Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAKIKAT IBADAH

Disusun Oleh ;

Kelompok 3

Rudi Ardiansyah 200221087

Arman 230221037

Rahmania 230221001

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL, ILMU POLITIK DAN


HUMANIORA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berka
trahmat dan hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Pak Jaelani,S.Pd.I.,M.Pd. Selaku
dosen mata kuliah AIK 2, serta kepada teman - teman yang telah membantu yaitu
dengan memberi semangat dan motivasi untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, dengan demikian kami
sangat menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penyusun mengharapakan kritik dan saran yang bersifat konstruktif.
Akhirnya melalui sebuah do’a dan harapan, semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Sinjai, Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Masalah....................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Pengertian Konsep Ibadah..................................................................................5
B. Ibadah Maghdah Dan Ghairu Maghdah............................................................6
C. Fungsi Ibadah.......................................................................................................8
D. Hikmah Ibadah.....................................................................................................9
E. Makna Spiritual Ibadah Dalam Kehidupan Sosial..........................................13
BAB III...........................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. KESIMPULAN...................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketika zaman dulu sampai pada saat ini kita mungkin sudah mengetahui
kewajiban kita sebagai hamba Allah yang lemah, dan banyak yang tahu
kewajiban kita di muka bumi ini yakni hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Pendapat seperti ini memang tidak salah karena sudah tertulis dalam Al-Qur’an.
Setiap ibadah sebagaimana yang berlaku pada setiap yang diperintahkan
Allah mengandung maksud tersendiri dan di dalam pelaksanaannya terdapat
hikmah. Segala bentuk dan jenis ibadah yang disyari’atkan Allah kepada manusia
dijanjikan pahala dunia akhirat, juga mengandung hikmah yang sangat luar biasa
bagi siapa yang menantinya. Dalam makalah ini akan dipaparkan hikmah-hikmah
ibadah, konsep ibadah dan macamnya, serta ibadah sosial.
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Konsep Ibadah
2) Apa Itu Ibadah Maghdah Dan Ibadah Ghairu Maghdah
3) Fungsi Ibadah
4) Apa Itu Hikmah Ibadah
5) Apa Makna Spiritual Ibadah Dalam Kehidupan Sosial
C. Tujuan Masalah
1) Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Itu Konsep Ibadah
2) Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Itu Ibadah Maghdah Dan
Ibadah Ghairu Maghdah
3) Mahasiswa Mampu Mengetahui Fungsi Ibadah
4) Mahasiswa Mampu Mengetahui Tentang Hikmah Ibadah
5) Mahasiswa Mampu Mengetahui Makna Spiritual Ibadah Dalam
Kehidupan Sosial
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Ibadah
Ibadah merupakan salah satu dimensi yang begitu asasi didalam ajaran
islam. Ibadah tidak cuma terkait dengan ritual-ritual antara manusia dengan Sang
Khalik, namun juga mengandung sejumlah keutamaan bagi diri manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan sosialnya. Dalam konsep ajaran islam, manusia
diciptakan tak lain dan tak bukan untuk beribadah kepada Allah. Dengan kata lain
untuk menyembah Allah dalam berbagai bentuk dan manifestasinya baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Pengertian ibadah secara bahasa, kata ibadah adalah bentuk dasar
(mashdar) dari fi’il (kata kerja) ‘abada-ya’budu yang berarti: taat, tunduk, hina,
dan pengabdian. Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibnu Taymiyah
mengertikan ibadah sebagai puncak ketaatan dan kedudukan yang didalamya
terdapat unsur cinta (al-hubb). Seseorang belum dikatakan beribadah kepada
