Anda di halaman 1dari 24

OBAT DIURETIKA DAN OBAT ANTIBIOTIKA

(PENGERTIAN, MACAM-MACAM, CARA KERJA/KHASIAT, INDIKASI/


KONTRAINDKASI, DOSIS YANG DIGUNAKAN, EFEK SAMPING DAN CARA
MENGATASINYA )

MATA KULIAH : FARMAKOLOGI


DOSEN PENGEMPU : RAHMAWATI RAISING, M.Farm.Klin., Apt

Disusun oleh kelompok 3 :


1. Endah Maharani (201801012)
2. Mirta Safaatalia Dhelen (201801020)
3. Naela Safaria Mufidati (201801022)

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PRODI D3 KEBIDANAN
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Farmakologi ini dengan judul "Obat
Diuretika dan Obat Antibiotika” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.Kami sebagai manusia yang jauh dari
kesempurnaan tentunya sadar akan segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini dan
kami akan sangat bangga apabila makalah yang kami susun ini mendapatkan saran maupun
kritik yang bersifat membangun. Tidak lupa kami hanturkan permohonan maaf apabila
makalah yang kami buat terdapat suatu kesalahan.Kami sampaikan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
D. Manfaat...........................................................................................................................

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................2
TOPIK I
OBAT DIURETIKA...............................................................................................................2
A. Pengertian...............................................................................................................2
B. Golongan Obat Diuretika........................................................................................3
C. Cara Kerja Diuretika...............................................................................................5
D. Indikasi/ Kontraindikasi..........................................................................................5
E. Penggunaan Obat Diuretika....................................................................................6
F. Dosis Obat................................................................................................................
G. Efek samping............................................................................................................

TOPIK 2
OBAT ANTIBIOTIKA.............................................................................................................
A. Pengertian..............................................................................................................6
B. Macam-Macam Obat Antibiotika..........................................................................7
C. Cara Kerja..............................................................................................................7
D. Indikasi/ Kontraindikasi........................................................................................8
E. Dosis Yang Digunakan............................................................................................
F. Efek Samping..........................................................................................................

BAB III
PENUTUP.............................................................................................................................17

A. Kesimpulan.................................................................................................................17
B. Kritik dan Saran..........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18
A. LATAR BELAKANG

Diuretik merupakan obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat
terlarut dan air. Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi garam-
garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit).
Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika bukan obat ginjal, artinya senyawa ini tidak dapat
memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi
ginjal jika diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa
ini. Beberapa diuretika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting
urin dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga akan memperburuk insufisiensi
ginjal. Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi
normal.

Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait
dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Menurut WHO (2006), rumah sakit selalu
mengeluarkan lebih dari seperempat anggarannya untuk biaya penggunaan antibiotik. Di
negara yang sudah maju 13-37% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit
mendapatkan antibiotik baik secara tunggal maupun kombinasi, sedangkan di negara
berkembang 30-80% penderita yang dirawat di rumah sakit mendapat antibiotik. Seringkali
penggunaan antibiotik dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak
dikehendaki, oleh karena itu penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan
antibiotik (Johns Hopkins Medicine et al., 2015).

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :


1. Menjelaskan tentang Obat Diuretika
2. Menjelaskan tentang Obat Antibiotika

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui tentang Obat Diuretika
2. Untuk mengetahui tentang Obat Antibiotika

D. MANFAAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

TOPIK 1 : OBAT DIURETIKA

A. PENGERTIAN

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin melalui kerja
langsung terhadap ginjal. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan
adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah
pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Proses deuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke
glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak d bagian luar ginjal (cortex).
Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat
di lintasi air, garam, dan glukosa.Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan
udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.

B. GOLONGAN / MACAM-MACAM 0BAT DIURETIKA

1. Diuretik osmotic
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. Diuretik golongan tiazid
4. Diuretik hemat kalium
5. Diuretik kuat

1. Diuretik osmotik
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau
adanya faktor lain.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan
isisorbid.

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase


Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di
samping karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat
diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan
secara selang seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi bikarbonat.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan
meatzolamid.

3. Diuretik golongan tiazid


Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48
jam) dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung
(dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis
optimal dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-
obat diuretik yang termasuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid,
hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid,
klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

4. Diuretik hemat kalium


Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek
obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika
lainnya guna menghemat ekskresi kalium.
Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara
kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal
hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika
lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari
penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari
magnesium dihambat.

