Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IBADAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Dosen Pengampu : Muhammad Rizaq.MA.CDAI

Disusun Oleh :
1. Aulia Alfitrah ( NPM: 20228600076)
2. Sri Widyaningsih ( NPM: 20228600011)
3. Asni Fatimah Azzahro ( NPM: 20228600084)
4. Cornelius Andrew Rafelito S. ( NPM: 20228600052)

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

STKIP KUSUMANEGARA

BEKASI, 20 SEPTEMBER 2022


KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim,

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul " Ibadah " tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan


berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu
tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.

Bekasi , 20 September 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... I

DAFTAR ISI ................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A.Latar Belakang ............................................................................................ 1
B.Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


A. Ibadah ......................................................................................................... 3
1. Pengertian Ibadah .................................................................................. 3
2. Hubungan antara Ibadah dengan Iman ................................................. 5
3. Prinsip mencapai Ibadah dengan Benar ............................................... 6
4. Tujuan Beribadah ................................................................................. 6
5. Macam-macam Ibadah Manfaat Ibadah ............................................... 7
6. Manfaat Beribadah ................................................................................ 9
7. Keutamaan Ahli Ibadah dan Ahli Ilmu ................................................ 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 11


A. Kesimpulan ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memahami tauhid tanpa memahami konsep ibadah adalah mustahil. Oleh


karena itu mengetahuinya adalah sebuah keniscayaan. Ibadah dalam Islam sering
keliru dibatasi pada beberapa perilaku ritual yang secara jelas disebutkan dalam
teks-teks Al-Qur'an dan hadits. Oleh karena itu, ritual-ritual ini harus dilakukan
dengan tepat sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam teks-teks tersebut. Di
sisi lain, kegiatan sehari-hari lainnya untuk mendukung kehidupan kita dianggap
sebagai kegiatan duniawi yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan ajaran
agama, sehingga tidak dianggap sebagai ibadah. Kesalahpahaman ini sebenarnya
merupakan akibat dari beberapa kebingungan mengenai beberapa konsep penting
terkait seperti ibadah, muamalah dan lain-lain menurut perspektif Islam.
Ibadah merupakan salah satu kegiatan penting yang selalu dilakukan oleh
setiap umat beragama. Dalam hal ini, pengertian ibadah adalah kegiatan
menyembah Tuhan yang Maha Esa, memohon kebaikan dan perlindungan darinya.
Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai
Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang
tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Maka shalat, zakat, puasa, haji,
berbicara jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua,
menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf,
melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq,
berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang
kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang
dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan
lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada
Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya,
memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan
(takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap
qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya,
merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu semua juga termasuk bagian
dari ibadah kepada Allah.

Ibadah bisa didefinisikan sebagai Perendahan diri kepada Allah karena


faktor kecintaan dan pengagungan yaitu dengan cara melaksanakan perintah-
perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya . Oleh sebab itu orang yang
merendahkan diri kepada Allah dengan cara melaksanakan keislaman secara fisik
namun tidak disertai dengan unsur ruhani berupa rasa cinta kepada Allah dan
1
pengagungan kepada-Nya tidak disebut sebagai hamba yang benar-benar beribadah
kepada-Nya. Hal itu seperti halnya perilaku orang-orang munafiq yang secara lahir
bersama umat Islam, mengucapkan syahadat dan melakukan rukun Islam yang
lainnya akan tetapi hati mereka menyimpan kedengkian dan permusuhan terhadap
ajaran Islam. Itulah pengertian ibadah yang harus kita pahami.

Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu ibadah mahdlah dan ghairu
mahdhah. Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan penjalanan
syariat Islam yang terkandung dalam rukun Islam. Sementara ibadah ghairu
mahdhah adalah ibadah yang dilaksanakan umat Islam dalam hubungannya dengan
sesama manusia dan lingkungannya. Ibadah ghairu mahdhah dikenal dengan
ibadah muamalah. Dari dua pembagian ibadah ini, secara implisit maupun eksplisit
ibadah tidak hanya berupa rangkaian ucapan dan gerakan semata. Lebih dari itu
dibalik ibadah terdapat nilai-nilai luhur yang mengatur hubungan antar sesama.
Nilai-nilai luhur ini biasa dikenal sebagai etika atau akhlak. Hal ini yang kemudian
dijadikan sebagai pijakan bagi umat Islam untuk dapat menjadikan kehidupannya
menjadi baik dan selalu bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Itulah pengertian
ibadah yang harus kita pahami.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ibadah ?

