Disusun Oleh :
Anna Molina Manurung
122314087
b. Fisologi
Fungsi utama trombosit
Pembekuan sumbatan mekanik selama respon hemostatis normal
terhadap cedera vascular. Tanpa trombosit, dapat terjadi
kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi
trombosit berupa adehesi, sekresi, ageregasi dan fusi serta aktivitas
prokoagulannya sangat penting untuk fugsinya (Syaifudin, 2015)
Proses pembekuan darah
Koagulasi darah atau pembekuan darah adalah transformasi darah
dari cairan menjadi gel padat. Pembentukan suatu pembekuan
(clot) pada sumbat trombosit memperkuat dan menunjang sum-
bat, memperkuat tambalan yang menutupi lubang dipembuluh
darah. Selain itu, sering dengan memadatnya darah di sekitar
defek pembuluh, darah tidak lagi mengalir. Koagulasi merupakan
mekanisme hemostatic tubuh yang paling kuat dan hal ini
diperlukan untuk menghentikan pendarahan (Syaifudin, 2015)
3. Klasifikasi
Klasifikasi umum DVT terbagi menjadi
1. Venous thromboembolism (VTE), yang terjadi pada pembuluh balik
2. Arterial thrombosis, yang terjadi pada pembuluh nadi
4. Etiologi
Terdapat 3 faktor yang dianggap penting dalam pembentukan bekuan
darah, hal ini dihubungkan dengan :
a. Imobilitas (statis aliran darah)
Statis vena terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal
jantung dan syock ; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat,
dan bila kontraksi otot skeletal berkurang, seperti pada istirahat lama,
paralysis ekstremitas. Tirah baring terbukti memperlambat aliran darah
tungkai sebesar 50%.
b. Abnormalitas dinding pembuluh darah
ASKEP UAP, ALI & DVT
6. Patofisiologi
Intoleransi aktivitas
7. Komplikasi
a. Pulmonary embolism adalah komplikasi utama dari deep vein
thrombosis. Hal ini dapat ditandai dengan nyeri dada dan sesak napas
sehingga dapat mengancam nyawa. Lebih dari 90% dari pulmonary
emboli timbulya dari kaki.
b. Post-thrombotic syndrome dapat terjadi setelah deep vein thrombosis.
Kaki yang terpengaruh dapat menjadi bengkak dan nyeri secara kronis
dengan perubahan-perubahan warna kulit dan pembentukan borok-
borok (ulcer) disekitar kaki dan pergelangan kaki.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam (DVT)
diperlukan bila : ada kontraindikasi terapi antikoagulan atau
trombolitik, ada bahaya emboli paru yang jelas dan aliran darah vena
sangat terganggu yang dapat mengakibatkan kerusakan permanen
pada ekstremitas. Trombektomi (pengangkatan trombosis) merupakan
penanganan pilihan bila diperlukan pembedahan. Filter vena kava
harus dipasang pada saat dilakukan trombektomi, untuk menangkap
emboli besar dan mencegah emboli paru.
b. Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian ekstremitas
yang terkena, stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri
adalah tambahan terapi DVT. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7
hari setelah terjadi DVT. Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu
yang diperlukan thrombus untuk melekat pada dinding vena, sehingga
menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien mulai berjalan, harus
dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri
atau duduk lama-lama. Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki
melawan papan kaki, juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab
pada ekstremitas yang terkena dapat mengurangi ketidaknyamanan
sehubungan dengan DVT. Analgesik ringan untuk mengontrol nyeri,
sesuai resep akan menambah rasa nyaman.
ASKEP UAP, ALI & DVT
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Angiografi (venography)
b. Non invasive ultrasound (USG Doppler)
c. D-dimer adalah tes darah yang mungkin digunakan sebagai tes
penyaringan (screening) untuk menentukan apakah ada bekuan darah.
Pemeriksaan ini bersifat sensitif tapi tidak spesifik, sehingga tidak dapat
dipakai sebagai tes tunggal untuk diagnosis DVT
3. Rencana Keperawatan
Tujuan dan
No. Diagnosa Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Gangguan Tujuan: 1. Kaji nadi perifer, kaji 1. Mengetahui
perfusi Menunjukkan CRT pantau tanda- tingkat perfusi
jaringan perfusi jaringan tanda sianosis 2. Relaksasi
perifer 2. Anjurkan napas dalam dapat
ASKEP UAP, ALI & DVT
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Marilynn E. Doengoes (2002) disebutkan bahwa
implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan, dimana
rencana keperawatan dilaksanakan; melaksanakan intervensi atau aktivitas
yang telah ditentukan.
5. Evaluasi
Menurut Marilynn E. Doengoes (2002),evaluasi merupakan tahap
akhir dari proses keperawatan, proses yang kontinue yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan, yang
dilakukan dengan meninjau respon pasien untuk menentukan keefektifan
rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Tujuan dari evaluasi adalah menilai keberhasilan dari tindakan
perawatan, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan dan
ASKEP UAP, ALI & DVT
DAFTAR PUSTAKA
http://agunxatjah.blogspot.com/2012/03/anatomi-dan-fisiologi-jantung.html
http://patrianefdarwis.blogspot.com/2013/10/iskemia-tungkai-akut-acute-limb-
ischemia.html
http://bjggdar4rhbg.blogspot.com/2013/10/askep-dvt.html