Anda di halaman 1dari 20

PERMASALAHAN

PENGADAAN PANGAN
DENGAN KEGIATAN REKLAMASI RAWA
UNTUK BUDIDAYA PERSAWAHAN DI INDONESIA

Disusun oleh

PUTU MANIK WAHYU PRADANA


1852121008

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR

i
2018

KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah berjudul Permasalahan Pengadaan Pangan Dengan
Kegiatan Reklamasi Rawa Untuk Budidaya Persawahan Di Indonesia tepat pada
waktunya
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam tahap
pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih.

Denpasar , 1 September 2018


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 3
2.1 Kondisi Pangan Di Indonesia ............................................. 3
2.2 Penyebab Buruknya Kondisi Pangan di Indonesia ............... 5
2.3 Dampak Buruknya Kondisi Pangan di Indonesia ................. 8
2.4 Usaha Mengatasu Permasalahan Pangan Di Indonesia ........ 10
2.5 Reklamasi Rawa ................................................................... 12
BAB III PENUTUP ......................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .......................................................................... 16
3.2 Saran..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 17

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa.Banyak
contoh negara dengan sumber ekonomi cukup memadai tetapi mengalami kehancuran
karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.Sejarah juga
menunjukkan bahwa strategi pangan banyak digunakan untuk menguasai pertahanan
musuh. Dengan adanya ketergantungan pangan, suatu bangsa akan sulit lepas dari
cengkraman penjajah/musuh. Dengan demikian upaya untuk mencapai kemandirian
dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan hanya dipandang dari sisi untung
rugi ekonomi saja tetapi hrus disadari sebagai bagian yang mendasr bagi ketahan
nasional.Melihat kondisi tersebut, di Indonesia masih perlu adanya penambahan
perluasan lahan pertanian baru. Luas lahan pasang surut dan Lebak di Indonesia
diperkirakan mencapai 20,19 juta hektar dan sekitar 9,5 juta hektar berpotensi untuk
pertanian serta 4,2 juta hektar telah di reklamasi untuk pertania. Memanfaatkan lahan
lebak dan Pasang Surut dipandang sebagai peluang terobosan untuk memacu
produksi meskipun disadari bahwa produktivitas di lahan tersebut masih rendah.
Produktivitas rata-rata tanaman pangan padi, Jagung dan Kedelai di lahan
lebak/pasang surut dengan penerapan teknologi konvensional hasilnya masih rendah
yaitu : secara berturut turut sekitar 3,5 ton/ha; 2,8 ton/ha dan 0,8 ton/ha.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah atau yang menjadi bahasan dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimana kondisi pangan di Indonesia?
2. Bagaimana penyebab buruknya kondisi pangan di Indonesia?
3. Bagaimana dampak buruknya kondisi pangan di Indonesia?
4. Bagaimana usaha untuk mengatasi permasalahan pangan di Indonesia?
5. Apa itu reklamasi rawa?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana kondisi pangan di Indonesia
2. Mengetahui apa penyebab buruknya kondisi pangan di Indonesia
3. Mengetahui dampak yang terjadi akibat buruknya pangan di Indonesia
4. Mengetahui bagaimana usaha untuk mengatasi masalah pangan di
Indonesia
5. Bagaimana pengaruh kegiatan reklamasi rawa terhadap masalah pangan di
Indonesia

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini khususnya untuk mahasiswa
adalah mengetahui permasalahan yang terdapat di Indonesia dan dapat
mencari solusi

