Anda di halaman 1dari 4

C.4 Bukti yang dibutuhkan (kriminal vs.

perdata)
 Pada kasus pidana, bukti harus dapat membuktikan tanpa keraguan sedikitpun "beyond a
reasonable doubt" bahwa perbuatan pidana terjadi dan tersangkalah pelakunya. Bukti harus
memuaskan pertanyaan atau menjawab keraguan dan bantahan atau sangkalan dan alibi
sehingga tidak meninggalkan kesimpulan lain selain kesimpulan bersalah (guity), Selain
itu maksud "beyond a reasonable doubt" di sini menurut sistem pembuktian menurut undang
undang secara negatif adalah bahwa hakim tidak boleh ragu dan harus yakin bahwa pidana
itu ada berdasarkan alat bukti yang diajukan penuntut. Tugas investigator adalah untus
menyediakan bukti-bukti agar menghilangkan keraguan dalam membuat keputusan. Upaya
mencari buktinya harus lebih sahih, harus memuaskan dan tidak menimbulkan kesimpula
lain yang tidak jelas.
 Pada kasus perdata, bukti harus membuktikan bahwa kesalahan atau kekeliruan dan kekhilafan
(wrong) terjadi dan memiliki bukti-bukti dalam jumlah besar atau berupa demonstrasi
(pertunjukan) yang bukan kepastian tetapi sebuah kemungkinan (probabilitas) yang lebih
besar "preponderance of the proof or a demanstration, not of certainty. but of greater prpbability
Bukti juga harus jelas dan membuktikan "clear and convincing” sehingga berdasarkan bukti
yang ada hakim sudah bisa membuat keputusan.

D. Investigasi dan pembuktian serta alat bukti


Sebagaimana telah dijelaskan di bab sebelumnya nahwa fraud examination, investigasi/reserse, dan
audit investigatif metodologinya diarahkan ke litigasi khususnya ranah pidana. Selain itu pada aksioma
fraud isebutkan eksistensi fraud adalah wewena hakim atau juri. Oleh karena itu, sebelum ada
pemeriksaan pengadilan, pada ranah pidana, sesuai KUHAP maka harus ada serangkaian kegiatan untuk
mencari dan menemukan bukti dan adanya upaya mendapatkannya dengan pemaksaan. Rangkaian
kegiatan untuk mencari dan menemukan bukti disebut penyelidikan dan upaya mendapatkannya
dengan pemaksaan atas kekuatan undang-undang dijumpai pada tahap penyidikan.
Mengacu pada pengertian alat bukti dan barang bukti menurut KUHAP, maka bukti adalah benda, surat
dan atau keterangan, yang ditemukan/ didapatkan dalam penyelidikan dan atau penyidikan dugaan
tindak pidana, dimana benda, surat dan atau keterangan tersebut setelah dijadikan fakta yuridis/hukum
dalam persidangan merupakan alat bukti yang syah.
alat bukti, barang bukti, atau bukti bisa didapat karena :
1. Adanya penyerahan sukarela oleh pemilik atau pemegang bukti
2. Adanya penyerahan terpaksa oleh pemilik atau pemegang bukti
3. Bukti ditemukan auditor investigatif. fraud examiner, atau investigator/reserse yang biasanya didapat
pada tempat kejadian peristiwa 4. Bukti didapat saat atau karena adanya penyelidikan
5.. Bukti didapat saat atau karena adanya penyidikan
Alat bukti tidak sama dengan barang bukti. Barang bukti adalah benda yang secara fisik ditunjukkan di
depan muka hakim untuk memperkuat alat bukti,

Cara mencari alat bukti dan barang bukti:


Cara mencari alat bukti, barang bukti atau bukti disebut teknik investigasi. Petugas yang
melaksanakan fraud examination, investigasi/reserse, dan audit investigatif dalam mencari bukti, barang
bukti atau bukti dapat menggunakan teknik antara lain:
1 Pengolahan tempat kejadian perkara (crime scene investigation)
2 Penggeledahan, penyegelan, dan penyitaan
3. Pengamatan atau observasi
4. Wawancara (interview ) dan interogasi
5. Pembuntutan (Survilance)
6. Penyamaran (Undercover)
7. Penelusuran transaksi dan penerapan teknik audit yang relevan
8. Penyadapan

