Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Luka
1. Definisi luka
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal
akibat proses patalogis yang berasal dari internal dan eksternal yang
mengenai organ tertentu32. Luka dapat diartikan tidak rusak atau
terputusnya keutuhan jaringan yang di sebabkan cara fisik atau mekanik,
diantaranya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan dan lain-lain33, 34
. Luka dapat
berdarah maupun tidak. Luka dapat menimbulkan kejadian infeksi ataupun
merupakan alat mentrasfer suatu penyakit dari yang sehat menjadi
terinfeksi35.
2. Klasifikasi Luka34.
Luka dapat dibagi menjadi beberapa macam antara lain:
a. Clean Wounds (Luka bersih)
Yaitu luka bedah pada operasi elektif, prosedur tertutup, dan tidak ada
peradangan akut. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%-5%.
Contohnya adalah hernia, tumor payudara, tumor kulit, tulang.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi)
Luka pada kasus darurat atau urgen yang tidak bersih. Dapat terjadi
pada operasi elektif. Kemungkinan terjadinya infeksi luka adalah 3%-
11%. Contohnya adalah prostatektomi, apendektomi tanpa radang berat,
kolesistektomi elektif.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi),
Yaitu peradangan non purulen akut. Dapat terjadi pada luka terbuka
akut, luka kronis yang dijahit, dan kontaminasi dari saluran cerna.
Kemungkinan infeksi luka 10% -17%. Contohnya adalah operasi kulit.

http://repository.unimus.ac.id
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), ada purulen atau
abses.
Contoh abses pada rongga tubuh.
3. Mekanisme Terjadinya Luka
a. Luka insisi (Incised Wounds) ;
Teriris oleh instrumen yang tajam. Luka bersih (aseptik) secara umum
tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang terluka diikat
(Ligasi).
b. Luka memar (Contusion Wound)
Terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikan oleh
cidera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c. Luka lecet (Abraded Wound)
Terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya tidak
dengan benda tajam.
d. Luka tusuk (Punctured Wound)
Terjadi akibat adanya benda seperti peluru, pisau, jarum yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e. Luka gores (Lacerated Wound)
Terjadi akibat benda tajam seperti kawat dan kaca.
f. Luka tembus (Penetrating Wound)
Yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada awal luka
berdiameter kecil tetapi pada bagian ujung lukanya akan melebar.
g. Luka bakar
Luka akibat sesuatu yang panas (bersifat membakar) dan menyebabkan
kerusakan jaringan kulit32.

http://repository.unimus.ac.id
B. Luka Akibat Terusuk Jarum Dan Benda Tajam
Jenis kecelakaan kerja meliputi penyakit kulit sampai patah tulang,
termasuk di dalamnya adalah luka akibat cidera benda tajam atau jarum
suntik. Jika dilihat dari jenisnya terluka akibat jarum suntik atau benda tajam
saat bekerja termasuk kecelakaan industri dimana akan mendapatkan
sejumlah kompensasi dari perusahaan atau tempat kerja36.
Tertusuk jarum suntik dan benda tajam merupakan luka tembus pada
kulit karena benda tajam pada saat tenaga kesehatan melakukan aktifitas
klinis di lembaga kesehatan. Beberapa contoh benda tajam di tempat kerja
yaitu jarum suntik, pisau, skalpel, gunting, pecahan kaca seperti objek glass,
tabung reaksi, gunting, spuit, dan benda tajam lainya yang terkontaminasi
dengan darah dan cairan tubuh orang lain. akibat tusukan atau cidera benda
tajam dapat menimbulkan tetanus. Luka tusuk jarum ini berasal dari jarum
suntik, jarum donor darah, jarum infus steril, jarum heacthing dll. Adapun
luka akibat benda tajam berasal dari pecahan ampul, gunting, pisau bedah,
tabung kaca, slide test dll37-39.

