Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

YOGA

Disusun Oleh

I Nyoman Darmawan Setiaji

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Mataram


Jurusan Teknik Komputer Jaringan
Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Om, Swastyastu

Atas asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan dalam rangka
memenuhi tugas Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.
Penulis membuat makalah ini yang berjudul “Yoga”. Supaya para pembaca
sadar tau tentang Yoga, Astangga Yoga dan cara melaksanakannya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak
– pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, tidak lupa pula
kepada teman – teman yang telah membantu lancarnya dalam pembuatan makalah
ini.
Namun demikian penulis menyadari keterbatasan yang penulis miliki
sehingga kemungkinan adanya kekurangan – kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca guna
menyempurnakan makalah ini untuk sebagai pedoman dalam penulisan dan
penyusunan makalah selanjutnya. Sebagai akhir kata dengan harapan semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Om, Santhi, Santhi, Santhi, Om

i
DAFTAR ISI

BAB 1 ................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Dan Manfaat ........................................................................................... 1
BAB 2 ................................................................................................................................... 2
YOGA ................................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Yoga ........................................................................................................ 2
2.2 Etika Yoga Dalam Ajaran Yoga Darsana .................................................................... 2
2.3 Konsep dari Astangga Yoga di dalam Ajaran Yoga Darsana ...................................... 4
2.4 Sejarah Yoga ............................................................................................................ 11
2.5 Macam-Macam Gerakan Yoga ................................................................................ 13
BAB 3 ................................................................................................................................. 23
PENUTUP ........................................................................................................................... 23
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................... 23
3.2 SARAN ..................................................................................................................... 23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Yoga merupakan cara displin yang ketat terhadap diet makan, tidur,
pergaulan, kebiasaan, berkata, berfikir, dan hal ini harus dilakukan di bawah
pengawasan yang cermat dari seorang yogin yang ahli dan mencerahi jiva.
Ada banyak jalan untuk mencapai kebenaran tertinggi. Jalan yang
berbeda-beda itu tampakanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebuah
penyatuan tertinggi antara Atman dengan Brahman.
Kita lahir berulang kali untuk meningkatakan perkembangan evolusi jiwa.
Dan masing-masing dari kita berada pada tingkat pemahaman yang berbeda-
beda. Karena itu tiap orang disiapkan untuk tingkat pengetahuan spiritual
yanag berbeda pula. Semua jalan rohani yang ada di dunia ini penting karena
ada orang-orang yang membutuhkan ajarannya.
Penganut suatu jalan rohani dapat saja tidak memiliki pemahaman
lengkap tentang sabda Tuhan dan tidak akan pernah selama masih berada
dalam jalan rohani tersebut. Jalan rohani itu merupakan sebuah batu loncatan
untuk pengetahuan yang lebih lanjut.
Dengan demikian kita tidak berhak untuk mencerca jalan rohani yang lain.
Semua berharga dan penting di mata-Nya. Ada pemenuhan sabda Tuhan, akan
tetapi kebanyakan oaring tidak meperolehnya di sini untuk bisa meraih
kebenaran, kita perlu mendengarkan roh dan melepas ego kita.

1.2 Tujuan Dan Manfaat


Manfaatnya adalah mengetahaui apa itu yoga, astangga yoga dan
cara melaksanakan yoga.
Manfaatnya tubuh kita lebih sehat dan kita bisa mendekatan kepad
Ida Shang Hyang Widhi.

1
BAB 2
YOGA

2.1 Pengertian Yoga

Yoga secara harfiah berasal dari suku kata “yuj” yang memiliki arti
menyatukan atau menghubungkan diri dengan Tuhan. Kemudian Patanjali
memberikan definisi tentang yoga yaitu mengendalikan gerak-gerak
pikiran. Ada dua hal yang penting sebagai seorang praktisi yoga adalah
melatih secara terus menerus sekaligus tidak terikat dengan hal-hal duniawi.
Secara spiritual Yoga merupakan suatu proses di mana identitas jiwa
individual dan jiwa Hyang Agung disadari oleh seorang yogi, Yogi adalah
orang yang menjalani yoga, orang yang telah mencapai persatuan dengan
Hyang Agung.

Jiwa manusia dibawa kepada kesadaran akan hubungan yang dekat


dengan sumber realitas (Hyang Widhi). Seperti setitik air yang bersatu
dengan air di samudra. Yoga adalah ketenangan hati, ketentraman, keahlian
dalam bertingkah laku, Segala sesuatu yang terbaik dan tertinggi yang dapat
dicapai dalam hidup ini adalah Yoga juga, Yoga mencakup seluruh aplikasi
yang inklusif dan universal yang mengantar kepada pengembangan /
pembangunan seluruh badan, pikiran dan jiwa.

Yoga pada dasarnya adalah sebuah cara atau jalan hidup. Bukan sesuatu
yang keluar dari kehidupan, bukan pula menjauhkan diri dari aktifitas,
melainkan merupakan performa yang efisien dengan semangat hidup yang
benar. Yoga bukan pula melarikan diri dari rumah dan kebiasaan hidup
manusia, melainkan merupakan suatu proses pembentukan sikap untuk hidup
di rumah (keluarga) maupun hidup bermasyarakat dengan suatu pengertian
baru, Yoga bukan memalingkan dari kehidupan, Dia merupakan spiritual dari
hidup.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Yoga sebagai sebuah cara atau jalan
untuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan alami
pikiran dan mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak
terpengaruh sehingga bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan
kesadaran kosmik.