5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini
berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut,
misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya
bila dosis dinaikkan.Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan
bumetamid.

C. CARA KERJA OBAT DIURETIKA

Kebanyakan diuretic bekerja mengurangi reabsorbsi natrium, sehingga pengeluaran-


nya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus pada
tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni di:
1. Tubuli proksimal
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang dsini direabsorbsi secara aktif
untuk kurang lebih 70% antara lain ion Na dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena
reabsorbsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap
isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis (manitol dan sorbitol) bekerja disini dengan
merintangi reabsorbsi air dan juga natrium.
2. Lengkungan henle
Dibagian menaik dari henle’s loop ini kurang lebih 25% dari semua ion Cl yang telah
di filtrasi d reabsorbsi secara aktif disusun dengan reabsorbsi pasif dari Na dan K tetapi tanpa
air, hingga filtrate menjadi hipotonis, diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetanida,
dan etakrina, bekerja terutama disini dengan merintangi transfor Cl dan demikian reabsorbsi
Na pengeluaran K dan air juga diperbanyak.
3. Tubuli distal
Di bagian pertama, Na di reabsorbsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrate menjadi
lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja ditempat ini dengan
memperbanyak ekskresi Na dan Cl sebesar 5-10%. Di bagian kedua ion Na ditukarkan dengan
ion K atau NH, proses ini dikendalikan oleh hormone anak ginjal aldosteron. antagonis
aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida triamteren) bertitik kerja
disini dengan mengakibatkan ekskresi Na (kurang dari 5%) dan retensi K.
4. Saluran pengumpul
Hormone antidiuretik ADH (vasopressin) dan hipofisis bertitik kerja disini dengan
jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran pengumpul.

D. INDIKASI PENGGUNAAN DIURETIK


1. Edema yang disebabkan oleh gagal jantung, penyakit hati, dan gangguan ginjal.
2. Non Edema seperti hipertensi, glukoma, mountain sickness, Forced diuresis pada
keracunan, gangguan asam basa, dan nefrolitiasis rekuren

E. PENGGUNAAN OBAT DIURETIK


1. Hipertensi
Digunakan untuk mengurangi volume darah seluruhnya hingga tekanan darah
menurun. Khususnya derivate-thiazida digunakan untuk indikasi ini. Diuretic lengkungan
pada jangka panjang ternyata lebih ringan efek anti hipertensinya, maka hanya digunakan bila
ada kontra indikasi pada thiazida, seperti pada insufiensi ginjal. Mekanisme kerjanya
diperkirakan berdasarkan penurunan daya tahan pembuluh perifer.
Dosis yang diperlukan untuk efek antihipertensi adalah jauh lebih rendah daripada
dosis diuretic. Thiazida memperkuat efek-efek obat hipertensi betablockers dan ACE-inhibitor
sehingga sering dikombinasi dengan thiazida. Penghetian pemberian obat thiazida pada lansia
tidak boleh mendadak karena dapat menyebabkan resiko timbulnya gejala kelemahan jantung
dan peningkatan tensi.Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada
sebagian besar penderita. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat,
bila ada bahaya hipokalemia.
2. Payah jantung kronik kongestif
a. Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal.
b. Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama bermanfaat pada penderita dengan
gangguan fungsi ginja.
c. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat bila ada bahaya
hipokalemia.

3. Udem paru akut


Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid)
4. Sindrom nefrotik
Biasanya digunakan tiazid atau diuretik kuat bersama dengan spironolakton.
5. Payah ginjal akut
Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang hilang
harus diganti dengan hati-hati.
6. Penyakit hati kronik
spironolakton (sendiri atau bersama tiazid atau diuretik kuat).

7. Udem otak
Diuretik osmotik
8. Hiperklasemia
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
9. Batu ginjal
Diuretik tiazid
10. Diabetes insipidus
Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam
11. Open angle glaucoma
Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
12. Acute angle closure glaucoma
Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah. Untuk pemilihan obat
Diuretik a yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.

F. DOSIS OBAT DIURETIKA

1. Indapamide

Merek dagang: Natrilix SR, Aldapres, Bioprexum plus.

