Anda di halaman 1dari 26

M11

Studi Kasus Akuntansi Forensik Pada Lembaga Pendidikan


“Korupsi Dana Pendidikan oleh Bupati Malang”

Nama Kelompok

Feby Anggun Nuralif 22216763

Mahessa Alia Rosaline 24216228

Nurul Shafira 25216634

Rani Rizkiana 28216047

Wilda Dini Riastuti 27216645

Kelas

4EB07

Universitas Gunadarma

Fakultas Ekonomi
Kata Pengantar

Kertas Kerja ini merupakan tugas dari Vclass mata kuliah Akuntansi
Forensik dan Audit Investigatif. Kertas kerja ini merupakan hasil diskusi materi
minggu kesembilan (M11) yaitu “Studi Kasus Akuntansi Forensik pada Lembaga
Pendidilan”. Dalam tema analisa pada kasus fraud yang terjadi pada lembaga
pendidikan formal ataupun non formal kelompok kami memilih mendiskusikan
mengenai korupsi dana pendidikan yang di lakukan oleh Bupati kota Malang.

Hasil analisa ini disusun oleh kelompok Ernest & Young, kelas 4EB07.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun agar kami dapat
memperbaiki kertas kerja ini.

Depok, 29 Mei 2010

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan tentang aturan pengadilan, sistem hukum, dan khususnya bukti
diperlukan untuk penyelesaian penyelidikan penipuan yang efektif oleh
akuntan forensik atau auditor penipuan. Akuntan forensik secara khusus
biasanya terlibat dengan tahap akhir dari penyelidikan penyidikan-penipuan.
Akuntan forensik juga sering bekerja dengan pengacara pada kasus yang
melakukan layanan dukungan litigasi. Dengan demikian, akuntan forensik
harus tahu aturan dasar sistem peradilan tentang bukti. Seperti yang dikatakan
sebelumnya dalam buku ini. setiap investigasi penipuan harus menganggap itu
akan berakhir di pengadilan sejak awal. Maka jika itu terjadi, bukti akan
forensik-efektif untuk keperluan di pengadilan. Ketidaktahuan di ujung depan
bisa dengan mudah mengkompromikan bukti, merusak kemampuan korban
untuk mendapatkan hasil terbaik dari kasus perdata, atau penuntutan yang
sukses dalam kasus pidana.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Hasil Analisis Kasus Fraud Korupsi Dana Pendidikan Bupati
Malang ?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk Mengetahui Hasil Analisa Kasus Fraud Korupsi Dana Pendidikan
Bupati Malang.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Aturan Bukti


Sidang pengadilan bertujuan untuk melakukan deduksi atau menyimpulkan
kebenaran dan permasalahan atau kasus yang ada, Dalam kasus kriminal, masalah
yang diajukan adalah orang yang dituduh bersalah atau tidak, Bukti-bukti yang
diberikan dan diterima oleh pengadilan harus berada di atas keraguan yang
beralasan (reasonable doubt) tidak selalu karena keyakinan moral dan kualitas
kuantitas bukti harus dapat meyakinkan warga (juri) yang jujur dan berakal sehat
(reasonable) bahwa terdakwa bersalah setelah semua dipertimbangkan dan
ditimbang şecara adil tidak memihak.
Numun apa dan bagaimana bukti itu dapat diterima? Dalam arti luas, bukti
adalah sesuatu yang dapat dimengerti oleh panca indera seperti kesaksian saksi,
catatan, dokumen, fakta, data, atau benda-benda konkret secara hukum disajikan di
persidangan untuk membuktikan pertikaian dan menginduksi keyakinan dalam
pikiran pengadilan atau juri. Dalam menimbang bukti, pengadilan atau juri dapat
mempertimbangkan hal-hal seperti sikap saksi, kesaksian mereka terhadap
terdakwa, dan hubungan dengan terdakwa. Jadi, bukti dapat sebagai kesaksian
langsung maupun tidak, demonstratif, inferensial dan bahkan teoritis bila diberikan
oleh ahli yang berkualifikasi. Bukti adalah sesuatu yang membuktikan atau
menyanggah masalah apa pun yang dipertanyakan.

Agar bukti-bukti dapat diterima secara legal, maka testimonial, dokumen,


objek atau fakta-fakta harus relevan, material bersifat penting, dan kompeten
terhadap masalah yang sedang diperkarakan dan dikumpulkan secara sah. Jika
tidak, bukti tersebut tidak dapat diterima, Berikut adalah aturan-aturan bukti
sehingga dapat membantu seseorang dalam memahami cara mcngumpulkan bukti-
bukti forensik dalam investigasi fraud :
1. Relevan
Relevansi bukti fraud tidak bergantung pada keunikan testimoni yang diberikan,
tapi bukti dikatakan relevan pada kecenderungan keabsahannya untuk menetapkan
fakta yang dipertentangkan. Berbagai hal yang dirasa relevan dan dapat diterima
diantaranya:
a. Motif kejahatan
b. Kemampuan terdakwa untuk melakukan kejahatan
c. Kesempatan terdakwa untuk melakukan kejahatan
d. Ancaman atau ekspresi dari niat buruk terdakwa
e. Cara-cara melakukan kejahatan (kepemilikan senjata, alat, atau
kemampuan yang digunakan dalam melakukan tindak kriminal)
f. Bukti fisik di tempat kejadian perkara (TKP) yang mengaitkan antara
terdakwa dengan tindak kejahatannya
g. Perilaku (etika) dan komentar tersangka ketika ditangkap
h. Upaya untuk menyembunyikan identitas
i. Upaya untuk menghancurkan bukti
j. Pengakuan yang valid