Allah kecuali bila ia mnecintai Allah lebih dari cintanya kepada apapun dan
siapapun juga. Adapun definisi ibadah menurut Muhammadiyah adalah
“mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya serta mengamalkan apa saja yang
diperkenankan oleh-Nya. (Himpunan Putusan Tarjih, 278)
Ibadah artinya penghambaan diri kita sebagai makhluk dan Allah sebagai Tuhan
kita atau dengan kata lain segala sesuatu yang kita kerjakan dalam rangka
mentaati perintah-perintah-Nya adalah ibadah. Ibadah meliputi apa saja yang
dicintai dan diridhoi oleh Allah, menyangkut seluruh ucapan dan perbuatan yang
tampak dan tidak tampak, seperti solat, zakat, puasa, menunaikan ibadah haji,
berkata yang baik dan benar, belajar, silaturahmi, membaca Al-Qur’an, berdagang
dan lain sebagainya. Adapun pengertian ibadah secara luas terkait dengan
beberapa arti, secara aqidah bisa berarti mentauhidkan Allah SWT, secara fiqih ia
bisa berarti menegakkan hukum Allah SWT dan secara akhlaq berarti berperilaku
sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an yang
artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 21).
B. Ibadah Maghdah Dan Ghairu Maghdah
Pada dasarnya ibadah bukan hanya berupa salat, zakat, puasa dan haji.
Ibadah terdiri dari ibadah khusus atau ibadah mahdah dan ibadah umum atau
gair mahdah. Ibadah dalam pengertian umum adalah bentuk hubungan manusia
dengan manusia atau manusia dengan dengan alam yang memiliki makna ibadah.
menjalani kehidupan untuk memperoleh keridaan Allah, dengan mentaati syariah-
Nya. Syariat Islam tidak menentukan bentuk dan macam ibadah ini, karena itu apa
saja kegiatan seorang muslim dapat bernilai ibadah asalkan ibadah tersebut bukan
perbuatan yang dilarang Allah dan Rosul-Nya serta diniatkan karena Allah.
Dengan demikian, semua perbuatan yang diizinkan Allah bila dikerjakan
dengan tujuan memperoleh keridaan Allah merupakan ibadah dalam arti yang
umum. Menunaikan hak diri pribadi sesuai dengan perintah Allah, seperti makan-
minum,dan menuntut ilmu adalah ibadah. Menunaikan kewajiban kemasyarakatan
sesuai dengan perintah Allah adalah ibadah. Mengolah alam guna dimanfaatkan
hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia adalah ibadah. Memberi
makan binatang yang kelaparan adalah ibadah. Bekerja mencari nafkah untuk
mencukupkan kebutuhan hidup diri pribadi dan orang yang menjadi
tanggungannya adalah ibadah. Untuk memudahkan pemahaman, para ulama
menetapkan kaidah ibadah umum, yaitu “semua boleh dikerjakan kecuali yang
dilarang Allah dan Rasul-Nya.”
Bahkan islam juga tidak membenarkan jika orang hanya menghabiskan
waktunya hanya untuk melakukan ibadah khusus, mengabaikan segi ibadah
umum. Pernah Nabi melihat seorang sahabat menggunakan seluruh waktunya
untuk beribadah khusus. Nabi bertanya siapa orang itu. Nabi mendapat jawaban
bahwa ia adalah di kalangan para sahabat. Nabi bertanya pula siapa yang
menanggung makannya sehari-hari. Nabi mendapat jawaban bahwa para sahabat
jugalah yang menanggung makannya. Nabi kemudian mengatakan, “Kamu semua
lebih baik dari padanya.”
Ibadah macam kedua adalah ibadah khusus. Ibadah khusus adalah bentuk
ibadah langsung kepada Allah yang macam dan cara melaksanakannya ditentukan
dalam syara’, ditetapkan oleh Allah atau dicontohkan oleh Rasululloh. Ibadah
khusus inilah yang bersifat tetap dan mutlak, cara pelaksanaannya sangat ketat,
yaitu harus sesuai dengan contoh Rasululoh. Manusia tinggal melaksanakan
sesuai dengan peraturan dan tuntunan yang ada, tidak boleh mengubah,
menambah, atau mengurangi. Penambahan dan pengurangan dari contoh yang
telah ditetapkan disebut bid’ah (bidah) yang menjadikan ibadah itu batal atau
tidak sah. Misalnya, bersuci untuk mengerjakan sholat dilakukan dengan
menggunakan air. Bila tidak mungkin menggunakan air, diganti dengan debu.
Tidak boleh diganti dengan yang lain. Karena itulah para ahli menetapkan satu
kaidah dalam ibadah khusus yaitu “semua dilarang, kecuali yang diperintahkan

