper
2. Sterilkan bahan-bahan yang dipakai
3. Campur bahan ad homogen
4. Ayak dengan ayakan no. 60 / B 40
5. Masukkan wadah
EKIVALENSI NATRIUM KLORIDA
Nama zat E Nama zat E Nama zat E
NaCl NaCl NaCl
Acidum 0,26 Hydrrgyri 0,14 Narcotin HCl 0,16
Benzoicum Cyanidum anh
Acidum Boricum 0,55 Hydrargyri 0,14 Pantopon 0,15
Succinimidum
Acidum 0,25 Kalii Kloras 0,14 Papaverin HCl 0,15
Salisilicum
Acidum Tannic 0,03 Kalii Kloridum 0,84 Phenocain HCl 0,16
Ascorbic Acid 0,18 Kalii et Nat. 0,14 Phenobarbital 0,14
Tartras
Adrenalin HCl 0,26 Kalii Iodidum 0,38 Phenobarbital 0,27
Na
Aetilmorphin HCl 0,16 Kalii Nitras 0,60 Phenolum 0,35
Alkohol, 0,70 Kalii 0,40 Phisostigmin 0,19
dehydrated Permanganas Salisilas
Alumini et 0,19 Kalii Phosphas 0,40 Phisostigmin 0,12
Ka.sulfas acidus Sulfas
Ammonii 1,13 Kalii Sulfas 0,80 Pilocarpin HCl 0,22
Cloridum
Amphetamin 0,20 Lactosum 0,11 Pilocarpin 0,21
Sulfas Nitras
Aminophillin 0,17 Larocain HCl 0,18 Penicilin G 0,18
Potasium
Antipyrin 0,17 Magnesii 0,42 Penicillin G 0,10
Cloridum (6H20) Procain
Antazolin HCl 0,18 Magnesii Sulfas 0,20 Penicillin G 0,18
(AntistinHCl) Sodium
Apomorphin HCl 0,19 Mentholum 0,21 Procain HCl 0,24
Argentii Nitras 0,39 Methampetamin 0,37 Phenil Efrin 0,29
HCl HCl
Argentum 0,04 Mild Silver 0,18 Quinin HCl 0,16
Proteinicum protein
Atropin Sulfas 0,14 Morphin SO4 0,14 Quinin et Urei 0,26
HCl
Barbital 0,17 Morphin HCl 0,15 Saccharose 0,10
Barbitalum 0,28 Natrii Acetas 0,74 Sucrose 0,08
Natricum anh
Benadrryl HCl 0,20 Natrii Arsenas 0,25 Scopolamin 0,13
HBr
Calcii Chloridum 0,73 Natrii Benzoas 0,45 Scopolamin 0,15
anh HCl
Calcii 0,51 Natrii 0,69 Solutio Calcii 0,09
chlorida.2H2O Bicarbonas Cloridum
Calcii Glukonas 0,14 Natrii Bromidum 0,62 Stibii et Kalii 0,11
Tartras
Calcii Lactas 0,21 Natrii Bisulfit 0,61 Streptomisin 0,07
SO4
Bahan + berkhasiat
JURNAL :
I. TEORI SINGKAT
Injeksi dalam Farmakope Indonesia edisi III (FI III) dinyatakan sebagai sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit
atau selaput lendir (FI III).
Injeksi (Obat Suntik) dalam buku Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi dinyatakan sebagai sediaan
steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral (HC. Ansel halaman 399)
Sediaan injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat
ke dalam sejumlah pelarut atau dengan mengisi sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau dosis
ganda.
Obat-obat dapat disuntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau bagian tubuh termasuk sendi
(intraarticular); ruang cairan sendi (intrasynovial); tulang punggung (intraspinal); ke dalam cairan spinal
(intratechal); arteri (intraarterial); dalam keadaan gawat dapat diinjeksikan ke dalam jantung
(intracardiac). Yang paling umum adalah injeksi ke dalam vena (intravena); ke dalam otot (intramuscular),
ke dalam kulit (intrakutan); atau di bawah kulit (subkutan).
Dalam kesempatan ini, kami telah membuat INJEKSI ASAM FOLAT. Injeksi ini merupakan
sediaan injeksi yang mengandung asam folat sebagai zat aktif, digunakan untuk mengatasi defisiensi
folat dalam tubuh yang dapat menyebabkan anemia megaloblaster atau anemia pernisiosa. Injeksi ini
dibuat dengan pembawa berupa Aqua pro Injectione dan disterilisasi dengan cara Na-steril atau
sterilisasi akhir.
Injeksi Papaverin Hidroklorida / Papaverini Hydrochloridi Injectio
Injeksi Papaverin Hidroklorida adalah larutan steril Papaverin Hidroklorida dalam air untuk injeksi,
mengandung C20H21NO4.HCl tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera
pada etiket.
II. PREFORMULASI
ZAT AKTIF
1. Papaverini Hydrochloridum
Papaverin Hidroklorida
C20H21NO4.HCl BM 375,85
Papaverin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 100,5%
C20H21NO4.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih; tidak berbau;
rasa agak pahit; tidak memutar bidang polarisasi;
larutannya bereaksi asam terhadap lakmus P. Melebur
pada suhu lebih kurang 220 disertai peruraian.