2.2 Etika Yoga Dalam Ajaran Yoga Darsana


Etika yang nama lainnya adalah susila sesungguhnya adalah suatu
bentuk pengendalian diri dalam pergaulan hidup bersama agara terjadi

2
keharmonisan hidup di antara sesama dan lingkungan sekitarnya (Sayang
Supardi, 2004 : 10). Etika juga merupakan pedoman moral bagi orang tertentu,
agama, profesi, dan sebagainya.
Disadari atau tidak etika itu sebenarnya telah ada sejak manusia ada
di muka bumi ini. Namun, etika itu mengalami kemunduran (Degradasi) dari
zaman ke Zaman. Dalam kehidupan Sehari-hari etika perlu mendapat perhatian
lebih serius dan ditingkatkan terus-menerus kwalitasnya karena dari etika yang
baik akan menghasilkan generasi yang berkualitas baik juga. Etika yang buruk
hanya akan menhasilkan kegagalan dalam hidup ini. Sangat disayangkan kalau
dalam hidup ini yang telah dilalui dengan susah payah dan sangat lama tidak
dapat menunjukkan kwalitas manusia sejati gara-gara hidup tanpa etika. Jika
demikian adanya, apakah arti semua hidup ini? Tidak lain, layaknya mayat
berjalan. Artinya kelihatan hidup, tetapi tidak ada gunanya atau sia-sia.
Yoga adalah penghubung, pengaitan atau persatuan jiwa individual
dengan Beliau Yang Maha Esa, mutlak dan tak terbatas. Ia juga berarti
penghentian goncangan-goncangan pikiran. Anda tidak dapat menjadi yogin,
kecuali bilamana anda adalah seorang Theis (percaya kepada Tuhan) dan
theisme akan tidak ada arti, kecuali anda mengikuti tingkatan mental dapat
berlangsung secara kontinyu. Ada dua jenis tingkatan konsentrasi atau
semadhi, yaitu : Samprajnata Samadhi (konsentrasi sadar), dimana ada obyek
konsentrasi yang pasti dan pikiran tetap sadar akan obyek tersebut (
Maswinara, 1999:167).
Adapun 4 bentuk-bentuk dari Samprajnata Samadhi itu atau menurut jenis
obyek pernungannya yaitu,
1. Savitarka (dengan pertimbangan), konsentrasi pikiran yang
dikonsentrasikan pada obyek kasar (benda kasar dan nyata), seperti arca dewa
atau dewi
2. Savicara (dengan renungan), konsentrasi pikiran yang dikonsentrasikan
pada obyek yang halus tidak kelihatan nyata, seperti Tanmantra.
3. Sananda (dengan kegembiraan), konsentrasi pikiran dipusatkan pada
obyek yang halus, seperti Indriya

3
4. Sasmita (dengan arti kepribadian), konsentrasi pikiran di tujukan
kepada anasir rasa aku. Biasanya dalam kondisi ini Roh akan menyamakan
dirinya dengan anasir itu. Yang kedua adalah Asamprajnata Samadhi, dimana
perbedaan antara obyek yang dimeditasikan dan subyek menjadi lenyap dan
terlampui atau transenden sedangkan pada pada Samprajnata Semadhi ada
kesadaran yang jernih tentang obyek yang dimeditasikan yang berbeda dengan
subyek.
2.3 Konsep dari Astangga Yoga di dalam Ajaran Yoga Darsana
Dalam menjalankan yoga ada tahap-tahap yang harus ditempuh yang
disebut dengan Astangga Yoga. Astangga Yoga artinya delapan tahapan-
tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan yoga. Adapun bagian-bagian dari
Astangga Yoga yaitu Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan),
Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Pratyahara (menarik
semua indriya kedalam), Dharana (telah memusatkan diri dengan Tuhan),
Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan
Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna
atau merialisasikan diri).
Berikut dibawah ini penjelasan dari tentang Astangga Yoga yaitu :
1. Yama (pantangan, pengendalian diri), yang terdiri atas lima
perintah:
a. Ahimsa (tanpa kekerasan), jangan melukai mahluk lain manapun
dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
b. Satya ( kebenaran dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, atau
pantangan terhadap kepalsuan, penipuan dan kecurangan).
c. Asteya, yakni pantang untuk menginginkan sesuatu yang bukan milik
nya sendiri yang muncul dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
d. Brahmacarya, yakni pantang untuk kenikmatan seksual dalam pikiran,
perkataan dan tindakan.
e. Aparigraha (pantang kemewahan), seorang yogin harus hidup
sederhana, tidak menghendaki banyak kepemilikan, tapi juga tidak mengingini
kemewahan yang melebihi apa yang diperlukan.