2. Mengapa kita harus beribadah ?

3. Sebutkan tujuan dari beribadah ?

4. Apa maanfaat beribadah bagi kita ?

5. Bagainama cara kita berdekatan dengan Sang Pencipta ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ibadah
1. Pengertian Ibadah

َ - ٌ‫ ِعبّادٌ ٌةْ – يَعبد‬yang


kata ibadah ( ‫ ) عبَادَة‬adalah berasal dari bahasa arab ٌ‫عبْد‬
secara etimologi berarti : tunduk, patuh, merendahkan diri, dan hina. Dengan demikian
pemakaian bahasa arab “ ‫عبٌادَة‬
ِ ” itu lebih ditunjukan kepada Allah, sementara lebih “ ‫عبْد‬
َ
” ditujukan kepada selain Allah. Ibadah Menurut bahasa adalah merendahkan diri,
ketundukan dan kepatuhan akan aturan-aturan agama. Sedangkan menurut istilah
syar'i Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah
dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi
(batin) maupun yang tampak (lahir)1.
Ibadah ialah amalan-amalan yang dilakukan dan ditujukan sepenuhnya
kepada umat muslim sebagai bentuk ketaatan terhadap perintah dan
larangan Allah yang telah diatur dalam syariat Islam.ٌ ibadah di dalam Islam
didasarkan kepada Al-Qur'an dan sunnah. Tiap perkara ibadah yang bersifat global
di dalam Al-Qur'an memperoleh penjelasan yang kebih rinci pada sunnah. Bentuk
sunnah ini ialah setiap ucapan, perbuatan dan persetujuan dari Nabi Muhammad.
Ibadah Islam ada yang bersifat tetap dan ada pula yang berkembang sesuai dengan
kebutuhan zaman. Ibadah yang mengalami perkembangan ini tetap berdasarkan
kepada Al-Qur'an dan sunnah ditambah dengan ijtihad para ulama.
Secara terminology para ahli mendefinisikan arti Ibadah2 :

 Menurut Ahli Tauhid, dan Hadis


Ibadah adalah Meng-Esakan dan mengagungkan Allah dengan sepenuhnya
(menta’zimkannya), serta menghinakan diri dan menun-dukan jiwa kepada-Nya.
 Menurut Ulama Akhlak
Ibadah adalah Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan
menyelenggarakan segala syari’atnya (Hukum).
 Menurut Ulama Tasawuf
Ibadah ini dengan membaginya kepada tiga bentuk sebagai berikut:
a) Ibadah kepada Allah karena sangat mengharap pahalanya atau karena takut
akan siksanya.

1
id.wikipedia.org/wiki/Ibadat
2
Dr. H. Khoirul Abror, M. (Agustus 2019). FIQIH IBADAH. Dalam F. IBADAH, AJAT SUDRAJAT, DKK
(hal. 4). Bandar Lampung: PHONEX PUBLISHER.

3
b) Ibadah kepada Allah karena memandang bahwa ibadah itu merupakan
perbuatan mulia, dan dilakukan oleh orang yang mulia jiwanya
c) Ibadah kepada Allah karena memandang bahwa Allah berhak disembah,
tanpa memperhatikan apa yang akan diterima atau yang akan diperoleh
 Menurut Ahli Fiqh
Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keriḑaan Allah dan
mengharap pahala-Nya di akhirat.

Dijelaskan dalam Surah Al Quran tentang Beribadah :

Q.s. Al Baqarah 2:21

Artinya : “ Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu


dan orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Q.s. Ad Dzariat 51:56

Artinya : “ Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku”.