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Pangan di Indonesia


Indonesia diprediksi akan mengalami krisis pangan pada 2017 atau 7 tahun
mendatang bila melihat ketimpangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan lahan
pangan yang makin tidak seimbang. Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,3 sampai
1,5 persen, sementara luas lahan pertanian tidak mengalami penambahan,
dikhawatirkan pada 7 atau 10 tahun nanti krisis pangan akan melanda negara ini.
Pasalnya, berdasarkan proyeksi kebutuhan beras bangsa Indonesia pada 2009,
diperlukan penambahan produksi beras sebanyak 1,8 juta ton atau setara dengan tiga
juta ton gabah kering giling setiap tahun. Untuk itu diperlukan penambahan areal
sawah seluas 600.000 hektar.
Permasalahan yang paling besar dialami bangsa Indonesia saat ini terletak
pada sektor pertanahan, dengan kondisi negara sekarang mengalami keterbatasan
sumberdaya lahan yang cocok untuk dikembangkan.Sempitnya lahan yang dimiliki
petani dan masalah sengketa tanah, juga menjadi persoalan yang cukup besar dalam
mengembangkan produksi pangan di Indonesia. Tahun 2007, produksi padi Indonesia
menunjukkan kinerja yang cukup baik karena berdasarkan Angka Ramalan III Badan
Pusat Statistik (ARAM III BPS), produksi padi mengalami peningkatan menjadi
57,05 juta ton GKG atau naik sekitar 4,76 persen dibanding tahun 2006. Kondisi ini
tentunya akan berpengaruh pada pencapaian sasaran peningkatan produksi nasional
2007 yang ditargetkan sebanyak dua juta ton.
Kebutuhan lahan ini sebenarnya bisa saja dipenuhi bila tidak terjadi konversi
lahan pertanian ke peruntukan lain, seperti pabrik, mall dan permukiman.
Ketersediaan lahan potensial untuk perluasan areal tanaman pangan saat ini nyaris
sudah tidak ada lagi. Saat ini, permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia pada
sektor pertanian adalah tingginya tekanan terhadap sumber daya lahan karena terjadi
peningkatan jumlah penduduk sekitar 1,34 persen per tahun, sementara luas lahan
pertanian relatif tetap. Bila hal ini tidak segera diatasi, bangsa Indonesia juga akan
sulit melepaskan diri dari ketergantungan pada pasokan pangan dari luar (impor).

3
Ketergantungan impor pangan bangsa Indonesia terhadap negara lain sangat
tinggi. Saat ini, bangsa Indonesia masih harus mengimpor gula mencapai 30 persen
dari kebutuhan nasional. Selain itu Indonesia juga harus mengimpor sekitar 600.000
ekor sapi atau 25 persen dari total konsumsi daging sapi nasional. Begitu pula dengan
garam, Kita mengimpor rata-rata satu juta ton garam per tahun yang merupakan 50
persen dari kebutuhan garam nasional. Impor pangan yang meningkat ini akan
memperlemah pekonomian bangsa Indonesia karena devisa yang susah payah
diperoleh dibelanjakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif yang sebenarnya dapat
diproduksi sendiri. Selain masalah ketersediaan pangan, tantangan terbesar bangsa
Indonesia dalam bidang pertanian adalan peningkatan kualitas pangan rakyat.Hal ini
dinilai penting karena kualitas pangan dari Indonesia relatif kurang baik.Padahal,
kualitas pangan tersebut sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia baik
secara fisik dan kecerdasan karena memenuhi standar gizi. Tidak akan ada perbaikan
kualitas SDM negara ini tanpa perbaikan gizi masyarakatnya.
Masalah bidang produksi pangan lainnya yakni sentral produksi pangan hanya
didaerah tertentu hampir 60% dari produksi pangan Indonesia berasal dari jawa
dengan 40 % diantaranya di Jawa Timur, Sebuah provinsi di jawa yang luasnya hanya
2,5% dari luas dartan Indonesia dan dengan jumlah penduduknya 14,8% dari jumlah
penduduk Indonesia. Pemusatan produksi menimbullkan berbagai kerumitan dalam
pemasaran dan distribusi pangan, mengingat bahwa Indonesia adalah negara
kepulauan dengan 3000 pulau yang didiami penduduk. Masalah lain yang dihadapi
keadaan geografis seperti terbatasnya persediaan sarana dan prasarana perhubungan.
Selain itu, produksi pangan masih tergantung pada musim. Pada musim
penghujan hasil panen akan tinggi atau meningkat sedangkan pada musim kemarau
hasil penen menurun. Produksi pangan di Indonesia selain tidak merata menurut
tempat, tetapi juga tidak merata menurut waktu.Dilihat dari segi distribusi hampir
70% dari produksi pangan dari biji-bijian dipanen pada periode januari sampai juni.
Tampaklah bahwa tekanan terhadap distribusi pangan mempunyai banyak kendala
tambahan, di mana keadaan ini sudah tentu akan banyak berpengaruh terhadap harga
yang diterima petani maupun harga yang harus dibayar konsumen. Dalam hal ini

