Anda di halaman 1dari 18

PENDIDIKAN AGAMA

PANCA SRADHA

(MOKSA)

Disusun Oleh:

IDA BAGUS ANANDA NARAYANA

NIM. 1802022104

FAKULTAS EKONOMI

PRODI AKUNTANSI EKSEKUTIF

UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

2018

i
KATA PENGANTAR

OM SWASTIASTU,

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha

Esa karena dengan rahmat, karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Panca

srada (moksa) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya

berterima kasih pada Bapak Dr. I Wayan Subrata, M.g selaku Dosen mata kuliah Pendidikan

Agama yang telah memberikan tugas ini. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna

dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Moksa. Saya juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang

membacanya. Sebelumnya saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan.

Denpasar, November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Moksa...........................................................................................................3
2.3 Tingkatan Moksa.........................................................................................................................4
2.2 Pencapaian Moksa......................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................................14
DAFTAR Pustaka………………………………………………………..…………………………………………………………………….15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Moksa (Sanskerta: mokṣa) adalah sebuah konsep agama Hindu dan Buddha.

Artinya ialah kelepasan atau kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari

putaran reinkarnasi atau Punarbawakehidupan.

Moksa merupakan tujuan akhir dari seluruh umat agama hindu. Dengan

menjalankan ajaranNya dan menjauhi laranganNya , maka pencapaianNya

Dalam Hinduisme, atma-jnana (kesadaran akan "sang diri") adalah kunci untuk

meraih moksa. Umat Hindu boleh melakukan suatu bentuk (atau lebih) dari

beberapa macam Yoga - Bhakti, Karma, Jnana, Raja - dengan menyadari bahwa

Tuhan bersifat tak terbatas dan mampu hadir dalam berbagai wujud, baik bersifat

personal maupun impersonal.

Dalam mencapai Moksa orang harus berbuat baik sesuai dengan ajaran

Agamanya. Kitab suci telah mengajarkan bagaimana caranya orang melaksanakan

pelepasan dirinya dari ikatan Maya dan akhirnya Atman dapat bersatu dengan

Brahman, sehingga penderitaan dapat dilebur dan tidak lagi menjelma atau lahir

kedunia ini sebagai hukuman, tetapi sebagai penolong sesama manusia,

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat saya simpulkan rumusan masalahnya

sebagai berikut:

1.2.1 Apa Pengertian dan tujuan dari Moksa?


1.2.2 Apa saja tingkatan Moksa?.
1.2.3 Bagaimana pencapaian Moksa?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini, sebagai berikut :


1.3.1 Mengetahui apa itu pengertian dan tujuan Moksa
1.3.2 Memahami tingkatan dalam Moksa
1.3.3 Mengetahui larangan dan perintahNya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moksa

Moksa adalah bagian sradha dalam Agama Hindu, yang merupakan tujuan

hidup tertinggi agama hindu . Moksa dalam ajaran agama hindu adalah keadaaan

di mana manusia yang tercerahkan sadar secara spiritual dan bebas sepenunya dari

karma, maka akan mendapatkan penyatuan utuh menyeluruh kepada tuhan yang

Mahaesa. Dia tidak akan lahir kembali . moksa banyak sekalah di jabarkan dalam

ajaran agama hindu , baik dalam kita mantra-samhita ataupun dalam kita

upanisad . Menurut kitab-kitab Upanisad, moksa adalah keadaan atma yang bebas

dari segala bentuk ikatan dan bebas dari samsara. Yang dimaksud dengan atma

adalah roh, jiwa. Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa

yang disebut dengan Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa

hanya dapat dicapai dan dirasakan setelah meninggal dunia, dalam kehidupan

sekarangpun kita dapat merasakan moksa yaitu kebebasan asal persyaratan-

persyaratan moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa tidak menunggu waktu

sampai meninggal.”.