C. Infeksi Pathogen Darah Akibat Tertusuk Jarum Dan Benda Tajam


Insidensi luka tusuk jarum dan benda tajam terjadi karena suplai alat
pelindung diri yang tidak memadai, kurang tersedianya peralatan jarum dan
benda tajam yang aman, kurangnya informasi tentang risiko paparan,
kurangnya ketaatan penerapan standar pencegahan, peraturan pembuangan
sampah medis yang tidak tepat terutama sistem pembuangan jarum, dan yang
paling penting adalah perilaku tenaga kesehatan terhadap benda tajam atau
jarum40.
Tertusuk jarum atau cidrera benda tajam merupakan alur terjadinya
kontaminan berbagai penyakit misalnya HIV ataupun hepatitis B dan C
diantara paramedis, dari 39 kasus infeksi HIV, ada 32 yang ditularkan melalui
luka akibat tertusuk jarum suntik, 1 kasus akibat teriris pisau,1 kasus pecahan
tabung kaca yang berisi darah infeksi,1 kasus karena limbah infeksius, dan 4
kasus karena membran mukosa terkena cipratan darah yang terinfeksi 35, 41.

10

http://repository.unimus.ac.id
Petugas kesehatan merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap
kejadian luka tusuk jarum dan benda tajam. Data salah satu rumah sakit di
Pakistan luka tusuk jarum mencapai 71,9%, di Arab perawat menyumbang
peristiwa luka tusuk jarum dan benda tajam sebesar 46,9%, sedangkan di
Korea Selatan mencapai 70,4% dan penelitian di Indonesia pada salah satu
rumah sakit ditemukan luka akibat benda tajam sebanyak 74%11, 17, 42, 43.
Blood-Borne adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui darah
mengandung pengertian bahwa adanya mikroorganisme yang bersifat
pathogen yang ada di darah manusia dan dapat menyebabkan penyakit pada
individu tersebut44
Penularan infeksi ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya
dengan cara pajanan perkutan, melalui peralatan injeksi, kulit yang
kompromis karena terkontaminasi benda tajam seperti jarum suntik, pecahan
kaca, tranfusi produk darah yang terinfeksi, luka yang terbuka dan lesi kulit,
serta gigitan manusia. Dapat juga melalui Pajanan Mucocutaneous dengan
sexual intercourse, persalinan dan penyusuan oleh ibu yang terinfeksi dan
kontaminasi membran mukosa (mata, hidung, mulut)45.
Di pelayanan kesehatan penyakit infeksi ini termasuk yang paling
berisiko terpajan kepada petugas kesehatan melalui penanganan limbah klinis
dan kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Diperkirakan delapan juta
petugas kesehatan terpajan penyakit infeksi lewat darah dan potensial
berakibat fatal46. Yang paling signifikan adalah HIV, Hepatitis B dan C, virus
ini diketahui menimbulkan risiko terbesar bagi pekerja kesehatan.
1. Human Imunodeficiency Virus (HIV) ; merupakan virus penyebab AIDS
(Acquired Immuodeficiency Syndrome), yaitu kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Beberapa sifat virus HIV yaitu
besar virus 1/10.000 mm, rusak pada suhu 60oC, tetap hidup dalam darah
selama ± 2 minggu dalam suhu kamar, tidak mati dalam ronnga jarum
yang vakum, pada darah kering virus akan mati47