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam kloroform; sukar larut dalam
etanol; praktis tidak larut dalam eter.
Khasiat : Spasmolitikum.
Dosis : Maximum sekali 200 mg; sehari 600 mg.
pH stabil : Antara 3,0 - 4,5.
Cara suntik : i.m , s.c , i.v .
Cara sterilisasi : Filtrasi.
Literatur : Farmakope Indonesia edisi III halaman 647
Farmakope Indonesia edisi IV halaman 472
ZAT PEMBAWA
2. Aqua pro Injectione
Air untuk Injeksi
Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan cara sterilisasi A
atau C.
Pembuatan air suling segar menggunakan alat kaca netral atau wadah logam yang cocok yang
dilengkapi dengan labu percik. Buang sulingan pertama, Tampung sulingan berikutnya dalam wadah
yang cocok. Sterilkan segera dengan cara sterilisasi A atau C tanpa penambahan bakterisida. Untuk
memperoleh Air untuk Injeksi bebas udara (air untuk injeksi bebas karbon dioksida) didihkan sulingan
selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah sesempurna mungkin hubungan dengan udara,
dinginkan, masukkan dalam wadah tutup kedap, sterilkan segera dengan carasterilisasi A.
Pemerian : Keasam-basaan; Amonium; Besi; Tembaga; Timbal;
Kalsium; Klorida; Nitrat; Sulfat; zat teroksidasi
memenuhi syarat yang tertera pada Aqua Destilata.
Khasiat : Pembawa dalam sediaan injeksi.
Cara sterilisasi : Cara A (Autoklaf) atau Cara C (Filtrasi).
Literatur : Farmakope Indonesia edisi III halaman 97
Martindale 28 halaman 337
III. FORMULA
SIMM
Teori Pendukung
IV. PELAKSANAAN
Formula yang akan dibuat:
Injeksi Papaverin HCl
Komposisi : Tiap ml mengandung
Papaverin HCl 40 mg
Aqua pro Injectione ad 1 ml
KR : -
OTT : -
Usul : Dispensasi alat gelas dan ampul dianggap steril
Wadah ampul dianggap ampul coklat
Papaverin HCl dianggap steril
Pengisian dengan buret digantikan dengan suntikan
Teknik : Na-steril
Tabel Perencanaan
Perhitungan
Persyaratan Volume yang dianjurkan FI lebih dari
volume 1 ml volume berlebih = 0,15 ml
volume ampul = (n +2)v + (2 3)
= (12 + 2)2,15 + 6 = 30,1 + 6
= 36,1 ml 40 ml
1. Papaverin HCl = 4 g 40 ml
100 ml
= 1,6 g
2. Aqua pro Injectio = ad 40 ml
Penimbangan
1. Papaverin HCl = 1,6 g
2. Aqua p.i ad = 40 ml
VI. STERILISASI ALAT DAN BAHAN
Teknik : Na Steril
1. Sterilisasi alat,
2. Buat aqua p.i, kalibrasi beaker glass 40 ml,
3. Timbang Papaverin HCl 1,6 g,
4. Larutkan Papaverin HCl dengan aqua p.i panas ( lebih kurang 70) di dalam beaker glass yang
telah dikalibrasi,
5. Tambahkan aqua p.i ad 40 ml,
6. Saring larutan obat 2X @ basahi kertas saring
a. dengan + 2 ml aqua p.i
b. dengan + 2 ml larutan obat
7. Masukkan larutan obat yang telah disaring ke dalam ampul-ampul dengan menggunakan spuit
steril @ 2,15 ml,
8. Tutup ampul, kemudian disterilkan dalam autoklaf 120 selama 20 menit,
9. Setelah ampul steril dingin tempelkan dengan etiket.
Pengisian ke Dalam Wadah
Dalam kesempatan ini, pengisian injeksi dilakukan dengan menggunakan spuit yang dianggap
steril, sebelumnya jarum spuit ini diseka dahulu dengan alkohol 70%. Perlu diperhatikan,
sebelum ampul ditutup harus disemprot uap air pada leher ampul untuk mendesak tetesan
larutan pada leher ampul supaya menyatu dengan larutannya agar tidak terjadi pengarangan.
Daftar Pustaka
1. Jurnal
2. Cara kerja
3. Hasil sediaan
Yang masing-masing komponen mempunyai nilai tertinggi adalah 9.
1. Dengan memperhatikan/ melihat apa yang dikerjakan mahasiswa sudah sesuai atau belum
dengan prosedur kerja
2. Bila ada kesalahan maka mahasiswa mendapat pengurangan nilai pada komponen ini (-0,5)
Komponen jurnal
1. Kemasan luar/dus/kotak
2. Label pada kemasan
3. Brosur
4. Kantong coklat+ etiket
Bila tidak lengkap/ kurang salah satunya maka nilainya dikurangi 0,5-1
Ketiga komponen tersebut dijumlah dan dibagi 3, maka menjadi nilai 1 resep steril, sedangkan nilai
peroleh mahasiswa adalah hasil rata-rata dari ke 2 resep steril yang diselesaikan