4
Kelima yama yang disebutkan diatas merupakan suatu keharusan tanpa
perkecualian. Seorang yang melanggar disiplin di atas itu dalam hal apapun,
berbuat suatu kesalahan. Patanjali menyebut kelima yama ini mahavrata atau
sumpah besar. Pelanggarannya tidak diperkenankan dan tidak ada alasan untuk
mengelakkannya. Patanjali mengatakan bahwa kepatuhan pada kelima yama
itu diwajibkan dan dipertahankan dalam tiap keadaan,(Saraswati, 1979:47).
Dikatakan juga ketaatan pada kelima yama itu merupakan Kode Etik Universal
( sarvabhauma) (Maswinara, 1999:166).
2. Niyama, (suruhan untuk berdidplin, beradab, dengan memupuk
kebiasaan baik) berikut kelima Niyama itu yaitu :
a. Sauca, kebersihan lahir batin. Lambat laun seseorang yang menekuni
prinsip ini akan mulai mengesampingkan kontak fisik dengan badan orang lain
dan membunuh nafsu yang mengakibatkan kekotoran dari kontak fisik tersebut
(Patanjali Yoga Sutra II.40).

Sauca juga menganjurkan kebajikan Sattvasuddi atau pembersihan


kecerdasan untuk membedakan (1) saumanasya atau keriangan hati, (2)
ekagrata atau pemusatan pikiran, (3) indriajaya atau pengawsan nafsu-nafsu,
(4) atmadarsana atau realisasi diri (Patanjali Yoga Sutra II.41).
b. Santosa atau kepuasan. Hal ini dapat membawa praktisi Yoga
kedalam kesenangan yang tidak terkatakan. Dikatakan dalam kepuasan
terdapat tingkat kesenangan transendental (Patanjali Yoga Sutra II.42).
c. Tapa atau mengekang. Melalui pantangan tubuh dan pikiran akan
menjadi kuat dan terbebas dari noda dalam aspek spiritual (Patanjali Yoga
Sutra II.43).

d. Svadhyaya atau mempelajari kitab-kitab suci, melakukan japa


(pengulangan pengucapan nama-nama suci Tuhan) dan penilaian diri sehingga
memudahkan tercapainya “istadevata-samprayogah, persatuan dengan apa
yang dicita-citakannya (Patanjali Yoga Sutra II.44).

5
e. Isvarapranidhana atau penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan
yang akan mengantarkan seseorang kepada tingkatan samadhi (Patanjali Yoga
Sutra II.45).

Diatas Yama dan Niyama telah diuaraikan semuanya sepuluh kode moral
atau kebajikan etka yang harus diwujudkan. Kebalikan dari sepuluh kebaikan
yang harus diwujudkan (Yama dan Niyama) disebut sebagaia vitarka, yaitu
kesalahan-kesalahan yang harus dengan teliti dijauhkan dan dihilangkan, yaitu
:

a. Himsa atau kekerasan dan tidak sabar sebagai lawan ahimsa


b. Asatya atau kepalsuan sebagai lawan dari satya
c. Steya atau keserakahan sebagai lawan dari asteya
d. Vyabhicara atau kenikmatan seksual sebagai lawan dari brahmacarya
e. Asauca atau kekotoran sebagai lawan dari sauca
f. Asantosa atau ketidakpuasan sebagai lawan dari santosa
g. Vilasa atau kemewahan sebagai lawan tapa
h. Pramada atau kealpaan sebagai lawan svadhyaya
i. Prakrti-pranidhana atau keterikatan pada prakrti sebagai lawan dari
isvarapranidhana
Dengan menempuh jalan kebaikan bukan berarti seseorang dengan
sendirinya dilindungi terhadap kesalahan yang bertentangan. Jangan menyakiti
orang lain belum tentu berarti perlakukan orang lain dengan baik. Kita harus
melakukan keduanya, tidak menyakiti orang lain dan sekaligus melakukan
keramah-tamahan.

3. Asana, suatu cara atau sikap duduk yang baik, kuat dan
menyenangkan. Sikap ini bermacam-macam adanya, seperti padmasana (sikap
teratai), wajrasana (sikap tabah), dhanu asana (sikap busur), sarwangan asana
(sikap berdiri diatas bahu), hala-asana (sikap bajak), Bhujangga asana (sikap
ular kobra), salabha asana (sikap belalang), pascimo asana ( sikap melurus
kemuka), padahasta asana ( sikap berdiri bungkuk ke muka),
ardhamatsyeandra asana ( sikap berputar), supra waja asana (sikap pangul),

