Disusun oleh :
NI KADEK PRIMAYANI
Npm. 19.1.105
Om Swastyastu,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat karunia yang telah diberikan,makalah yang berjudul “Susila atau Etika”
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung, baik berupa bimbingan, doa maupun materiil yang diberikan guna
membantu penyelesaian makalah ini. Tidak lupa pula, ucapan terima kasih kepada
orang tua yang telah memberikan doa dan restu serta dukungan materiil kepada
penulis. Terima kasih pula kepada para penulis yang tulisannya dikutip sebagai
bahan rujukan dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu,penulis menerima dengan terbuka saran dan kritik konstruktif untuk
menjadikan makalah ini lebih baik di kemudian hari.Semoga makalah ini
bermanfaat untuk pembaca.
Om Santih,Santih,Santih, Om
Penulis
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Makna Etika atau Moralitas........................................................ 3
2.2 Prinsip Dasar Etika dalam Agama Hindu.................................. 4
2.3 Misi untuk Memperbaiki Diri Menuju
Manusia Ideal (Manava Madhava)............................................. 5
2.4 Implementasi Kebenaran, Kebajikan, Kasih
Sayang, Kedamaian dan Tanpa Kekerasan
dalam Kehidupan Bersama Sehari-Hari.................................... 7
2.4.1 Kebenaran ................................................................. 7
2.4.2 Kebajikan .................................................................. 8
2.4.3 Kasih Sayang (Cinta Kasih) ..................................... 9
2.4.4 Kedamaian dan Tanpa Kekerasan ............................ 10
2.4.5 Implikasi Etika dan Moralitas dalam
Kehidupan Sehari-hari .............................................. 11
2.4.6 Ethika dalam Mahabharata ....................................... 12
BAB III PENUTUP
3.1Simpulan .................................................................................. 14
3.2Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 16
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun rumusan
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
a) Apakah makna dari etika atau moralitas?
b) Bagaimana prinsip dasar etika dalam Agama Hindu?
c) Bagaimanakahmisi untuk memperbaiki diri menuju manusia ideal
(manava madhava)?
d) Bagaimanakah implementasi kebenaran, kebajikan, kasih sayang,
kedamaian dan tanpa kekerasan dalam kehidupan bersama sehari-hari?
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
a) Dapat menjelaskan makna dari etika atau moralitas.
b) Dapat menjelaskan prinsip dasar etika dalam Agama Hindu.
c) Dapat menjelaskan misi untuk memperbaiki diri menuju manusia ideal
(manava madhava).
d) Dapat menjelaskan implementasi kebenaran, kebajikan, kasih sayang,
kedamaian dan tanpa kekerasan dalam kehidupan bersama sehari-hari.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2 Prinsip Dasar Etika dalam Agama Hindu
Sebagaimana kita ketahui bahwa etika merupakan tatanan yang
melandasi tingkah laku manusia, dan dengan etika agar manusia bertingkah
dan bersikap yang lebih baik. Untuk itu etika mempunyai banyak peranan,
sebagaimana juga fungsinya yang menjadi suatu media pembimbing tingkah
laku manusia, agar menjadi orang yang baik. Dalam hal ini etika dapat
dikatakan sebagai pemberi arahan, garis patokan atau pedoman kepada
manusia bagaimana sebaiknya bertingkah laku dalam masyarakat.
Dalam agama Hindu etika dinamakan susila, yang berasal dari dua
suku kata, su yang berarti baik, dan sila berarti kebiasaan atau tingkah laku
perbuatan manusia yang baik. Di dalam kitab Wraspati tattwa, 26 dinyatakan
mengenai arti kata sila dalam kalimat : “Sila ngaranya angraksa acara
rahayu”. Kata susila mengandung pengertian perbuatan baik atau tingkah
laku yang baik. Dalam hal ini maka etika dalam agama Hindu dikatakan
sebagai ilmu yang mempelajari tata nilai, tentang baik dan buruknya suatu
perbuatan manusia, mengenai apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus
ditinggalkan, sehingga dengan demikian akan tercipta kehidupan yang rukun
dan damai dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya etika merupakan rasa
cinta kasih, rasa kasih sayang, dimana seseorang yang menjalani dan
melaksanakan etika itu karena ia mencintai dirinya sendiri dan menghargai
orang lain.
