Anda di halaman 1dari 10

SUSILA DALAM DHARMASASTRA

Dosen pengampu:Dr. I Nyoman Subagia. S.Ag.,M.Ag

Oleh

Ni Komang Eka Yuliani (2011011038)

Ni Wayan Megi Pariantini (2011011053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA HINDU


FAKULTAS DHARMA ACARYA
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA
DENPASAR
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami bisa menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
waktunya, yang berjudul “Susila Dalam Dharmasastra". makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Susila II. Dengan terselesaikannya makalah ini kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi yang sangat membantu kami
dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya .Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik. kami berharap makalah yang
telah di buat ini bisa bermanfaat, serta menambah pengetahuan pembaca.
Demikian, yang dapat kami sampaikan,apabila ada beberapa kesalahan dalam penggunaan
kata kami mohon maaf . Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Susila Dalam
Dharmasastra" dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap semua pembaca.
Om Santih,Santih,Santih, Om

Karangasem, 01 November 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang………………………………………………...…………………...........…1
1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………………………..….…..1
1.3.Tujuan penulisan……………………………………………………………………….......1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Dharmasastra…..……...……….………..………….………….……………...2
2.2. Sumber-Sumber Hukum Hindu…………………………………………………………...2
2.3. Sumber Etika Agama Hindu…….…………...……………………………………………3
2.4. Tri Kaya Parisudha dalam Manawa Dharmasastra……………………... ………………..4
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………..6
3.2. Saran………………………………………………………………………………………6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari umat manusia khususnya umat Hindu mempunyai pedoman
hidup sebagai penuntun kehidupannya yaitu kitab suci Veda. Dalam ajaran Veda sangat
universal, maka dari itu khususnya lagi yang dijadikan sebagai pedoman pedoman oleh
manusia dalam bertingkah laku disebut dengan susila. Susila merupakan peraturan tingkah
laku yang baik dan mulia, yang bertujuan untuk membina perhubungan yang selaras atau yang
rukun antara seseorang dengan makhluk yang hidup disekitarnya. Tata susila berangkat dari
ajaran agama bahwa pada hakikatnya jiwatma setiap makhluk adalah sama, demikian pula
jiwatma setiap manusia. Ajaran etika atau moralitas adalah tingkah laku yang baik dan benar
untuk kebahagiaan hidup serta keharmonisan hidup antarsesama manusia, antarmanusia
dengan alam bahkan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Untuk mendapatkan kemuliaan
akhlak ada beberapa ajaran yang berkaitan dengan pengendalian diri untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari, diantaranya ajaran karmapala, tri kaya parisudha, dan lain sebagainya.
Ajaran tata susila tersurat dalam pustaka hindu seperti dalam Veda, Manawa Dharmasastra,
Bhagawadgita, Sarasamuccaya dan beberapa Lontar. Beberapa lontar menjelaskan bagaimana
tingkah laku yang baik dan benar, serta berisikan petuah-petuah untuk jalan yang benar dalam
bertingkah laku. Sebagaimana kita ketahui bahwa etika merupakan tatanan yang melandasi
tingkah laku manusia, dan dengan etika agar manusia bertingkah dan bersikap yang lebih baik.
Dalam hal ini etika dapat dikatakan sebagai pemberi arahan, atau pedoman kepada manusia
bagaimana sebaiknya bertingkah laku dalam masyarakat.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian Dharmasastra?
1.2.2. Apa saja sumber-sumber Hukum Hindu?
1.2.3. Apa saja sumber etika Agama Hindu?
1.2.4. Bagaimana Tri Kaya Parisudha dalam Manawa Dharmasastra?
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian Dharmasastra
1.3.2. Untuk mengetahui sumber-sumber Hukum Hindu
1.3.3. Untuk mengetahui sumber etika Agama Hindu
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana Tri Kaya Parisudha dalam Manawa Dharmasastra