6
dhanuh asana (sikap busur tabah), mayura asana (sikap merak), matsya asana
( sikap ikan), badha asana), sikap teratai guru), kukta asana( sikap ayam
jantan), uttama kurma asana (sikap penyu), sirsa asana ( sikap badan terbalik).
Demikianlah asana-asana yang ada dalam yoga. Artinya yoga Patanjali tidak
mempermasalahkan untuk melaksanakannya sesuai dengan kemampuan dan
keinginan peserta yoga. Namun demikian hendaknya peserta yoga
berpandangan bahwa semua asana itu merupakan sukha asana I, suatu
asana/sikap yang menyenangkan.
4. Pranayama, pengaturan nafas atau pengaturan nafas keluar masuk
paru-paru melalui lubang hidung dengan tujuan menyebarkan prana (energi)
keseluruh tubuh. Dalam pelatihan Yoga pernafasan perlu diatur untuk
membersihkan darah, mengawasi pemusatan pikiran, karena sangat
menguatkan badan-badan dan meneguhkan pikiran. Pranayama dilakukan
dengan tiga cara yaitu menarik nafas panjang dan dalam-dalam (puraka),
menahan nafas (kumbaka), da mengeluarkan nafas (caraka). Pranayama dapat
dilakukan dengan jalan/tahapan-tahapan dibawah ini sebagai berikut:
a. Tahap Pertama, dengan cara menutup bibir dan menarik nafas ke
dalam sepanjang waktu tertentu, kemudian mengeluarkannya dalam waktu
tertentu pula.
b. Tahap kedua, dilakukan dengan menutup lubang hidung kiri dengan
telunjuk tangan kiri, tarik nafas secara perlahan melalui lubang hidung kanan
secara perlahan selama tiga detik. Kemudian dengan jari tengah kiri, tutuplah
lubang kanan hidung. Dan keluarkan nafas melalui lubang kiri hidung.
c. Tahap ketiga laksanakan rileks dengan istirahat sejenak. Pada saat ini
tarik nafas melalui kedua lubang hidung sebanyak yang dilakukan. Buka mulut
dengan bibir membuat lubang bulat untuk mengeluarkan nafas lamanya 5
detik.
d. Tahap keempat, latihan menarik nafas dan menahan nafas adalam
kondisi duduk tenang sambil menghitung bhur, bhuah, svah.

7
e. Tahap kelima, merupakan pengulangan latihan tahap keempat, hanya
saja bawah perut tidak boleh mengembung. Duduklah dengan tenang,
bernafaslah melalui bantuan rusuk dan otot sekat rongga badan tidak bergerak.
f. Tahap keenam, latihan dilakukan dengan duduk tegak, kepala sedikit
maju ke depan tapi dibawah perut yang diperkecil seperti kita mengisapnya ke
dalam dada. Barulah menarik nafas dalam-dalam dan menahannya sampai 7
hitungan, kemudian keluarkan secara perlahan sambil menurunkan bahu,
dengan rusuk diperkecil dan bawah perut ditarik ke atas untuk mengeluarkan
sebanyak mungkin udara lama dari paru-paru.
g. Tahap ketujuh, latihan penahanan nafas (Kumbhaka), tanpa
melakukan puraka dana caraka. Pelaksanaannya menarik nafas seperti biasa
dan menahannya lima detik hingga satu menit, dilakukan berulang-ulang lebih
lama dari waktu sebelumnya, dilanjutkan dengan rileks dan istirahat
secukupnya.
5. Pratayaksa, Adalah penguasaan panca indria oleh pikiran sehingga
apapun yang diterima panca indria melalui syaraf ke otak tidak mempengaruhi
pikiran. Panca indria adalah : pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah
dan rasa kulit. Pada umumnya indria menimbulkan nafsu kenikmatan setelah
mempengaruhi pikiran. Yoga bertujuan memutuskan mata rantai olah pikiran
dari rangsangan syaraf ke keinginan (nafsu), sehingga citta menjadi murni dan
bebas dari goncangan-goncangan. Jadi yoga tidak bertujuan mematikan
kemampuan indria. Untuk jelasnya mari kita kutip pernyatan dari Maharsi
Patanjali sebagai berikut : Sva viyasa asamprayoga, cittayasa svarupa
anukara, iva indriyanam pratyaharah, tatah parana vasyata indriyanam.
Artinya : Pratyahara terdiri dari pelepasan alat-alat indria dan nafsunya
masing-masing, serta menyesuaikan alat-alat indria dengan bentuk citta (budi)
yang murni. Makna yang lebih luas sebagai berikut : Pratyahara hendaknya
dimohonkan kepada Hyang Widhi dengan konsentrasi yang penuh agar mata
rantai olah pikiran ke nafsu terputus.
6. Dharana artinya mengendalikan pikiran agar terpusat pada
suatu objek konsentrasi. Objek itu dapat berada dalam tubuh kita sendiri,

