Anda di halaman 1dari 3

RESUME INTERNAL AUDIT BAB 12

NAMA : RANIA FRESHTYA DEWI

NIM : 1812311022

KELAS : AKUNTANSI A

DEVELOPMENT OF REVIEW FINDINGS

Tujuan dan Cara Pengujian

Auditor internal harus realistis dan adil dalam melakukan pertimbangan dan mengambil
kesimpulan. Auditor internal harus memiliki naluri bisnis yang baik untuk mengembangkan
temuan-temuan mereka. Karena mereka membuat dan melaporkan temuan audit, auditor internal
harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini:

a. Meninjau keputusan manajemen bisa jadi tidak adil dan realistis. Auditor internal harus
rnempertimbangkan keadaan-keadaan yang ada pada saat kelemahan terjadi. Keputusan
nanajemen didasarkan pada fakta-fakta yang tersedia saat ini. Auditor internal seharusnya
tidak mengkritik suatu kebijakan hanya karena mereka tidak setuju atau karena mereka
memilik informasi baru yang tidak tersedia bagi pengambil keputusan. Auditor internal
seharusnya tidak mengganti pertimbangan audit dengan pertimbangan manajemen.
b. Auditor, bukan klien, harus bertanggung jawab untuk memberikan bukti. Jika sebuah
temuan audit belum dibuktikan secara mendalam untuk memuaskan seseorang yang
objektif dan wajar maka temuan ini tidak bisa dilaporkan.
c. Auditor internal harus tertarik pada perbaikan kinerja.
d. Auditor internal memiliki keharusan untuk melakukan peninjauan atas temuan- temuan
audit. Mereka harus memeriksa dengan teliti untuk menemukan alasan-alasan yang
mengandung kesalahan. Auditor internal, seperti halnya pendukung pernyataan lainnya,
akan tergoda untuk merasionalkan interpretasi untuk mendukung temuan mereka. Setelah
menghabiskan banyak waktu dan tenaga, auditor cenderung melindungi dan
mempertahankan temuan mereka menghadapi pertanyaan-pertanyaan sempurna yang
logis. Akan tetapi, temuan-temuan tersebut mungkin tidak dapat dipertahankan dengan
berjalannya waktu atau bila dihadapkan pada pertanyaan- pertanyaan yang lengkap.

Setiap kali auditor internal menemukan kecacatan atau kekurangan audit yang potensial,
ringkasan singkat kondisi yang ditemukan dan temuan potensial dan rekomendasi harus
dipersiapkan. Ringkasan tersebut dinamakan dengan audit preliminary findings sheet. Contoh
berikut ini merupakan contoh atas Preliminary Audit Findings: Purchasing and Accounts Payable
Audit.

Temuan audit yang potensial harus di review dengan manajemen selama proses audit untuk
menentukan adakah temuan audit bersifat faktual dan terlihat signifikan. Bergantung pada
jangkauan dan luas dari audit, potensi temuan audit harus di review pada beberapa poin selama
jangka waktu review. Jika sebuah proses audit di jadwalkan lebih dari beberapa minggu, auditor
bersangkutan yang bertanggung jawab harus melakukan penjadwalan meeting dengan
manajemen setudaknya pada setiap akhir minggu untuk mendiskusikan seluruh temuan yang
dikembangkan selama minggu tersebut. Jika temuan audit bersifat minor pada manajemen dapat
menempuh prosedur tindakan korektif, dimana manajemen dapat menekankan atau menghapus
temuan- temuan minor yang ditemukan pada saat proses audit.

Untuk temuan-temuan lain, auditor yang bertanggung jawab harus melakukan review terhadap
temuan yang ada untuk memastikan bahwa cost savings telah di indikasikan dan dilaporkan
secara wajar dan juga temuan memiliki hubungan dengan efektifitas kinerja operasional. Hal
tersebut dapat mendorong auditor untuk menyajikan temuan yang ada dan menyediakan
rekomendasi pada manajemen (local management) sekaligus memperoleh reaksi dan komentar
dari manajemen yang bersangkutan. Prosedur tersebut juga memberikan peluan bagi kedua
belah pihak untuk melakukan koreksi atas kesalahan yang ada pada laporan temuan audit. Cost-
efectiveness analysis merupakan kalkulasi dari rasio keuangan pada hubungannya dengan
temuan audit sebagai analisis tambahan yang berarti bahwa pada relasinya terhadap sebah
temuan, Cost- efectiveness analysis dapat di gunakan untuk memperoleh informasi tambahan dan
untuk menganalisis, memodifikasi dan memperluas rasio yang sudah ada.

