Anda di halaman 1dari 13

.

Pengertian
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem
kardiovaskuler termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan
mikrosirkulasi. Menurut Robert Virchow, terjadinya trombosis adalah
sebagai akibat kelainan pada pembuluh darah, aliran darah,
komponenpembekuan darah. Trombosis vena adalah terbentuknya
bekuan darah dalam vena, yang sebagian besar tersusun atas fibrin dan
sel darah merah dengan sebagian kecil (Padila, 2013)
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam
vena akibat flebitis (inflamasi dinding vena) atau akibat obstruksi parsial
vena berhubungan dengan statis darah, cedera dinding pembuluh darah
dan perubahan koagulasi darah (triad Virchow) (Nettina, 2013)
Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis merupakan
penggumpalan darah yang terjadi di pembuluh balik (vena) sebelah
dalam. Bekuan yang terbentuk didalam suatu pembuluh darah disebut
trombus. Trombus bisa terjadi di vena superfisial ( vena permukaan)
maupun di vena dalam. Trombosis vena dalam adalah terbentuknya
bekuan darah didalam lumen vena dalam yang diikuti oleh reaksi
inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan perivena. Trombosis
vena dalam lebih banyak terjadi pada vena tungkai seperti vena femoralis
dan vena poplitea (Smeltzer, 2013)
.Pengertian
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem
kardiovaskuler termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan
mikrosirkulasi. Menurut Robert Virchow, terjadinya trombosis adalah
sebagai akibat kelainan pada pembuluh darah, aliran darah,
komponenpembekuan darah. Trombosis vena adalah terbentuknya
bekuan darah dalam vena, yang sebagian besar tersusun atas fibrin dan
sel darah merah dengan sebagian kecil (Padila, 2013)
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam
vena akibat flebitis (inflamasi dinding vena) atau akibat obstruksi parsial
vena berhubungan dengan statis darah, cedera dinding pembuluh darah
dan perubahan koagulasi darah (triad Virchow) (Nettina, 2013)
Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis merupakan
penggumpalan darah yang terjadi di pembuluh balik (vena) sebelah
dalam. Bekuan yang terbentuk didalam suatu pembuluh darah disebut
trombus. Trombus bisa terjadi di vena superfisial ( vena permukaan)
maupun di vena dalam. Trombosis vena dalam adalah terbentuknya
bekuan darah didalam lumen vena dalam yang diikuti oleh reaksi
inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan perivena. Trombosis
vena dalam lebih banyak terjadi pada vena tungkai seperti vena femoralis
dan vena poplitea (Smeltzer, 2013)
.Konsep Penyakit
1.Pengertian
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem
kardiovaskuler termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan
mikrosirkulasi. Menurut Robert Virchow, terjadinya trombosis adalah
sebagai akibat kelainan pada pembuluh darah, aliran darah,
komponenpembekuan darah. Trombosis vena adalah terbentuknya
bekuan darah dalam vena, yang sebagian besar tersusun atas fibrin dan
sel darah merah dengan sebagian kecil (Padila, 2013)
Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam
vena akibat flebitis (inflamasi dinding vena) atau akibat obstruksi parsial
vena berhubungan dengan statis darah, cedera dinding pembuluh darah
dan perubahan koagulasi darah (triad Virchow) (Nettina, 2013)
Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis merupakan
penggumpalan darah yang terjadi di pembuluh balik (vena) sebelah
dalam. Bekuan yang terbentuk didalam suatu pembuluh darah disebut
trombus. Trombus bisa terjadi di vena superfisial ( vena permukaan)
maupun di vena dalam. Trombosis vena dalam adalah terbentuknya
bekuan darah didalam lumen vena dalam yang diikuti oleh reaksi
inflamasi dinding pembuluh darah dan jaringan perivena. Trombosis
vena dalam lebih banyak terjadi pada vena tungkai seperti vena femoralis
dan vena poplitea (Smeltzer, 2013
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASU DEEP VEIN
THROMBOSIS (DVT) DI RUANGAN SEROJA RSUD
UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

