PENGADAAN PANGAN
DENGAN KEGIATAN REKLAMASI RAWA
UNTUK BUDIDAYA PERSAWAHAN DI INDONESIA
Disusun oleh
i
2018
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah berjudul Permasalahan Pengadaan Pangan Dengan
Kegiatan Reklamasi Rawa Untuk Budidaya Persawahan Di Indonesia tepat pada
waktunya
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari dalam
penulisan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena penulis masih dalam tahap
pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat penulis harapkan untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah penulis berikutnya. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 3
2.1 Kondisi Pangan Di Indonesia ............................................. 3
2.2 Penyebab Buruknya Kondisi Pangan di Indonesia ............... 5
2.3 Dampak Buruknya Kondisi Pangan di Indonesia ................. 8
2.4 Usaha Mengatasu Permasalahan Pangan Di Indonesia ........ 10
2.5 Reklamasi Rawa ................................................................... 12
BAB III PENUTUP ......................................................................... 16
3.1 Kesimpulan .......................................................................... 16
3.2 Saran..................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana kondisi pangan di Indonesia
2. Mengetahui apa penyebab buruknya kondisi pangan di Indonesia
3. Mengetahui dampak yang terjadi akibat buruknya pangan di Indonesia
4. Mengetahui bagaimana usaha untuk mengatasi masalah pangan di
Indonesia
5. Bagaimana pengaruh kegiatan reklamasi rawa terhadap masalah pangan di
Indonesia
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini khususnya untuk mahasiswa
adalah mengetahui permasalahan yang terdapat di Indonesia dan dapat
mencari solusi
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
Ketergantungan impor pangan bangsa Indonesia terhadap negara lain sangat
tinggi. Saat ini, bangsa Indonesia masih harus mengimpor gula mencapai 30 persen
dari kebutuhan nasional. Selain itu Indonesia juga harus mengimpor sekitar 600.000
ekor sapi atau 25 persen dari total konsumsi daging sapi nasional. Begitu pula dengan
garam, Kita mengimpor rata-rata satu juta ton garam per tahun yang merupakan 50
persen dari kebutuhan garam nasional. Impor pangan yang meningkat ini akan
memperlemah pekonomian bangsa Indonesia karena devisa yang susah payah
diperoleh dibelanjakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif yang sebenarnya dapat
diproduksi sendiri. Selain masalah ketersediaan pangan, tantangan terbesar bangsa
Indonesia dalam bidang pertanian adalan peningkatan kualitas pangan rakyat.Hal ini
dinilai penting karena kualitas pangan dari Indonesia relatif kurang baik.Padahal,
kualitas pangan tersebut sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia baik
secara fisik dan kecerdasan karena memenuhi standar gizi. Tidak akan ada perbaikan
kualitas SDM negara ini tanpa perbaikan gizi masyarakatnya.
Masalah bidang produksi pangan lainnya yakni sentral produksi pangan hanya
didaerah tertentu hampir 60% dari produksi pangan Indonesia berasal dari jawa
dengan 40 % diantaranya di Jawa Timur, Sebuah provinsi di jawa yang luasnya hanya
2,5% dari luas dartan Indonesia dan dengan jumlah penduduknya 14,8% dari jumlah
penduduk Indonesia. Pemusatan produksi menimbullkan berbagai kerumitan dalam
pemasaran dan distribusi pangan, mengingat bahwa Indonesia adalah negara
kepulauan dengan 3000 pulau yang didiami penduduk. Masalah lain yang dihadapi
keadaan geografis seperti terbatasnya persediaan sarana dan prasarana perhubungan.
Selain itu, produksi pangan masih tergantung pada musim. Pada musim
penghujan hasil panen akan tinggi atau meningkat sedangkan pada musim kemarau
hasil penen menurun. Produksi pangan di Indonesia selain tidak merata menurut
tempat, tetapi juga tidak merata menurut waktu.Dilihat dari segi distribusi hampir
70% dari produksi pangan dari biji-bijian dipanen pada periode januari sampai juni.
