A. PENGERTIAN
Deep Vein Thrombosis (DVT) adalah terbentuknya bekuan darah
(trombus) pada salah satu vena dalam yang menyalurkan darah kembali ke
jantung. Cedera traumatik merupakan salah satu faktor risiko penting untuk
terbentuknya DVT. Pembentukan trombus melibatkan tiga faktor penting
meliputi aliran darah, komponen darah, danpembuluh darah yang dikenal
sebagai Virchows Triad. Temuan klasik nyeri pada betispada saat kaki
dorsifleksi (Homans sign) merupakan tanda yang spesifik tetapi tidaksensitif
dan terjadi pada setengah pasien dengan DVT.
Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT) merupakan kondisi di
mana darah pada vena-vena profunda pada tungkai atau pelvis membeku.
Embolisasi dari trombus menimbulkan emboli paru (pulmonary embolus, PE)
sementara kerusakan vena lokal dapat menyebabkan hipertensi vena kronis
dan ekstermitas pascaflebitis (postphlebisic, PPL).
Kebanyakan trombus vena profund berasal dari ekstermitas bawah, banyak
yang sembuh spontan dan lainnya menjadi lebih luas atau membentuk emboli.
Trombosis pada vena poplitea, femoralis superfisialis, dan segmen-segmen
vena ileofermoralis juga sering terjadi. Amat banyak kasus emboli paru-paru
yang terjadi akibat DVT pada vena-vena panggul dan ekstermitas bawah.
B. ETIOLOGI / PREDISPOSISI
Beberapa penelitian sudah mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang
dapatmenyebabkan terjadinya DVT pada pasien yang mengalami trauma.
Faktor-faktor risiko ini umumnya bersifat kumulatif dan pasien biasanya
memiliki lebih darisatu faktor risiko.4Sebuah sistem penilaian Risk Assesment
Profile (RAP) dikembangkan oleh Greenfiled dan rekan-rekannya. Penelitian
yang dilakukan oleh Gearhartdan rekan-rekannya mendukung sistem penilaian
tersebut, dimana pasien dengan RAP=5 memiliki resiko 3 kali lipat
mengalami DVT daripada pasien dengan RAP < 5.3
Faktor risiko :
1. Usia di atas 40 tahun
2. Imobilisasi
3. Obesitas
4. Keganasan
5. Sepsis
6. Trombofilia
7. Penyakit inflamasi usus
8. Trauma
9. Penyakit jantung
10. Kehamilan
Trias Virchow :
1. Statis
2. Jejas endotel
3. Hiperkoagulasi
C. PATOFISIOLOGI
Pembentukan trombus melibatkan tiga faktor penting meliputi aliran
darah, komponen darah, dan pembuluh darah yang dikenal sebagai Virchows
Triad. Trauma mayor sering mempengaruhi salah satu atau ketiga faktor ini
yaitu hiperkoagulabilitas, cedera endotel dan stasis vena. Pasien trauma
dengan ketiga faktor tersebutsangat berisiko untuk mengalami DVT. Cedera
langsung pada pembuluh darah dapat menyebabkan kerusakan tunika intima
yang memicu trombosis sedangkan istirahat di tempat tidur dalam waktu yang
cukup lama, imobilisasi, hipoperfusi dan paralisis yang lama dapatmemicu
terjadinya stasis vena. Cedera tunika intima vena nampaknya menjadi
penyebab utama terbentuknya DVT. Respon alami tubuh terhadap trauma
vena adalah mengurangi pendarahan dari pembuluh darah yang rusak. Paparan
protein-protein pada endotelium yang rusak memulai aktivasi dan proses adesi
dari trombosit dan akhirnya memicu pembentukan trombin dan trombosis
berikutnya. Hiperkoagulabilitas merupakan fenomena yang diketahui terjadi
trauma
berat,
yang
mengindikasikan
suatu
keadaan
hiper
koagulabilitas.
D. MANIFESTASI KLINIK
DVT secara klasik menimbulkan nyeri dan edema pada ekstremitas.
Gejala-gejala inidapat muncul ataupun tidak, unilateral atau bilateral, ringan
atau berat bergantung padatrombus yang terbentuk. Trombus yang tidak
menyebabkan obstruksi aliran vena seringasimptomatik. Edema merupakan
gejala paling spesifik dari DVT. Trombus yang terdapat pada iliac bifurcation,
vena pelvis, vena kava menimbulkan edema kaki yangbiasanya bilateral.
Temuan klasik nyeri pada betis pada saat kaki dorsifleksi (Homanssign)
merupakan tanda yang spesifik tetapi tidak sensitif dan terjadi pada
setengahpasien dengan DVT.