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Dharmasastra
Dharmasastra adalah salah satu susastra Hindu yang berkaitan dengan agama, kewajiban
dan hukum. Susastra Dharmasastra, terutama dari tradisi Brahmani di India dan merupakan
sistem skolastik yang rumit dari tradisi weda. Dan karena yurisprudensi dalam Dharmasastra
ini, oleh Pemerintah Kolonial Inggris di India dijadikan sebagai dasar Hukum Pertahanan bagi
penduduk Hindu di India. Sejak saat itu, Dharmasastra dikaitkan sebagai hukum Hindu,
sedangkan dalam hindu sendiri, Dharmasastra lebih tepat disebut sebagai penuntun kehidupan
beragama, yang mana kandungan isi dari Dharmasastra lebih merujuk pada kehidupan
beragama dibandingkan dengan buku hukum. Dan Dharmasastra merupakan sastra yang sangat
penting dalam agama dan tradisi Hindu. Pertama sebagai sumber hukum keagamaan untuk
menuju rumah tangga yang ideal, kedua sebagai sumber pengatahuan hukum tentang agama
Hindu, tradisi dan etika.
2.2.Sumber - Sumber Hukum Hindu
Sumber Hukum Hindu berasal dari Veda Sruti dan Veda Smrti. Veda Sruti adalah
kitab suci Hindu yang berasal dari wahyu Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa
yang didengar langsung oleh para Maharsi, yang isinya patut dipedomani dan dilaksanakan
oleh umat sedharma. Veda smrti adalah kitab suci Hindu yang ditulis oleh para Maharsi
berdasarkan ingatan yang bersumber dari wahyu Sang Hyang Widhi Wasa, yang isinya patut
juga dipedomani dan dilaksanakan oleh umat sedharma. Ada tiga penulis yang terkenal terkait
dengan keberadaan kitab Dharmasastra, diantaranya yaitu: Gautama, Apastamba dan
Baudhayana
Menurut tradisi yang telah diterima oleh para Maharhsi penyusunan atau pengelompokan
materi yang lebih sistematis maka sumber Hukum Hindu berasal dari Weda Sruti dan Weda
Smrti, dalam pengertian Sruti disini tidak tercatat melainkan sudah menjadi wacana wajib
untuk melaksanakannya, namun dapat kita lihat yang tercatat pada Weda Smrti karena
merupakan sumber dari suatu ingatan dari para Maharshi, untuk itu sumber – sumber Hukum
Hindu dari Weda Smerti dapat kita kelompokkan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Kelompok Upaweda /Weda tambahan (Itihasa, Purana, Arthasastra, Ayur Weda dan
Gandharwa Weda ).
2. Kelompok Wedangga/Batang tubuh Weda (Siksa, Wyakarana, Chanda, Nirukta,
Jyotisa dan Kalpa )

