Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Farmakologi ini dengan judul "Obat
Diuretika dan Obat Antibiotika” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa-mahasiswi Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.Kami sebagai manusia yang jauh dari
kesempurnaan tentunya sadar akan segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini dan
kami akan sangat bangga apabila makalah yang kami susun ini mendapatkan saran maupun
kritik yang bersifat membangun. Tidak lupa kami hanturkan permohonan maaf apabila
makalah yang kami buat terdapat suatu kesalahan.Kami sampaikan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
D. Manfaat...........................................................................................................................
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................2
TOPIK I
OBAT DIURETIKA...............................................................................................................2
A. Pengertian...............................................................................................................2
B. Golongan Obat Diuretika........................................................................................3
C. Cara Kerja Diuretika...............................................................................................5
D. Indikasi/ Kontraindikasi..........................................................................................5
E. Penggunaan Obat Diuretika....................................................................................6
F. Dosis Obat................................................................................................................
G. Efek samping............................................................................................................
TOPIK 2
OBAT ANTIBIOTIKA.............................................................................................................
A. Pengertian..............................................................................................................6
B. Macam-Macam Obat Antibiotika..........................................................................7
C. Cara Kerja..............................................................................................................7
D. Indikasi/ Kontraindikasi........................................................................................8
E. Dosis Yang Digunakan............................................................................................
F. Efek Samping..........................................................................................................
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................................17
B. Kritik dan Saran..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18
A. LATAR BELAKANG
Diuretik merupakan obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat
terlarut dan air. Jika pada peningkatan ekskresi air, terjadi juga peningkatan ekskresi garam-
garam, maka diuretika ini dinamakan saluretika atau natriuretika (diuretika dalam arti sempit).
Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika bukan obat ginjal, artinya senyawa ini tidak dapat
memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal, demikian juga pada pasien insufisiensi
ginjal jika diperlukan dialisis, tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa
ini. Beberapa diuretika pada awal pengobatan justru memperkecil ekskresi zat-zat penting
urin dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga akan memperburuk insufisiensi
ginjal. Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi
normal.
Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait
dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Menurut WHO (2006), rumah sakit selalu
mengeluarkan lebih dari seperempat anggarannya untuk biaya penggunaan antibiotik. Di
negara yang sudah maju 13-37% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit
mendapatkan antibiotik baik secara tunggal maupun kombinasi, sedangkan di negara
berkembang 30-80% penderita yang dirawat di rumah sakit mendapat antibiotik. Seringkali
penggunaan antibiotik dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak
dikehendaki, oleh karena itu penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan
antibiotik (Johns Hopkins Medicine et al., 2015).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin melalui kerja
langsung terhadap ginjal. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan
adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah
pengeluaran zat-zat terlarut dalam air. Proses deuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke
glomeruli (gumpalan kapiler) yang terletak d bagian luar ginjal (cortex).
Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat
di lintasi air, garam, dan glukosa.Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan
udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.
1. Diuretik osmotic
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. Diuretik golongan tiazid
4. Diuretik hemat kalium
5. Diuretik kuat
1. Diuretik osmotik
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau
adanya faktor lain.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan
isisorbid.
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini
berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut,
misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya
bila dosis dinaikkan.Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan
bumetamid.
7. Udem otak
Diuretik osmotik
8. Hiperklasemia
Diuretik furosemid, diberikan bersama infus NaCl hipertonis.
9. Batu ginjal
Diuretik tiazid
10. Diabetes insipidus
Diuretik golongan tiazid disertai dengan diet rendah garam
11. Open angle glaucoma
Diuretik asetazolamid digunakan untuk jangka panjang.
12. Acute angle closure glaucoma
Diuretik osmotik atau asetazolamid digunakan prabedah. Untuk pemilihan obat
Diuretik a yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
1. Indapamide
Oral
Dosis: 2,5-5 mg satu kali per hari.
Oral
Dosis: 1,25-2,5 mg sekali sehari. Dapat dikombinasikan dengan obat anti hipertensi
lain.
2. Hydrochlorothiazide
Merek dagang Hydrochlorothiazide, Co-irvell, Blopress plus, Olmetec plus, Lodoz, Irtan plus,
Coaprovel.
Oral
Dosis: 12,5-50 mg sekali sehari. Obat ini dapat dikombinasikan dengan obat
antihipertensi lainnya.
Oral
Dewasa: dosis 25-100 mg/hari, 1-2 kali/hari atau sesuai anjuran dokter. Untuk lanjut
usia, dosis akan dikurangi sesuai anjuran dokter.