4
petani sering tidak diuntungkan dengan tidak mampunya pemerintah untuk
memprediksi dan menanggulangi hujan deras yang berakibat pada terendamnya
tanaman pangan petani, bahkan beberapa tanaman tersebut sudah siap
panen.Walaupun pemerintah sudah menetapkan harga dasar komoditas pertanian
tertentu, tetapi sering kali pemerintah lamban dalam mengantisipasi kecenderungan
penurunan harga komoditas pertanian. Di Negara – Negara maju petani disubsidi oleh
pemerintah agar petani dapat menyediakan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Di
sisi lain produksi pangan bersifat fluktuasi, sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca,
gangguan hama, penyakit dan gangguan alam. Dilain pihak konsumsi pangan
cenderung meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk dan kenaiakan
pendapatan

2.2 Penyebab Buruknya Kondisi Pangan di Indonesia

1. Waktu Usaha Tani


Dalam sektor pertanian, selama ini waktu dianggap sebagai masalah
dalamproduksi karena lamanya menunggu, mulai dari pembibitan dilakukan
sampai pada waktu memperolaeh hasil.Kalau umur padi mulai dari benih
sampai panen mencapai empat bulan, petani harus menunggu sambil merawat
tanaman sedemikian rupa sesuai dengan anjuran teknologi teknologi yang
direkomendasiakan, atau sesuai dengan teknologi yang mampu diserap atau
mampu diterapkan petani.Sebenarnya bukan waktu yang menjadi masalah
tetapi adalah subfaktor yang berada dalam waktu penantian itu sendiri. Dalam
menunggu tanaman tumbuh sampai menghasilkan kiata   harus
memperhatikan perkembangannya, bagaimana pertumbuhannya, apakah ia
butuh unsure hara atau pakan, dan apakah ia perlu dipangkas, disiangi atau
perlu obat. Hal inilah yang sering diabaikan oleh petani di Negara kita
sehingga hasil panen yang diharapkan tidak memuaskan.sehingga akibatnya
meluaskan pada krisis pangan yang terjadi sekarang   ini.

2. Biaya Usaha Tani

5
Dalam usaha tani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau
biaya yang dikeluarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak
dibayarkan. Biaya Yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan  untuk
membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input
produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Biaya seringakali menjadi masalah
bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana produksi. Karena
kurangnya biaya yang tersedia tidak jarang petani mengalami kerugian dalam
usaha taninya. Dari segi teknis dan pengetahuan, sebagian besar petani kita
sudah memahami fungsi teknologi yang mereka peroleh  dari surat kabar,
radio, televise, penyuluhan, sarasehan, pendidikan tidak formal, selebaran-
selebaran, dan atau dari hasil obrolan di warung kopi. Mereka sudah
menyadari pentingnya teknologi, tetapi kendalanya adalah modal.Teknologi
yang benar dan tepat menghendaki biaya yang cukup tinggi dan harus tersedia
tepat waktu pula, tetapi masalahnya sebagian besar petani di Indonesia tidak
mampu untuk membiayai usaha pertanian meraka secara maksimal sehingga
hasil yang diperoleh pun tidak memuaskan.

3. Tekanan Penduduk
Sejarah mencatat salah satu isi buku Malthus (1808), yang membahas
tentang tekanan penduduk sehubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan
pangan. Disana disebutkan bahwapertumbuhan penduduk menyerupai sebuah
deret ukur sementara peningkatan produksi menyerupai deret hitung. Artinya
pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
produksi. Semakin lama petumbuhan tersebut akan menjadi masalah kalau
tidak dilakukan upaya-upaya yang dapat mengatasinya. Walaupun teknologi
sudah ditemui dan dianggap sementara dapat mengatasi masalah tekanan
penduduk, tetapi teori Malthus harus tetap diwaspadai.

