Anda di halaman 1dari 17

Istilah Kelarutan

Istilah Kelarutan Jumlah bagian/1 larutan


Sanga mudah larut <1
Mudah larut 1-10
Larut 10-30
Agak sukar larut 30-100
Sukar larut 100-1.000
Sangat sukar larut 1.000-10.000
Praktis tidak larut >10.000

Wadah
1. Wadah tertutup baik
Melindungi isi terhadap bahan padat dan mencegah kehilangan bahan
2. Wadah tertutup rapat
Melindungu isi terhadap masuknya bahan cair, padat, atau uap dan
mencegah kehilangan merekat mencair atau menguap
3. Wadah tertutup kedap
Mencegah menembusnya udara atau gas lain selama

Suhu dan kelembaban


1. Lemari pembeku -20 sd -10
2. Dingin 2 sd 8
3. Sejuk 8-15 lemari pendingin
4. Suhu ruang dingin terkendali
5. Suhu ruang adalah ≤30
6. Suhu ruang terkendali 20-25 ± 5
7. Hangat 30 sd 40
8. Panas berlebih > 40

USP klasifikasi wadah


1. Kaca
a. Tipe 1 = borosilikat
b. Tipe 2 = soda lime treated
c. Tipe 3 = soda lime
d. NP = soda lime tdk utk parentral
2. Plastik
a. Wadah polietilen = cairan oral
b. Wadah propilen = cairan oral
c. Wadah poletilen tereftalat dan polietilen tereftalat G = cairan ora
INJEKSI
Hasil bebas pencemaran yang tampak secara visual
5 jenis parenteral
1. Injeksi .... , obat, larutan, emulsi untuk injeksi
2. ..... Steril, padat kering atau cairan pekat tanpa dapar pengencer tambahan
lain jadi larutan
3. .... untuk injeksi, sama seperti 2 tapi mengandung dapar pengencer bahan
lain
4. Suspensi .... steril , sediaan berupa suspensi serbuk tidak iv dan spinal
5. .... steril untuk suspensi, sediaan padat kering yg setelah penambahan
pelarut dapat memenuhi persyaratan suspensi
Larutan intravena volume besar > 100 mL
Injeksi volume kecil ≤100 mL

Air yang digunakan harus bebas pirogen, endotoksin.


Pemakaian NaCl dan ringer laktat untuk larutan pembawa

1. Syarat-syarat injeksi
a. Sterility (must)
b. Pyrogen free (should / must)
c. Free from particulate matter (must)
d. Clarity (must for solution)
e. Stability (must)
f. Isotonicity (should): Tekanan osmotic obat sama dengan tekanan osmotic
cairan tubuh
g. Isohidris (should): pH sediaan injeksi sama dengan pH tubuh
h. Syringability: kemampuan melewati jarum suntik ( partikel  1/3 ID
needle, suspensi)
i. Globul size  0.5 µm (emulsion)

Efektivitas Pengawet antimikroba

Eksipien harus berhati-hati untuk sediaan volume lebih dari 5 mL. Injeksi dosis
ganda wajib menggunakan antimikroba kecuali bahan aktif merupakan
antimikroba.
Sterilisasi wajib dilakukan
Ketentuan umum dan sterilitas dan jaminan sterilitas bahan kompendia
Udara dalam wadah harus diganti dengan gas inert. Bila sensitif okesigen maka
harus tertera di penandaan.
Persyaratan wadah, volume injeksi dalam wadah
Bahan partikulat dalam injeksi kecuali untuk volume lebih dari 100 mL
Sterilisasi
Sterilisasi Akhir
1. Sterilisasi Uap
Autoklaf 121 15 min
Type : Sterilisasi cara panas
Mekanisme aksi :Denaturasi/koagulasi protein-protein microbial. Uap akan
menembus dinding sel mikroba.
Proses : Pasteurisasi, tindalisasi, Autocalffing
Fase : Conditioning, Exposure, Exhaust