Anak usia< 6 bulan: 1-3 mg/kg berat badan (BB)/hari, 1-2 kali per Dosis maksimum
37,5 mg/hari.
Anak usia 6 bulan sampai 2 tahun: 1-2 mg/kgBB/hari, 1-2 kali per hari. Dosis
maksimum 37,5 mg/hari.
Anak usia > 2-12 tahun: 1-2 mg/kgBB/hari, 1-2 kali per hari. Dosis maksimum 100
mg/hari.
3. Chlorthalidone
Oral
Dewasa: 12,5-25 mg per hari. Dapat dikombinasikan dengan antihipertensi yang lain.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.
Oral
Dewasa: 25-100 mg, dua kali sehari.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.
Oral
Dewasa: 25-200 mg per hari atau sesuai dengan anjuran dokter.
Anak-anak: 0,5-1,7 mg/kgBB per 48 jam.
4. Bumetanide
Oral
Dewasa: Dosis 1 mg diminum langsung pada pagi atau sore hari, dilanjutkan dengan 1
mg setelah 6-8 jam kemudian.
Lansia: Pemberian pada orang yang sudah tua disesuaikan dengan anjuran dokter.
Suntik intramuskular dan intravena
Dosis: tergantung pada kondisi dan anjuran dokter
G. EFEK SAMPING
reaksi alergi
gagal ginjal
detak jantung tak teratur
3. Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi, akibat dikuranginya
metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal
menyebabkan efek ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya.
4. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia ringan dapat terjadi dengan peningkatan kadar koleterol total (juga
LDL dan VLDL) dan trigliserida. Kadar kolesterol HDL yang dianggap sebagai factor
pelindung untuk PJP justru diturunkan terutama oleh klortalidon. Pengecualian adalah
indaparmida yang praktis tidak meningkatkan kadar lipid tersebut. Arti klinis dari efek
samping ini pada penggunaan jangka panjang blum jelas.
5. Hiponatriemia
Akibat dieresis yang terlalu pesat dan kuat oleh diuretikaa lengkungan, kadar Na
plasma dapat menurun drastic dengan akibat hiponatriemia. Geejalanya berupa gelisah,
kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps. Terutama lansia peka untuk
dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis permulaan rendah yang berangsur-angsur
dinaikkan, atau obat diberikan secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Terutama pada
furosemida dan etakrinat dapat terjadi alkalosis (berlebihan alkali dalam darah).
TOPIK 2 : OBAT ANTIBIOTIKA
A. PENGERTIAN
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang mem-
punyai khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya
pada manusia relatif kecil. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba harus memiliki
sifat toksisitas selektif setinggi mungkin di mana obat tersebut harus bersifat sangat toksik
untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Dewasa ini istilah antibiotika sering
digunakan secara luas, dengan demikian tidak terbatas pada obat yang dihasilkan oleh fungi
dan bakteri, melainkan juga untuk obat-obat sintesis, seperti sulfonamida, INH, PAS,
nalidiksat, dan flurokinolon
Antibiotika adalah obat untuk mencegah dan mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri
1. Penisilin
Obat bernama Penisilin ini banyak digunakan untuk mengobati berbagai infeksi, ter-
masuk infeksi kulit, infeksi dada dan infeksi saluran kemih.
2. Sefalosporin
Bila Anda mengalami infeksi serius seperti penyakit septikimia dan meningitis, biasa-
nya dokter yang merawat Anda akan memberikan obat bernama Sefalosporin. Obat ini sangat
efektif untuk mengobati infeksi yang lebih serius.
3. Aminoglikosida
4. Tetrasiklin
Saat muka Anda memiliki jerawat yang sangat fatal, efek sampingnya bisa meng-
infeksi kulit. Tak jarang dokter kulit akan memberikan Anda obat antibiotin jenis Tetrasiklin
untuk menyembuhkan kulit kemerahan dan bintik-bintik.
5. Makrolida
Obat ini dapat sangat berguna untuk mengobati infeksi paru-paru dan dada. Selain itu,
Makrolida juga dapat menjadi alternatif yang berguna untuk orang-orang dengan alergi
penisilin atau untuk mengobati strain resisten penisilin bakteri.
C. CARA KERJA
Secara umum, memang antibiotik berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri yang
menginfeksi tubuh. Tetapi, antibiotik sebenarnya dibagi menjadi dua kategori jika dilihat dari
cara bekerjanya, yaitu:
Antibiotik yang bersifat untuk membunuh bakteri, alias bactericidal. Obat jenis ini
biasanya merusak satu per satu bakteri yang menginfeksi dengan cara menghancurkan
dinding sel bakteri, sehingga bakteri tersebut mati. Penicillin adalah jenis bactericidal.