2
2.3.Sumber Etika Agama Hindu
Dharmasastra atau Etika Agama Hindu yang mengatur masyarakat untuk mengikuti ajaran
Dharma berpedoman kepada Kitab Mānawa Dharmaśāstra II.6 yang berbunyi sebagai berikut :
Idhānim dharma pramānamyāha
Wedo ‘khilo dharmamūlam
Smrtiśīle ca tadvidām
Ācāraścaiva sādhunām
Ātmanastustireva ca
Artinya :
Seluruh pustaka suci Weda adalah sumber pertama dari pada Dharma, kemudian adat istiadat,
tingkahlaku yang terpuji dari orang-orang budiman yang mendalami ajaran pustaka suci Weda,
juga tata cara peri kehidupan orang-orang suci dan akhirnya kepuasan diri pribadi.
Perlu ditegaskan bahwa ayat diatas memuat gagasan tentang sumber hukum Agama Hindu
yang diatur secara kronologis : Weda-Smrti-Acara-Atmanastusti, artinya Sruti, Smrti, Acara,
Sila dan Atmanastusti, yang semuanya merupakan sumber hukum Dharma. Dari semua sumber
itu sumber utama adalah Weda (Wedo Khilo). Jadi untuk mendapatkan kebenaran hukum,
untuk mengetahui baik tidaknya tingkah laku seseorang dan untuk menentukan apa yang harus
dan apa yang tidak boleh dikerjakan, sumber pertama adalah Weda itu sendiri (Sruti). Tetapi
bila dalam Weda itu tidak ada, maka dapat dicari dalam Smrti. Bisa juga terdapat dalam kedua
sumber itu. Bila dari kedua sumber itu tidak ada, maka baru dilihat pada Acara (kebiasaan-
kebiasaan yang telah lama berlaku). Bagian terakhir adalah sila yaitu tingkah laku seseorang
yang baik dan bila tingkah laku itu memberikan kepuasan kepada diri sendiri atau Atma tusti.
Dengan demikian, maka Dharmasastra, susila atau Etika Agama Hindu mempunyai empat
sumber hukum yaitu :
1. Kitab suci Weda (Wedo khilo)
Kitab suci Weda merupakan sumber hukum paling utama bagi Etika Hindu. Yang
dimaksud dengan Kitab Suci Weda dalam hal ini adalah Weda Sruti dan Weda Smrti,
tetapi yang paling benar dan merupakan sumber hukum pokok yang utama adalah Weda
Sruti. Sebagai patokan untuk menentukan etika kehidupan manusia, maka semua Weda
Sruti baik Mantra, Brahmana, maupun Upanisad dapat dipergunakan. Sementara itu
Weda Smrti dapat juga dijadikan landasan atau pedoman Etika Hindu, misalnya dalam
hal tata susila perkawinan, etika terhadap wanita, etika dalam menerima hadiah dan
lain-lain.
2. Acara atau Sadacara
3
Acara atau Sadacara adalah kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dan telah menjadi
panutan masyarakat yang bersifat local atau setempat. Kebiasaan yang telah diterima
dan diikuti secara turun temurun dan dihormatioleh orang-orang ditempat itu harus
diikuti dan dijadikan pedoman. Hal ini berarti bahwa orang tidak boleh merubah
kebiasaan itu semena-mena tanpa adanya alasan yang dibenarkan oleh ajaran Agama.
Tidak pula berarti bahwa kebiasaan itu harus diterima secara kaku, sebab perubahan
waktu dan zaman memungkinkan pula adat kebiasaan itu berubah.
3. Sila atau Sistacara
Sila adalah ajaran etika atau kesusilaan yang patut menjadi panutan dan ditiru oleh
setiap umat Hindu. Dalam Sila dikemukakan apa yang baik dan apa yang tidak baik
untuk diketahui dan dijadikan pedoman hidup. Pedoman itu meliputi baik hidup
bermasyarakat, hidup bernegara maupun hidup berkeluarga (Pudja, 1984 :
100). Sementara itu Sitacara adalah tingkah laku dan tata cara kehidupan orang-orang
suci yang dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan Etika Hindu.
4. Atmanastusti atau Priyatmana
Atma tusti atau Atmanastusti atau Priyatmana adalah etika yang didasarkan kepada
pertimbangan yang sangat pribadi, berdasarkan pertimbangan hati kecil atau hati nurani
orang yang bersangkutan, sepanjang tidak menyakiti hati orang lain. Pertimbangannya
tentu dibatasi oleh norma-norma yang terdapat dalam kitab suci.
2.4.Tri Kaya Parisudha dalam Manawa Dharmasastra
Dalam kitab Manawa Dharmasastra dapat ditemukan adanya butir-butir Tri Kaya Parisudha
yang mengandung ajaran tentang berpikir yang baik, berkata yang baik, berbuat yang baik.
Dalam sloka IV-18 dinyatakan bahwa pakaian kita, pikiran dan kata-kata kita hendaknya
menyesuaikan diri dengan kewangsaan, kedudukan maupun kemampuan kita.
Sloka IV-18 :
Wasayah karmano ‘rthasya
Śrutasyābhijanasya ca
Weśawāag buddhi sārupyam
Ācaran wicaredhiha
Artinya :
Berjalan didunia ini hendaknya menyesuaikan
Pakaian, kata-kata serta pikirannyaagar sesuai
Sesuai dengan kedudukan dan kekayaannya
Sesuai pelajaran suci dan kewangsaannya
4
Kemudian dalam sloka XII-3 sampai XII-11 kitab Manawa Dharmasastra mengajarkan
tentang karma yang lahir dari pikiran, perkataan dan perbuatan manusia dan semua
pahalanya.Berikut adalah petikan dari beberapa sloka-sloka tersebut :
Sloka XII-3
Śubhāśubha phalam karma
Manowāgdeha sambhawan
Karmajā gatayo nrnāam
Ūttamā dhyamāh
Artinya :
Karma yang lahir dari pikiran, perkataan dan perbuatan menimbulkan akibat baik atau buruk
dengan karma yang telah menyebabkan timbulnya berbagai keadaan pada diri manusia.
Sloka XII-4
Tasyeha triwidhasyāpi
Tryadhisthānasya dehinah
Daśa laksana yuktasya manah
Widyāt prawartakam
Artinya :
Ketahuilah bahwa pikiran adalah perangsang dari semua hal dibawah ini dan bahkan sampai
kepada semua perbuatan yang ada hubungannya dengan badan dan terdiri atas tiga jenis dan
terbagi atas sepuluh kelompok.
Sloka XII-5
Parādrawyeswabhidhyānam
Manasānista cintanam
Witathā bhiniweśaśca
Triwidam karma mānasam
Artinya :
Bernafsu akan milik orang lain, berpikiran pada diri seseorang mengenai apa yang tidak
diinginkan dan mengikuti ajaran yang salah, merupakan tiga dosa dari pikiran.