11

http://repository.unimus.ac.id
Berikut cara- cara penularan HIV48:
a. Hubungan Seksual Dengan Pengidap HIV/AIDS
b. Ibu pada Bayinya
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
d. Pemakaian Alat-Alat Kesehatan Yang Tidak Steril
e. Alat-Alat Untuk Menoreh Kulit
2. Hepatitis B; merupakan virus DNA yang sangat kecil, dengan diameter 42
mm termasuk family virus Hepadnaviridae. Virus hepatitis terdiri dari
bagian dalam (inti) dan bagian luar (envelope), disusun oleh protein yang
disebut “surface antigen” atau HbsAg . Pada permukaan luar yang
menyelubungi bagian dalam protein menunjukan partikel core atau
“HbcAg” terdiri dari virus DNA dan enzyme yang digunakan untuk
replikasi virus atau disebut DNA polymerase45.
Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan permukaan yang telah
diketahui secara rinci yang dapat diidentifikasi di laboratorium dari sampel
darah. Antigen yang biasanya dihasilkan pertama kali oleh hepatosit yang
terinfeksi adalah antigen permukaan di selubung virus yang disebut
HBsAg. Identifikasi antigen ini, bersifat diagnostik untuk infeksi tertusuk
jarum dan benda tajam aktif49.
Virus hepatitis B merupakan penyebab utama dari hepatitis akut dan
kronis, sirosis dan karsinoma hepatoseluler di seluruh dunia50. Penyakit ini
bersifat serius dan biasanya menular melalui kontak dengan darah yang
mengandung virus. hepatitis dapat ditularkan melalui kontak seksual,
transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, dari ibu terinfeksi ke
anak, dan dapat juga melalui pisau cukur, sikat gigi, tindik, cabut gigi,
tatto dan akupuntur yang terinfeksi virus hepatitis51. Yang berisiko khusus
mengidap HBV adalah pemakai obat-obat terlarang intravena, para pekerja
kesehatan, dan heteroseks atau homoseks yang aktif secara seksual49.
3. Hepatitis C; ditemukan pada tahun 1989, ukuran virus RNA sangat kecil
dengan selaput luar (amplop) yang mengandung single stranded RNA,
sampai saat ini materi genetiknya belum dapat dikultur. Jenis RNA virus

12

http://repository.unimus.ac.id
biasanya tidak stabil, mudah mutase, sehingga apabila virus hepatitis C
mengadakan reproduksi susunan genetiknya akan berubah, menjadi bentuk
baru dan sulit dikenali, diobati atau dieradikasi50.
Virus RNA saat ini merupakan penyebab terbanyak infeksi hepatitis yang
ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara
yang sama seperti HBV, terutama melalui transfusi darah. Virus ini juga
dapat menimbulkan keadaan kronik. Individu yang terinfeksi HCV
berisiko mengalami serosis atau kanker hati49.

D. Faktor Risiko Tertusuk Jarum dan Benda Tajam


1. Karakteristik Individu
Karakteristik individu secara umum yang melekat adalah umur dan
jenis kelamin. Umur dan jenis kelamin akan mempengaruhi kecelakaan
kerja jika dibarengi dengan kondisi lain misalnya pengetahuan. Riset yang
dilakukan di Lander University Greenwood, menyatakan mahasiswa
semester pertama lebih banyak yang terkena luka tusuk jarum
dibandingkan dengan mahasiswa seniornya. Hal ini bukan menunjukan
bertambahnya usia semakin menurunkan kecelakaan kerja, tetapi dengan
meningkatnya pengetahuan tentang bahaya penyakit nosokomial dari
jarum, maka semakin hati-hati dalam penggunaannya50
2. Masa Kerja
Masa kerja merupakan lama waktu seseorang untuk melakukan
aktifitas dalam instansi tertentu dalam mencapai target. Penelitian yang
dilakukan di kota Surakarta menyatakan ada hubungan yang signifikan
antara masa kerja dengan Needlestick Injury (NSI) atau risiko tertusuk
jarum52.
3. Pengalaman kerja
Pengalaman kerja berhubungan erat dengan masa kerja, semakin
terampil seorang petugas biasanya sudah lama bekerja pada bidang
tugasnya. Lama kerja seseorang dapat menambah pengalaman dan
ssemakin mudah memahami tugas yang menjadi tanggung jawabnya,

