2. Penyidikan
Adalah serangkaian kegiatan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan bukti, dan
dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi untuk menemukan
tersangkanya.
Wewenang penyidik :
- Menggeledah dan menyita surat dan barang bukti
- Memanggil dan memeriksa saksi
- Memanggil dan memeriksa terangka
- Mendatangkan ahli untuk memperoleh keterangan ahli yang dapat juga diberikan
dalam bentuk laporan ahli
- Menahan tersangka
3. Pra-penuntutan
Adalah tindakan jaksa (penuntut umum) untuk memantau perkembangan penyidikan
setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari
atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari
penyidik serta memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat
menentukan apakah berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap
penuntutan.
4. Penuntutan
Adalah tindakan penuntut umum yang melimpahkan perkara ke pengadilan negeri
yang berwenang, sesuai dengan cara yang diatur dalam hukum acara pidana, dengan
permintaan agar diperiksa dan diputus oleh hakim di siding pengadilan.
Apabila penuntut umum berpendapat bahwa tidak dapat dilakukan penuntutan karena
dari hasil penyidikan tidak terdapat cukup bukti, maka penuntut umum dengan surat
ketetapan menghentikan penuntutan. Sebaliknya, apabila penuntut umum berpendapat
bahwa terdapat cukup bukti maka ia segera membuat surat dakwaan.
5. Pemeriksaan di pengadilan
Pemeriksaan di pengadilan berkenaan dengan pembuktian. Bukti-bukti itu meliputi :
- Saksi-saksi yang telah diperiksa oleh penyidik dipanggil Kembali ke sdiang
pengadilan untuk memperoleh alat bukti keterangan saksi
- Tersangka yang sudah diperiksa ditahap penyidikan, diperiksa Kembali di siding
pengadilan, untuk mendapatkan alat bukti keterangan terdakwa
- Ahli yang telah memberikan keterangan di penyidikan atau yang telah membuat
laporan ahli, dipanggil lagi untuk didengar pendapatnya atau dibacakan
laporannya di siding pengadilan, agar di peroleh alat bukti keterangan ahli.
- Surat dan barang bukti yang telah di sita oleh penyidik diajukan ke siding
pengadilan untuk dijadikan alat bukti surat dan petunjuk.
Alat bukti yang sah terdiri dari :
- Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Keterangan terdakwa
- Petunjuk
6. Putusan pengadilan
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwa benar-benar bersalah.
7. Upaya Hukum
Adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan
yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi, atau hak terpidana untuk
mengajukan permohonan peninjauan Kembali atau hak jaksa agung untuk
mengajukan kasasi demi kepentingan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur
undang-undang.