4. Kerusakan Sumber Daya Alam


Kerusakan sumber daya alam akan menjadi pangkal tolak kerusakan
sisi kehidupan lainnya. Maka pembangunan tidak hanya mengutamakan

6
kepentingan ekonomi saja, tetapi seharusnya juga mengutamakan kepentingan
lingkungan dan sosial.Sekarang ini banyak kita jumpai bahwa areal pertanian
mati pada saat musim kering.Hal ini disebabkan karena tempat penyerapan air
hujan yaitu hutan, sudah tidak berfungsi secara optimal.Hutan di Indonesia
sudah banyak yang rusak karena penebangan secara liar maupun karena
kebakaran hutan sehingga cadangan air untuk musim kering menjadi
hilang.Akibatnya lahan pertanian menjadi kering dan berdampak pada krisis
pangan.

5. Rendahnya Penerapan Teknologi Budidaya


Tampak dari besarnya kesenjangan potensi produksi  dari hasil
penelitian dengan hasil di lapangan yang diperoleh oleh petani.  Hal ini 
disebabkan karena pemahaman dan penguasaan penerapan paket teknologi
baru yang kurang dapat dipahami oleh petani secara utuh sehingga penerapan
teknologinya sepotong-sepotong (Mashar, 2000).  Seperti penggunaan pupuk
yang tidak tepat, bibit unggul dan cara pemeliharaan yang belum optimal
diterapkan petani belum optimal karena lemahnya sosialisasi teknologi, sistem
pembinaan serta lemahnya modal usaha petani itu sendiri.  Selain itu juga
karena cara budidaya petani yang menerapkan budidaya konvensional dan
kurang inovatif seperti kecenderungan  menggunakan input pupuk kimia yang
terus menerus, tidak menggunakan pergiliran tanaman, kehilangan pasca
panen yang masih tinggi 15 – 20 % dan memakai air irigasi yang tidak efisien.
Akibatnya antara lain berdampak pada rendahnya produktivitas yang
mengancam kelangsungan usaha tani dan daya saing di pasaran terus
menurun.  Rendahnya produktivitas  dan daya saing komoditi tanaman pangan
yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk mengembangkan
usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala luas mempengaruhi
produksi  nasional.

6. Alih Fungsi Lahan Pertanian

7
Rendahnya produktivitas  dan daya saing komoditi tanaman pangan
yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk mengembangkan
usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala Sulitnya melakukan
peningkatan produksi pangan nasional antara lain karena pengembangan lahan
pertanian pangan baru tidak seimbang dengan konversi lahan pertanian
produktif yang berubah menjadi fungsi lain seperti permukiman.  Lahan
irigasi  Indonesia sebesar 10.794.221 hektar telah menyumbangkan produksi
padi  sebesar  48.201.136 ton dan 50 %-nya lebih disumbang dari pulau Jawa
(BPS, 2000). Akan tetapi mengingat padatnya penduduk di pulau Jawa
keberadaan lahan tanaman pangan  tersebut terus mengalami degradasi seiring
meningkatnya kebutuhan pemukiman dan pilihan pada komoditi yang
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti hortikultura.  Jika tidak ada
upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas secara  nyata dan/atau
membuka areal baru pertanian pangan sudah pasti produksi pangan dalam
negeri tidak akan mampu mencukupi  kebutuhan  pangan nasional.

2.3 Dampak Buruknya Kondisi Pangan di Indonesia


Turunnya permintaan negara maju juga akan membawa konsekuensi
lain, yakni meningkatnya sentimen proteksionisme di AS dan semakin
membanjirnya produk murah China di pasar Indonesia. Ini pukulan baru bagi
industri manufaktur kita.Kedua, lewat pasar uang.Meningkatnya persepsi
risiko investasi di emerging markets bisa memicu perubahan mendadak
sentimen pasar dan penarikan modal oleh investor.Apalagi dengan sudah
adanya indikasi asset bubble, ditandai oleh naiknya harga saham dan properti
di atas kewajaran.Jadi, ada risiko terjadinya koreksi tajam yang
mengakibatkan guncangan di pasar uang atau perekonomian. Arus modal
jangka pendek sekarang ini menyumbang sekitar 60 persen dari total arus
modal masuk ke Asia. Kemungkinan pembalikan mendadak arus modal
secara besar-besaran, ditambah melemahnya dollar AS seiring resesi AS, akan
semakin menekan rupiah. 