MOH. FAHMI S.LAMOHAMAD


WN10323024
CI LAHAN CI INSTITUSI

Jumaini S.Kep.,Ns Ns.Agnes Erlita Distriani Patade, S.Kep.,M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2023

A.
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem
kardiovaskuler termasuk arteri, vena, ruangan jantung dan mikrosirkulasi.
Menurut Robert Virchow, terjadinya trombosis adalah sebagai akibat
kelainan pada pembuluh darah, aliran darah, komponenpembekuan darah.
Trombosis vena adalah terbentuknya bekuan darah dalam vena, yang
sebagian besar tersusun atas fibrin dan sel darah merah dengan sebagian
kecil (Padila, 2018).

Tromboflebitis adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam


vena akibat flebitis (inflamasi dinding vena) atau akibat obstruksi parsial
vena berhubungan dengan statis darah, cedera dinding pembuluh darah
dan perubahan koagulasi darah (triad Virchow) (Nettina, 2018) Trombosis
vena dalam atau deep vein thrombosis merupakan penggumpalan darah
yang terjadi di pembuluh balik (vena) sebelah dalam. Bekuan yang
terbentuk didalam suatu pembuluh darah disebut trombus. Trombus bisa
terjadi di vena superfisial ( vena permukaan) maupun di vena dalam.

Trombosis vena dalam adalah terbentuknya bekuan darah didalam


lumen vena dalam yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh
darah dan jaringan perivena. Trombosis vena dalam lebih banyak terjadi
pada vena tungkai seperti vena femoralisdan vena poplitea (Smeltzer,
2019).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Trombosis vena dalam


atau deep vein thrombosis merupakan penggumpalan darah yang terjadi di
pembuluh balik (vena) sebelah dalam akibat obstruksi parsial vena
berhubungan dengan statis darah, cedera dinding pembuluh darah dan
perubahan koagulasi darah (triad Virchow).