3
2.3 Tingkatan Moksa

1. Samipya
Samipya adalah kebebasan yang dapat dicapai oleh seseorang semasa
hidupnya di dunia ini. Hal ini dapat dilakukan oleh para Yogi dan Maha Rsi.
2. Srupya
Srupya merupakan moksa yang dilakukan di dunia ini karena kelahirannya.
Kedudukan atma pencerminan dari kemahakuasaan Tuhan, seperti halnya Sri
Rama, Budha Gautama, dan Sri Kresna. Walaupun Atma telah mencapai
perwujudan tertentu namun ia tidak terikat oleh segala sesuatu yang ada di dunia
ini.
3. Slokya
Slokya adalah suatu kebebasan yang telah dicapai oleh atma dimana atma itu
telah berada diposisi dan kesadaran yang sama dengan Tuhan. Dalam keadaan
seperti ini dapat dikatakan Atma telah mencapai tingkatan Dewa yang merupakan
manifestasi dari Tuhan itu sendiri.
4. Sayujna
Sayujna adalah suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi dimana atma telah
dapat bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa (Brahman). Dalam keadaan seperti
ini sebutan “Brahma Atma Akyam” yang artinya Atma dan Brahma sesungguhnya
Tunggal.
Kalau dilihat dari kebebasan yang dicapai oleh Atma, maka Moksa dapat
dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:

Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang tetapi masih meninggalkan
bekas berupa mayat atau badan kasar.
Adi Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh sesorang dengan meninggalkan
bekas-bekas berupa abu.Parama Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh
seseorang tanpa meninggalkan bekas.

4
2.2 Pencapaian Moksa

Dalam mencapai moksa seseorang harus mempunyai syarat-syara tertentu

sehingga proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan norma-norma

ajaran agama Hindu. Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan dengan beberapa

cara yaitu :

1. Dharma.

Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Purusa artha

dijelaskan bahwa tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan

Dharma, setiap tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang

lebih tinggi dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan

Kebenaran adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna

mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian,

dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang yang

melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah

kehidupan yang suci dan terhormat.

2. Pendekatan kepada Hyang Widhi Wasa

Untuk mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa ada

beberapa cara yang dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan cipta),

Dhyana (memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan

melakukan latihan rohani, terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat

menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri kita.

Apabila sifat-sifat Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah dekat

5
dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan dikabulkan

dan kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.

3. Kesucian.

Untuk memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Sang Hyang Widhi

Wasa dalam keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur :

Asatoma Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya

yang artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami

dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan.

Setiap kita melakukan kegiatan-kegiatan, kita biasakan untuk memohon tuntunan

kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu dilindungi.

Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi Tuhan dan

dipersembahkan kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa, maka pekerjaan tersebut

mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan tersebut

dengan Sang Hyang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan mempunyai

kemampuan dan nilai yang tinggi.

4. Catur Marga.

Untuk mencapai Moksa beberapa cara yang dapat ditempuh sesuai dengan bakat

dan bidang yang digeluti saat ini yang disebut dengan Catur Marga ada juga yang

menyebutkan dengan Catur Yoga yaitu empat jalan yang ditempuh untuk

mencapai Moksa. Adapun keempat Catur Marga terdiri dari :

1. Jnana Marga Yoga.

6
Pada saat sekarang peranan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

sangat menentukan dalam pembangunan nasional disamping ilmu pengetahuan

lainnya. Setiap negara akan berusaha sekuat tenaga dengan menggunakan

resource yang ada untuk berkompetisi dalam bidang IPTEK, siapa yang

menguasai IPTEK maka merekalah yang menguasai dunia ini. Kata Jnana artinya

adalah kebijaksanaan filsafat atau pengetahuan, Yoga berasal dari urat kata YUJ

yang artinya menghubungkan diri.

Jadi Janana Marga Yoga artinya jalan untuk mencapai persatuan atau pertemuan

antara Atman dengan Paramatman (Tuhan) berdasarkan atas pengetahuan

(kebijaksanaan filsafat) terutama mengenai kebenaran dan pembebasan diri dari

ikatan duniawi (maya).

