Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“HUBUNGAN CARA PEMBERIAN-EFEK

DIURETIK FUROSEMID-HCT”

Dosen : Yudha Sukowati., S.Si, M. Farm., Apt.

DISUSUN OLEH :

1. Asya Hasifah (3422118065)


2. Dian Amalia (3422118122)
3. Endang Puji L (3422118152)
4. Erin N Pradipta (3422118155)
5. Febriyanti Dewi (3422118168)
6. Irvan Fadillah (3422118203)
7. Merry Silvia (3422118255)
8. Novita Sari (3422118285)
9. Ria Budianti (3422118326)
10. Septiana N (3422118368)
11. Taufiq Aziz (3422118395)

AKADEMI FARMASI IKIFA


JAKARTA
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3. Tujuan Praktikum ............................................................................... 2
1.4. Manfaat Praktikum ............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 3

2.1. Tubuli Proksimal ................................................................................ 3


2.2. Lengkungan Henle.............................................................................. 3
2.3. Tubuli Distal ....................................................................................... 3
2.4. Saluran Pengumpul ............................................................................. 4
2.5. Efek Samping ..................................................................................... 4
2.6. Furosemida ......................................................................................... 4
2.7. Hidroklorthiazida (HCT) .................................................................... 4

BAB III METODE PERCOBAAN ............................................................... 5

3.1. Prosedur Kerja .................................................................................... 5


3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 6
3.3. Perhitungan ......................................................................................... 7
3.4. Pembuatan .......................................................................................... 8
3.5. Definisi Operasional ........................................................................... 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 10

4.1. Hasil .................................................................................................... 10


4.2. Pembahasan ........................................................................................ 11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 12

ii
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 12
5.2. Saran ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa
terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya lewat reseptor. Obat
didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk mencegah, mengobati,
mendiagnosis penyakit / gangguan atau menimbulkan suatu kondisi tertentu
misalnya membuat seorang infertile, atau melumpuhkan otot rangka selama
pembedahan.
Obat merupakan zat yang digunakan untuk mendiagnosis, mengurangi rasa
sakit, serta mengobati ataupun mencegah penyakit pada manusia dan hewan.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 193/Kab/B.VII/71,
obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah
badan atau bagian badan manusia. Mayoritas obat bekerja secara spesifik terhadap
suatu penyakit. Namun tidak jarang juga obat yang bekerjanya secara menyeluruh.
Hewan yang digunakan diantaranya adalah mencit, tikus, kelinci, marmot.
Karakteristik utama mencit : hewan mencit di laboraturium mudah ditangani ia
bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai
kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif dimalam hari dari pada siang
hari. Kehadiran manusia akan menghambat aktivitas mencit. Suhu normal 37,4oC.
Laju respirasi normal 163 kali tiap menit.
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengelauaran kemih
(dieresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang
menstimulasi diuretic dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak
termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung
(digoxin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi
hormone antidiuretik ADH (air, alcohol)

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Diuretik ?
2. Apa Efek Pemberian Obat Diuretik Secara Oral Dan Intraperitorial,
Dosis Tunggal Pada Hewan Coba Mencit ?
3. Bagaimana Cara Mengamati Efek Diuretic Pada Mencit ?
4. Apa Kesimpulan Dari Praktek Farmakologi Diuretik Pada Hewan Coba ?
1.3. Tujuan Praktikum
1. Paham apa yang dimaksud dengan diuretik dan beberapa jenis obatnya
2. Mempraktekan dan mengamati pengaruh efek diuretik secara oral dan
i.p: Furosemid dan HCT
3. Membuktikan bahwa FUROSEMID & HCT mempunyai efek diuretika
4. Membandingkan onset diuretik setiap kelompok
5. Membandingkan % efek diuretik setiap kelompok
6. Menetapkan golongan diuretic kuat-sedang-lemah
7. Membuktikan adanya hubungan cara pemberian dengan efek
8. Menggambar grafik profil diuretik tiap jam setiap kelompok
1.4. Manfaat Praktikum
1. Mengetahui efek dan mekanisme kerja diuretic yang ditimbulkan oleh:
obat Furosemid dan HCT
2. Mengetahui perbandingan waktu obat memberikan efek diuretik pada
hewan percobaan dengan menggunakan : Furosemid dan HCT
3. Dapat mengetahui dampak obat diuretik dari dosis tertentu yang di
berikan kepada mencit.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kebanyakan diuretic bekerja dengan mengurangi reabsorbsi natrium,


sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak.
Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni di :
2.1. Tubuli Proksimal
Ultrafiltra mengandung sejumalah besar garam yang disini direabsorbsi
secara aktif kurang lebih 70%, antara lain ion – Na+ dan air, begitu pula glukosa
dan ureum. Karena reabsorbsi berlangsung secara professional, maka sususnan
filtrate tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osotis
(mangitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi air dan juga
natrium.
2.2. Lengkungan Henle
Dibagian menaik dan henle’s loop ini k.l 25% dari semua ion-CI- yang telah
difiltrasi direabsorbsi secara aktif, disusul dengan reabsorbsi pasif dari Na+ dan
K+ tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika Lengkungan seperti
Furosemida, Bumetanida dan Etakrinat, bekerja terutama disini dengan merintangi
transport Cl- dan demikian reabsorbsi Na+. pengeluaran K+ dan air juga
diperbanyak.
2.3. Tubuli Distal
Dibagian pertama segmen ini, Na+- direabsorbsi secara aktif pula tanpa air
sehingga filtrate menjadi lebih cair dan hipotonis. Senyawa thikzida dan
klortalidon bekerja ditempat ini dengan memperbanyak ekresi Na+ dan Cl-
sebesar 5-10% dibagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion- K+
atau –NH4+, proses ini dikendalikan oleh hormone anak ginjal aldosteron.
Antagonis Aldosteron (Spironolacton dan zat-zat penghemat kalium (amilorida,
triamteren) bertitik kerja disini dengan mengakibatkan ekresi Na+ (kurang dari
5%) dan retensi-K+.

3
2.4. Saluran Pengumpul
Hormon antidiuretik ADH (vasopressin) dari hipofisis bertitik kerja di sini
dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.
2.5. Efek Samping
Efek-efek samping utama yang dapat diakibatkan diuretika adalah :
1. Hipokalemia
2. Hiperurikemia
3. Hiperglikemia
4. Hiperlipidemia
5. Hiponatriemia
2.6. Furosemida
Furosemid, lasix, inkugan turunan sulfonamide ini (1964) berdaya diuretic
kuat dan bertitik kerja dilengkungan henle bagian menaik. Sangat efektif pada
keadaan udema diotak dan paru-paru yang akut. Mulai kerjanya pesat, oral dalam
0,5-1jam dan berahan 4-6jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5jam
lamanya.
Resorbsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, PPnya k.l. 97%, plasma –
t1/2nya 30-60menit, ekkskresinya melalui kemih secara utuh, pada dosis tinggi
juga lewat empedu.
Efek sampingnya berupa umum, pada injeksi i.v terlau cepat, ada kalanya
tetapi jarang terjadi ketulian (reversible) dan hipotensi. Hipokalemia reversible
dapat tejadi pula.
Dosis : pada udema oral 40-80mg pagi p.c, jika perlu atau pada insufisiensi
ginjal sampai 250-2000mg sehari dalam 2-3 dosis. Injeksi i.v (perlahan) 20-40mg,
pada keadaan kemelud hipertensi sampai 500mg (!). penggunaan i.m tidak
dianjurkan.
2.7. Hidroklorthiazida (HCT)
Senyawa sulfamoyl ini (1959) diturunkan dari Klorthiazida yang
dikembangkan dari sulfanilamide. Bekerja dibagian tubuli distal, efek diuretisnya
lebih ringan dari diuretika lengkungan tetapi bertahan lebih lama 6-12jam. Daya
hipotensif lebih kuat (pada jangka panjang), maka banyak digunakan sebagai

4
pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang. Seringkali pada kasus
yang lebih berat dikombinasikan dengan obat-obat lain untuk memperkuat
efeknya, khususnya betablokers. Efek optimal ditetapkan pada dosis 12,5mg dan
dosis diatasnya tidak akan menghasilkan penerunan tensi lagi (kurva dosis efek
data). Zat indukya Klortiazida 10x lebih lemah, maka kini tidak digunakan lagi.
Resopsinya dari usus sampai 80%, PPnya Kl 70% dengan plasma t1/2 6-15
jam. Ekskresinya terutama lewat kemih secara utuh.
Dosis : hipertensi : 12,5mg pagi p.c, udema : 1-2 dd 25-100mg,
pemeliharaan 25-100mg 2-3 kali seminggu. Sediaan kombinasi : *lorimid,
*moduretic = HCT 50 + amilorida 5mg + triameteren 50mg

5
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Prosedur Kerja


Langkah awal yang dilakukan dalam praktikum adalah menyiapkan 6 ekor
mencit yang sudah di puasakan (kurang lebih 12-14 jam sebelum di gunakan
untuk praktik) dan kemudian di timbang untuk mengetahui berat badan mencit ,
setelah itu di tentukan dosis diuretik yang akan diberikan pada setiap mencit
kemudian dilakukan penyuntikan menggunakan sonde (jarum suntik yang
ujungnya tumpul) untuk dimasukan kedalam mulut mencit kemudian perlahan-
lahan di masukan melalui tepi langit-langit ke belakang sampai ke esofagus. Dan
juga dilaukan secara i.p
Kemudian dilakukan pengamatan pada masing-masing mencit dan
melakukan pencatatan ketika mencit dimasukan cairan atau disuntikan cairan
sampai pipis pertama kali.
Memegang Mencit
1. Mencit diangkat dengan memegang ekor kearah atas dengan tangan
kanan
2. Lalau letakan mencit dipurmakaan kasar biarkan mencit menjangkau /
mencengkram alas kasar
3. Kemudian tangan kiri ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuk
mencit seerat / setegang mungkin.
4. Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara kelingking dan jari
manis tangan kiri
5. Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap
diberikan perlakuan
3.2. Alat dan Bahan
Bahan :
1. Larutan NaCl
2. Furosemid
3. HCT

6
4. Gom
5. Mencit putih DDY, 20-25 g
Alat :
1. Timbangan mencit
2. Sonde oral mencit
3. Suntikan
4. Kandang metabolisme individual
5. Alat gelas sesuai kebutuhan
Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Siapkan 6 ekor mencit (masing-masing perlakuan mendapatkan 2 ekor
mencit)
3. Buatlah larutan NaCl, Furosemid, HCT, Gom
4. Suntikan ke masing-masing perlakuan secara oral dan i.p
5. Diletakan dalam urine volumeter selama 2 jam
6. Diamati dan dicatat volum urine yang dikeluarkan selama 2 jam
3.3. Perhitungan
Tabel 3.1
Perhitungan

Dosis Sediaan
Untuk
Perlakuan Etiket
Manusia Mencit Vol Obat Vol (ekor)
(mg) (mg) (ml) (mg) (ml)

Inductor 0,5 1800 50 NaCl 3,6%

Normal 0,5 2000 100 Gom 2%

Sediaan Induk Fu 40mg/tab 40 10 Fu 4mg/ml

Fu 40 40 0,164 0,49 4 12 24,3 Fu 4mg/12ml

Sediaan Induk HCT 25mg/tab 25 10 HCT 25mg/ml

HCT 50 50 0,205 0,49 5 12 24,3 HCT 5mg/12ml

7
1. Induktor (NaCl 3,6%)
1,8 g NaCl + Aqua 50ml
2. Normal (Gom 2%)
2 g Gom + Aqua 100ml
3. Larutan induk Furosemid
40mg + lar gom 10ml → 4mg/ml
4. Fu 40
40𝑚𝑔
𝑥 12,3 𝑥 0,02 = 0,164𝑚𝑔/20𝑔
60 𝑘𝑔
0,164𝑚𝑔
𝑥 12𝑚𝑙 = 0,49𝑚𝑙/20𝑔
4𝑚𝑔
5. Larutan Induk HCT
25mg + lar gom 10ml → 2,5mg/ml
6. HCT 50
50𝑚𝑔
𝑥 12,3 𝑥 0,02 = 0,205𝑚𝑔/20𝑔
60𝑘𝑔
0,205𝑚𝑔
𝑥 12𝑚𝑙 = 0,49𝑚
5𝑚𝑔
3.4. Pembuatan
1. NaCl 1800mg dilarutkan dalam aquadest ad 50ml → etiket
2. Gom 2000mg dilarutkan dalam aquadest ad100ml → etiket
3. Buat larutan induk Furosemid (1 tablet Furosemid (40 mg) digerus +
larutan gom 2% ad 10 ml → vial → etiket : Furosemid 4 mg/ml)
4. F40 dibuat dengan mengambil 1ml dari larutan induk + larutan gom ad
12ml → vial → etiket : Fu40 4mg/12ml
5. Buat larutan induk HCT (1 tablet HCT (25 mg) digerus + larutan gom
2% ad 10 ml → vial → etiket : HCT 2,5 mg/ml)
6. HCT 50 dibuat dengan mengambil 2ml dari larutan induk + larutan gom
ad 12ml → vial → etiket : HCT 5mg/12ml
3.5. Definisi operasional
1. VCB atau volume cairan diberikan adalah jumlah cairan inductor dan
cairan obat.

8
2. VUT atau volume urine tertampung adalah volume yang tertampung
dalam tempat yang sudah disediakan selama 2 jam.
3. Onset adalah waktu pipis pertama dikurang waktu jarum suntik dicabut.
4. % kadar adalah VUT dibagi (:) VCB dikali 100%

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 4.1
Onset, % Efek dan hasil pengamtan dari Pemberian obat Furosemid dan
Hydroclortiazide secara oral dan i.p

Perlakuan Onset % EFEK Hasil

F40 oral 15’ 102, 77% KUAT

F40 ip 13, 88, 02 % SEDANG

HCT50 oral 27’ 101, 39 % KUAT

HCT50 ip 32’ 63, 39 % LEMAH

N oral 60’ 48, 38 % LEMAH

N ip 26’ 37,32 % LEMAH

120

100

80

60 ONSET

40 % EFEK

20

0
F40 oral F40 ip HCT50 HCT50 ip N oral N ip
oral

Gambar 4.1
Grafik Onset dan % Efek dari Pemberian obat Furosemid dan
Hydroclortiazide secara oral dan i.p

10
4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan pengujian obat-obat yang berkhasiat sebagai
diuretik. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin
sehingga mempercepat pengeluaran urine dari dalam tubuh. Fungsi utama diuretic
adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi
normal. Berdasarkan mekanisme kerjanya, secara umum diuretic dapat dibagi
menjadi dua golongan besar yaitu diuretic osmotic yaitu yang bekerja dengan cara
menarik air keurin, tanpa mengganggu sekresi atau absorbsi ion dalam ginjal
dan penghambat mekanisme transport elektrolit didalam tubuli ginjal, seperti
diuretic tiazid (menghambat reabsorbsi natrium dan klorida pada ansa
Henleparsascendens), Loop diuretik (lebih poten daripada tiazid dan dapat
menyebabkan hipokalemia), diuretic hemat kalium (meningkatkan ekskresi
natrium sambil menahan kalium).
Sebenarnya diantara keempat sediaan yang paling baik digunakan yaitu
furosemid karena furosemid berkerja dengan cara menghambat reabsorbsi ion Na
pada jerathenle. Mekanisme kerja furosemid adalah inhibisireasorbsi natrium dan
klorida pada jerathenle menaik dan tubulus ginjal distal, mempengaruhi system
kontransporikatan klorida, selanjutnya meningkatkan ekskresi Na, Cl-, Mg,
Kalsium dan air.
Hidroklorthiazid berkerja dengan cara menghambat simporter Na+, Cl-,
ditubulus distal. Mekanisme kerja hidroklorthiazid yaitu inhibisireabsorbsi pada
tubulus ginjal, akibatnya ekskresi Na dan air meningkat..
Dalam percobaan ini kami melakukan 6 perlakuan yaitu pemberian obat
furosemid, hiydroclortiazid, dan gom secara oral dan i.p. Pada praktikum ini kami
ingin membandingkan efek diuretic furosemid dan hydroclortiazid. Pemberian
obat furosemid memiliki % efek kadar lebih besar disbanding dengan
hydroclortiazid pada pemberian secara oral dan ip yang mempunyai efek diuretic
kuat. Ini membuktikan bahwa furosemid dan hydroclortiazid mempunyai efek
diuretic.

11
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Obat Furosemid dan Hydroclortiazid mempunyai efek diuretik.
2. Perbandingan onset dari F40 oral : F40 i.p : HCT50 oral : HCT50 i.p : N
oral : N i.p adalah 15’ : 13’ : 27’ : 32’ : 60’ : 26’.
3. Perbandingan % efek dari F40 oral : F40 i.p : HCT50 oral : HCT50 i.p :
N oral : N i.p adalah 102,77% : 88,02% : 101,39% : 63,39% : 48,38% :
37,32%
4. F40 oral (Diuretik Kuat), F40 i.p (Diuretik Sedang), HCT50 oral
(Diuretik Kuat), HCT50 i.p (Diuretik Lemah), N oral (Diuretik Lemah) N
i.p (Diuretik Lemah).
5. Grafik onset dan % efek dari praktikum ini ada di gambar4.1 halaman 13.
5.2. Saran
Berat badan mencit yang digunakan dalam percobaan hendaknya
disamaratakan sehingga terdapat keseragaman volume larutan yang diberikan
pada mencit.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Sulistia Gan, Ganiswarna, V. HS., R. Setiabudy, D. F


Suyatno,Nafrialdi, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi V, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Penerbit EGC : Jakarta, 571-573.
Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., 1997, Farmakologi Ulasan
Bergambar Edisi Kedua, Penerbit Widya Medika : Jakarta, Hal. 230-231.
Neal, M.J., 2010 , Ata Glance Farmakologi Medis, Penerbit Erlangga:
Jakarta.
Tan Hoan, Tjay, Kirana Rahardja, 2007,Obat-obat Penting Edisi 6 , PT.
Elex Media Komputindo : Jakarta.
Ppt. Farkol semester II

13

Anda mungkin juga menyukai