Q.s. An-Nisa 4:36 dan 69

Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-
anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman
sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”

Artinya : “ Siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itulah
orang-orang yang (akan dikumpulkan) bersama orang-orang yang dianugerahi

4
nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang
mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.

Q.s. Al-Isra’ 17:22-24

Artinya : “Janganlah engkau menjadikan tuhan yang lain bersama Allah (sebab)
nanti engkau menjadi tercela lagi terhina”.

Artinya : “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain


Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik”.

Artinya : “Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang


dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil ”.
2. Hubungan Ibadah dengan Iman
Hubungan antara ibadah dan iman3 merupakan mata rantai yang tidak dapat
dipisahkan, antara satu dengan yang lainnya, hal ini karena ibadah merupakan amal
saleh yang dianjurkan bahkan merupakan tujuan utama adalah hidup dan
kehidupan manusia di alam dunia ini. Sementara amal saleh merupakan
implementasi dari iman kepada Allah, dan Al-qur’an banyak menjelaskan
keterkaitan ibadah ini dengan kematian seseorang diantaranya :

Firman Allah dalam QS. Al-‘Ashr (103): 1-3 yang lafaz dan arti-nya sebagai
berikut

3
Dr. H. Khoirul Abror, M. (Agustus 2019). FIQIH IBADAH. Dalam F. IBADAH, AJAT SUDRAJAT, DKK
(hal. 9-10). Bandar Lampung: PHONEX PUBLISHER.

5
Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.4

Merujuk kepada ayat di atas, akan diketahui bahwa beribadah kepada Allah
merupakan indikasi iman kepada yang gaib, meskipun orang yang beribadah itu
tidak dapat melihatnya. Dan Allah telah bersumpah kepada masa tentang betapa
akan mendapat kerugian bagi manusia, terkecuali itu yang apabila beriman dan
beramal şaleh. Dengan demikian bahwa dengan beramal shaleh sudah termasuk
didalamnya beribadah, dan beribadah harus ditopang akan keimanan yang tumbuh
pada hati nurani seseorang. Olehkarenanya, maka antara iman dan ibadah akan
selalu bertaut dan tidak mungkin akan terpisah.

3. Prinsip mencapai Ibadah dengan Benar


Adanya perintah merupakan syarat sahnya suatu ibadah. Tanpa perintah,
ibadah merupakan sesuatu yang terlarang, hingga ada ketentuan yang
memerintahkannya. Prinsip mencapai ibadah diantaranya :
 Tidak mempersulit. Prinsip ini didasarkan kepada iman kepada Allah Swt.
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu”. QS. al-Baqarah 2: 185
 Menyedikitkan beban. “Allah tidak membebani seseorang melainkan atas
dasar kemampuannya”. Q.S al- Baqarah 2: 286
 Ibadah hanya ditujukan kepada Allah Swt. Ibadah dilakukan secara ikhlas
Ikhlas artinya murni, tulus, tidak ada maksud dan tujuan lain selain hanya kepada
Allah.

4. Tujuan Beribadah
Manusia mempunyai tujuan untuk beribadah. Namun, pelaksanaan ibadah dari
masing-masing status manusia mempunyai keragaman. Tujuan Beribadah
diantaranya, seperti :

 Untuk menghadapkan diri kepada Allah dan mengkonsentrasikan niat


dalam setiap keadaan, agar mencapai derajat yang lebih tinggi (mencapai
taqwa).
 Agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan diri dari
perbuatan keji dan mungkar. Artinya, manusia itu tidak terlepas dari
disuruh dan dilarang, mengerjakan perintah dan menjauhi larangan, maka
berlakulah pahala dan siksa, itulah inti dari ibadah.

4
quran.kemenag.go.id/surah al’ashr/103
6
 Memperkuat keyakinan dan pengabdian kepada Allah. Menguatkan
karakter, mendisiplinkan diri dan peranannya sebagai wakil dan hamba
yang dipercaya Allah di bumi.
 sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah karena telah menciptakan,
memelihara, mengangkat manusia sebagai khilafah di bumi.