Keputusan utama yang harus di buat adalah apakah keputusan audit internal individual harus
dibuat pada manajemen level bawah (local levels) atau keputusan audit internal individual
dilakukan dengan membutuhkan persetujuan dari otoritas pusat. Pada audit internal, keputusan
dan tindakan terkait dengan hal tersebut membutuhkan perubahan pada modifikasi prosedur
audit yang dibutuhkan, prosedur sangat dibutuhkan untuk melaporkan tipe cacat atau
kekurangan, negosiasi dibuthkan untuk mengambil tindakan atas temuan audit, cara atau
prosedur pelaporan temuan audit, dan follow-up oleh internal auditor atas tindakan korektif yang
diambil untuk memperbaiki kekurangan atau kecacatan.

Argumen pendukung delegasi secara desentralisasi pada audit secara umum meliputi:

a. Membebaskan manajemen tingkat atas dari keputusan-keputusan yang dianggap minor


atau kecil sehingga dapat menangani hal-hal lain yang lebih penting. Manajemen atas
tidak harus selalu melakukan review atau mengirimkan persetujuan terhadap detail-detail
yang kurang signifikan dan dapat mengalihkan dari tujuan utama mereka terhadap
keputusan strategi audit manajemen.
b. Manajemen tingkat bawah (local levels) sering dijumpai memiliki pengetahuan yang
lebih besar atas masalah-masalah yang ada pada tingkatannya. Daripada menyerahkan
penyelesaian suatu masalah kepada manajemen tingkat atas untuk pengambilan
keputusan terhadap suatu masalah, manajemen tingkat bawah dapat mengambil tindakan
langsung dalam cara yang lebih cepat dan tepat.
c. Penundaan atas informasi terhadap manajemen tingkat atas dan keputusan akan suatu
masalah dapat di hindari. Manajemen tingkat bawah seringkali lebih memiliki motivasi
untuk menyelesaikan suatu masalah pada level mereka sendiri dalam suatu organisasi dan
juga memiliki kesempatan untuk mengembangkan keputusan yang sekiranya pantas.

Sedangkan pada argumen pendukung sentralisasi sebagian besar memiliki argumen meliputi:

a. Kelompok audit yang terpisah memungkinkan tidak adanya pengetahuan atas implikasi
penuh atas beberapa peraturan dan tujuan umum dari perusahaan. Hal ini secara
partikular benar jika didapati link komunikasi pada kelompok- kelompok audit tertentu
bersifat lemah. Decentralized-enterprise field auditors mungkin memiliki masalah pada
penjelasan rasional dibalik peraturan pengambilan keputusan secara umum dan atau
menghadapi kesulitan untuk mengkomunikasikan keputusan tersebut.
b. Pada perusahaan yang memiliki audit internal yang tersentralisasi secara umum
menemukan bahwa lebih mudah untuk memelihara atau mempertahankan keseragaman
dari standar perusahaan. Standar-standar tersebut dapat dibentuk melalui kebijakan umum
dan prosedur atas audit internal yang kuat dan juga melalui komunikasi pesan via e-mail,
conference calls, dan alat-alat lain.
c. Fungsi desentralisasi audit internal sewaktu-waktu dapat menjadi subjektif dalam artian
adanya loyalitas yang berlebihan (forge too-strong loyalties) terhadap unit pelaporan
lokal mereka (local reporting units). Audit manajer local dapat berorientasi memiliki
tingkat loyalitas yang lebih besar pada manajer divisi atau pabrik dimana fungsi audit
lokal seharusnya ditujukan, yaitu kepada Chief Audit Executives (CAE) atau dapat
diterjemahkan menjadi Kepala Eksekutif Audit. CAE disini merupakan posisi senior di
dalam organisasi yang bertanggung jawab atas aktivitas audit internal. Biasanya, posisi
ini adalah direktur audit internal.

Kepala Eksekutif Audit adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengawasi layanan kontrak
dan memastikan kualitas keseluruhan kegiatan, melapor kepada manajemen senior dan Dewan
tentang aktivitas audit internal, dan tindak lanjut atas penugasan.

Anda mungkin juga menyukai