Antibiotik yang menghentikan perkembangan bakteri, atau disebut juga dengan
bacteriostatic. Ketika obat antibiotik berhasil menekan perkembangan serta
pertumbuhan bakteri, maka bakteri hanya akan berjumlah sama dan tidak bertambah.
Dengan begitu sistem kekebalan tubuh kita dapat mengatasinya langsung tanpa
khawatir akan ‘kalah’.Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi akibat
virus, seperti flu.
Pada dasarnya, infeksi bakteri yang tergolong ringan dapat pulih dengan sendirinya,
sehingga pemberian antibiotik dirasa tidak perlu. Namun, ketika infeksi bakteri yang diderita
tidak kunjung membaik, dokter dapat meresepkan antibiotik. Selain keparahan kondisi,
terdapat juga beberapa pertimbangan lain sebelum akhirnya pasien diberikan antibiotik, yakni:
D. INDIKASI/KONTRAINDIKASI
1. Ofloxacin / Ofloksasin.
INDIKASI
Infeksi saluran kemih, infeksi yang berat & berkomplikasi, infeksi saluran napas,
uretritis gonokokal yang tidak berkomplikasi & servisitis (termasuk infeksi PPNG/Gonore
Neisseria yang menghasilkan penisilinase), uretritis non gonokokal, infeksi kulit & jaringan
lunak, infeksi kebidanan dan kandungan, enteritis bakterial.
KONTRA INDIKASI
# Hipersensitivitas terhadap Ofloksasin & derivat Quinolon.
# Wanita hamil & menyusui.
# Anak-anak yang belum puber.
PERHATIAN
Penurunan fungsi ginjal.
/Interaksi obat/ :
- antasida yang mengandung Al atau Mg(OH)_2 .
- penggunaan bersama dengan anti inflamasi non-steroid bisa menimbulkan kejang.
- dapat meningkatkan kadar Teofilin dalam plasma.
- mengintensifkan efek Warfarin.
EFEK SAMPING
Gangguan pencernaan & susunan saraf pusat.
Reaksi hipersensitivitas.
DOSIS
1. Infeksi saluran kemih : 2 kali sehari 100-400 mg selama 1-10 hari.
2. Infeksi berat & berkomplikasi : dosis dinaikkan sampai dengan 600 mg sehari selama 20
hari.
3. Infeksi saluran pernapasan : 2 kali sehari 200-400 mg.
4. Uretritis gonokokal tanpa kompilkasi dan servisitis (termasuk infeksi PPNG) : 200-600
mg sebagai dosis tunggal.
5. Uretritis non gonokokal : 400 mg sehari sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi selama 9
hari.
6. Infeksi kulit & jaringan lunak, infeksi kebidanan dan kandungan, enteritis bakterial : 400
mg sehari selama 7 hari
INDIKASI
Pengobatan infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri anaerob yang sensitif terhadap
Klindamisin, turunan Streptococcus, Pneumococus, Staphylococcus yang retan terhadap
Klindamisin. Infeksi yang disebabkan Streptococcus ?-hemolitik (waktu pengobatan minimal
10 hari).
KONTRA INDIKASI
Hipersensitivitas.
PERHATIAN
Riwayat penyakit saluran pencernaan, terutama kolitis, penyakit hati dan atau ginjal,
superinfeksi & pertumbuhan jamur yang berlebihan, kehamilan.
EFEK SAMPING
Perut terasa tidak enak, diare, kolitis, mual, muntah.
DOSIS
Untuk orang dewasa.
# Infeksi serius : 150-300 mg tiap 6 jam.
# Infeksi yang lebih berat lagi : 300-450 mg tiap 6 jam.
3. Amoxicillin/Amoksisilina Na
INDIKASI
Infeksi saluran nafas, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit & jaringan lunak
yang disebabkan oleh bakteri Gram positif & Gram negatif.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Penisilin. Mononukleosis infeksiosa.
PERHATIAN
1. Hipersensitif terhadap Sefalosporin.
2. Kerusakan ginjal.
3. Leukemia limfatik. /Interaksi obat/ : - Probenesid memperpanjang waktu paruh Amoksisilin
dalam plasma. - Allopurinol memicu timbulnya kemerahan pada kulit. - Mengurangi
efektifitas kontrasepsi oral.