5. Macam-macam Ibadah
Macam-macam ibadah ditentukan oleh dasar pembagiannya, seperti :

Ditinjau dari segi ruang lingkupnya dapat dibagi kepada dua macam:
1. Ibadah mahdhah atau ibadah khassah : yaitu ibadah yang ketentuan dan cara
pelaksanaanya telah ditetapkan oleh nas. seperti: salat, zakat, puasa, haji, dan lain
sebagainya.
2. Ibadah gairu mahdhah atau ibadah ammah : yaitu semua pernyataan dan
perbuatan yang baik, dilakukan dengan niat yang baik, semata-mata karena Allah
(ikhlas). seperti: makan, minum, bekerja, berbuat kebaikan kepada orang lain dan
sebagainya.

Dilihat dari segi bentuk dan sifatnya ibadah dibagi kepada 4 (empat) macam:
a) Ibadah yang berupa perkataan atau berupa ucapan lidah
seperti: tasbih, takbir, tahlil, do’a, tadarus Al-qur’an, menyahuti orang yang sedang
bersin, azan, istiqamah dan lain sebagainya.
b) Ibadah yang berupa perbutan yang tidak ditentukan bentuknya
seperti: menolong orang yang tenggelam, jatuh, menyelenggarakan pengurusan
janazah, membela diri dari gangguan orang lain, dan sebagainya.
c) Ibadah yang dalam pelaksanaannya berupa menahan diri
seperti: puasa, I‟tikȃf (menahan diri dari jima‟) dan bermubasyarah (bergaul
dengan istri), wuquf di Arafah, Ihram, menahan diri untuk menggunting rambut
dan kuku ketika haji.
d) Ibadah yang bersifat menggugurkan hak
seperti: membebaskan orang yang berhutang dari hutangnya, memaafkan kesalahan
dari orang yang bersalah 5.

Dilihat dari segi waktunya, keadaannya6 :


1. Muadda’ yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang telah ditetapkan oleh
syara’. Seperti melaksanakan shalat 5 waktu yang masih dalam batas waktu yang
ditetapkan, sehingga salatnya disebut ada’.

5
Ditbin Perta, Op Cit, h. 4-5
6
Dr. H. Khoirul Abror, M. (Agustus 2019). FIQIH IBADAH. Dalam F. IBADAH, AJAT SUDRAJAT, DKK
(hal. 10-13). Bandar Lampung: PHONEX PUBLISHER.

7
2. Maqḑi, yaitu ibadah yang dikerjakan setelah melampaui batas waktu yang
ditetapkan oleh syara’; Ibadah ini merupakan pengganti dari ibadah yang tertinggal,
baik dengan sengaja atau tidak, seperti tertinggal karena sakit, dalam perjalanan
dan tertidur; Pelaksanaan ibadah ini disebut qaḑa’.
3. Mu’ad, yaitu ibadah yang dikerjakan dengan diulangi sekali lagi dalam
waktunya untuk menambah kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat secara
berjama‟ah dalam waktunya setelah melaksanakannya secara munfarid/ sendirian
pada waktu yang sama.
4. Muțlaq, yaitu ibadah yang sama sekali tidak dikaitkan waktunya oleh syara’
dengan suatu waktu yang terbatas, seperti membayar kaffȃrat, sebagai hukuman
bagi yang melanggar sumpah.
5. Muwaqqat, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara’ dengan waktu tertentu dan
terbatas, seperti salat lima waktu, bahkan termasuk puasa di bulan Ramadhan.
6. Muwassa’, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu itu, seperti salat lima
waktu. Artinya seseorang diberikan hak mengerjakan salatnya diawal waktu,
dipertengahan dan diakhirnya, asalkan setelah selesai dikerjakan belum berakhir
waktunya.
7. Muḑayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sebanyak dan atau sepanjang yang
diparḑukan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan ramaḑan, hanya
dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak boleh dikerjakan puasa yang lain pada
waktu itu.
8. Mu’ayyan, yaitu seperti ibadah tertentu yang dituntut oleh syara’ seperti
kewajiban atas perintah şalat, sehingga tidak boleh diganti dengan ibadah lain
sebagai alternatif pilihan-nya
9. Mukhayyar, yaitu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang diperintahkan.
Seperti kebolehan memilih antara beristinja’ dengan air atau dengan batu atau
memilih kaffȃrat sumpah dengan memberi makan orang miskin atau dengan
memerdekakan hamba sahaya.
10. Muhaddad, yaitu ibadah yang dibatasi kadarnya oleh syara’seperti salat fardhu,
zakat.
11. Ghairu muhaddad, yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh syara’,
seperti mengeluarkan harta dijalan Allah, memberi makan orang musafir.
6. Manfaat Beribadah
Ibadah memiliki banyak sekali manfaat diantara, yakni :
 Mensucikan diri dari sifat takabbur
 Untuk memperolehnya rezeki yang halal dan barokah
 Untuk menguji kesabaran dan keikhlasan dalam hati
8
 Untuk mendekatkan umat Islam antara satu dengan yang lainnya
 Untuk menjadikan cambuk bagi orang-orang yang kurang akalnya.
 Menjauhkan diri dari minum-minuman yang memabukkan, perbuatan
mencuri dan menjauhikan kita dari perbuatan zina
 Memelihara dan menjaga keseragaman hidup menuju jalan yang lurus
Dapat dipahami bahwa, dengan mempelajari manfaat beribadah , mudah-mudahan
dapat terlaksana kekhusukan, keikhla-san dan kenyamanan, sehingga pelaksanaan
ibadah dapat tercapai sesuai kehendak Allah.
7. Keutamaan Ahli Ibadah dan Ahli Ilmu

Keutamaan bagi orang yang suka mencari ilmu dibandingkan dengan yang ahli
beribadah adalah seperti keutamaan bulan di malam purnama atas semua bintang-
bintang lainnya.

Nabi saw. bersabda, "Keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan


ilmunya) atas orang yang ahli ibadah adalah seperti utamanya bulan di malam
purnama atas semua bintang-bintang lainnya7."

Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul 'Abidin memberikan gambaran mengenai


pentingnya ilmu dan ibadah. Sesungguhnya, kata Imam Al-Ghazali, ilmu adalah
permata yang lebih utama daripada ibadah. Namun demikian, kita tidak boleh
meninggalkan ibadah. Kita harus beribadah dengan disertai ilmu. Terkait ibadah
tanpa dibekali ilmu ini, Imam Al-Ghazali mengibaratkan sebagai debu ditiup angin.
Seumpamanya sebuah pohon, ilmu ibarat pohonnya, dan ibadah ibarat buahnya.
Maka, jika kita beribadah tanpa dibekali ilmu, ilmu tersebut akan lenyap bagaikan
debu ditiup angin8. Keutamaan orang berilmu di atas ahli ibadah, hingga Rasul
dalam hadis di atas mengumpamakan kemuliaan dirinya dengan orang yang paling
rendah di antara para sahabatnya. Perumpamaan ini analog dengan perumpamaan
“bagaikan langit dan bumi” karena sangat jauhnya.

Hadis ini diperkuat juga oleh beberapa hadis lainnya, seperti: Dua rakaat shalat
seorang yang berilmu adalah lebih baik daripada seribu rakaat shalatnya orang
bodoh. Dalam hadis lain disebutkan bahwa tidurnya seorang berilmu, nilainya lebih
baik daripada shalatnya orang jahil. Keutamaan seorang ‘alim (berilmu) akan
semakin berlipat, tatkala ia mau mengajarkan ilmunya pada orang lain. Allah SWT
mengutus Muhammad Rasulullah SAW ke dunia, salah satunya adalah untuk

7
HR. At-Tirmidzi.
8
Imam Al-Ghazali

9
mengajari manusia tentang apa-apa yang tidak diketahuinya (QS Al Jumu’ah [62]:
2). Karena itu, para pengajar kebaikan hakikatnya melanjutkan tugas Rasulullah
SAW untuk mengajari orang yang tidak tahu menjadi tahu, mengingatkan yang
lalai, menunjukkan jalan pada yang sesat, serta melawan kesesatan pemikiran dan
penyimpangan perilaku. Orang berilmu dan dengan ikhlas menyebarkan ilmunya
dapat dianalogikan dengan orang yang memiliki banyak lampu di kegelapan
malam. Walaupun gelap, ia mampu berjalan menuju ke tempat tujuan tanpa
mengalami kesulitan. Dengan lampu yang dimiliki, ia pun bisa menerangi orang
lain yang tersesat karena gelapnya malam. Karena itu, wajar bila semua makhluk di
langit dan di bumi memintakan ampunan baginya.

Imam As-Syafi’i menempatkan ulama atau ahli kajian agama pada kedudukan
terhormat dalam Islam. Ia memasukkan ulama sebagai salah satu kelompok wali
Allah, sebuah kedudukan terhormat di bawah kenabian.

Pandangan Imam As-Syafi’i tidak lepas dari penghormatannya secara pribadi


terhadap ilmu pengetahuan. Ucapannya cukup terkenal, “Siapa yang menginginkan
dunia, raihlah dengan ilmu. Siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, juga
capailah dengan ilmu.”

Menurutnya Imam As-Syafi’i, aktivitas belajar lebih utama daripada aktivitas


ibadah sunnah. Bahkan, aktivitas belajar atau menuntut ulmi adalah ibadah yang
paling utama setelah ibadah wajib, antara lain shalat lima waktu. Imam As-Syafi’i
mengatakan, “Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak mencintai (menghargai)
ilmu. Jangan sampai kau mengenal apalagi bersahabat dengan orang seperti itu.

BAB III
PENUTUPAN

Dengan demikian, makalah tentang Ibadah yang kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan kita semua..
Kesimpulan
 Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin)
maupun yang tampak (lahir).
 Kita sebagai seorang muslim tentulah wajib untuk menunaikan ibadah yaitu shalat
5 lima waktu.

10
 Tujuan dari kita beribadah yaitu Untuk menghadapkan diri kepada Allah dan
mengkonsentrasikan niat dalam setiap keadaan, agar mencapai derajat yang lebih
tinggi (mencapai taqwa). Agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan
diri dari perbuatan keji dan mungkar.
 Manfaat kita beribadah yaitu Mensucikan diri dari sifat takabbur, Untuk
memperolehnya rezeki yang halal dan barokah, Untuk menguji kesabaran dan
keikhlasan dalam hati, Menjauhkan diri dari minum-minuman yang memabukkan,
perbuatan mencuri dan menjauhikan kita dari perbuatan zina
 Dengan menjalankan shalat 5 waktu itu sudah termasud beribadah mendekatkan
diri kepada Sang Pencipta

DAFTAR PUSTAKA

https://muslim.or.id/1677-memahami-pengertian-ibadah.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Ibadat#:~:text=Menurut%20bahasa%20ibadah%20a
dalah%20merendahkan,maupun%20yang%20tampak%20(lahir).

Dr. H. Khoirul Abror, M. (Agustus 2019). FIQIH IBADAH. Dalam F. IBADAH,


AJAT SUDRAJAT, DKK (hal. 4). Bandar Lampung: PHONEX PUBLISHER.

11
Ditbin Perta, Op Cit, h. 4-5 .
http://repository.radenintan.ac.id/12664/1/Fiqh%20Ibadah.pdf

Dr. H. Khoirul Abror, M. (Agustus 2019). FIQIH IBADAH. Dalam F. IBADAH,


AJAT SUDRAJAT, DKK (hal. 9-10). Bandar Lampung: PHONEX PUBLISHER.

https://quran.kemenag.go.id/surah/103

BIBLIOGRAPHY \l 1057 Dr. H. Khoirul Abror, M. (Agustus 2019). FIQIH


IBADAH. Dalam F. IBADAH, AJAT SUDRAJAT, DKK (hal. 10-13). Bandar
Lampung: PHONEX PUBLISHER.

ext-id.123dok.com/document/eqopl6kjz-prinsip-prinsip-ibadah-dalam-islam.html

12

Anda mungkin juga menyukai