2. Karma Marga Yoga.

Cara atau jalan untuk mencapai moksa (bersatunya Atman dengan

Brahman), dengan selalu berbuat baik, tetapi tidak mengharapkan balasan atau

hasilnya untuk kepentingan diri sendiri (amerih sukaning awah) disebut Karma

Marga Yoga. Dalam Karma Marga Yoga, kita sebagai umat Hindu setiap tindak

tanduk kita melakukan karya harus demi kepentingan masyarakat banyak dan

jangan ada suatu keinginan untuk menikmati hasilnya, sebab kalau kita selalu

berpikir hasilnya akan timbul keterikatan-keterikatan, kalau keterikatan-

keterikatan telah tumbuh dalam jiwa kita, maka ketenangan akan menjauh dari

kenyataan, sehingga jiwa kita akan diracuni oleh Sad Ripu yaitu enam musuh

utama manusia yang terdiri dari Kama, Lobha, Mada, Moha, Kroda, Matsarya

7
(nafsu, loba, kemarahan, kemabukan, kebingungan, iri hati). Di dalam Bhagawad

Gita disebutkan bahwa berulang kali Krisna berkata kepada Arjuna, lakukan

tugasmu, lakukanlah pekerjaan yang benar tetapi jangan ingin menikmati hasil

pekerjaan itu. Tujuan Krisna memberikan wejangan kepada Arjuna agar jangan

melihat hasilnya adalah, kita sebagai pelaku benar-benar dalam bekerja semua

perbuatan kita yaitu karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan tersebut

membawa kita menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan Karma

Marga Yoga. Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa melihat

hasilnya maka ia akan menjadi orang yang benar-benar bijaksana (Stithaprajna),

yang tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka atau gembira dan sedih.

Perbuatan adalah karma , setiap orang lahir dari karma, hidup dalam karma dan

mati dalam karma, karma sumber dari baik dan buruk dosa atau kebajikan, laba

atau rugi, kebahagiaan atau kesedihan, sebenarnya karmalah penyebab kelahiran,

maka karma dalam kehidupan merupakan masalah yang sangat penting.

Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut: Diumpamakan badan kita

adalah sebuah jam dinding, dan nafas kita adalah pegasnya yang menyebabkan

jarum jam dapat berputar, dan baterynya adalah tenaga manusia. Tanpa nafas dan

tenaga, manusia tidak dapat berbuat apa-apa yaitu berkarma, maka perbuatan

(karma) sangat tergantung dengan nafas (pegas) dan tenaga (batery). Dengan

kekuatan batery (tenaga) maka jarum jam yang terdiri dari tiga jarum yaitu jarum

yang paling panjang disebut jarum detik, jarum yang menengah disebut dengan

jarum menit dan jarum yang paling pendek disebut jarum jam. Ketiga jarum akan

8
berputar dengan kecepatan yang berbeda beda dan saling ketergantungan satu

sama lainnya, tetapi masing-masing jarum akan berputar sesuai dengan fungsinya.

Apabila jarum detik telah berputar 60 kali maka jarum menit akan mengikuti

berputar hanya sekali, demikian saat jarum menit telah berputar 60 kali maka

jarum jam akan berputar sekali demikian seterusnya dengan menggunakan

kelipatan 60. Setiap gerakan jarum detik kita umpakan adalah karma (perbuatan),

untuk gerakan jarum menit kita umpamakan adalah perasaan dan untuk gerakan

jarum jam kita umpamakan adalah kebahagiaan. Untuk mencapai suatu

kebahagiaan yang terus menerus kita harus selalu berbuat (berkarma) baik, setiap

tindakan kita selalu tanamkan kebaikan yang menyebabkan perasaan kita

mendapat rangsangan kebaikan tersebut sehingga kita merasa senang.

Apabila perasaan kita telah mencapai kesenangan terus menerus akibat kita selalu

berbuat (karma) baik terhadap seseorang, maka menyebabkan kita akan mencapai

kebahagiaan, sebab karma (perbuatan), perasaan, dan kebahagian saling

keterkaitan seperti ketiga jarum jam berputar saling ketergantungan satu sama

lainnya.

Makin banyak kita berkarma baik maka perasaan dan kebahagian akan selalu

mengikuti seperti perputaran jarum jam, apabila jarum detik tidak bergerak jangan

harap jarum menit bergerak apalagi jarum jam kebahagian akan dicapai dalam

kehidupan ini apabila kita selalu berkarma baik.

9
3. Bakti Marga Yoga.