8
misalnya “selaning lelata” (sela-sela alis) yang dalam keyakinan Sivaism
disebut sebagai “Trinetra” atau mata ketiga Siwa. Dapat pula pada
“tungtunging panon” atau ujung (puncak) hidung sebagai objek pandang
terdekat dari mata.
Para Sulinggih (Pendeta) di Bali banyak yang menggunakan ubun-ubun
(sahasrara) sebagai objek karena disaat “ngili atma” di ubun-ubun dibayangkan
adanya padma berdaun seribu dengan mahkotanya berupa atman yang bersinar
“spatika” yaitu berkilau bagaikan mutiara. Objek lain diluar tubuh manusia
misalnya bintang, bulan, matahari, dan gunung. Penggunaan bintang sebagai
objek akan membantu para yogin menguatkan pendirian dan keyakinan pada
ajaran Dharma, jika bulan yang digunakan membawa kearah kedamaian
bathin, matahari untuk kekuatan phisik, dan gunung untuk kesejahteraan.
Objek diluar badan yang lain misalnya patung dan gambar dari Dewa-Dewi,
Guru Spiritual. yang bermanfaat bagi terserapnya vibrasi kesucian dari objek
yang ditokohkan itu. Kemampuan melaksanakan Dharana dengan baik akan
memudahkan mencapai Dhyana dan Samadhi.
Menurut Patanjali terdapat tujuh metodhe dharana dalam pemusatan
pikiran yaitu :
a. Bermeditasi, dilakukan apabila mengalami suatu kegoncangan.
b. Bersikap mental yang baik terhadap orang lain. Inni perlu untuk
menenangkan budhi.
c. Pengucapan yoga sutra patanjali “Pracchardana widarana-bhyamwa
pranasya” widarana-bhyamwa pranasya artinya juga dengan menguasao dan
menundukkan nafas.
d. Kemantapan budi, dilakukan dengan melatih konsentrasi pada
persepsi-persepsi berperasaan yang lebih tinggi.
e. Jyotismati, suatu metode meditasi yang dilakukan pada cahaya bathin
yang cemerlang yang berada di luar penderitaan. Tujuannya untuk
mengantarkan seorang yogi kepada kebahagian-Nya. Cahaya yang dimaksud
dalam metode ini adalah cahaya yang ada dalam jantung yang tidak dapat
dilihat dengan kasat mata.

9
f. Konsentrasi pada orang-orang suci, suatu cara meditai dengan
memusatkan pikiran kepada ornag-orang suci, misalnya kepada para maha rsi
dengan tujuan agar beliau membantu menenangkan budhi, karena beliau
dipandang sebagai yang telah bebas dari ikatan duniawian.
g. Pengetahuan dalam mimpi, suatu cara meditasi yang dilakukan dnegan
merenungkan pengetahuan yang diperoleh melalui mimpi pada saat tidur.
Dalam yoga. Dalam yoga sutra disebutkan Swapna nidra Jana alambanan. Apa
yang dialami melalui mimpi sering dimeditasikan oleh yang mempraktekan
yoga, karena dapat membantu dirinya baik dalam keadaan suka maupun duka.
7. Dhyana, Dhyana adalah suatu keadaan dimana arus pikiran tertuju
tanpa putus-putus pada objek yang disebutkan dalam Dharana itu, tanpa
tergoyahkan oleh objek atau gangguan atau godaan lain baik yang nyata
maupun yang tidak nyata.
Gangguan atau godaan yang nyata dirasakan oleh Panca Indria baik
melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, rasa lidah maupun rasa kulit.
Ganguan atau godan yang tidak nyata adalah dari pikiran sendiri yang
menyimpang dari sasaran objek Dharana. Tujuan Dhyana adalah aliran pikiran
yang terus menerus kepada Hyang Widhi melalui objek Dharana, lebih
jelasnya Yogasutra Maharsi Patanjali menyatakan : “Tatra pradyaya ekatana
dhyanam” Artinya : Arus buddhi (pikiran) yang tiada putus-putusnya menuju
tujuan (Hyang Widhi). Kaitan antara Pranayama, Pratyahara dan Dhyana
sangat kuat, dinyatakan oleh Maharsi Yajanawalkya sebagai berikut :
“Pranayamair dahed dosan, dharanbhisca kilbisan, pratyaharasca
sansargan, dhyanena asvan gunan : Artinya : Dengan pranayama terbuanglah
kotoran badan dan kotoran buddhi, dengan pratyahara terbuanglah kotoran
ikatan (pada objek keduniawian), dan dengan dhyana dihilangkanlah segala
apa (hambatan) yang berada diantara manusia dan Hyang Widhi.
8. Samadhi, Samadhi adalah tingkatan tertinggi dari Astangga-yoga,
yang dibagi dalam dua keadaan yaitu : 1) Samprajnatta-samadhi atau Sabija-
samadhi, adalah keadaan dimana yogin masih mempunyai kesadaran, dan 2)
Asamprajnata-samadhi atau Nirbija-samadhi, adalah keadaan dimana yogin

10
sudah tidak sadar akan diri dan lingkungannya, karena bathinnya penuh
diresapi oleh kebahagiaan tiada tara, diresapi oleh cinta kasih Hyang Widhi.
Baik dalam keadaan Sabija-samadhi maupun Nirbija-samadhi, seorang
yogin merasa sangat berbahagia, sangat puas, tidak cemas, tidak merasa
memiliki apapun, tidak mempunyai keinginan, pikiran yang tidak tercela,
bebas dari “catur kalpana” (yaitu : tahu, diketahui, mengetahui, Pengetahuan),
tidak lalai, tidak ada ke-”aku”-an, tenang, tentram dan damai. Samadhi adalah
pintu gerbang menuju Moksa, karena unsur-unsur Moksa sudah dirasakan oleh
seorang yogin. Samadhi yang dapat dipertahankan terus-menerus
keberadaannya, akan sangat memudahkan pencapaian Moksa.