2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
adventitia, yang juga dikenal sebagai externa tunika. Ini adalah
lapisan terluar dari pembuluh darah, yang menyediakan stabilitas
struktural mirip lapisan tunika media di arteri.Sementara darah
bergerak melalui arteri oleh aktivitas tunika media, pada vena
menggunakan mekanisme yang berbeda yang disebut “pompa otot
rangka”.Dalam pompa otot rangka, darah bergerak secara pasif
melalui pembuluh darah oleh kontraksi otot rangka seluruh tubuh,
yang memaksa darah untuk bergerakke atas menuju jantung bukan
penyatuan dalam tubuh extremeties rendah(tangan dan kaki).Kurang
lebih 70% volume darah berada dalam sirkuit vena dengan tekanan
yang relatif rendah.Kapasitas dan volume sirkuit vena ini merupakan
faktor penentu penting dari curah jantung karena volume darah yang
diejeksi oleh jantung tergantung pada alir balik vena (Syaifudin,
2018).
Trombosit sebenarnya fragmen dari sel-sel pada sumsum tulang,
yang disebut megakariosit.Dirangsang oleh hormon thrombopoietin,
trombosit pecah pada megakariosit dan memasuki aliran darah, di
mana mereka beredar selama sekitar 10 hari sebelum berakhir masa
pendek mereka di limpa. Dalam tubuh yang sehat, thrombopoietin
akan membantu untuk mempertahankan jumlah trombosit pada tingkat
normal, yang sekitar 4,2-6.100.000 sel-sel kecil di 200/1000 dari satu
sendok teh (1UL) darah (Syaifudin, 2015).
Kebanyakan trombosit dikenal dengan kemampuan darah untuk
menggumpal ketika seseorang mendapat luka atau memar.Secara
khusus,trombosit memberikan hormon yang diperlukan dan protein
untuk koagulasi.Kolagen dilepaskan ketika lapisan pembuluh darah
rusak. Trombosit mengenali kolagen dan mulai bekerja pada koagulasi
darah dengan membentuk semacam penyumbat, sehingga kerusakan
lebih lanjut untuk pembuluh darah dapat dicegah (Syaifudin, 2015)
b. Fisiologi
a) Fungsi utama trombosit
Pembekuan sumbatan mekanik selama respon
hemostatis normal terhadap cedera vascular. Tanpa trombosit,
dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah
kecil. Reaksi trombosit berupa adehesi, sekresi, ageregasi dan
fusi serta aktivitas prokoagulannya sangat penting untuk
fugsinya (Syaifudin, 2018).
b) Proses pembekuan darah
Koagulasi darah atau pembekuan darah adalah
transformasi darahdari cairan menjadi gel padat. Pembentukan
suatu pembekuan (clot) padasumbat trombosit memperkuat
dan menunjang sum-bat, memperkuat tambalan yang menutupi
lubang dipembuluh darah. Selain itu, sering dengan
memadatnya darah di sekitar defek pembuluh, darah tidak lagi
mengalir. Koagulasi merupakan mekanisme hemostatic tubuh
yang paling kuat dan hal ini diperlukan untuk menghentikan
pendarahan (Syaifudin, 2018).
3. Etiologi
Thrombosis vena dalam disebabkan oleh adanya disfungsi
endotelpembuluh darah, hiperkoagulabilitas dan gangguan
aliran darah vena(stasis) yang dikenal dengan istilah Trias
Virchow. Adapun faktor risikoterjadinya thrombosis vena dalam
yaitu : usia, genetik, kanker ,dehidrasi,merokok, dan obesitas
(Wijaya dan Putri, 2013)
4. Patofisiologi
Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena, karna statis
atau hiperkoagulabilitas tanpa disertai peradangan maka proses ini
dinamakan flebotrombosis. Trombosis vena mampu terjadi pada
semua vena namun yang paling sering terjadi yakni pada vena
ekstremitas. Trombus vena tersusun atas agregat vena yang
menempel pada dinding vena, dengan begitu vena akan mengalami
penyumbatan atau obstruksi yang lama kelamaan akan
menimbulkan oedem pada ekstremitas tersebut. Diameter oedem
yang semakin besar mampu pecah dan menyebabkan ulkus atau
ganggren vena. Trombus yang mudah terlepas dan mengikuti aliran
darah bisa masuk kedalam paru-paru dan menyebabkan emboli
paru pada pasien (Hasdianah 2016).
5. Pathway
6. Manifestasi klinik
Pasien yang mengalami Thrombosis vena dalam akan
merasa nyeripada ekstremitas yang mengalami thrombosis.
Ekstremitas ini akanmengalami perubahan bentuk yakni menjadi
lebih besar atau bengkak danmengalami perubah warna kulit
menjadi lebih gelap dari sebelumnya.Komplikasi kronis dari
thrombosis vena dalam dilihat dari adanya gejala postphlebitic
syndrom yakni nyeri, bengkak dan adanya ulserasi
padaekstremitas (Andalas, 2018)
7. Komplikasi
Yang akan terjadi apabila thrombus timbul di dalam vena
betis yang letaknya dalam adalah vena tersebut akan tersumbat
total, sehingga darah tidak bisa melewatinya secara otomatis.
Namun, keadaan ini tidak terlalu mengkhawatirkan terhadap
sirkulasi darah untuk dapat bisa kembali ke jantung, sebab disana
selalu ada vena-vena kecil yang berjalan parallel dengan vena yang
tersumbat dan memberi jalan bagi darah untuk kembali kearah
jantung. Vena-vena kecil ini disebut vena kolateral (Wijaya dan
Putri, 2013).
Vena-vena kolateral memberi tahan yang lebih besar
terhadap aliran darah daripada vena yang mengalami oklusi.
Karena tekanan vena serta kapiler yang menuju ke atas meninggi,
maka terjadi pengisian vena yang berlebihan, sehingga
pembengkakan pada kaki pasti terjadi. Hal ini tentunya akan diikuti