Kondisi: Pengobatan edema

 Oral
Dosis: 2,5-5 mg satu kali per hari.

Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Oral
Dosis: 1,25-2,5 mg sekali sehari. Dapat dikombinasikan dengan obat anti hipertensi
lain.
2. Hydrochlorothiazide

Merek dagang Hydrochlorothiazide, Co-irvell, Blopress plus, Olmetec plus, Lodoz, Irtan plus,
Coaprovel.

Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Oral
Dosis: 12,5-50 mg sekali sehari. Obat ini dapat dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya.

Kondisi: Pengobatan edema

 Oral
Dewasa: dosis 25-100 mg/hari, 1-2 kali/hari atau sesuai anjuran dokter. Untuk lanjut
usia, dosis akan dikurangi sesuai anjuran dokter.
Anak usia< 6 bulan: 1-3 mg/kg berat badan (BB)/hari, 1-2 kali per Dosis maksimum
37,5 mg/hari.
Anak usia 6 bulan sampai 2 tahun: 1-2 mg/kgBB/hari, 1-2 kali per hari. Dosis
maksimum 37,5 mg/hari.
Anak usia > 2-12 tahun: 1-2 mg/kgBB/hari, 1-2 kali per hari. Dosis maksimum 100
mg/hari.

3. Chlorthalidone

Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Oral
Dewasa: 12,5-25 mg per hari. Dapat dikombinasikan dengan antihipertensi yang lain.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.

Kondisi: Pengobatan diabetes insipidus

 Oral
Dewasa: 25-100 mg, dua kali sehari.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.

Kondisi: Pengobatan edema dan gagal jantung

 Oral
Dewasa: 25-200 mg per hari atau sesuai dengan anjuran dokter.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.

4. Bumetanide

Kondisi: Pengobatan edema

 Oral
Dewasa: Dosis 1 mg diminum langsung pada pagi atau sore hari, dilanjutkan dengan 1
mg setelah 6-8 jam kemudian.
Lansia: Pemberian pada orang yang sudah tua disesuaikan dengan anjuran dokter.
 Suntik intramuskular dan intravena
Dosis: tergantung pada kondisi dan anjuran dokter

G. EFEK SAMPING

Efek samping yang lebih umum dari diuretik meliputi:

 kadar kalium yang rendah dalam darah


 terlalu banyak kalium dalam darah (hanya untuk diuretik hemat kalium)
 kadar natrium rendah
 sakit kepala
 pusing
 haus
 peningkatan gula darah
 kram otot
 peningkatan kolesterol
 ruam kulit
 encok
 diare

Efek samping lain yang lebih serius meliputi :

 reaksi alergi
 gagal ginjal
 detak jantung tak teratur

Efek-efek samping yang utama yang dapat di akibatkan diuretika adalah:


1. Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretic dengan ttitik kerja dibagian muka
tubuli distal memperbesar ekskresi ion K dan H karena ditukarkan dengan ion Na. akibatnya
adalah kandungan kalium plasma darah menurun dibawah 3,5 mmol/liter. Keadaan ini
terutama dapat terjadi pada penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida,
mungkin bersama thiazida.

Gejala kekurangan kalium ini bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi,


anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata.
Thiazida yang digunakan pada hipertensi dengan dosis rendah (HCT dan klortalidon 12,5 mg
perhari), hanya sedikit menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu tidak perlu disuplesi kalium
(Slow-K 600 mg), yang dahulu agak sering dilakukan kombinasinya dengan suatu zat yang
hemat kalium suadah mencukupi.
Pasien jantung dengan gangguan ritme atau yang di obati dengan digitalis harus
dimonitor dengan seksama, karena kekurangan kalium dapat memperhebat keluhan dan
meningkatkan toksisitas digoksin. Pada mereka juga d khawatirkan terjadi peningkatan resiko
kematian mendadak (sudden heart death).
2. Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua diuretika, kecuali
amilorida. Menurut perkiraan, hal ini diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum
dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama klortalidon memberikan resiko
lebih tibggi untuk retensi asam urat dan serangan encok pada pasien yang peka.

3. Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya
metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal
menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.

4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar koleterol total (juga
LDL dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor
pelindung untuk PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah
indaparmida yang praktis tidak meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek
samping ini pada penggunaan jangka panjang blum jelas.

5. Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretikaa lengkungan, kadar Na
plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa gelisah,
kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk
dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang berangsur-angsur
dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada
furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah).
TOPIK 2 : OBAT ANTIBIOTIKA

A. PENGERTIAN
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang mem-
punyai khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya
pada manusia relatif kecil. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba harus memiliki
sifat toksisitas selektif setinggi mungkin di mana obat tersebut harus bersifat sangat toksik
untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Dewasa ini istilah antibiotika sering
digunakan secara luas, dengan demikian tidak terbatas pada obat yang dihasilkan oleh fungi
dan bakteri, melainkan juga untuk obat-obat sintesis, seperti sulfonamida, INH, PAS,
nalidiksat, dan flurokinolon
Antibiotika adalah obat untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri

B. MACAM-MACAM OBAT ANTIBIOTIKA

1. Penisilin

Obat bernama Penisilin ini banyak digunakan untuk mengobati berbagai infeksi, ter-
masuk infeksi kulit, infeksi dada dan infeksi saluran kemih.

2. Sefalosporin

Bila Anda mengalami infeksi serius seperti penyakit septikimia dan meningitis, biasa-
nya dokter yang merawat Anda akan memberikan obat bernama Sefalosporin. Obat ini sangat
efektif untuk mengobati infeksi yang lebih serius.

3. Aminoglikosida

Aminoglikosida cenderung digunakan hanya untuk mengobati penyakit yang sangat


serius seperti septikemia. Karena itu dapat menyebabkan efek samping yang serius, termasuk
gangguan pendengaran dan kerusakan ginjal. Obat itu juga bisa memecah cepat dalam sistem
pencernaan, sehingga pasien harus diberikan melalui suntikan. Manfaatnya lagi, antibiotik ini
juga bisa untuk mengobati infeksi telinga dan infeksi mata.

4. Tetrasiklin

Saat muka Anda memiliki jerawat yang sangat fatal, efek sampingnya bisa meng-
infeksi kulit. Tak jarang dokter kulit akan memberikan Anda obat antibiotin jenis Tetrasiklin
untuk menyembuhkan kulit kemerahan dan bintik-bintik.

5. Makrolida

Obat ini dapat sangat berguna untuk mengobati infeksi paru-paru dan dada. Selain itu,
Makrolida juga dapat menjadi alternatif yang berguna untuk orang-orang dengan alergi
penisilin atau untuk mengobati strain resisten penisilin bakteri.
C. CARA KERJA

Secara umum, memang antibiotik berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri yang
menginfeksi tubuh. Tetapi, antibiotik sebenarnya dibagi menjadi dua kategori jika dilihat dari
cara bekerjanya, yaitu:

 Antibiotik yang bersifat untuk membunuh bakteri, alias bactericidal. Obat jenis ini
biasanya merusak satu per satu bakteri yang menginfeksi dengan cara menghancurkan
dinding sel bakteri, sehingga bakteri tersebut mati. Penicillin adalah jenis bactericidal.
 Antibiotik yang menghentikan perkembangan bakteri, atau disebut juga dengan
bacteriostatic. Ketika obat antibiotik berhasil menekan perkembangan serta
pertumbuhan bakteri, maka bakteri hanya akan berjumlah sama dan tidak bertambah.
Dengan begitu sistem kekebalan tubuh kita dapat mengatasinya langsung tanpa
khawatir akan ‘kalah’.Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat
virus, seperti flu.

Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya,
sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri yang diderita
tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik. Selain keparahan kondisi,
terdapat juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya pasien diberikan antibiotik, yakni:

 Infeksi yang diderita adalah infeksi menular.


 Terasa mengganggu dan diduga membutuhkan waktu lama untuk sembuh dengan
sendirinya.
 Terdapat risiko tinggi menyebabkan komplikasi.

D. INDIKASI/KONTRAINDIKASI

1. Ofloxacin / Ofloksasin.

INDIKASI
Infeksi saluran kemih, infeksi yang berat & berkomplikasi, infeksi saluran napas,
uretritis gonokokal yang tidak berkomplikasi & servisitis (termasuk infeksi PPNG/Gonore
Neisseria yang menghasilkan penisilinase), uretritis non gonokokal, infeksi kulit & jaringan
lunak, infeksi kebidanan dan kandungan, enteritis bakterial.

