Anda di halaman 1dari 4

RESUME INTERNAL AUDIT BAB 11

NAMA : RANIA FRESHTYA DEWI


NIM : 1812311022
KELAS : AKUNTANSI A

KERTAS KERJA AUDIT

A. Filling Sistem (Pengarsipan)


Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap
kliennya, akan tetapi ada 6 Klasifikasinya yaitu:

1) Arsip kini (current file), yaitu arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah
selesai dilakukan/historis. Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya
mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit saja.

Current file dibuat setiap melaksanakan audit. Kertas kerja ini harus dibuat
dengan jelas dan secara eksplisit memberikan informasi berikut:

 Hasil review dari internal control dan pengembangan dari sebuah rencana
audit atau update dari planning.
 Korespondensi dari Auditee untuk memulai suatu audit, konfirmasi,
memvalidasi temuan, dan mengonfirmasi semua tindakan perbaikan yang
diambil.
 Melakukan suatu tes untuk mencapai tujuan audit yang telah diidentifikasi.
 Kesimpulan yang diambil oleh auditor dari hasil kerja.

Contoh : Akta Pendirian Perusahaan, Informasi Bisnis dan Jenis Usaha Klien
(UCBIQ), Perjanjian Pinjaman dan Kontrak Jangka Panjang, Neraca saldo, Berita
acara kas opname, Rekonsiliasi bank, Rincian piutang, Rincian persediaan
Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain.

2) Arsip permanen (permanent file), yaitu untuk data yang secara relatif tidak
mengalami perubahan. Berisi kertas-kertas kerja yang dapat digunakan selama
pemeriksaan tahun berjalan.

Contoh: Draft Laporan Auditor, Laporan Keuangan Perusahaan (Inhouse/Home


Statement), Laporan Audit Final, Management Letter, Surat Representasi Klien,
Review Points, Kertas Kerja Perencanaan Audit, Kertas Kerja Pengujian
Substantif seperti Working Balance Sheet, Working Profit and Loss, Notulen
Rapat, Accounting Manual, Ayat Jurnal Koreksian Auditor, Audit Program dan
kertas kerja lainnya yang berkaitan dengan audit tahun berjalan.

Arsip permanen berisi informasi berikut ini :


1. Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2. Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang berhubungan dengan
pengendalian intern
4. Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang
5. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk
klien.
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1) Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan
dalam audit tahun-tahun mendatang.
2) Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi
staf yang baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
3) Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.

Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak pernah mengalami


perubahan harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanen. Akun-akun seperti
tanah, gedung, akumulasi depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal
saham dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah jarang
mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pemeriksaan pertama terhadap akun
tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa tahun,
sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa transaksi-
transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam
hal ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu auditor karena perubahan-
perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen,
tanpa harus memunculkan kembali informasi-informasi tahun-tahun sebelumnya
dalam kertas kerja tersendiri.

3) Tax File; berisi informasi yang berkaitan dengan kewajiban klien dibidang
perpajakan tahun berjalan, tahun-tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang.
Berkas ini juga berfungsi sebagai dasar pengisian SPT Tahun berjalan.

4) Corespondence file: merupakan arsip surat menyurat, facisimile dan lain lain.

5) Berkas Lampiran
Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan dokumen yang menjadi data
mentah bagi proses pengujian bukti audit. Informasi mengenai proses dan hasil
pengujiannya sendiri dimasukkan dalam berkas audit analisis.

6) Berkas Khusus
Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Sebagian besar informasi ini berkaitan dengan indikasi kecurangan yang perlu
ditindak lanjuti dengan pemeriksaan khusus. Sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007, Kertas Kerja Audit
harus disusun dalam satu berkas dan diserahkan oleh Ketua Tim kepada Sub
Bagian Tata Usaha Wilayah untuk diarsipkan.

B. Analisis Auditor dalam Kertas Kerja Audit


Cara membuat kertas kerja yang baik

1. Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti :


a. Berisi semua informasi yang pokok. Auditor harus dapat menentukan
komposisi semua data   penting yang harus dicantumkan dalam kertas kerja.
b. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.
c. Kertas kerja harus dapat “berbicara” sendiri, harus berisi informasi yang
lengkap, tidak berisi informasi yang masih belum jelas atau pertanyaan yang
belum terjawab.
2. Teliti, dalam pembuatan kertas kerja, auditor harus memperhatikan ketelitian dalam
penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan
perhitungan.
3. Ringkas, kertas kerja harus dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang
relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Analisis
yang dilakukan oleh auditor harus merupakan ringkasan dan penafsiran data dan
bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke dalm kertas kerja.
4.  Jelas, kejelasan dalam menyajikan informasi kepada pihak-pihak yang akan
memeriksa kertas kerja perlu diusahakan oleh auditor. Penyajian informasi secara
sistematik perlu dilakukan.
5. Rapi, Kerapian dalam pembuatan kertas kerja dan keteraturan penyusunan kertas
kerja akan membantu auditor senior dalam me-review hasil pekerjaan stafnya serta
memudahkan auditor dalam memperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.

Anda mungkin juga menyukai