Anda di halaman 1dari 11

1.

Pengertian

Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah kondisi ketika

terjadi penggumpalan darah pada satu atau lebih pembuluh darah vena dalam.

Umumnya DVT terjadi di paha atau betis, tapi bisa juga terbentuk di bagian tubuh

yang lain. DVT bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan di tungkai yang dapat

mengakibatkan komplikasi serius emboli paru, yaitu suatu kondisi saat gumpalan

darah masuk ke aliran darah dan menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru (Tjin

Willy, 2018)

Trombosit vena dalam atau deep vein thrombosis dalah suatu penyakit yang

terjadi ketika terdapat gumpalan darah di pembuluh darah vena. Pembuluh darah vena

yang terkena biasanya terletak jauh di dalam otot kaki. Gumpalan (trombus)

menyebabkan aliran darah melambat sehingga menyebabkan daerah yang tersumbat

menjadi bengkak, merah, dan menyakitkan. Jika gumpalan bergerak ke paru-paru,

maka emboli paru (vena di paru-paru tersumbat) dapat terjadi dan menimbulkan

masalah pernapasan serius (Tania, 2016).

2. Eteologi

DVT adalah penyakit yang dapat terjadi akibat 3 faktor, yaitu gangguan aliran

darah (stasis vena), kerusakan pembuluh darah, atau kondisi di mana darah mudah

menggumpal (hiperkoagulabilitas). Segala kondisi atau kejadian yang dapat

mengakibatkan terjadinya 1 dari ketiga faktor tersebut, berisiko menimbulkan DVT.

Timbulnya 2 atau 3 faktor sekaligus, makin meningkatkan risiko timbulnya DVT.

Beberapa kondisi tersebut, antara lain:

a. Stasis vena adalah kondisi terganggu atau melambatnya aliran darah pada vena,

yang dapat disebabkan oleh :

1) Prosedur bedah yang membius pasien selama 1 hingga 1,5 jam.


2) Operasi daerah panggul atau tungkai, seperti operasi penggantian panggul.

3) Perjalanan panjang dengan mobil, kereta atau pesawat, sehingga tungkai

tidak banyak bergerak, terutama perjalanan lebih dari 4 jam.

4) Penyakit atau cedera yang menyebabkan tubuh tidak bergerak dalam waktu

lebih dari 3 hari. Misalnya, patah tulang atau stroke.

5) Gagal jantung.

6) Terdapat varises.

7) Polisitemia vera.

b. Kerusakan pembuluh darah. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kerusakan

pembuluh darah adalah:

1) Vaskulitis.

2) Pemasangan kateter vena sentral (CVC).

3) Obat-obatan kemoterapi.

4) Pengguna NAPZA jenis suntik.

5) Sepsis.

c. Hiperkoagulabilitas. Hiperkoagulabilitas merupakan suatu kondisi di mana darah

lebih mudah untuk menggumpal atau membeku. Kondisi ini dapat diakibatkan

kelainan genetik yang diturunkan atau didapat. Berikut ini merupakan penyebab

hiperkoagulabilitas akibat kelainan genetik, antara lain:

1) Kekurangan protein pengencer darah alami, seperti protein S (defisiensi

protein S), protein C (defisiensi protein C), antithrombin III (defisiensi ATIII).

2) Factor V Leiden.

3) Mutasi gen prothrombin.

4) Kadar homosistein tinggi (hyperhomocysteinemia).

5) Meningkatnya kadar fibrinogen atau disfungsi fibrinogen (disfibrinogenemia).


6) Kelebihan faktor pembekuan VIII, IX dan XI.

7) Kelainan sistem fibrinolisis, sepeti hipoplasminogenemia,

displasminogenemia dan meningkatnya kadar plasminogen activator inhibitor

(PAI-1)

Hiperkoagulabilitas yang terjadi karena disebabkan oleh suatu kondisi yang

didapat, seperti:

1) Kanker.

2) Obesitas.

3) Kehamilan.