KONTRA INDIKASI
# Hipersensitivitas terhadap Ofloksasin & derivat Quinolon.
# Wanita hamil & menyusui.
# Anak-anak yang belum puber.

PERHATIAN
Penurunan fungsi ginjal.
/Interaksi obat/ :
- antasida yang mengandung Al atau Mg(OH)_2 .
- penggunaan bersama dengan anti inflamasi non-steroid bisa menimbulkan kejang.
- dapat meningkatkan kadar Teofilin dalam plasma.
- mengintensifkan efek Warfarin.
EFEK SAMPING
Gangguan pencernaan & susunan saraf pusat.
Reaksi hipersensitivitas.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL


*C*: Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin (teratogenik atau
embriosidal atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau
penelitian pada wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya
keuntungan potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.

DOSIS
1. Infeksi saluran kemih : 2 kali sehari 100-400 mg selama 1-10 hari.
2. Infeksi berat & berkomplikasi : dosis dinaikkan sampai dengan 600 mg sehari selama 20
hari.
3. Infeksi saluran pernapasan : 2 kali sehari 200-400 mg.
4. Uretritis gonokokal tanpa kompilkasi dan servisitis (termasuk infeksi PPNG) : 200-600
mg sebagai dosis tunggal.
5. Uretritis non gonokokal : 400 mg sehari sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi selama 9
hari.
6. Infeksi kulit & jaringan lunak, infeksi kebidanan dan kandungan, enteritis bakterial : 400
mg sehari selama 7 hari

2. Clindamycin / Klindamisin HCl

INDIKASI
Pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri anaerob yang sensitif terhadap
Klindamisin, turunan Streptococcus, Pneumococus, Staphylococcus yang retan terhadap
Klindamisin. Infeksi yang disebabkan Streptococcus ?-hemolitik (waktu pengobatan minimal
10 hari).

KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas.

PERHATIAN
Riwayat penyakit saluran pencernaan, terutama kolitis, penyakit hati dan atau ginjal,
superinfeksi & pertumbuhan jamur yang berlebihan, kehamilan.

EFEK SAMPING
Perut terasa tidak enak, diare, kolitis, mual, muntah.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL


*B*: Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun
penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek
merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang
mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada
trisemester selanjutnya).

DOSIS
Untuk orang dewasa.
# Infeksi serius : 150-300 mg tiap 6 jam.
# Infeksi yang lebih berat lagi : 300-450 mg tiap 6 jam.

3. Amoxicillin/Amoksisilina Na

INDIKASI
Infeksi saluran nafas, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit & jaringan lunak
yang disebabkan oleh bakteri Gram positif & Gram negatif.

KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Penisilin. Mononukleosis infeksiosa.

PERHATIAN
1. Hipersensitif terhadap Sefalosporin.
2. Kerusakan ginjal.
3. Leukemia limfatik. /Interaksi obat/ : - Probenesid memperpanjang waktu paruh Amoksisilin
dalam plasma. - Allopurinol memicu timbulnya kemerahan pada kulit. - Mengurangi
efektifitas kontrasepsi oral.

EFEK SAMPING
Gangguan pencernaan, reaksi alergi, anafilaksis, kelainan darah, superinfeksi.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL


*B*: Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun
penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek
merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang
mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada
trisemester selanjutnya).

DOSIS
Dewasa : 250-500 mg tiap 8 jam. Gonore akut : 3 gram sebagai dosis tunggal.

4. Amoksisilin &Asam klavulanat

INDIKASI
Pengobatan jangka pendek infeksi saluran pernafasan bagian atas & bawah, infeksi saluran
kemih, sinusitis, infeksi kulit, otitis media (radang rongga gendang telinga).

KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Penisilin. Mononukleosis infeksiosa.
PERHATIAN
Gangguan ginjal & hati. Superinfeksi. /Interaksi obat / : Probenesid, Allopurinol.

EFEK SAMPING
# Reaksi pada saluran pencernaan & reaksi hipersensitivitas.
# Hepatitis & sakit kuning kolestatik yang bersifat sementara.
# Rasa tidak enak pada perut, sakit kepala, pusing, vaginitis, kandidiasis.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL


*B*: Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun
penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek
merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang
mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada
trisemester selanjutnya).