13

http://repository.unimus.ac.id
sehingga dapat meningkatkan prestasi dan mudah beradaptasi terhadap
lingkungan dimana ia bekerja. Semakin lama masa kerja seorang pekerja
dipandang lebih mampu melaksanakan dan memahami pekerjaannya53.
4. Pendidikan
Hasil penelitian dengan sistem A mini-systematic review
menyatakan pekerja dengan profesi sebagai perawat sebagian besar
(44,3%-64,1%) mengalami luka akibat benda tajam, setelah itu disusul
oleh profesi dokter (45%) dan para pemagang (26%). Sebagian besar
riview penelitian adalah di RS sehingga dapat dijelaskan mengapa profesi
perawat adalah sebagian besar yang terkena luka akibat benda tajam. Hal
ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa perawat mengelola sebagian besar
jarum suntik, infus dan benda tajam lainnya. Tidak menutup kenyataan
bahwasannya profesi perawat merupakan petugas kesehatan terbanyak
dibandingkan dengan petugas yang lain jika di Rumah Sakit54
5. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah ruangan yang telah disediakan oleh instansi
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan jenis pekerjaanya.
Tempat kerja yang berisiko adalah tempat kerja yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan kesehatan misalnya sempit, penerangan kurang, lantai
licin peralatan kerja tidak ergonomis, sarana dan prasarana kurang
mendukung dll. Pekerja di tempat kerja yang kurang baik mempunyai
Faktor risiko 38,5 kali cidera akibat benda tajam dari pada pekerja di
tempat kerja yang baik 28.
6. PelatihanKetrampilan Teknis Pada Paramedis
Pelatihan ketrampilan merupakan salah satu faktor risiko terhadap
kejadian cidera akibat benda tajam pada tempat kerja. Pelatihan berperan
sebagai keterjangkauan informasi yang diterima oleh pekerja supaya
berbanding lurus dengan penurunan kecelakaan kerja. Ketrampilan dan
informasi dapat diperoleh melalui media atau pelatihan yang didapat
pekerja. Pelatihan yang dapat diberikan berupa pengendalian insfeksi dan

14

http://repository.unimus.ac.id
hygene lingkungan kerja, kewaspadaan universal ataupun pentingnya alat
pelindung diri55.
Kewaspadaan universal (universal precaution) merupakan konsep
di mana semua darah dan cairan tubuh diperlakukan sebagai bahan
infeksius dan dalam bekerja pemakaian jarum suntik dan benda tajam
lainnya di sarana kesehatan harus mematuhi prosedur baku sebagai
panduan untuk mencegah pajanan luka perkutaneus dan membran mukosa
terhadap patogen darah56.
Pelatihan memberikan dampak yang positif terhadap penurunan
cidera akibat benda tajam. Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa
keperawatan menunjukan setelah pelatihan yang dilakukan selama 16
minggu menurunkan kejadian tertusuk jarum yang semula 57% menjadi
33% dari keseluruh sampel57.
7. Kepatuhan Terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP)
Prosedur SOP adalah suatu protap yang merupakan tata atau
tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat
diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga
sesuatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Prinsip dari
penggunaan SOP harus ada disetiap kegiatan, bisa berubah sesuai dengan
perkembangan, memuat indikasi dan syarat yang harus dipenuhi dan
terdokumentasi58.
a. Standar operasional prosedur laboratorium memuat pedoman
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dilaboratorium demi
terciptanya kondisi yang sehat dan aman bagi petugas dan lingkungan
kerjanya, meliputi:
b. Menggunakan jas laboratorium pada saat bekerja dilaboratorium dan
meninggalkanya setelah selesai bekerja.
c. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan.
d. Menggunakan APD berupa baju pelindung, sarung tangan, masker,
kaca mata, sepatu tertutup.