2.4 Sejarah Yoga

Sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu, yoga telah diketahui sebagai salah
satu alternatif pengobatan melalui pernafasan. Awal mula munculnya yoga
diprakarsai oleh Maharsi Patanji, dan menjadi ajaran yang diikuti banyak
kalangan umat Hindu. Cittavrttinirodha adalah kata yang dianggap dapat
mengartikan yoga yang sesungguhnya. Artinya sendiri adalah penghentian
gerak pikiran. Ajaran yoga ini ditulis Maharsi lewat sastra yoga sutra, yang
terbagi menjadi empat dan memuat 194 sutra. Bagian-bagian pada sastra,
yaitu Samadhipada (bagian pertama), Sadhapada (bagian kedua), Vidhutipada
(bagian ketiga), dan Kailvalyapada (bagian keempat).

Ajaran Yoga ternyata juga termuat dalam sastra Hindu. Beberapa sastra
Hindu tersebut adalah Upanisad, Bhagavad Gita, Yogasutra, dan Hatta Yoga.
Kemudian, ajaran yoga mengalami pengklasifikasian, yang terdapat pada
sastra Hindu, Bhagavad gita. Klasifikasi tersebut adalah,

1. Hatha Yoga, yaitu yoga yang dilakukan dengan pose fisik (Asana), teknik
pernafasan (Pranayana) disertai dengan meditasi. Ketiga poin ini dilakukan untuk
membuat pikiran menjadi tenang dan tubuh sehat penuh vitalitas.
2. Bhakti Yoga, yaitu yoga yang memfokuskan diri untuk menuju hati. Jika
seorang yogi berhasil menerapkannya, maka dia akan dapat melihat kelebihan
orang lain dan cara untuk menghadapi sesuatu. Keberhasilan yoga ini juga membuat
yogis menjadi lebih welas asih dan menerima segala yang ada di sekitarnya, karena
dalam yoga ini diajarkan untuk mencintai alam dan beriman kepada Tuhan.
3. Raja Yoga, yaitu yoga yang menitikberatkan pada teknik meditasi dan
kontemplasi. Yoga ini nantinya akan mengarah pada cara penguasaan diri sekaligus
menghargai diri sendiri dan sekitarnya. Raja yoga merupakan dasar dari yoga sutra.
4. Jnana Yoga, yaitu yoga yang menerapkan metode untuk meraih
kebijaksanaan dan pengetahuan. Teknik ini cenderung untuk menggabungkan

11
antara kepandaian dan kebijaksanaan, sehingga nantinya mengdapatkan hidup
yang dapat menerima semua filosofi dan agama.
5. Karma Yoga, yaitu yoga ini mempercayai adanya reinkarnasi. Di sini Anda
akan dibuat untuk menjadi tidak egois, karena yakin bahwa perilaku Anda saat ini
akan berpengaruh pada kehidupan yang akan datang.
6. Tantra Yoga. Untuk yoga ini sedikit berbeda dengan yoga yang lain,
bahkan ada yang menganggapnya mirip dengan ilmu sihir. Teknik pada yoga ini
terdiri atas kebenaran (kebenaran) dan hal-hal yang mistik (mantra). Tujuan dari
teknik ini supaya dapat menghargai pelajaran dan pengalaman hidup.

Dalam masyarakat Indonesia, yoga sudah dikenal luas oleh berbagai


kalangan. Kekawin Arjuna Wiwaha 11.1 menyebutkan kata Yoga dengan
sangat jelas; “Sasi wimba heneng ghata mesi banu Ndanasing, suci nirmala
mesi wulan Iwa mangkana rakwa kiteng kadadin Ring angambeki Yoga kiteng
sakala, Bagaikan bulan di dalam tempayan berisi air. Di dalam air yang suci
jernih tampaklah bulan. Sebagai itulah Dikau (Tuhan) dalam tiap mahluk.
Kepada orang yang melakukan Yoga Engkau menampakkan diri”. Jadi pada
dasarnya semua aliran kepercayaan yang menjadikan Yoga atau Meditasi
sebagai pegangan utamanya pada dasarnya adalah pengikut ajaran Veda.

12
2.5 Macam-Macam Gerakan Yoga

13
NO Jenis-jenis Penjelasan Yoga Asanas Manfaat Yoga Mantra Yoga Gambar Yoga Asanas
Yoga Asanas Asanas
Asanas
Kedua kaki di luruskan ke Dapat menopang Om, akasam
depan lalu tempatkan kaki tubuh dlm jangka nirmala
kanan di atas paha kiri, waktu yg lama, hal sunyam
1 padmasan kemudian kaki kiri di atas ini di sebabkan Guru dewa
a paha kanan. Kedua tangan karena tubuh bhyomantram
bleh di letakan di atas mulai dapat di Ciwa nirwana
lutut. kendalikan oleh wiryanam
pikiran. rekha Omkara
wijayam

Letakan salah satu tumit Memberikan efek


di pantat, dan tumit yang ketenangan pada
laen di pangkal kemaluan. seluruh jaringan
2 Sidhasana Kedua kaki di letakan saraf dan
begitu rupa sehingga mengendalikan
kedua ugel” mengenai fungsi seksual.
satu dengan yang lain.
Kedua kaki lurus kedepan Menghilangkan
kemudian lipat kaki dan rematik,menghila
taruh dekat otot paha ngkan pnyakit
3 Swastikasa kanan, bengkokan kaki empedu dan ledir
na kanan dan dorong telapak dalam keadaan
kaki dalam ruang antara sehat,
paha dengan otot betis. membersihkan
dan menguatkan
urat urat kaki dan
paha
Bebraring dengan Memelihara
punggung di atas selimut, kelenjar thyroid.
angkat kedua kaki
4 Sarvangasa perlahan kemudian angkat
na tubuh bagian atas,
pinggang,paha,dan kaki
lurus ke atas. Punggung di
tunjang kedua tangan.