Konsep dasar dari tata susila adalah “ sasana manut linggih dan
linggih manut sasana”. Jadi, etika atau susila hendaknya selaras dengan
kedudukan dan kedudukan memerlukan nilai tertentu dari tata susila.
Sehingga tata susila merupakan peraturan tingkah laku yang baik untuk dapat
menyelaraskan hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, hubungan harmonis antar manusia dan peraturan tingkah laku antara
manusia dengan lingkungan. Bagaikan sebuah bangunan yang kuat perlu
didirikan di atas dasar yang kuat, demikian pula dengan tata susila perlu
didirikan di atas dasar yang kuat. Dasar yang kuat itu adalah ajaran-ajaran
agama.
6
2.3 Misi untuk Memperbaiki Diri Menuju Manusia Ideal (Manava
Madhava)
Salah satu tugas suci bagi umat beragama Hindu ialah untuk
menata dirinya sendiri, masyarakat, serta umat manusia untuk mengenal jati
dirinya untuk berusaha menjadi manusia yang berperikemanusiaan yang
secara ideal disebut manusia “Dharmika” (Manava Madhava). Ajaran etika di
dalam Weda mencakup bidang yang sangat luas meliputi: kebenaran, kasih,
tanpa kekerasan, kebajikan, ketekunan, kemurahan hati, keluhuran budhi
pekerti, membenci sifat buruk, pantang berjudi, menjalankan kebajikan,
percaya diri, membina hubungan yang serasi, mementingkan persatuan,
kewaspadaan, kesucian hati, kemasyhuran, kemajuan, pergaulan dengan
orang-orang mulia, mengembangkan sifat-sifat ramah dan manis, sejahtera,
damai, bahagia, kegembiraan, moralitas, persahabatan, wiweka (kemampuan
membedakan sifat baik dan buruk), mengendalikan diri dan banyak lagi yang
lainnya tidak dapat disebutkan (Winawan, W., 2002).
Ajaran Etika (Moralitas), Tata Susila, serta pengendalian diri untuk
menjadikan diri serta umat manusia lainnya menjadi manusia yang
berperikemanusiaan, berbudhi pekerti dan berpribadi mulia, manusia Manava
Madhava (Dharmika), berdasarkan ajaran Agama Hindu dimuat dalam Veda,
Itihasa, Purana, Bhagawad Gita, Sara Samuccaya, Slokantara, dan yang
lainnya.
Dalam Kitab Suci Sara Samuccaya: Sloka 4, disebutkan sebagai
berikut:
Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya
demikian karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir
dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah
keuntungannya dapat menjelma sebagai manusia.
7
Keinginan yang tak habis-habisnya, yang hanya berakhir pada
kematian, dengan menganggap kepuasan nafsu keinginan sebagai tujuan
utama, dengan keyakinan bahwa itulah semuanya (Bhagavad Gita Bab XVI.
11)
8
a. Manacika (berpikir yang baik dan suci). Seseorang dapat dikatakan
manacika apabila ia:
1. Tan egin tan adengkia ri drywaning len. Artinya, tidak
menginginkan sesuatu milik orang lain.
2. Tan kroda ring sarwa satwa. Artinya, tidak berpikir buruk
terhadap semua makhluk
3. Manituhwa ri hananing karma phala. Artinya, yakin dan percaya
terhadap hukum karma.
b. Wacika (berkata yang baik dan benar). Seseorang dapat dinyatakan
sebagai wacika, apabila ia:
1. Tan ujar ahala. Artinya, tidak mencaci maki orang lain.
2. Tan ujar apungas. Artinya, tidak berkata-kata yang kasar.
3. Tan misuna. Artinya, tidak memfitnah atau mengadu domba
4. Tan nitya. Artinya, tidak berbohong/ingkar janji.
b. Kayika (berbuat yang baik dan jujur). Seseorang dapat dikatakan
kayika, apabila ia:
1. Tan amati-mati. Artinya, tidak menyiksa, menyakiti atau
membunuh.
2. Tan angakal-akal. Artinya, tidak berbuat curang, mencuri atau
merampok.
3. Tan paradara. Artinya, tidak berzina atau memperkosa.
9
“Kebenaran, kejujuran menyangga bumi, Matahari menyangga
langit.Hukum-hukum alammenyangga matahari. Tuhan Yang Maha
Esa, meresapi seluruh lapisan udara yang meliputi bumi (atmosfer).