15

http://repository.unimus.ac.id
e. Menganggap semua spesimen infeksius dan semua bahan kimia
berbahaya.
f. Tidakmakan dan minum diruang laboratorium.
g. Tidak menyentuh mulut saat bekerja.
h. Membersihkan peralatan bekas pakai dengan larutan klorin 0,5 %.
i. Melakukan desinfektan permukaan meja kerja dengan larutan klorin
0,5%.
j. Menggunakan tempat yang kuat dan aman (anti tembus dan bocor)
untuk benda tajam.
k. Memasukan sampah medis pada plastik yang tertutup rapat.
l. Mencuci tangan dengan cairan antiseptik setelah selesai bekerja di
laboratorium59.
8. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik akan membentuk sikap yang sesuai,
mengarahkan pekerja dalam bertindak yang baik pula60. Penelitian yang
dilakukan di RS. Dr. Karyadi Semarang menunjukan pengetahuan yang
baik mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap penerapan kewaspadaan
universal, pengetahuan yang rendah mempunyai risiko 7 kali tidak patuh
terhadap kewaspadaan universal29.
9. Sikap
Tingkatan sikap dibagi menjadi empat: menerima (receiving)
dimana subjek mulai memperhatikan stimulasi yang diberikan oleh objek,
merespon (responding) subjek memberikan feedback dari stimulasi yang
diberikan oleh objek, menghargai (valuing) subjek mulai membahas atau
mendiskusikan stimulus yang diberikan objek. Dan yang terakhir
bertanggung jawab (responsible) mempertanggung jawabkan atas sesuatu
yang telah dipilih oleh subjek61. Komponen sikap sendiri ada tiga
keyakinan terhadap suatu objek, evaluasi terhadap objek dan
kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut akan bersama-
sama membentuk sikap yang utuh (total attitude)62.

16

http://repository.unimus.ac.id
10. Unsafe Action
Kecelakaan kerja yang terjadi secara umum 80-85% disebabkan
unsafe action. Beberapa penyebab dasar tindakan unsafe action antara lain
kurangnya pengetahuan, tidak memakai alat pelindung diri dengan benar,
stress kerja dan hubungan sosial63.

E. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


1. Definisi APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang
digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya
dari kemungkinan adanya paparan potensi bahaya lingkungan kerja
terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Alat pelindung diri ini
dijadikan pilihan terakhir untuk meminimalisir luka akibat kerja karena
dianggap tidak nyaman64.
2. Tujuan penggunaan APD
Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi petugas pelayanan darah
dari risiko tertusuk benda tajam serta pajanan darah, cairan tubuh, sekret,
ekskreta, kulit yang tidak utuh/luka dan spesimen darah pasien13.
3. Syarat Alat Pelindung Diri (APD)
a. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif
padapekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja.
b. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan bukan merupakan beban tambahan bagi pemakainya.
c. Bentuk cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.
d. APD Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena
jenis bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.
e. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
f. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernapasan
sertagangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang
cukup lama

17

http://repository.unimus.ac.id
g. Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda
peringatan.
h. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia
dipasaran.
i. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
j. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan65.
4. Jenis-jenis APD
a. Sarung Tangan
Pemakaian sarung tangan merupakan salah satu prinsip utama
penerapan kewaspadaan universal, untuk melindungi petugas dari risiko
pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang
tidak utuh dan selaput lendir pasien atau benda tajam yang
terkontaminasi56.
b. Jas Laboratorium/baju pelindung
Jas Laboratorium/baju pelindung digunakan untuk memproteksi kulit
dan mencegah kotornya pakaian selama tindakan yang umumnya bisa
menimbulkan percikan darah, cairan tubuh, sekret, dan ekskresi44. Jenis
bahan dapat berupa kain yang sekiranya dapat melindungi tubuh dari
percikan kontaminasi darah.
c. Pelindung Wajah/ Masker
Pelindung wajah terdiri dari dua macam pelindung yaitu masker dan
kacamata, dengan berbagai macam bentuk, yaitu ada yang terpisah dan
ada pula yang menjadi satu. Pelindung wajah tersebut dimaksudkan
untuk melindungi selaput lendir hidung, mulut dan mata selama
melakukan tindakan pengelolaan darah yang memungkinkan terjadi
percikan darah atau terkena pecahan benda tajam13.
d. Sepatu Pelindung (sturdy foot wear)
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah untuk melindungi kaki
petugas dari tumpahan/ percikan darah dan mencegah kemungkinan
tusukan benda tajam atau kejatuhan alat yang ada di pelayanan darah.