E. Kesalahan dan kekeliruan yang berpotensi kontraproduktif pada investigasi


Pada pelaksanaan investigasi seringkali dijumpai kesalahan yang tidak disengaja atau tidak diketahui
oleh para investigator, auditor investigatif, dan fraud examiner yang mengakibatkan atau berpotensi
proses dan hasil investigasi tidak maksimal. Kesalahan atau kekeliruan itu adalah sebagai berikut:
1. Tidak memperlakukan informasi pengaduan (whistleblower) dengan baik karena analisator atau
investigator menganggap remeh informasi yang diterima, apalagi bila pelapornya memiliki penampilan
atau gaya bahasa tidak meyakinkan, berpendidikan rendah, atau kalangan masyarakat dan pegawai
bawah. Demikian pula menganggap remeh orang lain pada saat investigasi adalah kontraproduktif.
2. Tidak memperlakukan kejanggalan atau anomali transaksi, anomali data dan dokumen anomali akun,
perilaku yang tidak biasa dan gaya hidup mewah dengan penanganan yang pantas
3.Memanggil tersangka atau para tersangka lebih awal sementara penanganan kasus melalui investigasi
sedang atau belum berjalan dan belum menghasilkan data, bukti, fakta yang memberatkan dan
mengunci (seal) tersangka/para tersangka.
4. Memberhentikan atau memecat tersangka atau para tersangka sementara penanganan kasus melalui
investigasi sedang atau belum berjalan.
5. Pengelolaan insiden atau kejadian fraud yang salah yang berkaitan dengan tersangka, tempat
kejadian, dan barang bukti.
6. Penerapan asumsi yang berlebihan dan tidak tepat. Penggunaan asumsi yang berlebihan biasanya
terjadi pada saat menganalisi dan menginterpretasi informasi yang didapat dari data atau dokuman dan
keterangan wawancara.
7. Kesalahan berikutnya adalah fraud examiner, auditor invetigatif atau investigator secara tidak sadar
merusak bukti padahal bukti tersebut bersifat direct evidence atau barang bukti yang penting dan alat
bukti surat atau petunjuk yang akan digunakan untuk memenangkan tuduhan atau gugatan.
8. Pada audit keuangan atau audit atas laporan keuangan, selain pengabaian bukti indikasi fraud yang
tidak material sehingga auditor kehilangan peluang membongkar fraud, disebut loose-thread theory,
terdapat kesalahan lain yang juga dapat menyebabkan kehilangan peluang membongkar fraud yaitu
small stuff.
9. Fraud examiner, auditor investigatif atau investigator seringkali asyik dan terlalu semangat memburu
bukti yang bersifat positif melumpuhkan lawan (tersangka) dan memenangkan tuduhan atau
gugatannya tetapi melupakan bukti negatif yang justru dapat melumpuhkan perjuangannya
memenangkan tuduhan.
10. Akhirnya meskipun sepele, fraud examiner, auditor investigatif atau investigator seringkali terlalu
percaya pada ingatannya. Memang benar bahwa pada saat penyelidikan lapangan dan wawancara
disukai tidak mencatat atau tidak menggunakan daftar pertanyaan sehingga memudahkan membangun
pendekatan antara pewawancara dengan terwawancara, namun sayangnya fraud examiner, auditor
investigatif atau investigator lupa mencatat atau membuat laporan hasil wawancara setelah melakukan
wawancara tersebut.
11. Prioritas investigasi kadangkala dilakukan berdasarkan pertimbangan estimasi kerugian yang paling
besar padahal kasus fraud yang dihadapi kompleks dan rumit.

E Informasi menjadi kunci investigasi


bahwa untuk mengungkap kasus dibuat fraud theory dimana di dalamnya terdapat strategi yang akan
diterapkan yang akan mengarahkan teknik investigasi apa yang akan dilaksanakan. Pada dasarnya
apapun jenis teknik investigasi yang dilaksanakan fraud examiner, auditor investigatif atau investigator
adalah dalam rangka mendapatkan informasi untuk mengembangkan, memperdalam dan memperkuat
temuan yang sudah didapat termasuk reverse proof yang akhirnya adalah untuk memvalidasi hipotesa
di yang dibuat. Informasi dimaksud disebut petunjuk (bukan alat bukti petunjuk) atau clue atau lead
investigasi. Informasi itulah yang harus dicari dan ditemukan. Ingat kembali esensi penyelidikan yang
sebenarnya adalah dalam rangka mencari dan menemukan bukti sedangkan mendapatkan bukti dapat
dilakukan pada tahap penyidikan.
Pencarian dan atau penemuan alat bukti dalam proses penyelidikan fraud sebaiknya memilih atau
menemukan barang bukti dan atau alat bukti yang tidak mudah dimentahkan oleh tersangka terdakwa
dan atau penasehat hukumnya di sidang pengadilan, antara lain surat dan atau data tertulis, keterangan
ahli, keterangan dari saksi yang konsisten.

Anda mungkin juga menyukai