HAKEKAT IBADAH
DOSEN PEMBIMBING
Disusun Oleh:
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Hakekat Ibadah".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ketika zaman dulu sampai pada saat ini kita mungkin sudah mengetahui
kewajiban kita sebagai hamba Allah yang lemah, dan banyak yang tahu kewajiban kita di
muka bumi ini yakni hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Pendapat seperti
ini memang tidak salah karena sudah tertulis dalam Al-Qur’an.
Setiap ibadah sebagaimana yang berlaku pada setiap yang diperintahkan Allah
mengandung maksud tersendiri dan di dalam pelaksanaannya terdapat hikmah. Segala bentuk
dan jenis ibadah yang disyari’atkan Allah kepada manusia dijanjikan pahala dunia akhirat,
juga mengandung hikmah yang sangat luar biasa bagi siapa yang menantinya.
Ibadah pada hakekatnya adalah sikap tunduk semata-mata mengagungkan Dzat yang
disembah. Jadi hakekat ibadah adalah penghambaan dan perbudakan. Sedangkan dalam arti
etimologi adalah merendahkan diri serta tunduk, dan arti terminologinya adalah usaha
mengikuti hokum-hukum dan aturan-aturan Allah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai
dengan perintah-perintah-Nya, mulai akil baligh sampai meninggal dunia.
Ibadah merupakan salah satu bentuk percaya adanya Tuhan dan rasa terima kasih atas
berkah yang selalu diberikan. Ibadah menjadi kegiatan wajib yang perlu dilakukan. Ibadah
wajib dalam Islam dilakukan dengan menunaikan shalat lima waktu, yaitu shalat di waktu
subuh, dhuhur, ashar, magrib, dan isya. Selain itu, ibadah berupa kegiatan lain seperti puasa,
berdzikir, menunaikan shalat sunah, hingga membaca Al Quran
Ibadah menjadi salah satu cara mengucapkan rasa syukur kepada Allah atas segala
kebaikan yang tak terhitung nikmatnya. Selain itu, ibadah juga berarti melaksanakan apa
yang diperintahkan atau dicintai Allah dengan penuh kepasrahan dan sikap rendah diri pada
Allah. Bahwa hamba yang taat akan melakukan apapun kepada Allah sebagai bentuk rasa
terima kasih.
Ibadah juga berarti bentuk membangun komunikasi antara manusia dan Sang
Penciptanya. Dengan beribadah, semua makhluk ciptaan Allah dapat mendekatkan diri,
berkomunikasi, dan kembali kepada-Nya saat sedang menghadapi ujian atau cobaan. Sebab,
hanya Allah SWT dengan segala kekuatannya yang mampu membimbing setiap hambanya
menuju jalan kebaikan.
5
2.2 Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghairu Mahdhah
Pada dasarnya ibadah bukan hanya berupa shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah terdiri
dari ibadah khusus atau ibadah mahdah dan ibadah umum atau gairu mahdah. Ibadah dalam
pengertian umum adalah bentuk hubungan manusia dengan manusia atau manusia dengan
dengan alam yang memiliki makna ibadah. Menjalani kehidupan untuk memperoleh keridaan
Allah, dengan mentaati syariah-Nya. Syariat Islam tidak menentukan bentuk dan macam
ibadah ini, karena semua kegiatan seorang muslim dapat bernilai ibadah asalkan ibadah
tersebut bukan perbuatan yang dilarang Allah dan Rosul-Nya serta diniatkan karena
Allah. Dengan demikian, semua perbuatan yang diizinkan Allah bila dikerjakan dengan
tujuan memperoleh keridaan Allah merupakan ibadah dalam arti yang umum.
Menunaikan hak diri pribadi sesuai dengan perintah Allah, seperti makan-minum, dan
menuntut ilmu adalah ibadah. Menunaikan kewajiban kemasyarakatan sesuai dengan perintah
Allah adalah ibadah. Mengolah alam guna dimanfaatkan hasilnya untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia adalah ibadah. Memberi makan binatang yang kelaparan adalah
ibadah. Bekerja mencari nafkah untuk mencukupkan kebutuhan hidup diri pribadi dan orang
yang menjadi tanggungannya adalah ibadah
Ibadah yang kedua adalah ibadah khusus. Ibadah khusus adalah bentuk ibadah
langsung kepada Allah yang macam dan cara melaksanakannya ditentukan dalam syara’,
ditetapkan oleh Allah atau dicontohkan oleh Rasululloh. Ibadah khusus inilah yang bersifat
tetap dan mutlak, cara pelaksanaannya sangat ketat, yaitu harus sesuai dengan contoh
Rasululoh. Manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan peraturan dan tuntunan yang ada,
tidak boleh mengubah, menambah, atau mengurangi. Penambahan dan pengurangan dari
contoh yang telah ditetapkan disebut bid’ah (bidah) yang menjadikan ibadah itu batal atau
tidak sah. Misalnya, bersuci untuk mengerjakan sholat dilakukan dengan menggunakan air.
Bila tidak mungkin menggunakan air, diganti dengan debu. Tidak boleh diganti dengan yang
lain. Karena itulah para ahli menetapkan satu kaidah dalam ibadah khusus yaitu “semua
dilarang, kecuali yang diperintahkan Alloh atau dicontohkan Rasululloh.”