18

http://repository.unimus.ac.id
Sepatu sebaiknya terbuat dari bahan yang mudah dicuci dan tahan
tusukan13.
e. Penutup kepala
Digunakan untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada
dirambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat atau daerah steril,
dan juga untuk melindungi kepala/rambut petugas dari percikan darah
atau cairan yang lainya66.
Riset yang dilakukan pada kelompok bidan desa di Kabupaten
Mojokerto menunjukkan sekitar 39 orang (52,7%) bidan mengalami luka
tusuk jarum, ada hubungan yang signifikan antara luka tusuk jarum dengan
ketersediaan APD dan pemakaian APD67. Dalam satu tahun terakhir
responden dilaporkan mengalami kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik
sebanyak 14 kali dengan penyebab terbanyak tidak menggunakan APD
termasuk pemakaian sarung tangan dan recapping jarum dengan dua
tangan58.

F. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


1. Definisi K3
Secara umum Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan upaya
untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya, promosi kesehatan,
pengobatan dan rehabilitasi68.
2. Tujan Penerapan K3
a. Menjamin para pekerja dan orang lain yang ada disekitar tempat kerja
selalu dalam keadaan sehat dan selamat.
b. Menjaga agar sumber-sumber produksi digunakan secara aman dan
efisien.
c. Menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan faktor penting
dalam meningkatkan produktivitas.

19

http://repository.unimus.ac.id
d. Mengelolarisiko keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan
agar kejadian yang tidak diinginkan dapat dicegah, sehingga tidak
menimbulkan kerugian.69.
3. Dasar Hukum Penerapan K369
a. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja.
b. Undang-uandang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
c. Undang-undang No 28 tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung.
4. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Petugas Laboratorium70.
a. Keselamatan Laboratorium
1) Keamanan laboratorium adalah bagian dari upaya keselamatan
laboratorium yang bertujuan melindungi pekerja laboratorium dan
orang disekitarnya dari risiko terkena gangguan kesehatan yang
ditimbulkan laboratorium.
2) Bahan infeksius adalah bahan yang mengandung mikroorganisme
yanghidup seperti bakteri, virus, ricketsia, parasit, jamur atau suatu
rekombinan, hibrid atau mutan yang dapat menimbulkan penyakit
pada manusia dan hewan.
3) Spesimen adalah setiap bahan yang berasal dari manusia dan
hewan seperti eksreta, sekreta, darah dan komponennya, jaringan
dan cairan jaringan dan bahan yang berasal bukan dari manusia
yang dikirim untuk tujuan pemeriksaan.
4) Limbah labortorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan
laboratorium yang dapat berupa limbah cair, padat dan gas.
b. Ketentuan umum dilabotorium
Menganggap dan memberlakukan setiap spesimen sebagai bahan
infeksius.
c. Prinsip umum K3 di Laboratorium70
1) Selalu mengenakan sarung tangan saat menangani spesimen.
2) Pada saat melakukan desinfeksi atau pembersihan,sarung tangan
hanya dipakai untuk satu kali saja.