14
Posisi tubuh rebah Menguatkan urat
dengantelapak tangan dan otot tulang
lengungkup di samping belakang dan
badan. Kedua kaki rapat susunan urutan”
lalu di angkat ke atas dgn di sisi kanan,kiri
5 Halasana posisi lurus. Tubuh jgn tulang punggung
bengkok. Kaki dan tubuh
buat siku lebar. Turunkan
kedua kaki melalui muka
sampai jari kaki mengenai
kaki. Paha dan kaki
membntuk garis lurus.

Rebahkan diri di atas Membasmi


punggung, dengan kepala bermacam
6 Matsyasan di letakan pada kedua penyakit seperti
a tangan yg di salipkan. asma,paru”,bronc
hitis.

Membuat nafas
Duduk di lantai dgn kaki berjalan
menjulur lurus, pegang brahmanadi(sungs
jari kaki dengan tangan, um) dan
7 Pachimott tubuh di bengkokan ke menyalakan api
anasana depan. pencernaan,dan
untuk mengurangi
lemak di perut.
Berlutut di atas Menguatkan
lantai,jongkok di atas jari pencernaan,
kaki angkat tumit ke atas membetulkan
8 Mayurasan dgn kedua tangan salah pencernaan
a (burung brdekatan, dengan dan salah perut
merak) telapak tangan di atas seperti kembung,
lantai, ibu jari kedua juga murung hati
tangan harus mengenai dan limpa yg
lantai dan harus bekerja lemah
berhadapan dgn kaki. akan baik kembali
Letakan tumit kiri di dekat Memperbaiki alat-
lubang pantat dan di alat pencernaan,
bawah kemaluan menambah nafsu
9 Arda mengenai tempat di makan.
matsyendr antara lubang pantat dan Kundaliniakan di
asana kemaluan. Belokan lutut bangunkan juga
kanan dan letakan ugel dgn membuat
ugel kanan di pangkat

15
paha kiri, dan kaki kanan candranadi
di letakan di atas lantai mengalir tetap.
berdekatan dgn
sambungan kiri, letakan
ketiak kiri di atas lutut
kanan kemudian dorong
sedikit ke belakang
sehingga mengenai bagian
belakang dari ketiak.
Pegang lutut kiri dgn
telapak tangan kiri
perlahan punggung
belokan kesisi dan putar
sedapat mungkin ke
kanan, belokan jidat ke
kanan sehingga segaris
dgn pundak kanan,
ayunkan tangan kanan ke
belakang pegang paha kiri
dengan tangan
kanan,tulang punggung
lurus.
Rebahkan diri dgn Menguatkan otot
telungkup, kedua tangan perut, paha, dan
di sisi badan terlentang. kaki,
10 Salabhasan Tangan di letakan di menyembuhkan
a bawah perut hirup nafas penyakit perut
seenaknya kemudian dan usus juga
keluarkan perlahan. penyakit limpa
Keraskan seluruh badan dan penyakit
dan angkat ke atas +40 bungkuk dapat di
cm,dengan lurus sehingga kurangi.
paha dan perut bawah
dapat terangkut juga.
11 Bhuyangga Merebahkan diri dgn Istimewa untuk
sana telungkup, lemaskan otot, wanita, dapat
dan tenangkan hati, memberi banyak
letakan telapak tangan di faedah, rahim dan
lantai di bawah bahu dan kantong kemih
siku, tubuh dan pusar akan di kuatkan,
sampai jari-jari kaki tetap menyembuhkan
di lantai. Angkat kepaa amenorhoea
dan tubuh ke atas (datang bulan tdk
perlahan seprti kobra ke cocok),
atas, bengkokan tulang dysmenorhoea
punggung ke atas. (merasa sakit pd
waktu datang

16
bulan),
leucorrhoea(sakit
keputihan), dan
macam penyakit
lain di kantung
kemih, indung
telur dan
peranakan.
Rebahkan diri dengan Menghilangkan
dada dan muka di bawah, sakit bungkuk,
kedua tangan di letakan di reumatik di kaki,
sisi, kedua kaki di tekuk ke lutut, dan tangan.
belakang, naikan tangan Mengurangi
ke belakang dan pegang kegemukan, dan
12 Dhanurasa ugel-ugel, angkat dada melancarkan
na dan kepala ke atas, peredaran darah.
lebarkan dada, tangan dan
kaki kaku dan luruskan,
tahan nafas dan keluarkan
nafas perlahan.
Tumit kaki di letakan di Menghilankan
bawah pantat kiri, kaki reumatik di
kanan di letakan kaki,ambeien,
sedemikian rupa, sehingga sakit kaki dan
13 Gomukhas lutut kanan berada di atas paha,
ana lutut kiri dan telapak kaki menghilangkan
kanan ada di sebelah paha susah BAB(Buang
kiri bedekatan. Air Besar).
Berdiri tegak, kedua kaki Menguatkan urat-
terpisah, + 65-70cm, urat tulang
kemudian luruskan tangan punggung, dan
dengan lebar, segaris alat-alat di
dengn pundak, tangan perut,menguatkan
14 Trikonasan sejajar dengan lantai. gerak usus dan
a menambah nafsu
makan.