Ibadah, baik umum maupun khusus merupakan konsekuensi dan implementasi dari
keimanan terhadap Allah SWT yang tercantum dalam dua kalimat, yaitu
“asyhaduallaailaahaillallohu, waasyhaduannamuhammadar rosululloh.”
6
2.3 Fungsi Ibadah
2. Menentramkan hati
Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah sehingga ketika seseorang merasa dekat
dengan Allah SWT, maka ia pun akan selalu mengingat-Nya (dzikrullah). Ketika
seseorang senantiasa mengingat Allah, hatinya pun akan merasa selalu tenang dan
tenteram.
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS Ar-Ra’du:
28).
Kehidupan dunia ini hanyalah sementara, yang berfungsi sebagai jalan menuju
kehidupan yang abadi dan lebih baik, yaitu kehidupan akhirat. Segala apa yang
diperbuat manusia di dunia akan berdampak pada kondisi kehidupannya di akhirat,
termasuk kegiatan ibadahnya, terutama ibadah salat. Rasulullah SAW menegaskan
bahwa salat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab dan akan menjadi ukuran
terhadap baik dan buruknya amal seseorang
7
2.4 Hikmah Ibadah
1. Tidak Syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa
beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik.
Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala
yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya.
2. Meningkatkan ketakwaan, Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa,
yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena
ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah
SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan
untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul
karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai
kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya
muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran
karena tidak menjalankan kewajiban.
3. Mencegah perbuatan keji dan munkar, sholat akan menyucikan dan membersihkan
jiwa. Sholat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang melebihi segala-
galanya, sebab tabiat manusia adalah lemah dan membutuhkan Allah Swt
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya
lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong
hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.
5. Menambah Saudara, Ibadah selayaknya dikerjakan secara berjamaah, karena setiap
individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang dikerjakan secara
berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya terutama
terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu
tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang
lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan
memperpanjang masanya.
6. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan dawam (rutin dan
teratur), khusyu (sempurna), terjaga dan semangat.
8
7. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai
senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana
terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah
dikaruniakan kesehatan.
8. Berhati ikhlas, Dan mereka tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada
Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya dengan lurus
9. Terkabul doa-doanya
10. Tidak kikir, harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik
Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena
kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan
kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa
dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya
adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata
sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk
keperluan umat.
1. Sholat
Bagaimana aspek social dari sholat? Dalam sebuah ayatnya, Allah Swt berfirman, “Dan
dirikanlah sholat, tunaikanlahh zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku” (Al
Baqarah :43). Ayat itu menyiratkan bahwa shalat dan ibadah social(zakat) merupakan satu
paket ibadah yang harus dilakukan secara bersamaan. Karena sholat merupakan wakil dari
jalur hubungan dengan Allah, sedangkan zakat adalah wakil dari jalan hubungan dengan
sesama manusia.
2. Zakat
9
Dengan didistribusikannya zakat kepada mereka yang berhak menerimanya. Maka jelas
bahwa zakat bukan hanya sebagai ibadah vertikal kepada Allah Swt, akan tetapi zakat juga
memiliki dampak social yang cukup tinggi. Yaitu bermuara pada kemaslahatan umat. Zakat
dipandang sebagai aturan jaminan social yang tidak berpegang pada sedekah individual, akan
tetapi berpegang pada pertolongan penguasa secara teratur dan tersusun. Pertolongan, dimana
tujuan akhirnya memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan, baik makanan, pakaian,
perumahan, maupun kebutuhan lainnya
3. Puasa
Sungguh sangat disayangkan saat umat islam sudah melaksanakan puasa setiap tahun, tetapi
cerminan dari hasil puasa itu terasa masih jauh panggang dari api. Hasil dari puasa belum
tercermin dalam kehidupan yang penuh kasih sayang dan tolong menolong sebagaimana yang
dianjurkan dalam islam. Masih banyak melihat pertengkaran antarumat terutama sesame
muslim di negeri ini. Ironisnya hanya karena berbeda pandangan, berbeda pilihan partai,
berbeda pilihan calon presiden sampai memutus persaudaraan.
4. Haji
10
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
1. Ibadah merupakan penghambaan diri kita sebagai makhluk dan Allah sebagai Tuhan
kita atau dengan kata lain segala sesuatu yang kita kerjakan dalam rangka mentaati
perintah-perintah-Nya.
2. Ibadah terdiri dari ibadah khusus atau ibadah mahdah dan ibadah umum atau gairu
mahdah.
3. Fungsi ibadah diantaranya adalah jalan menuju taqwa, menentramkan hati, bekal
kebahagiaan hidup di akhirat, dan wujud syukur atas nikam Allat Swt
4. Hikmah ibadah diantaranya adalah tidak syirik, meningkatkan ketaqwaan, mencegah
perbuatan keji dan munkar, berjiwa sosial, menambah saudara, memiliki kedisiplinan,
sehat jasmani dan rohani, berhati ikhlas, terkabul doa-doanya, dan tidak kikir
5. Semua ibadah dalam Islam berkaitan erat dengan hubungan sosial atau hubungan
dengan sesama manusia.
11
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmad Azhar. 2001. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta: UII Press
Yogyakarta.
12