Tampaklah bahwa tekanan terhadap distribusi pangan mempunyai banyak kendala
tambahan, di mana keadaan ini sudah tentu akan banyak berpengaruh terhadap harga
yang diterima petani maupun harga yang harus dibayar konsumen. Dalam hal ini
4
petani sering tidak diuntungkan dengan tidak mampunya pemerintah untuk
memprediksi dan menanggulangi hujan deras yang berakibat pada terendamnya
tanaman pangan petani, bahkan beberapa tanaman tersebut sudah siap
panen.Walaupun pemerintah sudah menetapkan harga dasar komoditas pertanian
tertentu, tetapi sering kali pemerintah lamban dalam mengantisipasi kecenderungan
penurunan harga komoditas pertanian. Di Negara – Negara maju petani disubsidi oleh
pemerintah agar petani dapat menyediakan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Di
sisi lain produksi pangan bersifat fluktuasi, sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca,
gangguan hama, penyakit dan gangguan alam. Dilain pihak konsumsi pangan
cenderung meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk dan kenaiakan
pendapatan
5
Dalam usaha tani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau
biaya yang dikeluarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak
dibayarkan. Biaya Yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membayar upah tenaga kerja luar keluarga, biaya untuk pembelian input
produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan. Biaya seringakali menjadi masalah
bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana produksi. Karena
kurangnya biaya yang tersedia tidak jarang petani mengalami kerugian dalam
usaha taninya. Dari segi teknis dan pengetahuan, sebagian besar petani kita
sudah memahami fungsi teknologi yang mereka peroleh dari surat kabar,
radio, televise, penyuluhan, sarasehan, pendidikan tidak formal, selebaran-
selebaran, dan atau dari hasil obrolan di warung kopi. Mereka sudah
menyadari pentingnya teknologi, tetapi kendalanya adalah modal.Teknologi
yang benar dan tepat menghendaki biaya yang cukup tinggi dan harus tersedia
tepat waktu pula, tetapi masalahnya sebagian besar petani di Indonesia tidak
mampu untuk membiayai usaha pertanian meraka secara maksimal sehingga
hasil yang diperoleh pun tidak memuaskan.
3. Tekanan Penduduk
Sejarah mencatat salah satu isi buku Malthus (1808), yang membahas
tentang tekanan penduduk sehubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan
pangan. Disana disebutkan bahwapertumbuhan penduduk menyerupai sebuah
deret ukur sementara peningkatan produksi menyerupai deret hitung. Artinya
pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
produksi. Semakin lama petumbuhan tersebut akan menjadi masalah kalau
tidak dilakukan upaya-upaya yang dapat mengatasinya. Walaupun teknologi
sudah ditemui dan dianggap sementara dapat mengatasi masalah tekanan
penduduk, tetapi teori Malthus harus tetap diwaspadai.
6
kepentingan ekonomi saja, tetapi seharusnya juga mengutamakan kepentingan
lingkungan dan sosial.Sekarang ini banyak kita jumpai bahwa areal pertanian
mati pada saat musim kering.Hal ini disebabkan karena tempat penyerapan air
hujan yaitu hutan, sudah tidak berfungsi secara optimal.Hutan di Indonesia
sudah banyak yang rusak karena penebangan secara liar maupun karena
kebakaran hutan sehingga cadangan air untuk musim kering menjadi
hilang.Akibatnya lahan pertanian menjadi kering dan berdampak pada krisis
pangan.
7
Rendahnya produktivitas dan daya saing komoditi tanaman pangan
yang diusahakan menyebabkan turunnya minat petani untuk mengembangkan
usaha budidaya pangannya, sehingga dalam skala Sulitnya melakukan
peningkatan produksi pangan nasional antara lain karena pengembangan lahan
pertanian pangan baru tidak seimbang dengan konversi lahan pertanian
produktif yang berubah menjadi fungsi lain seperti permukiman. Lahan
irigasi Indonesia sebesar 10.794.221 hektar telah menyumbangkan produksi
padi sebesar 48.201.136 ton dan 50 %-nya lebih disumbang dari pulau Jawa
(BPS, 2000). Akan tetapi mengingat padatnya penduduk di pulau Jawa
keberadaan lahan tanaman pangan tersebut terus mengalami degradasi seiring
meningkatnya kebutuhan pemukiman dan pilihan pada komoditi yang
memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi seperti hortikultura. Jika tidak ada
upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas secara nyata dan/atau
membuka areal baru pertanian pangan sudah pasti produksi pangan dalam
negeri tidak akan mampu mencukupi kebutuhan pangan nasional.