Bahan : sterilisasi lembab-panas terutama digunakan untuk mensterilkan


bahan yang baik termostabil dan melalui mana uap air dapat menyembur

2. Sterilisasi Panas Kering


250 dalam 15 menit
Type : Sterilisasi cara panas
Mekanisme aksi: Dehidrasi seluler diikuti dengan oksidasi (pirolisis)
Proses : Sterilisasi ini memerlukan suhu yang lebih tinggi dan eksposur
lebih lama dari sterilisasi dengan uap. Heat transfer lambat, volume kecil
minyak dan lapisan tipis bubuk harus digunakan.
Fase : Fase conditioning lebih lama. Waktu overal lebih lama.

3. Sterilisasi Gas
Gas etilen oksida = toksik
Type : Sterilisasi cara panas
Mekanisme aksi: Dehidrasi seluler diikuti dengan oksidasi (pirolisis)
Proses : Sterilisasi ini memerlukan suhu yang lebih tinggi dan eksposur
lebih lama dari sterilisasi dengan uap. Heat transfer lambat, volume kecil
minyak dan lapisan tipis bubuk harus digunakan.
Fase : Fase conditioning lebih lama. Waktu overal lebih lama.
 Etilen Oksida
 Radiasi Gamma

4. Sterilisasi dengn Radiasi Ion


5. Sterilisasi dengan Penyaringan
Steriliasi Akhir dan Aseptis

Ruang Bersih
a. Kelas A
LAF 0,36-0,45 m/s
b. Kelas B
c. Kelas C dan D

A. Produk Sterilisasi Akhir = Produk steril yang disterilkan dalam wadah


akhir yang disebut dengan sterilisasi akhir
Preparasi
1. Penyiapan komponen yang memungkinkan untuk disaring dan sterilisasi =
min D
Jika ada resiko diluar kebiasaan produk (mendukung pertumbuhan
mikroba atau harus didiamkan selama beberapa saat sebelum sterilisasi
atau diproses pada tangki tidak tertutup) = C
2. Pengisian produk minimal C
3. Bila ada resiko produk diluar kebiasaan karena kontaminasi dari
lingkungan (proses pengisian lambat, wadah berleher lebar, terpapar
beberapa detik sebelum ditutup) = isi kelas A latar C
4. Pembuatan dan pengisian salep,krim,emulsi,suspensi = C

B. Produk Aseptis = Sebuah teknik aseptik adalah salah satu yang dirancang
untuk mencegah kontaminasi bahan, instrumen, peralatan, kontainer,
selama penanganan. Digunakan jika metode sterilisasi bahan-bahan beda

Preparasi
1. Komponen setelah cuci = minimal D
2. Bahan awal dan komponen steril, kecuali pada proses selanjutnya
disterilisasi/disaring = A latar B
3. Pembuatan = A latar B, kecuali difiltrasi saat persiapan dan pembuata
maka = C
4. Pengisian = A latar B
5. Transfer wadah setengah tertutup yg akan di freeze dry = A latar B
6. Pembuatan salep krim suspensi emulsi = A latar B
Contoh Kegiatan

TONISITAS DAN PH-SITAS LOL


Isohidris 7,4
Isotonis 270-328 mOsmol/L
- Hipertonis =sel kerut
- Hipotonis = sel kembung

OSMOLARITY
TONICITY
(mOsmol/L)
> 350 Hipertonis
329 - 350 Agak hipertonis
270 - 328 ISOTONIS
250 - 269 Agak hipotonis
< 249 Hipotonis

Perhitungan
1. Ekuivalen NaCl
2. White Vincent (V = ( w . E)111,1)

3. Penuruan titik beku

EVALUASI
1. Penetapan Volume Injeksi Dalam Wadah
Wadah :
1. Volume ≥10mL = 1 wadah/lebih
2. Volume 3-10 = 3 wadah/lebih
3. Volume ≤3 mL = 5 wadah/lebih
Alat :
Alat suntik hipodermik volume tidak lebih dari 3x volume yang akan diukur.
Jarum suntik 21, panjang minimal 2,5 cm.
Isi dari dua atau tiga wadah 1-2mL dapat digabung
Prosedur:
1. Pilih salah satu/lebih wadah bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah/lebih
bila volume lebih 3 ml dan kurang10 ml, atau 5 wadah/lebih bila volume 3
ml atau kurang.
2. Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran
tidak lebih dan tiga kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan
jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
3. Keluarkan udara dari dalam jarum dan alat suntik
4. Ambil tiga wadah dan pindahkan isi dengan menggunakan alat suntik
gelas piala kering yang sudah ditara
5. Catat volume diperoleh.

Syarat :

2. Uji Sterilitas
Media :
1. Tioglikolat : aerob dan anaerob
pH 7,1 +/- 0,2
suhu simpan 2-25oC
suhu inkubasi 30-35oC
2. Soybeancasein : kapang dan aerob
pH 7,3+/- 0,2
suhu simpan 2-25oC
suhu inkubasi 22,5+/-2,5oC
Larutan A = pengenceran
Larutan D = alkes, aersol
Larutan K = kesesuaian metode
Pengujian terhadap membran filtrasi dilakukan menggunakan? (Bubble
Point Test)
Wadah :

Volume :

Metode
1. Penyaringan
Membran porositas tidak lebih dari 0,22mcm 0,45 mcm yang terbuksti
efektif menahan mikroba. Selulosa nitrat / selulosa asetat (alkohol tinggi).
Diameter membran 50 mm. Pertahankan kondisi aseptik.
a. Larutan dalam air
Sampel dilewatkan paada membran. Pindahkan membra pada media
atau ptong secara aseptis dan pindahkan pada masing-masing media.
b. Bahan padat
Larutkan dengan pelarut sesuai – air untuk ineksi atau natrium klorida
steril. Lakuka seperti pada larutan dalam air.
c. Bahan minyak
Diencerkan dengan isopropil miristat dan lewatkan pada membran atau
lewatkan jika viskositas rendah. Bilas membran minimal tiga kali
dengan 100 mL larutan steril, perlakuan seperti pada larutan dalam air.
2. Inokulasi langsung pada media
Sediaan dimasukan ke dalam media maksimal 10% volume media.
Interprestasi Hasil
Jika terjadi kekeruhan, 14 hari sejak inkubasi pindahkan sejumlah media
minimal 1mL ke media segar dan inkubasi lagi selama 4 hari.

3. UJI PH
pH standar maksimal 3 bulan, disimpan pada wadah dengan kaca tipe 1,
pelarut digunakan air bebas co2
pH standar menggunakan 2 pH yang memiliki rentang 4 unit rentang pH
uji diantaranya.
Bilas menggunakan larutan selanjutnya, penyimpangan maksdimal 0,02
4. Uji partikulat
Metode
1. Sediaan cair volume kurang dari 25 mL
a. Campur isi wadah bolak balik 20 kali
b. Disiapkan 10 wadah atau volume minimal 20 mL
c. Sonikasi 30 detik atau diamkan selama 2 menit
d. Aduk merata pastikan tidak ada gelembung atau pengotor masuk.
Aduk terus selama analisis
e. Sampling pada 3 bagian berturut-turut minimal 5 mL. Buang
pengambilan sampel pertama
f. Lakukan pada blanko juga
2. Sediaan cair volume lebih dari 25 mL
a. Campur isi wadah bolak balik 20 kali
b. Sonikasi 30 detik atau diamkan selama 2 menit
c. Aduk merata pastikan tidak ada gelembung atau pengotor masuk.
Aduk terus selama analisis
d. Sampling pada 3 bagian berturut-turut minimal 5 mL. Buang
pengambilan sampel pertama
e. Lakukan pada blanko juga
3. Sediaan Kering atau beku kering
a. Rekonstitusi sediaan dengan air bebas partikulat
b. Campur isi wadah bolak balik 20 kali
c. Sonikasi 30 detik atau diamkan selama 2 menit
d. Aduk merata pastikan tidak ada gelembung atau pengotor masuk.
Aduk terus selama analisis
e. Sampling pada 3 bagian berturut-turut minimal 5 mL. Buang
pengambilan sampel pertama
f. Lakukan pada blanko juga
Perhitungan
1. Sampel Gabungan ( Injeksi Volume Kecil )
Rata-ratakan hasil hitung dari dua atau lebih dan dihitung dengan rumus :
PVt/VaN
P = hasil hitung partikel rata-rata yang diperoleh dari bagian yang
dianalisis
Vt = volume mL sampel gabungan
Va = volume mL sampel yang dianalisis
N = jumlah wadah yang digabung
2. Sampel injeksi volume kecil
Rata-ratakan hasil hitung dari dua atau lebih dan hitung :
PV/Va
3. Sampel injeksi volume kecil
P/V
P = hasil hitung partikel rata-rata untuk sampel 5 mL
V = volume dalam mL bagian yang digunakan
Interprestasi
≥ 10 mcg ≥ 25 mcg
Injeksi Volume Kecil 6000 600/wadah
Injeksi Volume Besar 25 3 per mL