20

http://repository.unimus.ac.id
3) Jas laboratorium dikenakan sebagai pelindung dari percikan bahan
biologis dan dilepas sebelum meninggalkan laboratorium. Pakaian
yang terkontaminasi harus didekontaminasi dengan autoklaf atau
disinfeksi kimiawi, sebelum dikirim ke binatu.
4) Masker, pelindung mata atau pelindung muka harus dipakai bila
terdapat risiko percikan atau tumpahan bahan infeksius untuk
melindungi membran mukosa mulut, hidung dan mata dari
percikan darah, cairan tubuh, maupun benda lain.
5) Hindari terbentuknya aerosol, percikan atau tumpahan.
6) Cuci tangan sebelum memakai sarung tangan, setelah melepas
sarungtangan,setelah bekerja, sebelum meninggalkan laboratorium
atau bila perlu.
7) Jarum suntik dan benda tajam lainnya diletakkan dalam wadah
tahantusuk (puncture-proof). Jangan menutup, membengkokkan
atau mematahkan jarum dengan tangan.
8) Spesimen dikirim ke laboratorium dalam wadah yang kuat
(enameltrays, racks). Spesimen rujukan harus diberi label yang
jelas, dibungkus dua lapis atau ditempatkan dalam wadah kedua
yang tahan bocor dantahan tusukan.
9) Permukaan meja harus didekontaminasi setelah terjadi tumpahan
specimen atau setelah selesai bekerja.
10) Tidak menggunakan sandal tetapi memakai sepatu tertutup.
11) Dilarang bekerja di laboratorium bila ada luka. Apabila terdapat
luka diobati terlebih dahulu sampai sembuh, atau jika luka ringan
dapat ditutup dengan plester penutup luka.
d. Prosedur Pengelolaan Pengambilan Darah70
Semua spesimen darah harus dianggap infeksius, dan dijaga agar tidak
ada tetesan darah diruang rawat, tempat pengambilan spesimen dan
laboratorium.
1) Sarung tangan dan jas laboratorium harus digunakan saat
pengambilan darah maupun menangani darah.

21

http://repository.unimus.ac.id
2) Pergunakan jarum dan lanset secara hati-hati, terutama pada
penderita yang gelisah untuk menghindari kecelakaan kerja.
3) Diperlukan kewaspadaan yang tinggi saat memindahkan darah
darisemprit ke botol karena sering terjadi kecelakaan kerja.
4) Darah maupun cairan tubuh jangan dikeluarkan secara paksa agar
tidak terpercik kedaerah sekitarnya.
5) Jangan menutup kembali jarum dengan tangan, gunakan peralatan
untuk menutup dan membuka jarum atau gunakan tehnik satu
tangan untuk menutup jarum.
6) Jarum dan semprit bekas harus dibuang dalam wadah tahan tusuk.
e. Cara Untuk Mencegah Tertusuk Bahan Infeksius70
Jarum suntik, pecahan kaca dapat menyebabkan luka tusuk, untuk
menghindarinya dapat dilakukan dengan bekerja hati-hati,
mempergunakan jarum suntik sejarang mungkin dan tidak membuang
bekas jarum suntik sembarangan.
f. Penutupan Jarum/Semprit70
Penutupan jarum dengan tangan sebaiknya dihindari, bila terpaksa
menggunakan tehnik satu tangan:
1) Letakkan tutup jarum pada permukaan datar dan keras.
2) Dengan satu tangan pegang semprit dan masukkan jarum
ketutupnya.
3) Setelah tutup melingkupi jarum, dengan tangan lainnya keraskan
ulir tutup pada jarum semprit.

G. Upaya Pencegahan Luka Tertusuk Jarum Dan Benda Tajam


1. Menerapkan herarki control44
Herarki control dalam upaya menegah terjadi luka tertusuk jarum benda
tajam dan pajanan kontaminasi darah atau komponenya:
a. Elimination of hazard
Menghilangkan bahaya dari area tempat petugas bekerja, hal ini dapat
dilakukan bila kondisi memungkinkan.