Jalan atau cara untuk mencapai moksa atau kebebasan, yaitu bersatunya

Atman dengan Tuhan dengan melakukan sujud bakti kehadapan Hyang

WidhiWasa. Bakti adalah cinta yang mendalam kepada Tuhan, bersifat tanpa

pamerih sedikitpun dan tanpa keinginan duniawi apapun juga. Bagi umat Hindu

untuk melakukan Bakti Marga Yoga dengan menyanyikan nama-nama Tuhan

secara berulang-ulang, bergaul dengan orang-orang Suci yang mempunyai bakti,

konsentrasi pikiran setiap saat kepada Tuhan, dan jalan Bakti ini adalah yang

paling mudah dilakukan. Seperti setiap hari kita melakukan Trisandya dengan

mengucapkan Gayatri Mantra tiga kali sehari.

Untuk menanamkan rasa Bakti kehadapan Hyang Widhi Wasa , sebaiknya anak

mulai kecil dididik mengucapkan Mantra Gayatri dengan memberi penjelasan

makna dan arti masing-masing bait, sehingga meresap dalam pikiran mereka dan

dapat menuntun ajaran-ajaran kebenaran (Dharma). Kalau belum hafal sebaiknya

dibaca saja dan usahakan dengan suara yang lembut sehingga benar-benar

meresap dalam hati sanubari kita dan bayangkan Brahman ada dalam pikiran dan

renungkan secara terus menerus selama melagukan Gayatri Mantra Dengan selalu

melantunkan Gayatri Mantra terus menerus , maka kita seolah-olah menyatu

dengan Tuhan atau bersatunya Atman dengan Tuhan., sehingga kita mendapat

ketenangan, kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan.Dalam melakukan Bakti

Marga Yoga terutama upacara piodalan di Pura-pura diseluruh Indonesia,

masyarakat Hindu sudah mempunyai cara upacara bakti (persembahyangan)

10
secara baku, dimanapun kita melakukan persembahyangan sudah tersusun sama,

dan Mantra Gayatri selalu dilantunkan sebelum persembahyangan dimulai.

Pada saat Pendeta melakukan upacara piodalan juga dinyanyikan lagu-lagu warga

sari sebagai pemujaan kehadapan Hyang Widhi Wasa yang mempunyai makna

adalah agar sebelum persembahyangan dimulai kita sudah mulai rasakan

menyatunya Atman dengan Brahman.

4. Raja Marga Yoga.

Jalan untuk mencapai moksa menurut agama Hindu dapat dilakukan melalui

Tapa, Brata, Yoga, dan Semadi. Untuk mengendalikan diri dengan melakukan

latihan-latihan untuk mengatasi Sad Ripu disebut dengan Tapa, Brata, sebab

apabila Sad Ripu kita sudah dapat kendalikan maka jalan mencapai moksa lebih

mudah. Disamping mengendalikan Sad Ripu, kita juga melakukan latihan-latihan

untuk dapat menyatukan Atman dengan Tuhan yang disebut dengan Yoga dan

Semadi, dengan melakukan konsentrasi yang setepat tepatnya dalam ketenangan

dan suasana syandu sempurna sehingga kita dapat menyatu dengan Tuhan.

Sebagai ilustrasi dapat diceritakan sebagai berikut: Didalam suatu pesraman di

Hutan rimba ada seorang Rsi yang bernama Rsi Suka yang memberikan dharma

wecana kepada murid-muridnya yaitu yoga, semadi diantara murid-muridnya ada

seorang raja bernama raja Jenaka. Raja Jenaka disamping mempunyai kerajaan

yang sangat besar dan kaya juga berkeinginan belajar spiritual (Yoga, semadi)

kepada Rsi Suka yang sangat terkenal ilmu spiritualnya. Banyak ujian-ujian yang

diberikan kepada para siswanya agar dapat mencapai moksa dalam kehidupan ini

11
dengan meninggalkan keduniawian dengan melepaskan semua keterikatan-

keterikatan sehingga Atman menyatu dengan Brahman. Pada suatu hari Rsi Suka

agak terlambat memberikan dharma wecana sehubungan Raja Jenaka ada

keperluan kerajaan yang sangat mendesak yang tidak boleh diwakili. Rsi Suka

dengan sengaja menunggu Raja Jenaka, ingin menguji kesabaran para muridnya

apakah dapat mengekang Sad Ripu sebagai dasar pelajaran Yoga.