8
Resesi global menambah ketidakpastian baru bagi perekonomian
Indonesia yang tengah dihadapkan pada banyak tekanan, seperti lonjakan
harga minyak mentah dan kenaikan harga barang kebutuhan pokok yang kian
menekan daya beli/ konsumsi masyarakat. Target pertumbuhan 6,8 persen
terancam tidak tercapai sebagaimana target pertumbuhan tiga tahun pertama.
Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan penciptaan lapangan kerja dan
mengurangi kemiskinan.Dari sisi kebijakan moneter, tampaknya tidak ada lagi
ruang manuver untuk menurunkan suku bunga guna mendorong
perekonomian di tengah meningkatnya tekanan inflasi dan kecenderungan
naik atau stabilnya suku bunga global.Oleh karena itu, kita hanya bisa
berharap pada instrumen fiskal (APBN) yang kini sudah menanggung beban
berat berbagai subsidi untuk menggerakkan ekonomi.Yang lebih memilukan
adalah perilaku para komprador pemburu keuntungan yang selama ini
kecanduan mengimpor aneka bahan pangan, mulai dari beras, gula, daging,
sampai buah-buahan. Karena, impor bahan pangan dapat menyengsarakan
para petani, meningkatkan pengangguran, menghamburkan devisa, dan
membunuh sektor pertanian yang mestinya menjadi keunggulan kompetitif
bangsa. Dewasa ini Indonesia mengimpor sekitar 2,5 juta ton beras/tahun
(terbesar di dunia); 2 juta ton gula /tahun (terbesar kedua); 1,2 juta ton
kedelai/tahun; 1,3 juta ton jagung/tahun; 5 juta ton gandum/tahun; dan
550.000 ekor sapi/tahun.
Sejak satu dasawarsa terakhir ini pembangunan sektor pertanian
macet.Pembusukan sektor pertanian itu semakin nyata dengan
ditandatanganinya letter of intent antara IMF dengan pemerintah dimana di
dalamnya meniadakan proteksi terhadap sektor pertanian.Keterpurukan
industri pertanian semakin kukuh dengan perubahan status Indonesia dari
eksportir bahan pangan menjadi net importir untuk segala jenis bahan
makanan. Sebagai gambaran, impor beras tahun 2007 lalu mencapai 1,5 juta
ton. Impor kedelai rata-rata 1 juta ton.Krisis pangan di Indonesia, yang dapat
mengancam perekonomian, adalah gejala dunia, bukan khas Indonesia.

9
Dengan jumlah penduduk 6,3 miliar jiwa, dunia kini dan mendatang akan
menghadapi masalah ketahanan pangan. Dari 6,3 miliar penduduk dunia, 200
juta di antaranya tidak bisa tidur setiap malam karena kekurangan makanan.
Terhadap gejolak pasar keuangan di Indonesia, Presiden melihatnya sebagai
bagian dari gejala global. Dampak kenaikan harga pangan dunia tidak akan
membuat kondisi pangan di Indonesia parah seperti saat ini apabila
pemerintah menyiapkan peredam sejak awal.Mengatasi kondisi ini tentu
membutuhkan keberpihakan dalam menekan biaya produksi dan pemasaran
produk pertanian, termasuk tata niaga, agar daya saing komoditas pertanian
kian kuat.Hampir semua komoditas, mulai bawang merah, wortel, tomat,
mangga, jeruk, duku, telur, ikan, daging ayam, secara periodik selalu
mengalami tekanan harga luar biasa saat panen raya.Ironisnya, kita juga
sering tidak berdaya menahan harga komoditas pangan saat pasokan dalam
negeri menurun. 