DOSIS
# Dewasa & anak berusia lebih dari 12 tahun atau dengan berat badan lebih dari 40 kg : -
infeksi ringan-sedang : 250 mg tiap 8 jam. - infeksi berat : 500 mg tiap 8 jam.
# Anak berusia kurang dari 12 tahun: 25-50 mg/kg berat badan/hari tergantung pada beratnya
infeksi. Infeksi berat : dosis bisa ditingkatkan.

5. Ampicillin trihydrate / Ampisilin trihidrat.

INDIKASI
Infeksi Gram positif & Gram negatif pada saluran pernafasan, saluran empedu, saluran
pencernaan, dan meninges. Infeksi saluran kemih.

KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Penisilin. Mononukleosis infeksiosa.

PERHATIAN
# Hipersensitif terhadap Sefalosporin.
# Penggunaan jangka panjang memerlukan pemeriksaan fungsi ginjal, hati & hematopetik.
# Kerusakan ginjal.
# Leukemia limfatik.
/Interaksi obat/ :
- Probenesid mengganggu ekskresi obat.
- Mengurangi keampuhan kontrasepsi oral & Atenolol.
- Allopurinol meningkatkan resiko kemerahan pada kulit.

EFEK SAMPING
Gangguan saluran pencernaan. Kemerahan pada kulit, gatal-gatal, biduran/kaligata, demam,
anafilaksis, kelainan darah, superinfeksi.

INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL


*B*: Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun
penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek
merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang
mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada
trisemester selanjutnya).

DOSIS
# Dewasa : 4 kali sehari 250 mg atau 2 kali sehari 500 mg.
# Anak berusia 5-10 tahun : 4 kali sehari 125-250 mg.
# Anak berusia 2-5 tahun : 4 kali sehari 125 mg.
# Anak berusia kurang dari 2 tahun : 4 kali sehari 62,5 mg.
# Gonore : 3,5 gram sebagai dosis tunggal, sebaiknya digunakan dengan Probenesid 1 gram.

Penggunaan antibiotik harus dengan anjuran dokter. Dokter akan menyesuaikan dosis dengan
kondisi pasien, memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat
menggunakan obat, serta efek samping yang dapat terjadi atas penggunaan antibiotik.

Hindari penggunaan antibiotik tanpa anjuran dokter, terutama bagi:

 Ibu hamil dan menyusui.


 Tengah dalam pengobatan lain.
 Memiliki riwayat alergi antibiotik.

Antibiotik juga dapat diberikan sebagai langkah pencegahan infeksi bakteri atau dalam dunia
medis dikenal sebagai profilaksis. Orang-orang yang diberikan antibiotik untuk profilaksis
adalah orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi bakteri, seperti ketika orang
tersebut menjalani operasi glaukoma atau operasi penggantian sendi.

E. DOSIS YANG DIGUNAKAN

Dosis Amoxicillin untuk Anak

1. Infeksi telinga-hidung-tenggorokan

 Untuk anak usia <3 bulan: dosis amoxicilin <30 mg/kg/hari peroral (diminum) setiap
12 jam selama 48–72 jam, untuk infeksi >10 hari Streptococcus pyogenes
 Untuk anak usia >3 bulan dan <40 kg: 25 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 12
jam atau 20 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 8 jam
 Untuk anak dengan berat >40 kg: 500 mg peroral setiap 12 jam atau 250 mg peroral
setiap 8 jam untuk 10–14 hari.

2. Infeksi berat

 Untuk anak usia <3 bulan: dosis amoxicilin <30 mg/kg/hari peroral (diminum) setiap
12 jam selama 48–72 jam, untuk infeksi >10 hari Streptococcus pyogenes
 Untuk anak usia >3 bulan dan <40 kg: 45 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 12
jam atau 40 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 8 jam
 Untuk anak dengan berat >40 kg: 875 mg peroral setiap 12 jam atau 500 mg peroral
setiap 8 jam untuk 10 – 14 hari.
3. Tonsilitis/Faringitis Streptokokus

 50 mg/kg per oral setiap hari untuk 10 hari, jangan melebihi 1 gram/hari, atau 25
mg/kg peroral dua kali sehari untuk 10 hari, jangan melebihi 500 mg/pemberian dosis
 Usia anak >12 tahun: 775 mg peroral setiap hari untuk 10 hari, diminum 1 jam setelah
makan (telan tablet seluruhnya tanpa dikunyah)
 Spektrum kerja: untuk Streptokokus alfa dan beta hemolitikus, Streptokokus
pneumonia, Stafilokokus, dan Hemofilus influenza.

4. Otitis media akut (radang telinga)

 Untuk anak >3 bulan dan berat badan <40 kg: 80 – 90 mg/kg/hari per oral dibagi
setiap 8–12 jam
 Anak dengan berat >40 kg: 500 mg per oral setiap 12 jam atau 250 mg peroral setiap 8
jam untuk 10–14 hari.

5. Infeksi saluran napas bagian bawah (pneumonia, bronkitis, dll), Infeksi ringan,
sedang, berat

 Untuk anak dengan usia <3 bulan: < 30 mg/kg/hari peroral dosis dibagi setiap 12 jam
selama 48–72 jam, untuk infeksi S.pyogenes di atas 10 hari
 Untuk anak dengan usia >3 bulan dan berat badan <40 kg: 45 mg/kg/hari peroral
dibagi untuk setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 8 jam
 Untuk anak dengan berat >40 kg: 875 mg peroral setiap 12 jam atau 500 mg peroral
setiap 8 jam untuk 10–14 hari
 Spektrum kerja: untuk bakteri Streptokokus alfa dan beta hemolitikus, S. Pneumonia,
Stafilokokus, Hemofilus influenza.

6. Untuk antraks

Sebagai terapi profilaksis setelah terpajan daerah yang terkena antraks melalui jalur
napas/inhalasi:

 Pada anak dengan berat <40 kg: 15 mg/kg peroral setiap 8 jam (dosis terendah yang
direkomendasikan, jangan melebihi <45 mg/kg/hari atau pemberian lebih sering
daripada per 8 jam)
 Pada anak dengan berat >40 kg: 500 mg peroral setiap 8 jam
 80 mg/kg/hari peroral terbagi untuk setiap 8 jam selama 4 minggu (dengan vaksin
konkomitan) atau untuk 60 hari (tanpa vaksin).

7. Endokarditis Infektif

 Untuk profilaksis diberikan 50 mg/kg per oral 30–60 menit sebelum prosedur
 Pertimbangan dosis: berdasarkan panduan AHA yang merekomendasikan profilaksis
diberikan pada pasien risiko tinggi mengalami prosedur pembedahan (invasif) dan
memiliki riwayat kondisi jantung yang memberikan risiko infeksi.

F. EFEK SAMPING

Selain menyembuhkan penyakit, antibiotik juga dapat menyebabkan beberapa efek samping,
di antaranya:
 Sakit perut
 Demam
 Mual
 Muntah
 Diare
 Hilangnya nafsu makan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide)


dan Spironolakton.
Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium rendah
dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan
diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes)
atau pada penderita kolesterol.
Golongan Diuretik
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. diuretik golongan tiazid
4. diuretik hemat kalium
5. diuretik kuat

Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru
menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari
satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai
kemampuan dalam membunuh mikroba.
Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan. Antibiotik
ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin, cefuroxime, cefaclor, dan
lain-lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin, dan
methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama kehamilan.
Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama kehamilan:
1) Amoxicillin
2) Ampicillin
3) Clindamycin
4) Erythromycin
5) Penicillin

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui
tentang obat diuretika dan antibiotika serta . Mungkin di dalam pembuatan makalah ini kami
memiliki kesalahan dalam bentuk kata, tulisan, dan penyampaian kami . Mohon dimaklumi
karna kami hanyalah manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan. Maka kami meminta saran
dan kritikan atau pun masukan dari dosen pembimbing atau teman-teman sekalian untuk
menyempurnakan kembali makalah kami. Terima kasih sebelumnya untuk teman-teman dan
dosen pembimbing atas pemberian kepercayaannya kepada kami.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.honestdocs.id/diuretik

http://mustikacintaku.blogspot.com/p/golongan-diuretik_05.html

http://indahjuwita2.blogspot.com/2013/06/makalah-farmakologi-duretik.html

Tan HT, Rahardja K. Obat-obat penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya. Edisi ke-
6. Elex Media Komputindo: Jakarta; 2007:66-94, 110-131.

Anda mungkin juga menyukai