Dari pengamatan Rsi Suka banyak para muridnya gelisah dan gusar dan kadang-

kadang timbul marah tidak sabar menunggu sampai ada yang protes bahwa

pelajaran dimulai saja, mengapa kita di beda-bedakan orang biasa dengan raja

Setelah raja datang dharma wecana baru dimulai dan Rsi Suka memberikan

wejangan, kita harus dapat mengendalikan sad ripu sehingga kita dapat

ketenangan bathin. Setelah dharma wecana selesai maka pelajaran dilanjutkan

dengan yoga, semadi, dan pelajaran ini harus dilakukan dengan konsentrasi

pikiran secara penuh.

Dengan suasana hening sepi hanya suara jangkrik yang kedengaran, para

muridnya sedang asyik melakukan yoga semadi, tiba-tiba Rsi dengan berteriak

bahwa sedang ada kebakaran di kota kerajaan, murid-muridnya pada bubar berlari

lari pergi ke kota kerajaan ingin menyelamatkan harta dan rumahnya yang

kebakaran. Tetapi raja Jenaka tidak bergeming sedikitpun, dia telah masuk dalam

keadaan Semadi, beliau berbahagia dalam Atman.

Rsi mengamati wajah raja dengan perasaan sangat gembira. Setelah beberapa

murid-murid yang lari kembali bahwa dikota tidak ada kebakaran dan Rsi pun

12
memberikan penjelasan arti dari peristiwa tersebut. Penundaan mulainya dharma

wecana adalah untuk menghormati raja, karena beliau telah menghapuskan

keakuannnya kebanggaannya dan mempunyai kerendahan hati dan melatih

mengendalikan Sad Ripu dan berhasil dengan baik dan ini perlu dicontoh oleh

semua muridnya. Dan peristiwa kebakaran di kota kerajaan sebenarnya tidak

pernah terjadi, peristiwa kebakaran adalah rekayasa Rsi dan ini merupakan ujian

dari Rsi Suka. Kalau mau berhasil sebagai seorang spiritual (Yogi) harus berani

melepaskan semua keduniawian yaitu keterikatan-keterikatan, tanpa ada kemauan

untuk menghilangkan keterikatan-keterikatan ini tidak mungkin tercapai

tujuannya yaitu sebagai seorang Yogi.

Semua latihan-latihan ini membutuhkan ketekunan, tulus iklas, kesujudan iman

dan tanpa pamerih. Pada akhir-akhir ini banyak generasi muda sudah melakukan

latihan-latihan Yoga dan Semadi, dan buku-buku penuntun untuk yang baru

memulai belajar Yoga dan Semadi sudah cukup banyak beredar di toko-toko buku,

dan suasana ini sangat membantu bagi umat hindu untuk belajar masalah spiritual

melalui Raja Marga Yoga.

Diantara keempat Marga Yoga tersebut diatas semuanya adalah sama tidak ada

yang lebih tinggi kedudukannya, umat Hindu dapat memilih dari keempat Marga

Yoga tersebut tergantung dari bakat masing-masing dan jalan yang satu akan

berhubungan dengan yang lain semuanya akan mencapai tujuan yang sama yaitu

Moksa.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan demikian kita mengetahui bahwa moksa merupakan tujuan

akhir dari panca sradha dengan memahami pengertian moksa yang

sebenarnya menurut Agama Hindu. Pencapaian moksa dapat dilakukan

dengan jalan mendekatkan diri dengan Tuhan.

Seseorang harus mencapai moksa dengan bimbingan seorang guru.

Seorang guru atau siddha hanya membimbing namun tidak campur tangan.

Surga (svarga) diyakini sebagai tempat bagi karma sementara yang mesti

dihindari oleh orang yang menginginkan moksa demi bersatu dengan

Tuhan melalui Yoga

Tingkatan moksa banyak diinginkan oleh semua orang agar tidak

terikat oleh duniawi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku Gede agus budi adnyana S.Pd B.,M.Pd.H ,.Kisah Kisah Ajaran Panca Srada

Untuk Anak , Jakarta: PT. Pradnya Paramita

https://mdsutriani.wordpress.com/2012/06/19/panca-sradha-moksa/comment .diakses
pada 22 septerber 2018 pukul 10.27
http://www.babadbali.com/canangsari/pa-moksa.htm
https://id.wikipedia.org/wiki/Moksa

15

Anda mungkin juga menyukai