4) Konsumsi terapi pengganti hormon.

5) Konsumsi pil KB.

6) Sindrom antifosfolipid.

7) Sindrom nefrotik (terlalu banyak protein dalam urine).

8) Penggunaan obat untuk mengatasi kanker, seperti thalidomide.

9) Diabetes.

10) Lupus.

3. Manifestasi Klinis

Pada beberapa kasus, DVT dapat terjadi tanpa menunjukkan gejala. Namun, dapat

muncul gejala berupa :

a. Tungkai terasa hangat.

b. Nyeri yang semakin memburuk saat menekuk kaki.

c. Bengkak pada salah satu tungkai, terutama di betis.

d. Kram yang biasanya bermula di betis, terutama di malam hari.

e. Perubahan warna kaki menjadi pucat, merah, atau lebih gelap.

f.
4. Patway ( Terlampir )

5. Komplikai

Orang dengan DVT berisiko mengalami emboli paru, yaitu penyumbatan

pembuluh darah arteri di paru-paru akibat gumpalan darah yang lepas dari tungkai.

Gejala tidak akan terasa atau terlihat jika gumpalan darahnya kecil. Namun jika

gumpalan darahnya berukuran besar, penderita bisa merasakan nyeri dada dan sulit

bernapas, bahkan bisa mengalami gagal jantung.

DVT jangka panjang juga bisa menyebabkan sindrom pasca thrombosis (PTS),

yaitu kondisi ketika DVT mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah vena

sehingga aliran darah di daerah tersebut menjadi buruk. Keadaan ini mengakibatkan

perubahan warna kulit dan luka pada tungkai.

6. Pemrikasaan Penunjang

a. Tes D-Dimer. Tes ini untuk mendeteksi gumpalan darah yang sudah terurai

dan memasuki aliran darah. Semakin banyak gumpalan darah yang sudah

terurai ditemukan di dalam darah, semakin besar kemungkinan terdapat

penggumpalan darah.

b. USG Tes ini digunakan untuk memeriksa aliran darah, apakah normal atau ada

hambatan karena adanya penggumpalan darah.

c. Venografi. Tes dilakukan dengan menyuntikkan zat pewarna (kontras) pada

pembuluh darah vena pasien, kemudian dilakukan pencitraan dengan foto

Rontgen untuk mengetahui letak aliran darah yang terhambat akibat

penggumpalan darah. Tes venografi dilakukan jika pemeriksaan D-Dimer dan

USG Doppler belum dapat memastikan DVT


7. Penatalaksaan

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya DVT, antara

lain:

a. Bila ingin menjalani operasi dan pasien rutin mengonsumsi pil KB atau terapi

pengganti hormon, perlu menghentikan obat tersebut 4 minggu sebelum

operasi. Tergantung dari faktor risiko lainnya, dokter juga dapat memberikan

obat antikoagulan atau stoking kompresi untuk mencegah DVT akibat

prosedur operasi.

b. Bila melakukan perjalanan panjang yang mengharuskan duduk dalam waktu

lama, dapat lakukan gerakan kaki sederhana seperti menekuk punggung kaki

ke atas, atau sesekali bangun dari tempat duduk untuk jalan (bila

memungkinkan), serta banyak minum air putih untuk mencegah dehidrasi.

c. Berhenti merokok.

d. Makan makanan dengan gizi seimbang.

e. Olahraga teratur.

f. Mempertahankan berat badan ideal


ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A.PENGKAJIAN
Point yang penting dalam riwayat keperawatan :
1. Umur : Sering terjadi usia 60 tahun / usia tua
2. Jenis kelamin tidak membedakan , akan tetapi pada wanita hamildan sehabis melahirkan
rentan terjadi Trombosis vena dalam { biasanya terjadi varises dulu }
3. Keluhan utama : hampir 50 % mengeluh nyeri pada daerah tungkai / betis disertai
pembengkakan kemerahan
4. Riwayat penyakit sekarang : perlu diperhatikan sejak kapan mulai terjadi trombosis vena
tersebu, sedang hamil apa tidak, sedang menjalaninpengobatan keganasan /tidak
5. Riwayat penyakit terdahulu : apakah mempunyai sakit seperti : DM, HT, penyakit jantung,
keganasan, pernah emboli paru sebelumnya / tidak, hiperkoagulane
state,hiperlipidemi,sindroma cushinh,trauma, sepsis dll.
6. Faktor keluarga :study tentang riwayat keluarga dan anak kembar hampir 60 % merupakan
faktor genetik,riwayat penyakit keluarga seperti : DM,HT, penyakit jatung dll.
7. Faktor lingkungan : imobilisasi yg lama , duduk yang lama yg menyebabkan gerak yg
minimalmenimbulkan statis aliran darah
8. Pengalaman pembedahan : pembedahan pada ekstremitas bawah, pembedahan jantung
9. Faktor kebiasaan lain : perokok, obesitas ,dehidrasi, dehidrasiRiwayat penyakit sekarang.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama

Imobilitas lama (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang lama, paralysis, kondisi kecacatan)

Nyeri karena aktifitas / berdiri lama

Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit

Tanda : Kelemahan umum atau ekstremitas

2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat trombosis vena sebelumnya, adanya varises

Adanya factor pencetus lain , contoh : hipertensi (karena kehamilan), DM, penyakit katup
jantung

Tanda : Tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas yang sakit

Varises dan atau pengerasan, gelembung / ikatan vena (thrombus)

Warna kulit / suhu pada ekstremitas yang sakit ; pucat, dingin, oedema, kemerahan, hangat
sepanjang vena
Tanda human positif

3. Makanan / Cairan

Tanda : Turgor kulit buruk, membran mukosa kering (dehidrasi, pencetus untuk hiperkoagulasi)

Kegemukan (pencetus untuk statis dan tahanan vena pelvis)

Oedema pada kaki yang sakit (tergantung lokasi)

4. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Berdenut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau bergerak

Tanda: Melindungi ekstremitas kaki yang sakit

5. Keamanan

Gejala : Riwayat cedera langsung / tidak langsung pada ekstremitas atau vena (contoh : fraktur,
bedah ortopedik, kelahiran dengan tekanan kepala bayi lama pada vena pelvic, terapi intra vena)

Adanya keganasan (khususnya pancreas, paru, system GI)

Tanda: Demam, menggigil

6. Penyuluhan / Pembelajaran

Gejala : Penggunaan kontrasepsi / estrogen oral, adanya terapi antikoagulan (pencetus


hiperkoagulasi)

Kambuh atau kurang teratasinya episode tromboflebitik sebelumnya

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. keridakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
(mis. Hiperipidemia, Anemia)

2. Nyeri Akut b.d Agen cedra bilogis ( mis. Infeksi, iskemia, neoplasma )

3. Resiko Infeksi b/d


D. INTERVENSI

DX 1 : Keridakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kurang pengetahuan tentang proses penyakit
(mis. Hiperipidemia, Anemia)

NOC NIC

Kriteria hasil : 1. Lakukan bina hubungan saling percaya

Perfusi Jaringan : Parifer 2. Monitor adanya parashetia dengan tepat (mis.


Adanya mati rasa, tingkat nyeri )
1. Suhu Kulit ujung kaki dan tangan
3. Instruksikn psien dan keluarga untuk menjaga
(4)
posisi tubuh ketika sedang berbaring, mandi,
2. Kekuatan denyut nadi karotis (4)
atau merubah posisi
3. Tekanan darah sistolik (4)
4. Berikan nilai komperhensif sirkulasi perifer
4. Tekanan darah diastolik (4) (yaiutu memriksa denyut perifer, edema,
5. Edema perifer (4) warna dan suhu ujung kaki dan tangan )
6. Mati rasa (4) 5. Monitor nyeri di daerah yang terkena
7. Kelemahan otot (4) 6. Monitor tanda –tanda sirkulasi vena menurun
8. Muka Pucat (4) di ujung kaki dan tangan yang terkena
(misalnya pembesaran lingkar ujung kaki dan
tangan , pembengkakan yang menyakitan dan
nyeri, vena keras saat diraba, pemebesaran
pembuluh darah superfisial , kemerahan dan
panas, mati rasa dan kesemutan, perubahan
warna kulit dan demam )
7. Kaloborasi terapi intravena bersama tim medis
8. Monitor tanda tanda vital ( Nadi, tekanan
darah , Suhu, dan Pernfasan )

DX 2 : Nyeri Akut b.d Agen cedra bilogis ( mis. Infeksi, iskemia, neoplasma )

NOC NIC

kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif yang


Kontrol Nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Mengenali kapan nyeri terjadi kualitas, beratnya nyeri, dan faktor pencetus.
(4) 2. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan
2. Mengambbarkan faktr penyebab dengan pemantauan yang ketat
nyeri (4) 3. Ajarkan prinsip-prinsip menejemn nyeri
3. Menggunakan tindakan 4. Ajarkan penggunaan tehnik non farmakologi
pengurangan nyeri tanpa seperti relaksasi.
analgesik (4) 5. Tunjukkan dan praktikan tehnik relaksasi pada
4. Menggunakan analgesik yang klien
direkomendasikan 6. Dorong klien untuk mngulang praktik tehnik
5. Melaporkan nyeri yang relaksasi , jika memungkinkan
terkontrol (4) 7. Dukung istirahat atau tidur yang adekuat untk
Tingkat Nyeri membantu penuruanan nyeri

1. Nyeri yang dilaporkan (4) 8. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien

2. Panjang episode nyeri (4) mengenai nyeri

3. Expresi nyeri wajah (4) 9. Berikan infromasi mengenai nyeri sperti penyebab,
berapa lama nyeri yang di rasakan.
4. Mengeluarkan keringat (4)
10. Kaloborasi pemberian terapi intravena dengan tim
5. Kehilangan nafsu makan (4)
medis
11. Monitor tanda-tanda vital ( Tekanan Darah, Nadi )

DX 3 : Resiko Infeksi b/d

NOC NIC

Kriteria hasil : 1. Monitor adanya tanda gejala infeksi sitemik

Kontrol resiko dan lokal


2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
1. Mencari informasi tentang
3. Monitor hitung mutlak granulosit, wbc , dan
kesehatan (4)
hasil hasil deferensial
2. Mengidentfikasi faktor (4)
4. Ikuti tindakan pencegahan neutropenia yang
3. Mengenali faktor resiko
sesuai
individu (4)
5. Batasi jumlah pengunjung
4. Memonitro faktor resiko 6. Tingkatkan asupan nutris yang cukup
lingkungan 7. Anjurkan asupan cairan denga tepat
5. Menghindari paparan ancaman 8. Anjurkan istrahat
kesehatan (4) 9. Kaloborasi pemberian terapi intravena
antibiotik dengan tim medis
10. Monitor tanda- tanda vital ( tekanan darah
,nadi, Suhu, dan pernafasan )
11. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area
yang mengalami edema
12. Ajarkan pasien dan keluarga agaimana cara
menghindari infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Tania, S. (2016) Apa itu DVT (deep vein thrombosis), www.hallosehat.com. Available at:
https://hellosehat.com/penyakit/dvt-deep-vein-thrombosis-trombosis-vena-dalam/.

Tjin Willy (2018) Deep Vein Thrombosis, www.alodokter.com. Available at:


https://www.alodokter.com/deep-vein-thrombosis.

........2013, Nursing intervension and Nursing Outcame Calsicfication. Edisi Lima, Editor
Terjemah Intasi Nurjannah & Roxana

........2015-2017, Diagnosis Keperawatan (definis &klasifikasi. Edisi 10. Buku Kodekteran.


EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai