IBADAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Dosen Pengampu : Muhammad Rizaq.MA.CDAI
Disusun Oleh :
1. Aulia Alfitrah ( NPM: 20228600076)
2. Sri Widyaningsih ( NPM: 20228600011)
3. Asni Fatimah Azzahro ( NPM: 20228600084)
4. Cornelius Andrew Rafelito S. ( NPM: 20228600052)
STKIP KUSUMANEGARA
Bissmillahirrahmanirrahim,
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul " Ibadah " tepat pada waktunya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu ibadah mahdlah dan ghairu
mahdhah. Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan penjalanan
syariat Islam yang terkandung dalam rukun Islam. Sementara ibadah ghairu
mahdhah adalah ibadah yang dilaksanakan umat Islam dalam hubungannya dengan
sesama manusia dan lingkungannya. Ibadah ghairu mahdhah dikenal dengan
ibadah muamalah. Dari dua pembagian ibadah ini, secara implisit maupun eksplisit
ibadah tidak hanya berupa rangkaian ucapan dan gerakan semata. Lebih dari itu
dibalik ibadah terdapat nilai-nilai luhur yang mengatur hubungan antar sesama.
Nilai-nilai luhur ini biasa dikenal sebagai etika atau akhlak. Hal ini yang kemudian
dijadikan sebagai pijakan bagi umat Islam untuk dapat menjadikan kehidupannya
menjadi baik dan selalu bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Itulah pengertian
ibadah yang harus kita pahami.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ibadah
1. Pengertian Ibadah
1
id.wikipedia.org/wiki/Ibadat
2
Dr. H. Khoirul Abror, M. (Agustus 2019). FIQIH IBADAH. Dalam F. IBADAH, AJAT SUDRAJAT, DKK
(hal. 4). Bandar Lampung: PHONEX PUBLISHER.
3
b) Ibadah kepada Allah karena memandang bahwa ibadah itu merupakan
perbuatan mulia, dan dilakukan oleh orang yang mulia jiwanya
c) Ibadah kepada Allah karena memandang bahwa Allah berhak disembah,
tanpa memperhatikan apa yang akan diterima atau yang akan diperoleh
Menurut Ahli Fiqh
Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keriḑaan Allah dan
mengharap pahala-Nya di akhirat.
Artinya : “ Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku”.
Artinya : “ Siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi Muhammad), mereka itulah
orang-orang yang (akan dikumpulkan) bersama orang-orang yang dianugerahi
4
nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang
mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”.
Artinya : “Janganlah engkau menjadikan tuhan yang lain bersama Allah (sebab)
nanti engkau menjadi tercela lagi terhina”.
Firman Allah dalam QS. Al-‘Ashr (103): 1-3 yang lafaz dan arti-nya sebagai
berikut
3
Dr. H. Khoirul Abror, M. (Agustus 2019). FIQIH IBADAH. Dalam F. IBADAH, AJAT SUDRAJAT, DKK
(hal. 9-10). Bandar Lampung: PHONEX PUBLISHER.
5
Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.4
Merujuk kepada ayat di atas, akan diketahui bahwa beribadah kepada Allah
merupakan indikasi iman kepada yang gaib, meskipun orang yang beribadah itu
tidak dapat melihatnya. Dan Allah telah bersumpah kepada masa tentang betapa
akan mendapat kerugian bagi manusia, terkecuali itu yang apabila beriman dan
beramal şaleh. Dengan demikian bahwa dengan beramal shaleh sudah termasuk
didalamnya beribadah, dan beribadah harus ditopang akan keimanan yang tumbuh
pada hati nurani seseorang. Olehkarenanya, maka antara iman dan ibadah akan
selalu bertaut dan tidak mungkin akan terpisah.
4. Tujuan Beribadah
Manusia mempunyai tujuan untuk beribadah. Namun, pelaksanaan ibadah dari
masing-masing status manusia mempunyai keragaman. Tujuan Beribadah
diantaranya, seperti :
4
quran.kemenag.go.id/surah al’ashr/103
6
Memperkuat keyakinan dan pengabdian kepada Allah. Menguatkan
karakter, mendisiplinkan diri dan peranannya sebagai wakil dan hamba
yang dipercaya Allah di bumi.
sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah karena telah menciptakan,
memelihara, mengangkat manusia sebagai khilafah di bumi.
5. Macam-macam Ibadah
Macam-macam ibadah ditentukan oleh dasar pembagiannya, seperti :
Ditinjau dari segi ruang lingkupnya dapat dibagi kepada dua macam:
1. Ibadah mahdhah atau ibadah khassah : yaitu ibadah yang ketentuan dan cara
pelaksanaanya telah ditetapkan oleh nas. seperti: salat, zakat, puasa, haji, dan lain
sebagainya.
2. Ibadah gairu mahdhah atau ibadah ammah : yaitu semua pernyataan dan
perbuatan yang baik, dilakukan dengan niat yang baik, semata-mata karena Allah
(ikhlas). seperti: makan, minum, bekerja, berbuat kebaikan kepada orang lain dan
sebagainya.
Dilihat dari segi bentuk dan sifatnya ibadah dibagi kepada 4 (empat) macam:
a) Ibadah yang berupa perkataan atau berupa ucapan lidah
seperti: tasbih, takbir, tahlil, do’a, tadarus Al-qur’an, menyahuti orang yang sedang
bersin, azan, istiqamah dan lain sebagainya.
b) Ibadah yang berupa perbutan yang tidak ditentukan bentuknya
seperti: menolong orang yang tenggelam, jatuh, menyelenggarakan pengurusan
janazah, membela diri dari gangguan orang lain, dan sebagainya.
c) Ibadah yang dalam pelaksanaannya berupa menahan diri
seperti: puasa, I‟tikȃf (menahan diri dari jima‟) dan bermubasyarah (bergaul
dengan istri), wuquf di Arafah, Ihram, menahan diri untuk menggunting rambut
dan kuku ketika haji.
d) Ibadah yang bersifat menggugurkan hak
seperti: membebaskan orang yang berhutang dari hutangnya, memaafkan kesalahan
dari orang yang bersalah 5.
5
Ditbin Perta, Op Cit, h. 4-5
6
Dr. H. Khoirul Abror, M. (Agustus 2019). FIQIH IBADAH. Dalam F. IBADAH, AJAT SUDRAJAT, DKK
(hal. 10-13). Bandar Lampung: PHONEX PUBLISHER.
7
2. Maqḑi, yaitu ibadah yang dikerjakan setelah melampaui batas waktu yang
ditetapkan oleh syara’; Ibadah ini merupakan pengganti dari ibadah yang tertinggal,
baik dengan sengaja atau tidak, seperti tertinggal karena sakit, dalam perjalanan
dan tertidur; Pelaksanaan ibadah ini disebut qaḑa’.
3. Mu’ad, yaitu ibadah yang dikerjakan dengan diulangi sekali lagi dalam
waktunya untuk menambah kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat secara
berjama‟ah dalam waktunya setelah melaksanakannya secara munfarid/ sendirian
pada waktu yang sama.
4. Muțlaq, yaitu ibadah yang sama sekali tidak dikaitkan waktunya oleh syara’
dengan suatu waktu yang terbatas, seperti membayar kaffȃrat, sebagai hukuman
bagi yang melanggar sumpah.
5. Muwaqqat, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara’ dengan waktu tertentu dan
terbatas, seperti salat lima waktu, bahkan termasuk puasa di bulan Ramadhan.
6. Muwassa’, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu itu, seperti salat lima
waktu. Artinya seseorang diberikan hak mengerjakan salatnya diawal waktu,
dipertengahan dan diakhirnya, asalkan setelah selesai dikerjakan belum berakhir
waktunya.
7. Muḑayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sebanyak dan atau sepanjang yang
diparḑukan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan ramaḑan, hanya
dikhususkan untuk puasa wajib dan tidak boleh dikerjakan puasa yang lain pada
waktu itu.
8. Mu’ayyan, yaitu seperti ibadah tertentu yang dituntut oleh syara’ seperti
kewajiban atas perintah şalat, sehingga tidak boleh diganti dengan ibadah lain
sebagai alternatif pilihan-nya
9. Mukhayyar, yaitu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang diperintahkan.
Seperti kebolehan memilih antara beristinja’ dengan air atau dengan batu atau
memilih kaffȃrat sumpah dengan memberi makan orang miskin atau dengan
memerdekakan hamba sahaya.
10. Muhaddad, yaitu ibadah yang dibatasi kadarnya oleh syara’seperti salat fardhu,
zakat.
11. Ghairu muhaddad, yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh syara’,
seperti mengeluarkan harta dijalan Allah, memberi makan orang musafir.
6. Manfaat Beribadah
Ibadah memiliki banyak sekali manfaat diantara, yakni :
Mensucikan diri dari sifat takabbur
Untuk memperolehnya rezeki yang halal dan barokah
Untuk menguji kesabaran dan keikhlasan dalam hati
8
Untuk mendekatkan umat Islam antara satu dengan yang lainnya
Untuk menjadikan cambuk bagi orang-orang yang kurang akalnya.
Menjauhkan diri dari minum-minuman yang memabukkan, perbuatan
mencuri dan menjauhikan kita dari perbuatan zina
Memelihara dan menjaga keseragaman hidup menuju jalan yang lurus
Dapat dipahami bahwa, dengan mempelajari manfaat beribadah , mudah-mudahan
dapat terlaksana kekhusukan, keikhla-san dan kenyamanan, sehingga pelaksanaan
ibadah dapat tercapai sesuai kehendak Allah.
7. Keutamaan Ahli Ibadah dan Ahli Ilmu
Keutamaan bagi orang yang suka mencari ilmu dibandingkan dengan yang ahli
beribadah adalah seperti keutamaan bulan di malam purnama atas semua bintang-
bintang lainnya.
Hadis ini diperkuat juga oleh beberapa hadis lainnya, seperti: Dua rakaat shalat
seorang yang berilmu adalah lebih baik daripada seribu rakaat shalatnya orang
bodoh. Dalam hadis lain disebutkan bahwa tidurnya seorang berilmu, nilainya lebih
baik daripada shalatnya orang jahil. Keutamaan seorang ‘alim (berilmu) akan
semakin berlipat, tatkala ia mau mengajarkan ilmunya pada orang lain. Allah SWT
mengutus Muhammad Rasulullah SAW ke dunia, salah satunya adalah untuk
7
HR. At-Tirmidzi.
8
Imam Al-Ghazali
9
mengajari manusia tentang apa-apa yang tidak diketahuinya (QS Al Jumu’ah [62]:
2). Karena itu, para pengajar kebaikan hakikatnya melanjutkan tugas Rasulullah
SAW untuk mengajari orang yang tidak tahu menjadi tahu, mengingatkan yang
lalai, menunjukkan jalan pada yang sesat, serta melawan kesesatan pemikiran dan
penyimpangan perilaku. Orang berilmu dan dengan ikhlas menyebarkan ilmunya
dapat dianalogikan dengan orang yang memiliki banyak lampu di kegelapan
malam. Walaupun gelap, ia mampu berjalan menuju ke tempat tujuan tanpa
mengalami kesulitan. Dengan lampu yang dimiliki, ia pun bisa menerangi orang
lain yang tersesat karena gelapnya malam. Karena itu, wajar bila semua makhluk di
langit dan di bumi memintakan ampunan baginya.
Imam As-Syafi’i menempatkan ulama atau ahli kajian agama pada kedudukan
terhormat dalam Islam. Ia memasukkan ulama sebagai salah satu kelompok wali
Allah, sebuah kedudukan terhormat di bawah kenabian.
BAB III
PENUTUPAN
Dengan demikian, makalah tentang Ibadah yang kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan kita semua..
Kesimpulan
Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin)
maupun yang tampak (lahir).
Kita sebagai seorang muslim tentulah wajib untuk menunaikan ibadah yaitu shalat
5 lima waktu.
10
Tujuan dari kita beribadah yaitu Untuk menghadapkan diri kepada Allah dan
mengkonsentrasikan niat dalam setiap keadaan, agar mencapai derajat yang lebih
tinggi (mencapai taqwa). Agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan
diri dari perbuatan keji dan mungkar.
Manfaat kita beribadah yaitu Mensucikan diri dari sifat takabbur, Untuk
memperolehnya rezeki yang halal dan barokah, Untuk menguji kesabaran dan
keikhlasan dalam hati, Menjauhkan diri dari minum-minuman yang memabukkan,
perbuatan mencuri dan menjauhikan kita dari perbuatan zina
Dengan menjalankan shalat 5 waktu itu sudah termasud beribadah mendekatkan
diri kepada Sang Pencipta
DAFTAR PUSTAKA
https://muslim.or.id/1677-memahami-pengertian-ibadah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibadat#:~:text=Menurut%20bahasa%20ibadah%20a
dalah%20merendahkan,maupun%20yang%20tampak%20(lahir).
11
Ditbin Perta, Op Cit, h. 4-5 .
http://repository.radenintan.ac.id/12664/1/Fiqh%20Ibadah.pdf
https://quran.kemenag.go.id/surah/103
ext-id.123dok.com/document/eqopl6kjz-prinsip-prinsip-ibadah-dalam-islam.html
12