≥ 10 mcg ≥ 25 mcg
Injeksi Volume Kecil 3000 300/wadah
Injeksi Volume Besar 12 2 per
mL

5.Uji Kejernihan
Butuh +/-13mL
Wadah 13 wadah/ uji jika replikasi =39 wadah
Metode visual
Tabung reaksi alas datar diameter 15-25 mm, tidak berwarna, transparan, inert.
Bandingkan dengan suspensi padanan setinggi 40 mm, dengan cahaya difusi tegak
selama 5 menit.
Pembuatan Baku Opalesen :
 Larutkan 1,0 g hidrazina sulfat dalam air secukupnya hingga 100,0 mL,
biarkan selama 4 jam hingga 6 jam.
 Larutkan 2,5 g heksametilentetramin dalam 25,0 mL air campur dan
biarkan selama 24 jam.
 Campurkan larutan hidrazina sulfat ke larutan heksametilentetramin aduk
dan biarkan 24 jam. (Larutan opalesen primer)
 Suspensi stabil selama 2 bulan jika disimpan dalam wadah kaca yang
bebas dari cacat permukaan.
 Diambil 15 mL larutan opalesen primer di add air hingga 1000 mL.
Larutan dapat digunakan 24 jam setelah pembuatan
 Dibuat suspensi padanan seperti tabel berikut (kocok larutan sebelum
digunakan)
Komponen 1 2 3 4
Baku opalesen(mL) 5 10 30 50
Air(mL) 95 90 70 50

INTERPRESTASI HASIL
Larutan dianggap jernaih jika sama dengan air yang digunakan dalam oengujian
atau tidak lebh dari suspensi padanan 1
6. Uji Pirogen dan endotoksin
a. Jelaskan prinsip uji pirogen dan LAL!
Uji endotoksin : uji untuk mendeteksi atau mengkuantitasi endotoksin
bakteri yg mungkin ada di lar uji
o LAL (Limulus Amebocyte Lysate) : esktrak air amebosit kepiting tapak
kuda
o Suhu pengujian 37 ±1oC
o Perhitungan Pengenceran yang Absah (PMA)
PENGENCERAN YANG ABSAH
Jika Batas endotoksin = UE/mg atau UE/Unit
PMA = (batas endotoksin x konsentrasi larutan sampel)/ X
X = kepekaan endotoksin UE/mL
Jika Batas endotoksin = UE/mL
PMA = batas endotoksin/X
PENETAPAN BATAS ENDOTOKSIN (UE/mL atau mg atau unit)
Sediaan Parentral = K/M
K = dosis ambang pirogenik = 5 UE untuk selain intratrakeal(0,2UE/BB)
M = dosis maks/BB manusia dalam 1 jam/
o Teknik :
a. Fotometrik
 Turbidimetri : bds kekeruhan setelah penguraian subsrat
endogen
Terdiri dari turbi titik akhir (bandingkan kadar dan kekeruhan
pada akhir masa inkubasi) dan kinetik (mengukur waktu untuk
mencapai nilai serapan yang diperlukan/kecepatan
pembentukan kekeruhan)
 Kromogenik : pembentukan warna setelah penguraian
kompleks kromogen-peptida sintetik. Endotoksin + LAL =
peptida kromogenik. Mengukur kromofor peptida kromogenik
Teridiri dari kinetik titik akhir dan kinetik. Titik akhir
hubungan kuantitatif kadar endotoksin dan pelepasan kromfor
pada masa akhir inkubasi). Kinetik (waktu yang diperlukan
untuk mencapai serapan yang telah ditentukan atau kecepatan
pembentukan warna)
Cara Pesiapan
1. Verifikasi kurva baku absah dan larutan sampel tidak
menghambat/memacu reaksi
Verifikasi kurva baku :
Kurva baku dibuat dari larutan endotoksin baku dengan 3 konsentrasi
masing masing triplo.
Penganggu fotometrik :
Syarat : Persen recovery 50-200% jika diluar recovery pakai cara
jendal gel
Buat larutan :
A = larutan sampel
B = larutan sampel + larutan baku endotoksin pada konsentrasi tengah
kurva baku
C = air pelarut + larutan kurva baku endotoksin
D = air pereaksi LAL
Masing –masing duplo