Sara Samuccaya Sloka 128
“Tak berjauhan bisa (racun) itu dengan amrta: disinilah di badan
sendirilah tempatnya: keterangannya, jika orang itu bodoh, dan
senang hatinya kepada Adharma, bisa atau racun didapat olehnya;
sebaliknya kokoh berpegang kepada kebenaran, tidak goyah hatinya
bersandar kepada Dharma, maka amrtalah diperolehnya”.
Sara Samuccaya Sloka 41.42
“Maka yang harus anda perhatikan, jika ada hal yang ditimbulkan
oleh perbuatan, perkataan, dan pikiran yang tidak menyenangkan
dirimu sendiri, malahan menimbulkan duka yang menyebabkan sakit
hati, jangan tidak mengukur baju dibadan sendiri, perilaku anda yang
demikian itulah Dharma namanya: penyelewengan ajaran dharma,
jangan hendaknya dilakukan”.
“Bahwa segala perilaku orang bijaksana, orang yang jujur,
orangsatya wacana, pun orang yang dapat mengalahkan hawa
nafsunya dan tulus ikhlas lahir bathin, pasti berlandaskan dharma
segala lasksana beliau, laksana beliau itulah patut dituruti, jika telah
dapat menurutinya, itulah yang dinamai laksana dharma”.
2.4.2 Kebajikan
Dalam ajaran Hindu kata Dharma mempunyai arti yang luas,
antara lain: kebenaran, bebajikan, pengabdian, tugas suci, budi luhur dan
sebagainya.
Dalam Rgveda VII.32.8
Prnan itprnate mayah
Artinya:
“Tuhan Yang Maha Esa yang pemurah memberkahi orang yang penuh
kebajikan”
Sara Samuccaya Sloka 12.13
10
“Pada hakekatnya jika artha dan kama dituntut, maka seharusnya
Dharma hendaknya dilakukan lebih dahulu, tak tersangsikan lagi,
pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti; tidak akan ada
artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari
Dharma”.
“Bagi sang pandita (orang arif bijaksana) tak lain hanya orang
yang bijak yang melaksanakan Dharma, dipuji dan disanjung
olehnya, karena ia telah berhasil mencapai kebahagiaan, beliau
tidak menjunjung orang yang kaya dan orang yang selalu birahi
cinta wanita, sebab orang itu tidak sungguh berbahagia, karena
adanya pikiran angkara dan masih dapat digoda oleh kekayaan
dan hawa nafsu itu.
11
Artinya
Dia yang tidak membenci segala makhluk, Bersahabat dan cinta kasih
Bebas dari keakuan dan keangkuhan, Sama dalam duka dan suka,
pemberi maaf.
b. Kasih sayang
Kasih sayang adalah perasaan yang lahir dari cinta kasih dan
diberikan dengan penuh kesadaran tanpa keterikatan. Ada lima aspek
kepribadian manusia yaitu:
1) Intelek atau kecerdasan, memungkinkan manusia menganalisa dan
menentukan apa yang benar dan apa yang salah, mana yang baik
dan mana yang buruk, mana yang palsu dan mana yang sejati.
2) Fisik, semua mahluk terbentuk dari unsur fisik yang sama. Fisik
sebagai aspek kepribadian yang dimaksud di sini adalah
pengembangan kebiasaan memimpin dan mengendalikan hasrat.
3) Emosi, tingkat emosi menggambarkan penggunaan panca indera
secara benar. Emosi hendaknya dipahami dan dikendalikan agar
menjadi alat yang berguna bagi kesejahteraan hidup individu dan
masyarakat.
4) Psikis atau kejiwaan adalah aspek kepribadian manusia yang paling
sulit dilukiskan, karena merupakan kualitas diri kita yang menjadi
sumber kasih.
5) Spiritual, dalam spiritualitas seseorang menghayati kesatuan yang
mendasar dan kemanunggalan segala ciptaan.
12
Atharva Veda: XIX.9.1
Semoga langit penuh kedamaian.Semoga bumi bebas dari gangguan-
gangguan.Semoga suasana lapisan udara yang meliputi bumi
(atmosfir) yang luas menjadi tenang.Semoga perairan yang mengalir
menyejukkan dan semoga semua tanaman dan tumbuhan menjadi
bermanfaat untuk kami.
Artinya:
Semoga masa lalu, masa kini, dan masa akan datang penuh kedamaian
dan amat ramah kepada kami.