2.4 Usaha Mengatasi Permasalahan Pangan di Indonesia


Mungkin sudah banyak usahan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah pangan di Inonesia. Seperti contohnya mengikuti program keluarga
berencana untuk mengurangi tingginya populasi manusia di Indonesia.
Namun semua itu tidak bertahan lama. Pada kenyataannya program KB tidak
berjalan lancar, masih banyak masyarakat menengah kebawah yang memiliki
anak lebih dari dua yang tentunya akan menambah beban perekonomian
keluarganya. Selain itu dengan cara meminimalisir impor beras sehingga
beras hasil petani Indonesia lebih diminati.
Indonesia sebagai negara agraris, sebagian mengandalkan sektor
pertanian menjadi tumpuan hidup bagi sebagian penduduk Indonesia.Indonesia
sepatutnya mampu mandiri dalam hal kebutuhan pangan dalam negeri.Namun
dalam kenyataannya bangsa ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan
pangan dalam negeri.Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah
penduduk yang belum diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian.

10
Kesenjangan ini jika terus dibiarkan akan meningkatkan jumlah impor
bahan pangan yang semakin besar dan bangsa Indonesia semakin tergantung
pada negara asing.Peningkatan sektor pertanian memiliki dua metode, yaitu
intesifikasi dan ekstensifikasi. Umumnya pada di negara berkembang dan maju
menggunakan intesifikasi, Intensifikasi pertanian pada hakekatnya adalah
menjadikan lahan pertanian yang sudah ada menjadi lebih intensif. Langkah ini
mampu meningkatakan jumlah produksi pertanian, namun mengingat laju
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan jika tidak diimbangi dengan
langkah ekstensifikasi lahan, maka persediaan bahan pangan yang ada masih
belum mampu mencukupi kebutuhan bahan pangan dalam negeri.
Langkah yang ditempuh untuk memecahkan masalah tersebut adalah
ekstensifikasi pertanian. Ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan merubah
suatu ekosistem (rawa atau hutan) menjadi ekosistem baru (lahan pertanian,
pemukiman , industri). Dengan alasan di atas dan semakin terbatasnya
persediaan pangan, pemerintah mengembangkan daerah rawa sebagai lahan
pertanian.
Di samping usaha intensifikasi juga harus dilakukan usaha
ekstensifikasi yaitu dengan menambah luas lahan pertanian.Reklamasi rawa
merupakan salah satu upaya saat ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas
lahan dan menambah luas lahan pertanian sehingga dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan pangan yang semakin meningkat (Suhardjono dkk,
2010: 6).

2.5 Reklamasi Rawa


Rawa adalah genangan air daratan pada cekungan yang relatif dangkal dan 
seringkali ditutupi tumbuh-tumbuhan air. Rawa terutama terdapat di bagian tengah
dan hilir aliran sungai yang mengalir di dataran yang hampir sama tinggi dengan
tinggi air sungai. Rawa juga terdapat di sepanjang pantai yang landai yang banyak 
dipengaruhi pasang surut air laut. Rawa seperti ini dinamakan rawa pantai, seperti

11
yang terdapat di pantai timur Sumatera, pantai selatan Kalimantan, dan Irian Jaya
serta di beberapa tempat pantai utara Jawa.
Rawa dibagi menjadi dua yaitu rawa lebak dan rawa pasang surut.
Rawa lebak adalah wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir sepanjang
tahun, minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Rawa
pasang surut merupakan rawa yang jumlah kandungan airnya selalu berubah-ubah
(pasang-surut), hal ini dikarenakan oleh adanya pengaruh pasang surutnya air laut.
Reklamasi dapat didefiniskan sebagai suatu usaha perbaikan,
pemanfaatan, pemulihan kemampuan, dan peningkatan kualitas lahan melalui
pemberdayaan berbagai teknologi dan pemberdayaan masyarakat yang difokuskan
pada lahan yang secara alami berkualitas rendah atau sebagai akibat dari pengaruh
manusia yang menyebabkan lahan tersebut kurang produktif (Suhardjono dkk, 2010:)

2.5.1 Prosedur untuk Merencanakan Pengembangan Daerah Rawa


Prinsip dasar pemeliharaan dan pengembangan rawa adalah mempergunakan
teknologi sederhana dan biaya murah dengan pembuatan saluran drainasi terbuka,
yang bisa difungsikan sebagai sumber air kebutuhan masyarakat.