8
Resesi global menambah ketidakpastian baru bagi perekonomian
Indonesia yang tengah dihadapkan pada banyak tekanan, seperti lonjakan
harga minyak mentah dan kenaikan harga barang kebutuhan pokok yang kian
menekan daya beli/ konsumsi masyarakat. Target pertumbuhan 6,8 persen
terancam tidak tercapai sebagaimana target pertumbuhan tiga tahun pertama.
Hal ini akan berpengaruh pada kemampuan penciptaan lapangan kerja dan
mengurangi kemiskinan.Dari sisi kebijakan moneter, tampaknya tidak ada lagi
ruang manuver untuk menurunkan suku bunga guna mendorong
perekonomian di tengah meningkatnya tekanan inflasi dan kecenderungan
naik atau stabilnya suku bunga global.Oleh karena itu, kita hanya bisa
berharap pada instrumen fiskal (APBN) yang kini sudah menanggung beban
berat berbagai subsidi untuk menggerakkan ekonomi.Yang lebih memilukan
adalah perilaku para komprador pemburu keuntungan yang selama ini
kecanduan mengimpor aneka bahan pangan, mulai dari beras, gula, daging,
sampai buah-buahan. Karena, impor bahan pangan dapat menyengsarakan
para petani, meningkatkan pengangguran, menghamburkan devisa, dan
membunuh sektor pertanian yang mestinya menjadi keunggulan kompetitif
bangsa. Dewasa ini Indonesia mengimpor sekitar 2,5 juta ton beras/tahun
(terbesar di dunia); 2 juta ton gula /tahun (terbesar kedua); 1,2 juta ton
kedelai/tahun; 1,3 juta ton jagung/tahun; 5 juta ton gandum/tahun; dan
550.000 ekor sapi/tahun.
Sejak satu dasawarsa terakhir ini pembangunan sektor pertanian
macet.Pembusukan sektor pertanian itu semakin nyata dengan
ditandatanganinya letter of intent antara IMF dengan pemerintah dimana di
dalamnya meniadakan proteksi terhadap sektor pertanian.Keterpurukan
industri pertanian semakin kukuh dengan perubahan status Indonesia dari
eksportir bahan pangan menjadi net importir untuk segala jenis bahan
makanan. Sebagai gambaran, impor beras tahun 2007 lalu mencapai 1,5 juta
ton. Impor kedelai rata-rata 1 juta ton.Krisis pangan di Indonesia, yang dapat
mengancam perekonomian, adalah gejala dunia, bukan khas Indonesia.
9
Dengan jumlah penduduk 6,3 miliar jiwa, dunia kini dan mendatang akan
menghadapi masalah ketahanan pangan. Dari 6,3 miliar penduduk dunia, 200
juta di antaranya tidak bisa tidur setiap malam karena kekurangan makanan.
Terhadap gejolak pasar keuangan di Indonesia, Presiden melihatnya sebagai
bagian dari gejala global. Dampak kenaikan harga pangan dunia tidak akan
membuat kondisi pangan di Indonesia parah seperti saat ini apabila
pemerintah menyiapkan peredam sejak awal.Mengatasi kondisi ini tentu
membutuhkan keberpihakan dalam menekan biaya produksi dan pemasaran
produk pertanian, termasuk tata niaga, agar daya saing komoditas pertanian
kian kuat.Hampir semua komoditas, mulai bawang merah, wortel, tomat,
mangga, jeruk, duku, telur, ikan, daging ayam, secara periodik selalu
mengalami tekanan harga luar biasa saat panen raya.Ironisnya, kita juga
sering tidak berdaya menahan harga komoditas pangan saat pasokan dalam
negeri menurun.
10
Kesenjangan ini jika terus dibiarkan akan meningkatkan jumlah impor
bahan pangan yang semakin besar dan bangsa Indonesia semakin tergantung
pada negara asing.Peningkatan sektor pertanian memiliki dua metode, yaitu
intesifikasi dan ekstensifikasi. Umumnya pada di negara berkembang dan maju
menggunakan intesifikasi, Intensifikasi pertanian pada hakekatnya adalah
menjadikan lahan pertanian yang sudah ada menjadi lebih intensif. Langkah ini
mampu meningkatakan jumlah produksi pertanian, namun mengingat laju
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan jika tidak diimbangi dengan
langkah ekstensifikasi lahan, maka persediaan bahan pangan yang ada masih
belum mampu mencukupi kebutuhan bahan pangan dalam negeri.