oleh timbulnya edema yang membuat sumuran. Efek terjadinya
thrombosis pada betis dalam ini adalah kaki bagian bawah pasti
akan mengalami pembengkakan dan terasa keras karena tekanan
vena meninggi. Selain itu juga akan terjadi edema, karena darah
yang datang kembali dari kaki harus melalui vena-vena kecil kulit
sehinga kulit tungkai tersebut menjadi sianosis dan teraba lebih
hangat akibatya banyaknya darah di dalamnya. Hal yang juga
diperlu diperhatikan pada penyakit ini adalah dengan melihat
seorang penderita yang berbaring lama dengan keluhan sakit pada
salah satu kaki, maka lakukanlah pemeriksaan kaki tersebut dengan
sangat teliti. Vena yang mengalami thrombosis ditekan dengan
hati-hati maka akan timbul rasa nyeri yang hebat. Nyeri ini
mungkin akibat spasme otot polos oleh rangsangan serotonin yang
berasal dari thrombosis (Wijaya dan Putri, 2013).
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang Trombosis vena dalam menurut
Wijayadan Putri (2013) yaitu:
a. Non Invasive Ultrasound Non Invasive Ultrasound merupakan
pemeriksaan pilihan pada pasien dengan DVT likely. Bersifat
non-invasive, aman, mudah didapat, dan relatif murah. Sering
juga disebut USG Doppler.
b. D-dimer assay D-dimer merupakan hasil dari degradasi cross-
linked fibrin oleh plasmin. Test ini menunjukkan aktivitas
secara umum dari koagulasi dan fibrinolisis.
c. Angiografi (venography).
9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking
elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan
terapi DVT. Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari setelah
terjadi DVT.Waktu ini kurang lebih sama dengan waktu yang
diperlukan thrombus untuk melekat pada dinding vena,
sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien mulai
berjalan, harus dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan
lebih baik daripada berdiri atau duduk lama-lama. Latihan
ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki,
juga dianjurkan. Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas
yang terkena dapat mengurangi ketidaknyamanan sehubungan
dengan DVT. Analgesik ringan untuk mengontrol nyeri, sesuai
resep akan menambah rasa nyaman (Andalas, 2013).
b. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penanganan medis DVT adalah mencegah
perkembangan dan pecahnya thrombus beserta risikonya yaitu
embolisme paru dan mencegah tromboemboli kambuhan.
Terapi antikoagulasi dapat mencapai kedua tujuan tersebut.
Heparin yang diberikan selama 10-12 hari dengan infus
intermitten intravena atau infus berkelanjutan dapat mencegah
berkembangnya bekuan darah dan tumbuhnya bekuan baru.
Dosis pengobatan diatur dengan memantau waktu
tromboplastin partial (PTT). Empat sampai 7 hari ebelum terapi
heparin intravena berakhir, pasien mulai diberikan
antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan oral selama 3
bulan atau lebih untuk pencegahan jangka panjang (Andalas,
2013).
Tidak seperti heparin, pada 50% pasien, terapi trombolitik,
menyebabkan bekuan mengalami dekompensasi da larut.
Terapi trombolitik diberikan dalam 3 hari pertama setelah
oklusi akut, dengan pemberian streptokinase, mokinase atau
activator plasminogen jenis jaringan. Kelebihan terapi litik
adalah tetap utuhnya katup vena dan mengurangi insidens
sindrompasca flebotik dan insufisiensi vena kronis. Namun,
terapi trombolitik mengakibatkan insidens perdarahan sekitar
tiga kali lipat disbanding heparin. PTT, waktu protrombin,
hemoglobin, hematokrit, hitung trombosit dan tingkat
fibrinogen pasien harus sering dipantau. Diperlukan observasi
yang ketat untuk mendeteksi adanya perdarahan. Apabila
terjadi perdarahan, dan tidak dapat dihentikan, maka bahan
trombolitik harus dihentikan (Andalas, 2013).
Penataksanaan Bedah. Pembedahan trombosis vena dalam
(DVT) diperlukan bila : ada kontraindikasi terapi antikoagulan
atau trombolitik, ada bahaya emboli paru yang jelas dan aliran
darah vena sangat terganggu yang dapat mengakibatkan
kerusakan permanen pada ekstremitas. Trombektomi
(pengangkatan trombosis) merupakan penanganan pilihan
bila diperlukan pembedahan. Filter vena kava harus dipasang
pada saat dilakukan trombektomi, untuk menangkap emboli
besar dan mencegah emboli paru (Andalas, 2013).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian dengan Penyakit Trombosis vena dalam menurut Padila
(2013) adalah
1) Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang
tua,pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2) Keluhan utama
tiga gejala utama, diantaranya merasa nyeri pada ekstremitas yang
mengalami thrombosis
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada Ekstremitas akan mengalami perubahan bentuk yakni
menjadi lebih besar atau bengkak dan mengalami perubah warna
kulit menjadi lebih gelap dari sebelumnya. Komplikasi kronis dari
thrombosis vena dalam dilihat dari adanya gejala postphlebitic
syndrom yakni nyeri, bengkak dan adanya ulserasi pada
ekstremitas
b. Pemeriksaan fisik
pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan beberapa manifestasi
klinis tergantung dengan ringan atau beratnya kondisi pasien.

