Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2015
KATA PENGANTAR
peran serta berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I DIURETIK...................................................................................................1
A. Definisi.......................................................................................................2
B. Klasifikasi..................................................................................................2
C. Penggunaan Klinis.....................................................................................5
A. Farmakodinamik........................................................................................9
B. Farmakokinetik........................................................................................11
C. Dosis Furosemide....................................................................................11
D. Indikasi.....................................................................................................12
E. Kontraindikasi..........................................................................................13
F. Efek Samping...........................................................................................13
A. Pengkajian................................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................15
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................15
D. Evaluasi....................................................................................................16
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
ii
BAB I
DIURETIK
kesehatan. Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-
dan awal abad ke 20 banyak dokter yang telah menggunakan diuretik. William
merkuri organik adalah diuretik yang paling sering digunakan dalam bidang
antimicrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada pasien payah
1
2
A. Definisi
atau merangsang pengeluaran urin (Hitner,1999). Dengan kata lain diuretik ialah
obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis memiliki
diproduksi dan menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air (Sunaryo,
1995). Obat diuretik dapat pula digunakan untuk mengatasi hipertensi dan edema.
Edema dapat terjadi pada penyakit gagal jantung kongesif, sindrom nefrotik dan
edema premenstruasi.
Diuretik adalah suatu sediaan yang dapat meningkatkan laju urinasi dan
volume air seni (Guyton, 2006). Penggunaan diuretik dalam pengobatan medis
dilaporkan dapat dijadikan sebagai terapi sirosis hati, asites (Angeli, 2009),
sindrom nefritis, dan toksemia gagal ginjal (Agunu, 2005). Sediaan diuretik dapat
berasal dari senyawa kimia sintetik (buatan) dan alami (sumber hayati).
B. Klasifikasi
1. Diuretik Osmosis.
dan tidak diabsorpsi kembali oleh tubulus renalis. Bila diberikan dalam dosis
besar atau larutan pekat akan menarik air dan elektrolit ke tubulus renalis yang
ekskresi natrium dan air. Efek samping diuretik osmosis antara lain adalah
takikardia.
Contoh :
b. Metazolamid
c. Etokzolamid
d. Diklorfenamid
kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi
4
ion K+, Mg++ dan HCO3- dan menurunkan ekskresi asam urat. Diuretik
Contoh :
a. Hidroklortiazid (H.C.T)
c. Xipamid (diurexan)
d. Indapamid (natrilix)
e. Klopamid
f. Klortalidon (hygroton)
aktivitasnya jauh lebih besar dibanding turunan tiazid dan senyawa saluretik
lain. Turunan ini dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada loop of henle
Struktur kimia obat ini bervariasi dan secara umum dapat dibagi
natriuretik ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. senyawa
tersebut bekerja pada tubulus distal dengan cara memblok pertukaran ion Na+
sekresi ion Na+ dan air. Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya
Contoh :
c. Triamteren,
d. Aldosteron,
C. Penggunaan Klinis
1. Hipertensi
gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang segera.Diuretik
hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya
hipokalemia.
Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal. Diuretik kuat
fungsi ginja. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik
4. Sindrom nefrotik
Manitol dan/atau furosemid, bila diuresis berhasil, volume cairan tubuh yang
7. Udem otak
Diuretik osmosis
8. Hiperklasemia
9. Batu ginjal
Diuretik tiazid
obat Diuretik a yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan
konsultasi ke dokter.
BAB II
DIURETIK KUAT: FUROSEMIDE
merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat, aktivitasnya jauh lebih besar
dibanding turunan tiazid dan senyawa saluretik lain, karena itulah diuretik ini
disebut diuretik kuat. Turunan ini dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada
Cara kerja diuretik ini adalah dengan membuat ginjal melewatkan lebih
banyak cairan. Diuretik ini mengintervensi transportasi air dan garam melewati
sel-sel tertentu di dalam ginjal (sel-sel ini berada didalam sebuah struktur yang
disebut Loop of Henle - karena itulah diuretik ini disebut juga diuretik loop(loop
diuretic). Semakin banyak cairan yang dilewatkan oleh ginjal maka semakin
sedikit cairan yang ada di dalam aliran darah. Dengan keadaan ini cairan yang
adalah edema dan sesak nafas yang diakibatkan oleh tertahannya cairan menjadi
reda.
putih sampai putih kekuningan dan tidak berbau dengan harga pKa 3,9.