12
Gambar 1. Reklamasi rawa gambut.
Kebijakan pengembangan rawa diperlukan dua tahapan, tahapa pertama
sebagai uji kelayakan teknis untuk dapat dikembangkan pada tahapan kedua
(penghematan dan efisiensi).
1. Tahap awal
Kebijakan :
- swasembada beras
- transmigrasi
- pengembangan wilayah
- pemerataan pendapatan
- keamanan daerah
- pembatasan pantai
Strategi :

- pembukaan rawa baru


- teknologi sederhana murah
- usaha tani kecil, swah tadah hujan dan palawija
- peningkatan kesejahteraan petani
prasarana pengairan :
- drainase terbuka/ alami dan pengamanan banjir
- irigasi pasang surut bila mungkin
prasarana lainnya:

13
- fasilitas kesehatan/sosial dasar
- aksesbilitas/ transportasi via lauran
- penyediaan bak tampungan air hujan
- fasilitas pendukung dasar pertanian
2. Tahap lanjutan
Kebijakan :
- pendekatan terpadu
- diversifikasi tanaman
- keikutsertaan swasta
- peningkatan pendapatan
- kelestarian lingkungan
- desentralisasi
strategi :

- peningkatan prasarana pengairan


- pemantapan OP
- perkuatan kelembagaan
- intensifikasi pertanian
- peningkatan penyuluhan
- kelestarian lingkungan
prasarana pengairan :
- sistem drainase terkendali
- perbaikan managemen tanah dan air
- peningkatan pengamanan banjir
- pendekatan konservasi air
prasarana lainnya:

- peningkatan layanan kesehatan/sosial


- akses jalan
- fasilitas air minum
- penyediaan pusat pengelolaan hasil pertanian

14
Tujuan dari tahapan perencanaan adalah untuk mendapatkan produk-produk
dari perencanaan reklamasi rawa yang meliputi:

- sistem jaringan drainase


- usulan pola tata tanam
- dimensi saluran drainasi
- potongan memanjang dan melintang saluran
- bentuk profil muka air.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pangan di
Indonesia adalah dengan: Mengikuti program KB (Keluarga Berencana) untuk
mengurangi populasi manusia di Indonesia. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
meminimalisir impor beras agar masyarakat Indonesia merasakan padi hasil asli
Indonesia.Ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan merubah suatu ekosistem (rawa
atau hutan) menjadi ekosistem baru (lahan pertanian, pemukiman , industri). Dengan
alasan di atas dan semakin terbatasnya persediaan pangan,pemerintah
mengembangkan daerah rawa sebagai lahan pertanian.Di samping usaha intensifikasi
juga harus dilakukan usaha ekstensifikasi yaitu dengan menambah luas lahan
pertanian.Reklamasi rawa merupakan salah satu upaya saat ini dilakukan untuk
memperbaiki kualitas lahan dan menambah luas lahan pertanian sehingga dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan pangan yang semakin meningkat.

3.2 Saran
Agar usaha untuk mengatasi masalah pangan di Indonesia maksimal,
pemerintah atau badan yang berwenang benar-benar mengintensifkan lahan rawa
untuk usaha pertanian.Selain pemerintah, masyarakat juga harus ikut serta seperti
halnya mengikuti program KB yang telah diserukan oleh pemerintah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Gizi Biologi 2b. "Permasalahan Pangan". 2014


https://ilmugizi2b.wordpress.com/permasalahan-pangan/ diakses pada tanggal 02
September 2018
Balipaper."Penyebab krisis Pangan Indonesia". 2013
https://balipaper.wordpress.com/2010/06/11/penyebab-krisis-pangan-indonesia/ diakses pada
tanggal 02 September 2018
Ahmet,Adi. "Dampak Krisis Pangan bagi Indonesia". 27 Februari 2010
http://adie-wongindonesia.blogspot.co.id/2010/02/dampak-krisis-pangan-bagi-
indonesia.html diakses pada tanggal 02 September 2018
http://www.kompasiana.com/vembrijaya/perkembangan-pangan-di
indonesia_55034e8a_ 33311201e2e3979d diakses pada tanggal 02 September 2018

17

Anda mungkin juga menyukai