13
orang tua selain dengan harta. Orang tua yang memiliki anak yang
sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi bebannya tidaklah ringan.
Orang tua bekerja keras agar dapat membiayai semua kebutuhan
anaknya, baik itu untuk biaya makan, sewa kos, biaya fotocopy buku,
pulsa, bensin, dan lain-lain. Sebagai mahasiswa, kita bisa membuat
mereka bangga dengan cara belajar yang rajin, menggunakan uang yang
diberikan orang tua dengan tepat sasaran, berusaha sebisa mungkin
mendapatkan nilai maksimal dalam ujian, dan bisa wisuda tepat waktu.
Dengan nilai dan prestasi yang bagus, sudah membuat orang tua bangga
dan tidak menyesal menyekolahkan kita.
14
seorang pacar sangat diperlukan. Seorang pacar hendaknya dapat
mengendalikan dirinya sendiri bahkan kalau bisa mengendalikan nafsu
pasangannya agar hal-hal demikian tidak terjadi.
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ,
etika merupakan sebuah kajian tentang moralitas (the study of morality).
Sehingga etika merupakan pengetahuan tentang kesusilaan yang berbentuk
perintah-perintah dan larangan-larangan yang mengandung suatu nilai serta
menjadi pedoman dalam tingkah laku seseorang . Setiap perbuatan itu
berdasarkan atas kehendak atau buddhi seseorang. Sehingga manusia
dihadapkan pada dua pilihan yaitu baik dan buruk.
Dalam agama Hindu etika dinamakan susila, yang berasal dari dua
suku kata, su yang berarti baik, dan sila berarti kebiasaan atau tingkah laku
perbuatan manusia yang baik.Etika atau susila hendaknya selaras dengan
kedudukan dan kedudukan memerlukan nilai tertentu dari tata susila.
Sehingga tata susila merupakan peraturan tingkah laku yang baik untuk dapat
menyelaraskan hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, hubungan harmonis antar manusia dan peraturan tingkah laku antara
manusia dengan lingkungan. Tata susila perlu didirikan di atas dasar yang
kuat. Dasar yang kuat itu adalah ajaran-ajaran agama.
Ajaran Etika (Moralitas), Tata Susila, serta pengendalian diri untuk
menjadikan diri serta umat manusia lainnya menjadi manusia yang
berperikemanusiaan, berbudhi pekerti dan berpribadi mulia, manusia Manava
Madhava (Dharmika), berdasarkan ajaran Agama Hindu dimuat dalam Veda,
Itihasa, Purana, Bhagawad Gita, Sara Samuccaya, Slokantara dan yang
lainnya. Kecenderungan sifat Daivi Sampat dan Asuri Sampat ada pada diri
semua orang dengan kuantitas yang berbeda-beda. Sehingga dalam diri
seseorang terdapat sifat baik (subha karma) dan sifat buruk (asubha karma).
Saramuscaya menyebutkan bahwa hanya manusialah yang dapat mengenal
perbuatan yang salah dan benar, ataupun baik dan buruk. Hanya manusialah
yang dapat menjadikan sesuatu yang tidak baik menjadi baik, karena manusia
17
diberikan kemampuan yang lebih dari makhluk hidup lainnya yaitu berupa
idep (pikiran).
Ajaran etika hendak diimplementasikan dengan kebenaran,
kebajikan, kasih sayang, kedamaian dan tanpa kekerasan dalam kehidupan
bersama sehari-hari. Komponen-komponen tersebut akan membentuk suatu
keharmonisan yang mendasari kerukunan hidup menuju manusia yang
manava madhava sehingga segala apapun halangan serta rintangan yang
dihadapi, akan bisa dilewati dengan baik. Implementasi ajaran etika juga
terdapat dalam kisah mahabaratha yang sudah tak asing lagi untuk umat
Hindu. Nilai-nilai etika banyaktersurat dan tersirat dalam cerita tersebut yang
menggugah hati manusia untuk selalu berpegang teguh kepada ajaran dharma.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu, seseorang hendaknya
selalu bertindak dengan berpegangan teguh pada ajaran agamanya,
memahami serta mengerti segala sesuatu yang dilarang maupun yang patut
dilaksanakan sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
yang akan mewujudkan kehidupan yang harmonis antara semua makhluk
ciptaan Tuhan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19