EFEK SAMPING
Gangguan pencernaan, reaksi alergi, anafilaksis, kelainan darah, superinfeksi.
DOSIS
Dewasa : 250-500 mg tiap 8 jam. Gonore akut : 3 gram sebagai dosis tunggal.
INDIKASI
Pengobatan jangka pendek infeksi saluran pernafasan bagian atas & bawah, infeksi saluran
kemih, sinusitis, infeksi kulit, otitis media (radang rongga gendang telinga).
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Penisilin. Mononukleosis infeksiosa.
PERHATIAN
Gangguan ginjal & hati. Superinfeksi. /Interaksi obat / : Probenesid, Allopurinol.
EFEK SAMPING
# Reaksi pada saluran pencernaan & reaksi hipersensitivitas.
# Hepatitis & sakit kuning kolestatik yang bersifat sementara.
# Rasa tidak enak pada perut, sakit kepala, pusing, vaginitis, kandidiasis.
DOSIS
# Dewasa & anak berusia lebih dari 12 tahun atau dengan berat badan lebih dari 40 kg : -
infeksi ringan-sedang : 250 mg tiap 8 jam. - infeksi berat : 500 mg tiap 8 jam.
# Anak berusia kurang dari 12 tahun: 25-50 mg/kg berat badan/hari tergantung pada beratnya
infeksi. Infeksi berat : dosis bisa ditingkatkan.
INDIKASI
Infeksi Gram positif & Gram negatif pada saluran pernafasan, saluran empedu, saluran
pencernaan, dan meninges. Infeksi saluran kemih.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Penisilin. Mononukleosis infeksiosa.
PERHATIAN
# Hipersensitif terhadap Sefalosporin.
# Penggunaan jangka panjang memerlukan pemeriksaan fungsi ginjal, hati & hematopetik.
# Kerusakan ginjal.
# Leukemia limfatik.
/Interaksi obat/ :
- Probenesid mengganggu ekskresi obat.
- Mengurangi keampuhan kontrasepsi oral & Atenolol.
- Allopurinol meningkatkan resiko kemerahan pada kulit.
EFEK SAMPING
Gangguan saluran pencernaan. Kemerahan pada kulit, gatal-gatal, biduran/kaligata, demam,
anafilaksis, kelainan darah, superinfeksi.
DOSIS
# Dewasa : 4 kali sehari 250 mg atau 2 kali sehari 500 mg.
# Anak berusia 5-10 tahun : 4 kali sehari 125-250 mg.
# Anak berusia 2-5 tahun : 4 kali sehari 125 mg.
# Anak berusia kurang dari 2 tahun : 4 kali sehari 62,5 mg.
# Gonore : 3,5 gram sebagai dosis tunggal, sebaiknya digunakan dengan Probenesid 1 gram.
Penggunaan antibiotik harus dengan anjuran dokter. Dokter akan menyesuaikan dosis dengan
kondisi pasien, memberitahukan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat
menggunakan obat, serta efek samping yang dapat terjadi atas penggunaan antibiotik.
Antibiotik juga dapat diberikan sebagai langkah pencegahan infeksi bakteri atau dalam dunia
medis dikenal sebagai profilaksis. Orang-orang yang diberikan antibiotik untuk profilaksis
adalah orang yang memiliki risiko tinggi mengalami infeksi bakteri, seperti ketika orang
tersebut menjalani operasi glaukoma atau operasi penggantian sendi.
1. Infeksi telinga-hidung-tenggorokan
Untuk anak usia <3 bulan: dosis amoxicilin <30 mg/kg/hari peroral (diminum) setiap
12 jam selama 48–72 jam, untuk infeksi >10 hari Streptococcus pyogenes
Untuk anak usia >3 bulan dan <40 kg: 25 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 12
jam atau 20 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 8 jam
Untuk anak dengan berat >40 kg: 500 mg peroral setiap 12 jam atau 250 mg peroral
setiap 8 jam untuk 10–14 hari.
2. Infeksi berat
Untuk anak usia <3 bulan: dosis amoxicilin <30 mg/kg/hari peroral (diminum) setiap
12 jam selama 48–72 jam, untuk infeksi >10 hari Streptococcus pyogenes
Untuk anak usia >3 bulan dan <40 kg: 45 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 12
jam atau 40 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 8 jam
Untuk anak dengan berat >40 kg: 875 mg peroral setiap 12 jam atau 500 mg peroral
setiap 8 jam untuk 10 – 14 hari.
3. Tonsilitis/Faringitis Streptokokus
50 mg/kg per oral setiap hari untuk 10 hari, jangan melebihi 1 gram/hari, atau 25
mg/kg peroral dua kali sehari untuk 10 hari, jangan melebihi 500 mg/pemberian dosis
Usia anak >12 tahun: 775 mg peroral setiap hari untuk 10 hari, diminum 1 jam setelah
makan (telan tablet seluruhnya tanpa dikunyah)
Spektrum kerja: untuk Streptokokus alfa dan beta hemolitikus, Streptokokus
pneumonia, Stafilokokus, dan Hemofilus influenza.
Untuk anak >3 bulan dan berat badan <40 kg: 80 – 90 mg/kg/hari per oral dibagi
setiap 8–12 jam
Anak dengan berat >40 kg: 500 mg per oral setiap 12 jam atau 250 mg peroral setiap 8
jam untuk 10–14 hari.
5. Infeksi saluran napas bagian bawah (pneumonia, bronkitis, dll), Infeksi ringan,
sedang, berat
Untuk anak dengan usia <3 bulan: < 30 mg/kg/hari peroral dosis dibagi setiap 12 jam
selama 48–72 jam, untuk infeksi S.pyogenes di atas 10 hari
Untuk anak dengan usia >3 bulan dan berat badan <40 kg: 45 mg/kg/hari peroral
dibagi untuk setiap 12 jam atau 40 mg/kg/hari peroral dibagi untuk setiap 8 jam
Untuk anak dengan berat >40 kg: 875 mg peroral setiap 12 jam atau 500 mg peroral
setiap 8 jam untuk 10–14 hari
Spektrum kerja: untuk bakteri Streptokokus alfa dan beta hemolitikus, S. Pneumonia,
Stafilokokus, Hemofilus influenza.
6. Untuk antraks
Sebagai terapi profilaksis setelah terpajan daerah yang terkena antraks melalui jalur
napas/inhalasi:
Pada anak dengan berat <40 kg: 15 mg/kg peroral setiap 8 jam (dosis terendah yang
direkomendasikan, jangan melebihi <45 mg/kg/hari atau pemberian lebih sering
daripada per 8 jam)
Pada anak dengan berat >40 kg: 500 mg peroral setiap 8 jam
80 mg/kg/hari peroral terbagi untuk setiap 8 jam selama 4 minggu (dengan vaksin
konkomitan) atau untuk 60 hari (tanpa vaksin).
7. Endokarditis Infektif
Untuk profilaksis diberikan 50 mg/kg per oral 30–60 menit sebelum prosedur
Pertimbangan dosis: berdasarkan panduan AHA yang merekomendasikan profilaksis
diberikan pada pasien risiko tinggi mengalami prosedur pembedahan (invasif) dan
memiliki riwayat kondisi jantung yang memberikan risiko infeksi.
F. EFEK SAMPING
Selain menyembuhkan penyakit, antibiotik juga dapat menyebabkan beberapa efek samping,
di antaranya:
Sakit perut
Demam
Mual
Muntah
Diare
Hilangnya nafsu makan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang baru
menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak hanya dari
satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan ternyata mempunyai
kemampuan dalam membunuh mikroba.
Penisilin merupakan obat-obatan yang paling umum digunakan selama kehamilan. Antibiotik
ini dipasarkan dengan beberapa nama seperti cephradine, cefalexin, cefuroxime, cefaclor, dan
lain-lain. Obat yang umum digunakan ini mengandung cloxacillin, amxycillin, dan
methicillin. Obat-obatan ini dinyatakan aman selama kehamilan.
Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama kehamilan:
1) Amoxicillin
2) Ampicillin
3) Clindamycin
4) Erythromycin
5) Penicillin
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui
tentang obat diuretika dan antibiotika serta . Mungkin di dalam pembuatan makalah ini kami
memiliki kesalahan dalam bentuk kata, tulisan, dan penyampaian kami . Mohon dimaklumi
karna kami hanyalah manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan. Maka kami meminta saran
dan kritikan atau pun masukan dari dosen pembimbing atau teman-teman sekalian untuk
menyempurnakan kembali makalah kami. Terima kasih sebelumnya untuk teman-teman dan
dosen pembimbing atas pemberian kepercayaannya kepada kami.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.honestdocs.id/diuretik
http://mustikacintaku.blogspot.com/p/golongan-diuretik_05.html
http://indahjuwita2.blogspot.com/2013/06/makalah-farmakologi-duretik.html
Tan HT, Rahardja K. Obat-obat penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya. Edisi ke-
6. Elex Media Komputindo: Jakarta; 2007:66-94, 110-131.