Diaktakan sah bila :


1. Larutan C benar
2. Larutan B – A = rentang 50-200%
3. Kontrol negatif = larutan D sesuai syarat blanko
b. Jendal gel : titik akhir membandingkan enceran zat uji vs encera
endotoksin baku. Jumlah endotoksin dinyatakan dalam UE (unit
endotoksin)
Uji persiapan
a. Uji Konfirmasi Kepekaan
o Buat konsentrasi 2X,X,0,5X,0,25X (x = kepekaan pereaksi).
o Uji 4x replikasi pada larutan tsb + kontrol negatif.
o Campur pereaksi LAL dan larutan masing-masing 0,1 mL.
o Inkubasi = 37+/-1oC dan 60+/-2 menit.
Positif = balik tidak jatuh
Negatif = tidak terbentuk/balik jatuh.
Hasil absah jika konsentrasi terkecil pada semua replikasi memberi
hasil negatif (-). Titik akhir = konsentrasi terendah terbentuk gel.
Kepekaan harus dalam rentang 2x-0,5x.
Perhitungan :
- Nilai akhir di log
- Rata-ratakan (sigma e)
- Diantilogkan
Rumus :
Antilog(Sigma e/f) = rata2 geometrik konsentrasi titikakhir
Sigma e = jumlah log(konsentrasi akhir)
f = replikasi
rata2 geometrik = hasil kepekaan UE/mL

b. Uji Faktor pengganggu ( Hanya perlu jika kepekaan diatas


tidak sesuai)
Buat larutan ABCD. Lakukan prosudur seperti uji konfirmasi
kepekaan.

Perhitungan :
Kepekaan B dan C dihitung seperti Uji Kepekaan .
Absah jika :
A dan D negatif, C sesuai kepekaan etiket
Faktor pengganggu dikatakan tidak ada jika :
Larutan B kepekaan berada pada rentang 2X-0,5X
Jika ada gangguan bisa dilakukan
penyaringan,netralisasi,dialisis,pemanasan.
c. Uji Batas Jendal Gel
Prosudur :
Lakukan seperti Uji Faktor Penganggu dan Uji Kepekaan
dengan sampel.