Furosemid praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, dalam
8
9
dimetilforfamida dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam metanol; agak
sukar larut dalam etanol; sukar larut dalam eter; sangat sukar larut dalam
kloroform (Anonim,1979)
A. Farmakodinamik
permukaan sel epitel bagian luminal (yang menghadap ke lumen tubuli). Pada
pemberian IV obat ini cenderung menigkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai
peningkatan filtrasi glomerulus. Peningkatan aliran darah ginjal ini relative hanya
maka aliran darah ginjal menurun dan hal ini akan mengakibatkan meningkatnya
reabsorpsi cairan dan elektrolit di tubuli proksimal. Hal terakhir ini merupakan
suatu mekanisme kompensasi yang membatasi jumlah zat terlarut yang mencapai
Diuretik kuat juga menyebabkan meningkatnya eksresi K+ dan kadar asam urat
tubuli distal. Berdasarkan atas efek kalsiuria ini, golongan diuretik kuat digunakan
Diuretik kuat meningkatkan ekskresi asam yang dapat dititrasi (titrable acid) dan
ammonia. Fenomena yang terjadi karena efeknya di nefron distal ini merupakan
salah satu penyebab terjadinya alkalosis metabolik. Bila mobilisasi cairan edema
terlalu cepat, alkalosis metabolik oleh diuretik kuat ini terutama terjadi akibat
B. Farmakokinetik
Absorpsi: Diabsorpsi dari saluran GI (60-75%) setelah pemberian obat oral. Juga
metabolisme nonhepatik dan sabagian diekskresi oleh ginjal dalam bentuk yang
tidak berubah.
C. Dosis Furosemide
Furosemide Tablet
20 – 40 mg tiap 6 – 8 jam.
tercapai.
Hati-hati pada orang usia lanjut, karena lebih sensitif terhada efek dosis bagi
orang dewasa.
12
Sebagai diuretik, dosis awal 2 mg/kg BB, dosis tunggal dan dapat
Furosemid injeksi
Dosis awal dapat diberikan 20 – 40 mg I.V. atau intramuskuler (IM). Jika efek
Pada kasus edema paru akut, dosis awal dapat diberikan 40 mg I.V. Jika sangat
Pemberian secara parenteral ini diindikasikan jika diinginkan efek yang cepat atau
D. Indikasi
dimana cairan yang tersedia melebihi yang dibutuhkan tubuh. Kelebihan cairan ini
perelangan kaki membengkak. Keadaan ini biasa disebut Edema dan umumnya
sebagai diuretik atau bisa juga diberikan sebagai tablet kombinasi bersama
diuretik lainnya seperti triamteren atau amilorid. Atau bisa juga dikombinasikan
E. Kontraindikasi
2. Defisiensi elektrolit
6. Anuria
F. Efek Samping
1. Efek samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti : mual, muntah, diare,
ruam kulit, pruritus dan penglihatan kabr, pemakaian furosemida dengan dosis
2. Hiperglikemia.
6. Dehidrasi
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
hipersensitivitas.
14
15
kelebihan cairan
ginjal
Pemeriksaan fisik:
GI : Evaluasi hati
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
3. Berikan obat dipagi hari, sehingga peningkatan urine tidak mengganggu tidur
4. Berikan obat oral bersama makanan sebagai penyeimbang efek obat terhadap
7. Lakukan tindakan yang memberi rasa nyaman dan aman: perawatan mulut,
perawatan kulit, tindakan keamanan bila pasien mengalami pusing dan lemah,
konsultasi nutrisi.
8. Beri dukungan dan dorongan dalam menghadapi efek terapi obat dan
9. Berikan penyuluhan kepada pasien mengenai nama obat, dosis obat, efek
D. Evaluasi
1. Evaluasi efek obat: haluaran urine, perubahan berat badan, status edema,
Diuretik loop, Diuretik hemat kalium, Diuretik merkuri organik, dan Diuretik
pembentukan asam.
Udem paru akut, Sindrom nefrotik, Payah ginjal akut, Penyakit hati kronik, Udem
cairan berlebih dalam tubuh. Seperti dalam keadaan gagal jantung, kelainan ginjal
atau hati. Diuretik kuat juga bisa digunakan dalam penanganan tekanan darah
tinggi (hipertensi). Salah satu obat diuretik kuat adalah Furosemid yang memiliki
Oleh karena itu diperlukan asuhan keperawatan yang sesuai dan komprehensif
17
DAFTAR PUSTAKA
/Content/59/01/1
Brater, D. Craig, Md. 1998. Diuretic Therapy. New England Journal Medicine.
Http://Www.Nejm.Org/Doi/Full/10.1056/Nejm199808063390607
Http://Www.Nejm.Org/Doi/Full/10.1056/Nejmoa1005419
Universitas Indonesia.
Vazir, Ali. 2013. The Use Of Diuretics In Acute Heart Failure :Evidence Based
www.Scirp.Org/Journal/Wjcd/.
18