E. PENATALAKSANAAN
Fokus perawatan untuk pasien yang mengalami penyakit ini adalah
meningkatkan aliran darah dan mencegah komplikasi. Pasien yang mengalami
DVT berisiko tinggi mengalami perkembangan emboli baru. Strategi terapi
mencakup terapi antikoagulan untuk mencegah perkembangan emboli, tirah
baring, dananalgesik. Kompres hangat dan lebab dapat digunakan. Ukuran
betis atau paha harus didapatkan setiap hari. Stoking elastis atau balutan juga
dapat digunakan.
Profilaksis terhadp DVT
Indikasi Adanya faktor-faktor risiko
Metode
1. Stocking kompresi mekanis (TED)
2.
pada
hasil
antifactor
Xa
plasma
atau
kadar
aPTT
G. PENGKAJIAN FOKUS
1. Demografi
DVT
sebagai
salah
satu
manifestasi
dari
Venous
(trauma,
vena
hiperkoagulabilitas
varikosa
ekstremitas
kongenital,
bawah,
antiphospholipid
obesitas,
riwayat
Meskipun DVT
umumnya
timbul karena adanya faktor risiko tertentu, DVT juga dapat timbul tanpa
etiologi yang jelas ( idiopathic DVT).
2. Riwayat Kesehatan
Risiko terjadinya DVT akan meningkat dengan bertambahnya usia,
riwayat keluarga menderita DVT, perokok, dehidrasi, kanker, vena
varikosa, operasi, penyakit jantung dan pernafasan, obesitas dan
kehamilan. Studi tentang riwayat keluarga dan anak kembar menunjukkan
faktor genetika berpengaruh sekitar 60% risiko DVT. Defisiensi anti
thrombin, protein C dan protein S merupakan faktor risiko yang kuat pada
DVT.
3. Data Fokus Terkait Perubahan Pola Fungsi dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang sangat
penting dalam pendekatanpasien dengan kecurigaan mengalami DVT.
Keluhan utama DVT biasanya adalah kakibengkak dan nyeri. Pada
pemeriksaan fisik tanda-tanda klasik seperti edema kakiunilateral, eritema,
hangat, nyeri, pembuluh darah superfisial teraba, dan Homans signpositif
tidak selalu ditemukan. Pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan
D-dimer dan penurunan Antithrombin (AT). Peningkatan D-dimer
merupakan indikatoradanya trombosis aktif. Pemeriksaan laboratorium
lain umumnya tidak terlalu bermaknauntuk mendiagnosis adanya DVT,
tetapi membantu menentukan faktor resiko.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Venografi atau flebografi
Venografi atauflebografi merupakan pemeriksaan standar untuk
mendiagnosis DVT baik pada betis,paha maupun ileofemoral.
b. Ultrasonografi (USG) Doppler (duplex scanning)
c. USG kompresi
d. Venous Impedance Plethysmography (IPG)
e. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI umumnya digunakan untuk mendiagnosis DVT padaperempuan
hamil atau DVT pada daerah pelvis, iliaka dan vena kava dimana
Duplexscanning pada ekstremitas bawahmenunjukkan hasil negatif.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan gangguan aliran balik vena
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
edema kronis pergelangan kaki
3. Resiko tinggi terhadap inefektifitas penatalaksanaan regimen terapeutik
berhubungan
dengan
kurang
pengetahuan
tentang
pencegahan
Intervensi :
a. Tinggika tungkai bawah yang sakit lebih tinggi dari ketinggian jantung
untuk meningkatkan drainase vena
Rasional : nyeri vena biasanya diperburuk dengan posisi kaki
menggantung dan sedikit menghilang dengan meninggikan kaki.
b. Jelaskan perlunya mengindari Aspirin Obat-obatan yang mengandung
aspirin ( bismuth, pepto-bismol, alka-seltzer,
beberapa ramuan
DAFTAR PUSTAKA
Grace, Pierce A., & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3.
Jakarta: Erlangga.
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2007. Patofisiologi Volume 1: Konsep
Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.
Morton, Patricia Gonce dkk. 2012. Keperawatan Kritis Volume 1: Pendekatan
Asuhan
Holistik. Jakarta: EGC.
Megasafitri, Dian., Wiargitha, & Maliawan, Sri. 2013. Low-Molecular Weight
Heparin
(LMWH) Sebagai Profilaksis Deep Vein Thrombosis (DVT) Pada Pasien
Trauma. http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6106/4597 .
Diunduh 25 Mei 2014.
Aan Nandiwardhana di 7.5