22

http://repository.unimus.ac.id
a) Menghilangkan pengguanaan benda tajam dan jarum suntik bila
memungkinkan (misalnya dengan menggunakan jet injectors for
needles and syringes, atau needleless intravenous system).
b) Mengurangi penyuntikan yang tidak perlu.
c) Menghilangkan benda tajam yang tidak diperlukan
b. Engineering controls
Peralatan yang digunakan untuk mengisolasi atau menghilangkan
bahaya dari tempat kerja
a) Menyediakan kontainer tempat pembuangan benda tajam
b) Menggunakan alat pelindung.
c. Administrative controls
Termasuk diantaranya kebijakan, seperti Santard Operasional Prosedur
(SOP), misalnya:
a) Alokasi sumber daya sebagai perwujudan komitmen untuk
keselamatan dan kesehatan petugas.
b) Adanya komite pencegahan luka tertusuk jaru.
c) Menghilangkan semua peralatan yang tidak aman.
d) Secara konsisten mengadakan training penggunaan APD yang
aman dan benar.
d. Work Practice controls
Pengontrolan untuk mengubah perilaku pekerja untuk mengurangi
pajanan hazards, Misalnya:
a) Tidak melakukan recapping jarum.
b) Menempatkan kontainer benda tajam di tempat yang mudah
dijangkau.
c) Menyegel dan membuang sampah infeksius dengan benar.
e. Personal Protective Equipment
Menyediakan alat pelindung bagi pekerja misalnya: baju laboratorium,
sarung tangan, kaca mata, dan masker.

23

http://repository.unimus.ac.id
2. Pendidikan
Meliputi pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja kepada pekerja
secara continyu, agar pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaan.
3. Pengendalian melalui perundangan (legislative control) antara lain:
a. Undang-undang no 14 tahun 1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok
mengenahi tenaga kerja
b. Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
c. Undang-undang no 32 tahun 1992 tentang kesehatan.
d. Undang-undang no 66 tahun 2014 tentang keehatan lingkungan.
e. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya
4. Pengendalian melalui jalur kesehatan (medical control)
Medical control merupakan paya pencegahan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh petugas, dengan cara memberikan imunisasi secara berkala.
Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan skrinning terhadap penyakit yang
dicurigai dapat menular melaui luka akibat tertusuk jarum suntik dan
benda tajam pada semua petugas kesehatan.

24

http://repository.unimus.ac.id
H. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori

Standar pelayanan

Ketersediaan APD Kesadaran safety


Jenis kelamin
umur

Penggunaan APD

Shiff kerja Kelelahan Ketelitian Luka tertusuk jarum dan


benda tajam

Kecerobohan Stress kenyamanan


Kepatuhan terhadap Sikap hati-hati
SOP

Masa kerja Tingkat ketrampilan Dalam dan luar


gedung

Pelatihan Pendidikan Pengalaman kerja Unit kerja

Gambar 2.1 KerangkaTeori8, 28-31, 37, 38, 55, 67

25 http://repository.unimus.ac.id
2. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel terikat

Umur

Jenis kelamin

Masa kerja

Unit kerja
Kejadian tertusuk jarum

Pelatihan ketrampilan dan benda tajam

Pendidikan

Shif kerja

Kepatuhan terhadap SOP

Penggunaan APD

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


Penggunaan alat
pelindung diri

26

http://repository.unimus.ac.id
I. Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dengan kejadian tertusuk jarum dan benda tajam.
2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian tertusuk jarum dan benda
tajam.
3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian tertusuk jarum dan benda
tajam.
4. Ada hubungan antara unit kerja dengan kejadian tertusuk jarum dan benda
tajam.
5. Ada hubungan antara pelatihan ketrampilan dengan kejadian tertusuk jarum
dan benda tajam.
6. Ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian tertusuk jarum dan benda
tajam.
7. Ada hubungan antara shif kerja dengan kejadian tertusuk jarum dan benda
tajam.
8. Ada hubungan antara kepatuhan terhadap SOP dengan kejadian tertusuk
jarum dan benda.
9. Ada hubungan atara penggunaan APD dengan kejadian tertusuk jarum dan
benda tajam.
10. Ada hubungan yang kuat dan positip antara karakteristik individu ( (umur,
jenis kelamin, masa kerja, unit kerja, pelatihan ketrampilan, pendidikan, shif
kerja) dengan kejadian tertusuk jarumdan benda tajam
11. Ada hubungan yang kuat dan positip antara kepatuhan terhadapSOP dengan
kejadian tertusuk jarum dan benda tajam
12. Ada hubungan yang kuat dan positip antara penggunaan APD dengan kejadian
tertusuk jarum dan benda tajam.

27

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai