Anda di halaman 1dari 9

RESUME INTERNAL AUDIT BAB 9

NAMA : RANIA FRESHTYA DEWI


NIM : 1812311022
KELAS : AKUNTANSI A

FIELDWORK PHASE
1. Review Internal Control Opening Conference & On Site Tour
Internal Control Internal Control adalah suatu bentuk pengendalian perusahaan untuk
mengatasi risiko dalam mencapai tujuan. Dewan harus memelihara system control
internal yang sehat untuk melindungi pemegang saham, investasi dan asset
perusahaan. Sedangkan, tanggung jawab manajemen adalah sebagai penentu
kebutuhan Internal Control. Audit Internal berperan dalam memelihara kontrol yang
efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensinya.

Aktivitas dalam control dapat berupa:


1) Informasi dan komunikasi
2) pengawasan.
Risiko yang muncul dalam perusahaan untuk mencapai tujuan memerlukan
pengendalian dengan manajemen risiko. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman. Kegiatan
ini berupa: penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi
risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Setelah
penilaian resiko operasional sudah dapat diidentifikasi, maka langkah selanjutnya
adalah membuat dan mengatur prosedur yang ditingkatkan untuk staf. Melalui model
9 tahap, terdapat perubahan yang lebih baik untuk mendapatkan prosedur yang lebih
tepat, lebih dipahami, dan lebih diterima. 9 tahap tersebut yaitu: pengembangan,
perkenalan, pelatihan manual, garis besar, pelatihan, penilaian, disiplin, proses
review, pemenuhan.Dalam prosedur pengintegrasian kontrol, model kontrol yang
dapat dilakukan berupa kinerja, komunikasi, kebijakan, kompetensi dan pelatihan
yang saling terintegrasi untuk menciptakan kontrol yang baik. Terlepas dari
bagaimana bagusnya desain dan prosedurnya, pengendalian intern hanya dapat
memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan
dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas. Hal ini dikenal sebagai
keterbatasan pengendalian intern suatu entitas (The Fallacy of Perfection).
keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian intern, berupa
kesalahan dalam pertimbangan, gangguan, kolusi, pengabaian dalam manajemen serta
biaya dan manfaat.

Jika setiap orang memiliki pemahaman yang jelas tentang kontrol internal dan mereka
termotivasi untuk membangun kontrol yang baik sejalan dengan operasi dan fungsi
yang dinilai berisiko dalam suatu organisasi kontrol lebih mungkin berfungsi.
Pelatihan kesadaran staf adalah salah satu cara menyampaikan pesan organisasi.
Sebuah Internal Control dapat dilakukan melalui 2 macam kegiatan audit berbasis
resiko yaitu audit of inherent risk dan audit of residual risk. Terdapat dua dimensi
yang sangat penting bagi auditor internal:
(1) kontrol tidak ada untuk diri mereka sendiri, tetapi diperlukan untuk memastikan
bahwa tujuansistem yang spesifik dicapai lebih efisien
(2) Auditor internal perlu mempertimbangkan sejauh mana keberhasilan seluruh
organisasi mencapai tujuannya. Audit internal adalah kegiatan yang independen,
objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai
tujuannya dengan pendekatan yang sistematis dan disiplin dengan tujuan untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas risiko proses manajemen kontrol dan
good corporate governance.
Opening Conference dan On Site Tour
Langkah awal dalam memulai proses audit adalah melakukan survey pendahuluan
untuk mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti.Survey pendahuluan dapat
dilakukan dengan sejumlah teknik audit. Penggunaan berbagai teknik audit tersebut
dimaksudkan agar tercapai kombinasi optimal dari berbagai upaya untuk memperoleh
dan menganalisis informasi yang relevan dengan penilaian risiko secara efisien dan
efektif. Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-teknik audit pada tahap survey
pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-langkah survey pendahuluan di
kantor unit auditor internal (on desk/off site audit), dan di lokasi unit yang diaudit (on
site audit).
a) The Opening Conference
Dalam Opening Conference, klien menjelaskan unit atau sistem yang akan
ditinjau, organisasi, sumber daya yang tersedia (personel, fasilitas, peralatan,
temuan), dan informasi relevan lainnya.Pertemuan ini dilakukan antara anggota
tim audit internal dengan manajemen perusahaan. Pertemuan ini biasanya
diselenggarakan ditempat kerja auditee.

b) On Site Tour
On site tour merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk meninjau lokasi atau
tempat dilakukan audit. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suatu gambaran
luas mengenai operasional perusahaan. Namun demikian, auditor internal harus
mengamati aktivitas operasional yang tidak biasa atau indikasi penyalahgunaan
fasilitas serta melihat sikap karyawan terhadap pekerjaannya. Dalam hal ini,
auditor internal dapat melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait
untuk memperoleh informasi secara jelas dan efektif. Untuk memastikan bahwa
wawancara merupakan bentuk komunukasi yang efektif, yayasan Pendidikan
internal Audit (2003 :16) mengemukakan bahwa : “Salah satu bentuk komunikasi
auditor dengan auditee adalah melalui wawancara. Teknik wawancara yang efektif
akan menciptakan komunikasi yang baik antara auditor dan auditee”. Dengan
demikian, jelas bahwa wawancara merupakan alat komunikasi yang sangat efektif
dilakukan antara auditor dan objek yang diaudit, sehingga auditor memperoleh
informasi dengan cepat karena terciptanya hubungan yang baik antara kedua belah
pihak.
Tujuan dari Opening Conference:
 Menumbuhkan semangat kerjasama
 Sampaikan informasi yang akan membantu audit
 Dapatkan informasi yang dibutuhkan untuk audit
 Mempromosikan perasaan kredibilitas

Merencanakan Opening Conference


Menyiapkan agenda tertulis:
 Perkenalan mereka yang hadir di konferensi
 Garis besar tugas audit
 Mengatasi masalah audit apa pun
 Koordinasi audit dengan operasi auditee
 Diskusi tentang jenis informasi yang diperlukan untuk audit dan tingkat
bantuan
 Waktu dan bentuk laporan audit

Membangun Iklim Konferensi yang Tepat


 Menumbuhkan kesopanan profesional
 Menetapkan waktu dan tempat tertentu
 Melakukannya dalam suasana yang tenang
 Mendistribusikan agenda tertulis sebelum rapat
 Mengambil sikap percaya diri tapi hormat
 Mempertahankan nada percakapan yang santai
 Memproyeksikan sikap terbuka dan kooperatif
 Menjaga pertemuan dalam waktu yang wajar

On Site Tour
On-Site Tour merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk meninjau lokasi atau
tempat dilakukan audit. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suatu gambaran
luas mengenai operasional perusahaan. Namun demikian, auditor internal harus
mengamati aktivitas operasional yang tidak biasa atau indikasi penyalahgunaan
fasilitas serta melihat sikap karyawan terhadap pekerjaannya. Dalam hal ini, auditor
internal dapat melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait untuk
memperoleh informasi secara jelas dan efektif.
Tujuan dari tour ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum tentang operasi
Operasi pemindaian untuk aktivitas yang tidak biasa, indikasi inefisiensi, fasilitas
yang tidak digunakan, pekerja yang menganggur, perawatan mesin yang buruk
Amati sikap karyawan terhadap pekerjaan mereka dan bagaimana mereka
berhubungan satu sama lain dan dengan manajemen
Opening Conference
Selama Opening Conference ini, klien menjelaskan unit atau sistem yang akan
ditinjau, organisasi, sumber daya yang tersedia (personel, fasilitas, peralatan, temuan),
dan informasi relevan lainnya. Adalah penting bahwa klien mengidentifikasi masalah
atau bidang perhatian khusus yang harus ditangani.
Opening Conference dilakukan antara anggota tim audit internal dengan manajemen
perusahaan. Pertemuan ini biasanya diselenggarakan di tempat kerja auditee.

2. Prosedur Analitis & Penarikan Kesimpulan


Prosedur analitis memberikan analitis laporan singkat dari rangkuman data kuantitatif
yang mencakup laporan keuangan dan laporan kegiatan lainnya. Saat pelaksanaan
tinjauan prosedur analitis, auditor internal membandingkan hasil nyata untuk aktivitas
audit dari tahun ke tahun, contohnya membandingkan hasil operasi dengan anggaran.
Prosedur analitis digunakan untuk membandingkan dan menghubungkan apakah
account balances atau data yang lain relevan.
Prosedur Analitis
 Bandingkan total saat ini dengan periode sebelumnya
 Bandingkan hasil operasi dengan anggaran
 Bandingkan dengan rata-rata industri
 Kaitkan informasi keuangan dengan data operasi
 Bandingkan dengan divisi atau departemen serupa
 Bandingkan kinerja dengan data ekonomi
 Pindai item yang tidak biasa
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data
non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan. 2.
Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan merupakan hasil keputusan auditor
mengenai perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari
jumlah jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh
auditor. Auditor internal tidak boleh mencoba untuk menarik kesimpulan untuk
seluruh populasi yang didasarkan pada sampel terbatas. Untuk mengembangkan
kesimpulan audit atas data, auditor internal memerlukan proses dimana mereka harus:
- Memahami total populasi dari item yang diperhatikan dan mengembangkan rencana
pemilihan sampel dari populasi.
- Menarik sampel dari populasi yang didasarkan pada rencana pemilihan sampel.
- Mengevaluasi item sampel terhadap tujuan audit.
- Mengembangkan kesimpulan untuk seluruh populasi berdasarkan hasil sampel audit.

Setiap kali seorang auditor internal perlu untuk menarik kesimpulan berdasarkan
populasi dari beberapa item tetapi tidak ingin memeriksa seluruh populasi, sampling
audit dapat membimbing menuju audit yang lebih baik dan lebih efisien. Sampling
audit yang baik biasanya didapatkan dengan menggunakan sampling statistik. Alasan
yang mendorong penggunaan sampling audit dari sampling statistik khususnya
meliputi:
- Kesimpulan yang ditarik mengenai seluruh populasi data. Jika metode sampling
statistik yang digunakan, informasi dapat diproyeksikan secara akurat atas seluruh
populasi tanpa melakukan pemeriksaan 100% populasi.
- Hasil sampel objektif dan dapat dipertahankan. Kesalahan pengendalian internal
sering terjadi secara acak, dan masing-masing kondisi kesalahan harus memiliki
kesempatan yang sama untuk diseleksi dalam sampel audit.
- Memungkinkan tidak diperlukannya penambahan sampel saat melakukan sampling
audit. Menggunakan teknik statistik berbasis matematika, auditor sering tidak perlu
meningkatkan ukuran sampel langsung secara proporsional dengan ukuran populasi
untuk dijadikan sampel.
- Sampling statistik kadangkala dapat memberikan akurasi yang lebih tepat daripada
tes 100%. Ketika jumlah item data dihitung secara keseluruhan lebih besar, risiko
kesalahan administrasi dan audit signifikan meningkat.
- Cakupan audit dari beberapa lokasi seringnya hanya bisa diuji dengan sampling
statistik.
- Prosedur sampling sederhana untuk diterapkan.

Meskipun banyak keuntungan yang diperoleh dari sampling audit, auditor internal
harus ingat bahwa informasi tentang populasi yang tepat tidak dapat diperoleh
berdasarkan hanya pada sampel, apakah itu judgmental ataupun statistik. Hanya
dengan membuat tes 100% dan mengikuti prosedur audit yang baik, auditor internal
dapat memperoleh informasi yang tepat. Evaluasi bukti audit diperlukan untuk
menyiapkan laporan audit yang tepat, evaluasi ini dilakukan selama dan pada akhir
audit atau pada akhir pekerjaan lapangan. Pengevaluasian selama audit bersamaan
dengan dilakukannya verifikasi atas asersi laporan keuangan. Pengevaluasian pada
akhir pekerjaan lapangan dilakukan saat auditor akan memutuskan pendapat yang
akan dinyatakan dalam laporan audit. Evaluasi bukti ini harus lebih teliti lagi bila
menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar, seperti:
 Pengawasan intern yang lemah. Dalam situasi ini auditor harus menemukan bukti-
bukti lain yang dapat menggantikan bukti yang dihasilkan oleh sistem akuntansi
dengan pengawasan yang lemah.
 Kondisi keuangan klien yang tidak sehat. Pada kondisi ini manajemen cenderung
menunda penghapusan piutang yang sulit ditagih atau menunda penghapusan
persediaan barang yang sudah tidak bernilai.
 Manajemen yang tidak dapat dipercaya. Auditor perlu mempertimbangkan kembali
penugasan yang diberikan padanya apabila manajemen tidak dapat dipercaya.
Alasannya karena laporan keuangan merupakan pernyataan manajemen dan
dihasilkan juga oleh manajemen.

3. Teknik Audit Kerja Lapangan


Pekerjaan lapangan (field work)merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan
secara sistematis dengan mengumpulkan bahan bukti secara objektif mengenai
operasi entitas, mengevaluasinya, dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi
standar yang dapat di terima dan mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan dan
menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen. Dalam
melaksanakan pekerjaan lapangan, internal audit menerapkan teknik-teknik audit serta
menerapkan penelaahan yang tepat saat mengumpulkan, menyusun, mencatat, dan
mengevaluasi bahan bukti audit. 

TahapPemeriksaan Lapangan (Fieldwork Phase) Field work merupakan proses untuk


mendapatkan keyakinan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti secara
objektif mengenai operasi entitas, mengevaluasinya dan melihat apakah operasi
tersebut telah memenuhi standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan; dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh
manajemen. Istilah “proses yang sistematis” mengimplikasikan langkah-langkah audit
terencana yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Istilah tersebut juga
memiliki makna bahwa auditor internal akan menerapkan persyaratan profesional
dalam melakukan audit, serta menerapkan penelaahan yang tepat saat mengumpulkan,
menyusun, mencatat, dan mengevaluasi bahan bukti audit. “Persyaratan profesional”
berarti kebebasan penuh dari segala bias yang akan mempengaruhi pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti. Bebas dari bias dicapai melalui independensi dan
objektivitas, baik dalam kenyataan maupun persepsi. Objektifitas nyata muncul dari
perilaku mental yang tidak memihak, perilaku yang mendasarkan pada pengetahuan
dan menuilai bukti benar-benar murni dalam kenyataannya tanpa memandang orang
yang menyediakannya. Penilaian seperti ini harus dicapai tanpa memedulikan
perasaan, prasangka, opini, dan kepentingan, serta tekanan dari pihak eksternal.

Tujuan pekerjaan lapangan untuk membantu pemberian keyakinan dengan


melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sehingga menjadi
sesuai dengan tujuan audit yang ingin dicapai. Tahap persiapan untuk melakukan
pekerjaan lapangan dilakukan pada saat survei pendahuluan telah diselesaikan dan
program audit telah disiapkan. Bagian-bagian dari rencana strategis mencakup:
1. Kebutuhan anggota team: merencanakan jumlah dan kualifikasi staff yang akan
melakukan audit. Misalnya dalam melaksanakan audit internal di perusahaan yang
memiliki banyak cabang, maka setidaknya anggota tim yang ditugaskan harus
mencukupi jumlahnya.
2. Kebutuhan sumber daya dari luar (sumber dari luar, sumber dari mitra,
penggunaan ahli, peminjaman staf, dan sebagainya): merencanakan dengan
identifikasi dan estimasi apa, kapan, bagaimana sumber yang dibutuhkan
ditambahkan dalam proses audit nantinya. Misalnya audit internal di perusahaan
batu bara, mungkin diperlukan ahli untuk menilai persediaan kedepan.
3. Pengorganisasian staf audit: mengidentifikasi apakah rencana berbentuk ramping
(dengan lapisan supervisi yang terbatas) atau gemuk (banyak lapisan supervisi)
tergantung pada kompleksitas kerja dan rentang kontrol yang dibutuhkan.
4. Wewenang dan tanggung jawab: mengidentifikasi struktur komando dalam tim
audit, hal ini mencakup bagaimana mendefinisikan alur wewenang yang berkaitan
dan secara khusus menggambarkan otorisasi yang didelegasikan ke setiap lini dan
staf dalam tim audit.
5. Struktur pekerjaan lapangan: pada bagian ini urutan-urutan progam audit
direncanakan. Aktivitas yang berurutan saling berhubungan untuk meyakinkan
bahwa terdapat susunan alur kerja yang sistematis. Hal ini dilakukan agar dari satu
auditor dengan yang lainnya tidak saling menunggu hasil pekerjaan yang lainnya.
6. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan: mengestimasikan waktu yang mencakup
kebutuhan waktu untuk aspek administrative seperti penghubung antar kelompok
dan dalam kelompok, kebutuhan waktu untuk kegiatan non operasi dan
pendokumentasian serta penulisan draf laporan audit berisi hasil-hasil pekerjaan
lapangan.
7. Metode pengerjaan lapangan: ada enam metode yang biasa dipakai, yaitu:
observasi, konfirmasi, verifikasi, investigasi, analisis, dan evaluasi.
8. Metode pendokumentasian: melibatkan akumulasi bahan bukti dan penyiapan
kertas kerja. Bagian ini membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode pekerjaan
lapangan dan juga penggunaan akhir dari audit. Contohnya memilih pernangkat
lunak dan keras yang digunakan untuk pendokumentasian bahan bukti.
9. Penyiapan laporan: laporan harus dirancang dengan mempertimbangkan pembaca
dan pengguna. Pertimbangan kemampuan dan tanggapan pembaca haruslah
menjadi perhatian utama dalam rancangan dan isinya.
10. Rencana kontingensi: untuk mengantisipasi aktivitas yang tidak berjalan sesuai
rencana, perlu ada rencana kontinjensi (alternatif). Rencana ini mengatasi jikalau
situasi seperti kekurangan staff karena sakit, halangan yang material dari klien,
penarikan sumberdaya audit, dll.

Teknik Kerja Lapangan Auditor memeriksa dokumen, transaksi, kondisi, dan proses
untuk mendapatkan fakta-fakta dan kesimpulan. Istilah pemeriksaan mencakup baik
pengukuran maupun evaluasi. Auditor memiliki banyak teknik untuk membantu
mereka mencapai tujuannya. Yang belum jelas hanyalah disebut apa teknik-teknik
tersebut di antara para auditor. Teknik-teknik tersebut dikelompokkan dalam enam
judul yang dapat menuntun auditor dari awal hingga akhir pekerjaan lapangan.
Definisi dari setiap judul hanya relevan untuk pemeriksaan audit dan bukan untuk
penggunaan umum. Enam bentuk pekerjaan lapangan, lima teknik pertama bisa
dianggap sebagai bagian dari proses pengukuran. Teknik terakhir mengevaluasi,
memberi makna pada informasi yang dikumpulkan auditor.
Berikut adalah teknik-teknik tersebut:

 Mengamati/Observasi
Observasi berarti melihat, memperhatikan, dan tidak melewatkan hal-hal yang
dianggap penting. Observasi juga berarti pemeriksaan visual yang memiliki tujuan,
memiliki nuansa perbandingan dengan standar, dan suatu pandangan yang evaluatif.
Observasi penting untuk dilakukan dan biasanya diterapkan sebelum teknik-teknik
lainnya. Biasanya observasi harus dikonfirmasi kebenarannya dengan melakukan
analisis atau investigasi. Observasi biasanya berlangsung pada saat survei
pendahuluan ketika auditor mencoba untuk lebih memahami lingkungan yang diaudit
dan alur kerja serta sistem dan proses. Tetapi observasi juga dapat dilakukan saat
mengajukan untuk melihat reaksi dan tingkah laku auditee. Observasi juga dapat
berlangsung saat auditor memperoleh kesan mengenai tempo pekerjaan, fasilitas,
penugasan staf, dan kondisi kantor.

 Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan selama proses audit bisa secara lisan maupun tertulis.
Pertanyaan lisan umumnya yang paling sering digunakan namun mungkin yang paling
sulit untuk dikemukakan. Pertanyaan tertulis biasanya merujuk pada prosedur-
prosedur yang sudah ada untuk menentukan apakah prosedur-prosedur tersebut sudah
relevan, valid, selalu diperbarui, dan ditaati.
 Menganalisis
Menganalisis berarti memeriksa secara rinci. Artinya kita memecah entitas yang
kompleks ke dalam bagian-bagian kecil untuk menentukan karakteristik yang
sebenarnya. Menganalisis juga berarti melihat lebih dalam beberapa fungsi, aktivitas,
atau sekelompok transaksi dan menentukan hubungannya masing-masing. Analisis
dimaksudkan untuk mengetahui kualitas, penyebab, dampak, motif, dan
kemungkinan-kemungkinan yang seringkali dapat menjadi fasilitator bagi penelitian
selanjutnya atau sebagai dasar pertimbangan.

 Memverifikasi
Memverifikasi berarti mengonfirmasi kebenaran, akurasi, keaslian, atau validitas atas
suatu bukti audit. Cara ini paling sering digunakan untuk mendapatkan kebenaran
fakta atau rincian dalam suatu akun atau laporan. Hal ini mengimplikasikan upaya
yang disengaja untuk menentukan akurasi atau validitas suatu laporan atau tulisan
dengan mengujinya, seperti membandingkannya dengan fakta yang diketahui, dengan
data asli, atau dengan suatu standar. Verifikasi mencakup konfirmasi, dimana semua
keraguan terhapuskan melalui validasi independen oleh pihak-pihak yang okjektif.
Verifikasi juga mencakup perbandingan, yaitu pernyataan dari seseorang dikonfirmasi
melalui pembahasan dengan orang-orang lain, atau satu dokumen dibandingkan
dengan satu atau lebih dokumen lain yang valid.

 Menginvestigasi
Investigasi merupakan proses tanya jawab untuk menemukan fakta-fakta yang
tersembunyi dan mencari kebenaran. Investigasi mengimplikasikan penelusuran
informasi yang sistematis yang diharapkan auditor bisa ditemukan atau perlu
diketahui. Auditor bisa menginvestigasi, tapi menginvestigasi berbeda dengan
mengaudit. Audit mengandung objektivitas, sedangkan investigasi berarti berupaya
mencari bahan bukti atas terjadinya kesalahan. Sawyer mengartikan investigasi
sebagai cara menangani suatu kondisi yang mencurigakan.

 Mengevaluasi
Evaluasi, dalam audit, artinya menimbang apa yang telah dianalisis dan menentukan
kecukupan, efisiensi, dan efektivitasnya. Evaluasi mencerminkan kesimpulan yang
dihasilkan auditor berdasarkan fakta-fakta yang telah dikumpulkan. Evaluasi
mengimplikasikan pertimbangan profesional, dan merupakan rangkaian yang berjalan
melewati keseluruhan proses audit. Pada tahap awal pemeriksaan audit, auditor harus
mengevaluasi risiko-risiko yang akan terjadi, diantaranya risiko audit (risiko
menghilangkan suatu aktivitas dari rencana audit, dibandingkan dengan biaya
pemeriksaannya). Dalam program audit, auditor harus mengevaluasi perlunya
pengujian rinci sebagai pengganti survei atau penelusuran. Dalam prosedur
pengambilan sampel, auditor harus mengevaluasi ketepatan dan tingkat keyakinan
yang dibutuhkan untuk mencapai keandalan sampel yang auditor yakin dibutuhkan.
Karena auditor membandingkan transaksi dengan standar dan menemukan
penyimpangannya, mereka harus mengevaluasi tingkat signifikansi dari
penyimpangan tersebut dan menentukan apakah tindakan perbaikan diperlukan.
4. Evidence
 Evidence Bukti audit adalahinformasi yang diperoleh auditor internal melalui
pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti auditor harus
memberikan dasar nyata untuk opini, kesimpulan dan rekomendasi audit.Bukti audit
terdiri dari bukti fisik, pengakuan, dokumen dan analitis. Bukti fisik diperoleh dari
mengamati orang, kejadian bukti

pengakuan berbentuk surat atau pernyataan sebagai jawaban atas pertanyaan.


Dokumen merupakan bentuk bukti audit yang paling biasa bisa dalam bentuk
dokumen internal ataueksternal. Bentuk analitis berasal dari analisis dan verifikasi
dimana sumber bukti ini adalah perhitungan: perbandingan dengan standar, operasi
masa lalu, operasi yang serupa, hokum/regulasi, pertimbangan kewajaran dan
informasi yang telah dipecah kedalam bagianbagian kecil. Mengumpulkanbukti Audit
yang Tepat Auditor internal membuat penilaian mengenai masalah audit atau
memenuhi tujuan audit mereka melalui review terinci dari apa yang disebut bukti
audit. Artinya, auditor internal umumnya tidak melihat setiap item dalam area
perhatian audit untuk mengembangkan bukti untuk mendukung audit. Sebaliknya,
auditor internal memeriksa sekumpulan berkas atau laporan terbatas dan mereview
item sampel yang dipilih untuk mengembangkan kesimpulan audit atas seluruh
kumpulan atau populasi data. Review atas kontrak peralatan untuk produsen kecil
mungkin tidak melibatkan lebih dari jumlah item yang sangat terbatas dimana auditor
dapat melakukan review 100% daribukti audit, laporan kontrak peralatan. Pendekatan
ini jauh lebih sulit ketika audit internal dihadapkan dengan populasi item yang besar
untuk diperiksa- ratusan, ribuan, atau bahkan lebih. Teknik audit sampling dapat
membantu auditor internal menentukan ukuran sampel yang sesuai dan
mengembangkan pendapat untuk jenis tugas audit ini.

Audit sampling memiliki dua cabang utama, yaitu:


1. Statistikal Sampling Adalah metode berbasis matematika dalam memilih item yang
mewakili yang dapat mencerminkan karakteristik dari seluruh populasi.
Menggunakan hasil tes audit pada item sampel statistik, auditor internal dapat
menyatakan opini pada keseluruhan kelompok. Contoh: seorang auditor
mengembangkan sampel statistic dari item di inventori, menguji item dari sampel
tersebut untuk jumlah atau nilai fisiknya, dan kemudian menyatakan opini pada nilai
atau akurasi untuk keseluruhan inventori.
2. Nonstatistikal Sampling Disebut juga judgemental sampling, tidak didukung oleh
teori matematika dan tidak memungkinkan auditor internal untuk menyatakan opini
statistik yang tepat (statistically precise) pada seluruh populasi. Meskipun demukian
tipe sampling ini merupakan alat audit yang cukup berguna.

Anda mungkin juga menyukai