5
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dharmasastra adalah salah satu Susastra Hindu yang berkaitan dengan agama, kewajiban
dan hukum. Dharmasastra merupakan sastra yang sangat penting dalam agama dan tradisi
Hindu. Pertama sebagai sumber hukum keagamaan untuk menuju rumah tangga yang ideal,
kedua sebagai sumber pengatahuan hukum tentang agama Hindu, tradisi dan etika.
Dalam kitab Manawa Dharmasastra dapat ditemukan adanya butir-butir Tri Kaya
Parisudha yang mengandung ajaran tentang berpikir yang baik, berkata yang baik, berbuat
yang baik. Dalam sloka IV-18 dinyatakan bahwa pakaian kita, pikiran dan kata-kata kita
hendaknya menyesuaikan diri dengan kewangsaan, kedudukan maupun kemampuan kita.
Dharmasastra atau Etika Agama Hindu yang mengatur masyarakat untuk mengikuti ajaran
Dharma berpedoman kepada Kitab Mānawa Dharmaśāstra II.6 yang berbunyi sebagai berikut :
Idhānim dharma pramānamyāha
Wedo ‘khilo dharmamūlam
Smrtiśīle ca tadvidām
Ācāraścaiva sādhunām
Ātmanastustireva ca
Artinya :
Seluruh pustaka suci Weda adalah sumber pertama dari pada Dharma, kemudian adat istiadat,
tingkahlaku yang terpuji dari orang-orang budiman yang mendalami ajaran pustaka suci Weda,
juga tata cara peri kehidupan orang-orang suci dan akhirnya kepuasan diri pribadi.
3.2. Saran
Saran dari penulis, sebagai generasi muda bangsa, sedikit tidaknya kita harus mengetahui
dan memahami Kitab Dharmasastra yaitu susastra Hindu yang berkaitan dengan agama,
kewajiban dan hukum. Dengan dipahaminya makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan pembaca tentang Susila dalam Dharmasastra.

6
DAFTAR PUSTAKA

Lestawi, I Nengah. 2015. Hukum Hindu Serta Perkembangannya. Surabaya: Paramita

Tristaningrat, Made Adi Nugraha. 2020. Manawa Dharmasastra (Kitab Hukum Hindu)
Dalam Fungsi Memperkuat Konsep Egalitarian Di Masyarakat. 30-34

Kemenuh, Ida Ayu Aryani. 2017. Sumber Hukum Dalam Manawa Dharmasastra. Jurnal
Agama dan Budaya. Singaraja. 1 Nomor2, 2017: 38-42.

Wiranata, Anak Agung Gede. 2020. Etika Hindu Dalam Kehidupan. Palangka Raya: 3-12

Anda mungkin juga menyukai