Alloh atau dicontohkan Rasululloh.” Macam-macam ibadah khusus adalah salat


termasuk di dalamnya taharah (taharah) sebagai syaratnya, puasa, zakat, dan haji.
Ibadah, baik umum maupun khusus merupakan konsekuensi dan
implementasi dari keimanan terhadap Allah SWT yang tercantum dalam dua
kalimat,yaitu“asyhaduallaailaahaillallohu, waasyhaduannamuhammadarrosulull

oh.” Syahadat pertama mengandung arti “tiada Tuhan yang patut diibadahi selain
Allah,” artinya segala bentuk ibadah hanya ditujukan kepada Allah saja. Oleh
karena tugas hidup manusia di dunia adalah untuk beribadah, maka segala sesuatu
yang dilakukan manusia adalah ibadah. Syahadat kedua mengandung arti
pengakuan terhadap kerasulan Muhammad SAW yang bertugas memberikan
contoh nyata kepada manusia dalam melaksanakan kehendak Allah SWT. Dalam
kaitan ibadah (khusus) berarti bentuk-bentuk dan tata cara pelaksanaan ibadah
yang dikehendaki Alloh yang telah dicontohkan oleh Rasululloh.
C. Fungsi Ibadah
Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid, ibadah adalah mendekatkan diri
kepada Allah dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-Nya, menjauhi
larangan-larangan-Nya, dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah.
Pelaksanaan ibadah harus melibatkan hati, lisan, dan anggota badan. Adapun
fungsi ibadah bagi kehidupan, di antaranya:

 Pertama, jalan menuju takwa

Bertakwa berarti berusaha untuk menunjukkan penghambaan kepada


Allah dengan ibadah kepadanya. “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang
telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 21).

 Kedua, menentramkan hati

Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah, sehingga ketika


seseorang merasa dekat dengan Allah SWT, maka ia pun akan selalu
mengingat-Nya (dzikrullah). Ketika seseorang senantiasa mengingat Allah
maka hatinya pun akan merasa selalu tenang dan tenteram. “(Yaitu) orang-
orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”.
(QS. Ar-Ra’du: 28).

 Ketiga, bekal kebahagiaan hidup di akhirat

Kehidupan dunia ini hanyalah sementara, yang berfungsi sebagai jalan


menuju kehidupan yang abadi dan lebih baik yaitu kehidupan akhirat.
Segala apa yang diperbuat manusia di dunia akan berdampak pada kondisi
kehidupannya di akhirat, termasuk kegiatan ibadahnya, terutama ibadah
salat. Rasulullah SAW menegaskan bahwa salat merupakan ibadah yang
pertama kali dihisab dan akan menjadi ukuran terhadap baik dan buruknya
amal seseorang.

 Keempat, wujud syukur atas nikmat Allah SWT


Penciptaan manusia dengan segala yang melingkupinya, termasuk
alam semesta merupakan karunia Allah yang harus disyukuri. Ungkapan
rasa syukur ini tidak hanya sebatas lisan, tetapi harus meliputi kesadaran
hati dan perwujudan dalam kehidupan melalui semangat beribadah.

Dari ‘Aisyah apabila Rasulullah SAW salat, maka beliau berdiri


hingga kaki beliau bengkak. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, mengapa
engkau melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa engkau yang
telah berlalu dan yang dikemudian. Beliau bersabda: Apakah aku tidak
boleh menjadi hamba yang bersyukur”? (HR. Muslim).

D. Hikmah Ibadah
Dalam ibadah yang kita lakukan dikehidupan kita sehari-hari ada beberapa
hikmah yang kita dapatkan diantaranya adalah ;