1. Aktivitas /istirahat
Gejala : Tindakan yang memerlukan duduk atau berdiri lama
Imobilitas lama (contoh ; trauma orotpedik, tirah baring yang
lama, paralysis, kondisi kecacatan)
Nyeri karena aktifitas / berdiri lama
Lemah / kelemahan pada kaki yang sakit
Tanda : Kelemahan umum atau ekstremitas
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat trombosis vena sebelumnya, adanya varises
Adanya factor pencetus lain , contoh : hipertensi (karena
kehamilan), DM, penyakit katup jantung
Tanda : Tachicardi, penurunan nadi perifer pada ekstremitas
yang sakitVarises dan atau pengerasan, gelembung / ikatan
vena (thrombus)
Warna kulit / suhu pada ekstremitas yang sakit ; pucat, dingin,
oedema, kemerahan, hangat sepanjang vena
Tanda human positif
3. Makanan / cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, membran mukosa kering
(dehidrasi, pencetusuntuk hiperkoagulasi)
Kegemukan (pencetus untuk statis dan tahanan vena
pelvis)Oedema pada kaki yang sakit (tergantung lokasi)
4. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Berdenut, nyeri tekan, makin nyeri bila berdiri atau
bergerak
Tanda: Melindungi ekstremitas kaki yang sakit
Keamanan
Gejala : Riwayat cedera langsung / tidak langsung pada
ekstremitas atau vena (contoh : fraktur, bedah ortopedik,
kelahiran dengan tekanan kepala bayi lama pada vena pelvic,
terapi intra vena)
Adanya keganasan (khususnya pancreas, paru, system GI)
Tanda: Demam, menggigil
c. Diagnosis keperawatan
Menurut diagnosi skeperawatan SDKI (2016),diagnosa keperawatan
yang dapat diambil pada pasien dengan Thrombosis venadalam
adalah :
1. Perfusi perifer tdiak efektif b.d penurunan aliran darah / statisvena
(obstruksi vena sebagian / penuh)
2. Nyeri b.d penurunan sirkulasi arteri dan oksigenasi
jaringandengan produksi / akumulasi asam laktat pada
jaringan atauinflamasi,
3. Kerusakan intergeritas kulit b.d ganggren vena
Daftar pustaka

Andalas. (2013). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trombosis Vena


Dalam. Jurnal Kesehatan. Vol 5
Brunner & Suddarth 2013 , Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Vol 2, EGC, Jakarta
Hasanadiah. (2016). Pedoman dan Panduan Praktek Kebutuhan Dasar
Manusia1 dan Keperawatan Medikal Bedah III. Kupang: Gita
Kasi
Padila 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta :
NusaMedika
Smeltzer, Sezanne C. dan Brenda G. Bare. 2013. Buku Ajar
Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8,
Volume 3. Jakarta :EGC
Syaifuddin. 2015. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Komptensi.
Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnosis. DPP PPNI :
Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. DPP PPNI :
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. DPP PPNI : Jakarta
Wijaya AS, Putri YM. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah.
Cetakan pertama. Yogyakarta: Nuha medika

Anda mungkin juga menyukai