Duduk dgn sikap Asana ini bukan


padmasana, tumit untuk bermeditasi
mengenai perut, tangan tetapi untuk
kanan kebelakang memperkuat
memegang ibu jari kanan, kesehatan dan
15 Badha begitu juga tangan menguatkan
Padmasan kiri.tekan janggut ke badan.dapat
a dada,lihat pada ujung menyembuhkan

17
hidung dan bernafas pelan lever,ulu
pelan hati,usus.
Berdiri tegak, tangan di Menghilangkan
gantung di sebelah hawa nafsu,
badan,kedua tumit harus tamas,
rapat tapi jari harus menghilangkan
terpisah,angkat tangan lemak.
16 Padahasth kedua duanya ke atas
asana kepala. perlahan
bengkokan badan ke
bawah, jangan bengkokan
siku lalu pengang jari kaki
dengan ibu jari, jari
telunjuk, dan jari tengah.

Duduk dengan kaki Menghikangkan


menjulur ,letakan kaki kiri reumatik,
di atas pangkal paha menguatkan
kanan dan letakkan tumit prana sakti(gaya
kaki kiri di pusar. Kaki batin) dan
kanan letakkan di lantai di menyembuhkan
17 Matsyendr pinggir lutut kiri. Tangan banyak penyakit
asana kiri melalui lutut kanan dii
luarnya memegang jari
kaki kanan dengan ibu jari,
telunjuk, dan jari tengah
lalu letakkan pada lutut
kanan dan kiri.
Berdiri dengan tangan di Melatih kegesitan,
angkat ke atas, perlahan tangkas, segala
18 Chakrasan lahan turunkan ke akan di
a belaakang dengan laksanakan
membengkokan tulang dengan cepat
punggung.

Tidur terlentang, tangan Memberikan


lurus di samping badana, istirahat pada
19 Savasana luruskan kaki dan tumit badan, pikiran,
berdekatan. Tutup mata dan sukma.
bernafas perlahan,
lemaskan semua otot.

18
Letakkan tumit kiri di Menambah
antara lubang pantat dan semangat dan
kemaluan, dan tekanlah menolong
20 Janusirasa tempat itu. Kaki kanan pencernaan.
na menjulur dengan lurus. Asana ini
Pegang jari kaki kanan menggiatkan
dengan dua tangan. surya chakra.
Kedua tangan di antara
paha dan betis, keluarkan
kedua siku lalu pegang
21 Garbhasan telinga kanan dengan
a tangan kanan dan
sebaliknya.

Lebih dulu membuat Menguatkan otot


padmasana. Masukkan otot dada dan
tangan satu persatu dalam pundak.
betis hingga sampai kira
kira di siku, telapak tangan
22 Kukutasan di letakkan di lantai
a dengan jari ke terbuka ke
depan, angkat badan ke
atas salib kaki kira kira
sampai di siku.

19
20
21
22
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Yoga sebagai sebuah cara
atau jalan untuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan
alami pikiran dan mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak
terpengaruh sehingga bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan
kesadaran kosmik.
Astangga yoga merupakan tahapan-tahapan yang harus dijalankan bagi
seseorang yang ingin meningkatkan kualitas spiritual. Astangga Yoga berarti delapan
tahapan yang harus dilaksanakan dalam beryoga. Bagian-bagian dari Astangga Yoga
yaitu Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh),
Pranayama (latihan pernafasan), Prathyahara (menarik semua indrinya kedalam),
Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai
meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah
mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan
diri).

3.2 SARAN
Sebagai generasi muda Hindu yang menuntut pendidikan formal di perguruan
tinggi bernafaskan Hindu sudah semestinya kita menjadi pioneer dalam
melaksanakan Astangga Yoga tersebut. Karena ajaran yang universal ini apabila
dijalankan dengan penuh ketulusan hati kita pasti akan sampai pada cita-cita yang
diharapkan. Memahami yoga lebih dalam lagi akan membantu meluruskan
persepsi seseorang yang kurang akan informasi tentang Yoga yang telah
mengundang persepsi keliru dan tidak sedikit di kalangan awam. Yoga sering
dikacaukan dengan Tapa, bahkan dengan sesuatu yang berbau takhayul. Atau
memandangnya dari sudut pandang kegaiban dan kanuragan saja. Jadi ini menjadi
momen baik bagi kita untuk lebih memahami yoga lagi.

23

Anda mungkin juga menyukai