 Tidak Syirik, ‫ َو اْس ُج ُد ْو اِ ِهلل اَّل ِذ ْى َخ َلَقُهَّن ِاْن ُكْنُتْم ِاَّي اُه َتْعُب ُد ْو َن‬..dan melainkan
bersujudlah kepada Allah, yang telah menciptakan mereka, jika benar-
benar hanya kepada Nya kamu menyembah (beribadah) [Ha Mim As
Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk
senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus
meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat
yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak
ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat
bernaung.
 Memiliki ketakwaan, ‫يَاُّيَها الَّناُس اْع ُبُد ْو ا َر َّبُك ُم اَّلِذ ْى َخ َلَقُك ْم َو اَّل ِذ ْيَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُق ْو َن‬
Hai manusia, sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga
orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada
dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu karena cinta atau
karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang
dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah
SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah
dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang
dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap
sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak
ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena
tidak menjalankan kewajiban.
 Terhindar dari kemaksiatan, ...‫اء والمنكر‬KKKKK‫لوة تنهى عن الفحش‬KKKKK‫ان الص‬..
Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang
nyata [Al Ankabut 29:46]. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat
sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan
ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah
ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.
 Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka
dengan keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat
pengalaman langsung dari ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika
melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan
orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih
memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.
 Tidak kikir, ‫َو اَتى اْلَم اَل َعلى ُحِّبه َذ ِو ى اْلُقْر بى َو اْلَيتمى َو اْلَم سِكْيَن َو اْبِن الَّس ِبْيِِلال َو الَّس اِئِلْيَن َو‬
‫ ِفى اّلِرَقاِبج‬dan karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli
kerabat, dan anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir,
dan mereka yang meminta sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al
Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan
miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk
kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar
terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya.
Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam
menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya
adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya
semata-mata sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk
pengorbanan harta untuk keperluan umat.
 Merasakan keberadaan Allah SWT, ‫ َاَّلِذ ى َيَر اَك ِح ْيَن َتُقْو ُم َو َتَقُّلَبَك ِفى الَّساِج ِد ْيَن‬Yang
Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud
Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT benar-benar berada berada
dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat kehadiran Nya atau
setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.
 Meraih martabat liqa Illah, .....‫ َي ُد ِهللا َف ْو َق َاْي ِدِهْم ج‬Tangan Allah ada diatas
tangan mereka [Al Fath 48:11]. Dengan ibadah seorang hamba
meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT, menghanguskan seluruh
hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang dipenuhi
ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan
yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata
kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin
yang sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat
ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi
lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan
itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar,
menjadi kakinya yang dengan itu ia melangkah.
 Terkabul Doa-doanya, ‫ُاِج ْيُب َد ْع َو َة الَّد اِع ِاَذ ا َدَع اِنال َفْلَيْس َتِج ْيُبْو اِلى َو اْلُيْؤ ِم ُن ْو ا ِبى َلَع َّلُهْم‬
‫ َيْر ُش ُد ْو َن‬Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa
kepada Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman
kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar [Al Baqarah 2:187].
Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah mereka yang
dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.
 Banyak saudara, ‫َو ْاُم ْر َاْهَل َك ِبالَّص لوِة َو اْص َطِبْر َع َلْيَه اط‬..... Ibadah selayaknya
dikerjakan secara berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan
individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara berjamaah memiliki
derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama terciptanya jalinan
tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu tetapi
untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak
orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan
ibadah dan memperpanjang masanya.
 Memiliki kejujuran, ‫ َِفَاذا َقَْض يُتُم الَّصلواََة َفاْذ ُك ُرْو ا َهللا ِقَيًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَعلى ُج ُنْو ِبُك ْم ج‬... Dan
apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada
Allah sambil berdiri, sambil duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu.
[An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat) kepada Allah SWT,
hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan
merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada
kesempatan untuk berbohong. ‫ِاَّن الِّص ْد َق َيْهِد ى ِاَلى ْالِب َّر َو ِاَّن ْالِب َّر َيْه ِد ْى ِاَلى ْالَج َّن ِة‬...
Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan
mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim].
 Berhati ikhlas, ‫َو َم ا ُاِم ُرْو ا ِاَّال ِلَيْعُبُد ْو ا َهللا ُم ْخ ِلِص ْيَن َلُه اِلّد ْيَنال ُحَنَفاَء‬.... Dan mereka tidak
diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus
ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah
SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah
dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak
menyukainya. ‫ َقاَل َثَالًثا‬, ‫ َهََلَك اْلُم َتَنِّطُعْو َن‬Binasalah orang yang keterlaluan dalam
beribadah, beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim].
 Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan ‫ دائمون‬dawam (rutin
dan teratur), ‫ خاشعون‬khusyu (sempurna), ‫افظون‬KK‫ يح‬terjaga dan semangat.
13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan
shalat sebagai senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca
Al Qur an sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah
hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan kesehatan.