Langkah yang ditempuh untuk memecahkan masalah tersebut adalah
ekstensifikasi pertanian. Ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan merubah
suatu ekosistem (rawa atau hutan) menjadi ekosistem baru (lahan pertanian,
pemukiman , industri). Dengan alasan di atas dan semakin terbatasnya
persediaan pangan, pemerintah mengembangkan daerah rawa sebagai lahan
pertanian.
Di samping usaha intensifikasi juga harus dilakukan usaha
ekstensifikasi yaitu dengan menambah luas lahan pertanian.Reklamasi rawa
merupakan salah satu upaya saat ini dilakukan untuk memperbaiki kualitas
lahan dan menambah luas lahan pertanian sehingga dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan pangan yang semakin meningkat (Suhardjono dkk,
2010: 6).
11
yang terdapat di pantai timur Sumatera, pantai selatan Kalimantan, dan Irian Jaya
serta di beberapa tempat pantai utara Jawa.
Rawa dibagi menjadi dua yaitu rawa lebak dan rawa pasang surut.
Rawa lebak adalah wilayah daratan yang mempunyai genangan hampir sepanjang
tahun, minimal selama tiga bulan dengan tinggi genangan minimal 50 cm. Rawa
pasang surut merupakan rawa yang jumlah kandungan airnya selalu berubah-ubah
(pasang-surut), hal ini dikarenakan oleh adanya pengaruh pasang surutnya air laut.
Reklamasi dapat didefiniskan sebagai suatu usaha perbaikan,
pemanfaatan, pemulihan kemampuan, dan peningkatan kualitas lahan melalui
pemberdayaan berbagai teknologi dan pemberdayaan masyarakat yang difokuskan
pada lahan yang secara alami berkualitas rendah atau sebagai akibat dari pengaruh
manusia yang menyebabkan lahan tersebut kurang produktif (Suhardjono dkk, 2010:)
12
Gambar 1. Reklamasi rawa gambut.
Kebijakan pengembangan rawa diperlukan dua tahapan, tahapa pertama
sebagai uji kelayakan teknis untuk dapat dikembangkan pada tahapan kedua
(penghematan dan efisiensi).
1. Tahap awal
Kebijakan :
- swasembada beras
- transmigrasi
- pengembangan wilayah
- pemerataan pendapatan
- keamanan daerah
- pembatasan pantai
Strategi :
13
- fasilitas kesehatan/sosial dasar
- aksesbilitas/ transportasi via lauran
- penyediaan bak tampungan air hujan
- fasilitas pendukung dasar pertanian
2. Tahap lanjutan
Kebijakan :
- pendekatan terpadu
- diversifikasi tanaman
- keikutsertaan swasta
- peningkatan pendapatan
- kelestarian lingkungan
- desentralisasi
strategi :
14
Tujuan dari tahapan perencanaan adalah untuk mendapatkan produk-produk
dari perencanaan reklamasi rawa yang meliputi:
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pangan di
Indonesia adalah dengan: Mengikuti program KB (Keluarga Berencana) untuk
mengurangi populasi manusia di Indonesia. Selain itu juga dapat dilakukan dengan
meminimalisir impor beras agar masyarakat Indonesia merasakan padi hasil asli
Indonesia.Ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan merubah suatu ekosistem (rawa
atau hutan) menjadi ekosistem baru (lahan pertanian, pemukiman , industri). Dengan
alasan di atas dan semakin terbatasnya persediaan pangan,pemerintah
mengembangkan daerah rawa sebagai lahan pertanian.Di samping usaha intensifikasi
juga harus dilakukan usaha ekstensifikasi yaitu dengan menambah luas lahan
pertanian.Reklamasi rawa merupakan salah satu upaya saat ini dilakukan untuk
memperbaiki kualitas lahan dan menambah luas lahan pertanian sehingga dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan pangan yang semakin meningkat.
3.2 Saran
Agar usaha untuk mengatasi masalah pangan di Indonesia maksimal,
pemerintah atau badan yang berwenang benar-benar mengintensifkan lahan rawa
untuk usaha pertanian.Selain pemerintah, masyarakat juga harus ikut serta seperti
halnya mengikuti program KB yang telah diserukan oleh pemerintah.
16
DAFTAR PUSTAKA
17