Interprestasi :
Uji absah = B dan C positif dan A dan D negatif
d. Penetapan Kadar Jendal Gel
Siapkan tabel 3 lakukan seperti Uji Faktor Penganggu dan Uji
Kepekaan dengan sampel.
Perhitungan
Absah :
- Replikasi D = negatif
- Replikasi B = positif
- Rata geometrik C = rentang 0,5X-2X
Kadar dalam Sampel
Hitung rata-rata geometrik A kemudian kalikan kepekaan (X), jika
ada pegenceran kalian pengenceran.
Jika tidak terbentuk = laporkan kurang dari nilai kepekaan
(X)
Jika terbentuk gel pada satu pengenceran = laporkan kurang
dari 1 tingkat diatasnya
Jika semua pengenceran terbentuk gel = Kadar endotoksin
yang dilaporkan ialah SAMA atau lebih besar dari hasil
terbesar

Lakukan SALAH SATU dari teknik fotometrik, tp kalo ragu lakukan


jendal gel dan keputusan berdasarkan jendal gel

o LAL test digunakan khusus untuk pyrogen endotoksin.


o Mekanisme yang terjadi adalah koagulasi.
o Endotoksin gram (-) mengkatalis aktivasi proenzim yang terdapat pada sel
darah amoebosit kepiting menjadi enzim aktif. Enzim yang diaktivasi
(enzim koagulase) menghidrolisis ikatan spesifik dalam koagulogen
(gumpalan protein) yang terdapat pada LAL  koagulin. Sekali
terhidrolisis koagulin bergabung dengan sendirinya.
Endotoksin

1. Proenzim ----------------> enzim aktif

Jika ada enzim aktif

2. Protein clotting (yang ada di LAL) ----------------> endapan/clot gel


Pirogen
b. Menggunakan kelinci
1. Uji dilakukan dengan menggunakan hewan uji kelinci (1,5 kg) suhu
20-23 ± 3oC dan sudah di aklimatisasi selama 7 hari
2. Alat yang digunakan berupa alat suntik dan alat gelas yang sudah di
steriliasi 250oC selama min 30 min/yg sesuai
Alat yang digunakan harus diuji dan dipastikan bebas pirogen (
spuit,wadah sediaan)
Alat :
Alat suntik, jarun dan alat gelas dibebaskan dari pirogen dengan
pemanasan 250oC selama min 30 min/yg sesuai
Termometer klinik dengan ketelitian ±0,1oC dan telah diuji bahwa
pembacaan dapat dibaca < 5 min -> ukur ke rektum
3. Kelinci : dewasa, (1,5kg), sehat, aklimatisasi di ruangan suhu 20-23 ±
3oC dan bebas dari gangguan yang menimbulkan kegelisahan
Kelinci baru = aklimatisasi 7 hari sesuai tahap prosudur kecuali
penyuntikan
Kelinci tidak boleh digunakan untuk uji pirogen jika :
1. lebih dari 1x dalam waktu 48 jam
2. sebelum 2 minggu untuk uji priogen dengan kenaikan suhu 0,6oC
3. lebih atau telah digunakan untuk uji sediaan yang dinyatakan
pirogen
Metode
1. Dilakukan diruangan yang tidak menimbulkan kegelisahan kelinci
2. Kelinci tidak boleh dikasi makan selama pengujian tapi boleh dikasi
minum
3. Diukur suhu tubuh kelinci ( tidak boleh melebihi 39,8oC) 30 menit
sebelum penyuntikan sebelum uji = suhu awal
4. Perbedaan suhu antar kelnci ≤1oC
5. Dihangatkan sediaan 37 ± 2oC (pastikan larutan uji bebas kontaminasi)
6. Disuntkan sediaan uji sebanyak 10ml/kgBB ke vena di telinga kelinci
maksimal 10 menit
7. Diukur suhu tubuh kelinci pada menit ke 60,90,120,150,180,210,240
Interprestasi data
1. Setiap penurunan suhu dianggap 0
2. Tidak ada satu ekor kelinci yang mengalami kenaikan suhu tubuh ≥ 0,5oC
= dianggap memenuhi syarat
3. Jika ada kenaikan suhu tubuh kelinci lebih dari 0,50C ditambahkan 5 ekor
kelinci lagi
4. Dikatakan bebas pirogen jika tidak lebih dari 3 ekor dari total 8 ekor
kelinci yang mengalami kenaikan lebih dari 0,5oC dan total kenaikan suhu
tubuh 8 ekor kelinci kurang dari 3,3oC.

Anda mungkin juga menyukai