E. Makna Spiritual Ibadah Dalam Kehidupan Sosial


Ibadah memiliki dimensi keakhiratan sekaligus keduniawian. Ibadah
dalam ajaran Islam tidak hanya dimaksudkan dalam kerangka hubungan

dengan Allah semata, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang tinggi bagi
para pemeluknya. Semua bentuk ibadah memiliki makna sosialnya masing-
masing sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, ibadah shalat. Kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa
shalat mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan manusia yang begitu
tinggi. Ketika melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari, maka
sesungguhnya ibadah tersebut tengah menghimpun penduduknya lima kali sehari.
Dalam aktivitas tersebut, mereka saling mengenal, saling berkomunikasi, dan
saling menyatukan hati. Mereka shalat dibelakang seorang imam, mengadu
kepada Tuhan yang satu, membaca kitab yang sama, serta menghadap kiblat yang
sama. Mereka juga melakukan amalan yang sama yakni sujud, ruku, dan
sebagainya. Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 10 yang Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu ( yang berselisih ) dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” ( Q.S Al-Hujurat:10).
Kedua, ibadah puasa. Puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi
pelakunya. Dengan berpuasa, si kaya merasakan betapa tidak enaknya merasakan
lapar. Puasa mengajarkan kepadanya untuk bisa mengenali serta merasakan
penderitaan orang yang sehari-hari senantiasa berada dalam kekurangan dan
berbalut kemiskinan. Kemudian puasa diakhiri dengan membayar zakat fitrah
yang memaksa seseorang untuk berderma, sekalipun mungkin hatinya belum
sadar ini akan menjadi latihan dan pembinaan tersendiri bagi orang yang
besangkutan untuk menjadi orang yang dermawan dan peduli terhadap orang-
orang yang lemah.
Ketiga, ibadah zakat. Ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda.
Secara individu zakat mengandung hikmah untuk membersihkan dan menyucikan
diri beserta harta bendanya. Dengan begitu, zakat melatih manusia menghilangkan
sifat kikir, rakus, tamak yang melekat pada dirinya. Zakat menjadi tanda
kedermawanan, solidaritas, dan kasih sayang seorang muslim terhadap saudara-
saudaranya agar bisa ikut merasakan rezeki sebagai karunia Allah SWT.
Keempat, ibadah haji. Dalam ibadah haji terkandung pengalaman nilai-
nilai kemanusiaan yang universal. Ibadah haji dimulai dengan niat sambil
menanggalkan pakaian biasa dan kemudian mengenakan pakaian ihram. Dengan
mengenakan pakaian ihram pada saat haji, manusia diajarkan untuk
menanggalkan perbedaan status sosial yang mereka sandang dan bersatu dalam
persamaan dan persaudaraan. Pada saat melaksanakan ihram, seseorang dilarang
menyakiti binatang, dilarang membunuh, menumpahkan darah, serta dilarang
mencabut pepohonan.
Maknanya manusia harus menerapkan apa yang telah disebutkan dalam
Al-Qur’an dan Hadist ke dalam kehidupan sosial.

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan dari isi dalam makalah di atas dapat disimpulkan bahwa :
 Ibadah merupakan penghambaan diri kita sebagai makhluk dan Allah
sebagai Tuhan kita atau dengan kata lain segala sesuatu yang kita kerjakan
dalam rangka mentaati perintah-perintah-Nya.
 Ibadah terdiri dari ibadah khusus atau ibadah mahdah dan ibadah umum
atau gair mahdah.
 Hikmah ibadah diantaranya adalah tidak syirik, memiliki ketakwaan,
terhindar dari kemaksiatan, berjiwa sosial, tidak kikir, terkabul doa-
doanya, memiliki kejujuran, berhati iklas, memiliki kedisiplinan, sehat
jasmani dan rohani.
 Semua ibadah dalam Islam berkaitan erat dengan hubungan sosial atau
hubungan dengan sesama manusia Di dalam Islam, ibadah sosial lebih
dikenal dengan istilah muamalah atau hubungan antara seorang muslim
dengan lingkungan sekitarnya.
B. Saran

Bagi Pemuda, seharusnya lebih menyadari akan pentingnya ibadah itu, dan
memperhatikan bagaimana sikap yang benar dalam beribadah walaupun secara
virtual. Dan sebaiknya sebelum jam beribadah dimulai, sudah bisa untuk
mempersiapkan diri dan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam peribadatan secara
virtual agar ibadah dapat berjalan dengan baik sehingga hadirat Tuhan dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2014. Himpunan Putusan Tarjih, Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah.

Basyir, Ahmad Azhar. 2001. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta.

Razak, Yusron, dkk. 2011. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi & Umum.Jakarta:
UHAMKA PRESS.

Jamaluddin, Syakir. 2010. Shalat Sesuai Tuntunan Nabi SAW. Yogyakarta: LPPI UMY.

Anda mungkin juga menyukai