2. Material
Aturan material mengharuskan bukti memiliki nilai penting terhadap kasus atau
membuktikan suatu permasalahan. Detail-detail yang tidak penting hanya akan
memperpanjang waktu persidangan. Dengan demikian, juri dalam persidangan
harus membuat aturan tentang penyajian bukti yang berulang atau penambahan
(yang sesungguhnya hanya membuktikan poin yang sama dengan cara yang
berbeda), atau bukti yang cenderung jauh atau tidak terjangkau meski bukti tersebut
relevan. Sebagai contoh, kehadiran secara fisik dari tersangka di dalam ruang
komputer atau rekaman perpustakaan atau dekat dengan terminal komputer pada
hari transaksi yang mencurgakan itu terjadi mungkin relevan dan material. Namun
kehadiran seseorang dalam area tanpa komputer dari bangunan tersebut mungkin
relevan, tapi tidak material.
3. Kompeten
Kompetensi bukti berarti bahwa bukti tersebut cukup, memadai, dapat
dipercaya dan relevan terhadap kasus. serta disajikan oleh saksi yang berkualitas
dan berakal sehat (dan waras). Adanya karaktersitik yang membuat saksi layak
secara hukum untuk memberikan testimoni atau kesaksian di pengadilan memiliki
arti yang sama dengan dokumen atau bukti tenulis lainnya. Namun kompetensi
berbeda dengan kredibilitas. Kompetensi adalah pertanyaan-pertanyaan yang
muncul sebelum kesaksian dari saksi dapat dipertimbangkan, sedangkan
kredibilitas adalah kejujuran dari saksi tersebut. Kompetensi berkaitan dengan
penilaian hakim, sedangkan kredibilitas adalah berkaitan dengan keputusan juri.

Aturan kompetensi juga memerintahkan bahwa kesimpulan atau opini dari saksi
non-ahli dalam hal yang membutuhkan keahlian teknis dapat dikecualikan. Sebagai
contoh, kesaksian dari petugas yang melakukan investigasi pada penyebab
kematian mungkin tidak layak atau kompeten dalam pengadilan pembunuhan,
karena petugas tersebut tidak memiliki kemampuan pendidikan. pembelajaran atau
pengalaman untuk membuat penilaian tersebut. Namun kesaksian petugas bahwa
“tidak ada tanda-tanda kehidupan yang terlihat” ketika mayat tersebut ditemukan
mungkin dapat diterima.

Contoh tersebut menunjukkan perbedaan antara CPA atau akuntan forensik


yang berperan sebagai “saksi fakta” dengan “saksi ahli” Ketika memberikan
kesaksian tentang fakta-fakta yang diamati, seorang saksi mata atau saksi lainnya
dapat bersaksi sesuai dengan fakta yang ada. Namun jika seseorang memberikan
opini (misalnya penyebab kematian), maka orang tersebut sedang berperan sebagai
saksi ahli. Peran saksi ahli mengandung lebih banyak ketelitian (detail), kriteria,
dan kredensial dari pada saksi fakta.

Ketika seorang saksi ahli dipanggil untuk bersaksi, suatu dasar atau fondasi
harus ditetapkan sebelum kesaksian diterima atau dipersilakan. Melandaskan
fondasi berarti bahwa keahlian saksi harus ditetapkan sebelum opini profesional
diberikan. Memutuskan bahwa saksi merupakan ahli berarti menunjukkan pada
hakim bahwa dengan pendidikan formal, pembelajaran lanjutan, dan pengalaman,
saksi memiliki pengetahuan yang luas mengenai topik yang akan diusung oleh
kesaksiannya. Kesaksian ahli adalah pengecualian untuk aturan hearsay.

2.2 Aturan Hearsay atau Kesaksian Yang Didengar dari Orang Iain
Aturan hearsay (desas-desus) didasarkan pada teori bahwa kesaksian yang
hanya mengulang apa yang dikatakan orang Iain tidak boleh diterima karena adanya
kemungkinan penyimpangan atau kesalahpahaman. Apalagi, orang yang
sebenarnya membuat pernyataan tidak dapat dilakukan pemeriksaan silang dan
tidak disumpah sebagai saksi. Secara umum, saksi dapat bersaksi hanya ketika ia
memiliki pengetahuan pribadi dan langsung terhadap hal yang dikatakan, dan tidak
memberikan kesimpulan atau pendapat. Tetapi ada beberapa kesempatan atau
pengecualian ketika bukti hearsay diterima. Beberapa contoh adalah:
a. Deklarasi kematian, baik lisan maupun tulisan
b. Pengakuan yang valid
c. Pengakuan yang dilakukan secara diam-diam
d. Catatan publik yang tidak membutuhkan pendapat tetapi sudah jelas sesuai
fakta
e. Pernyataan res gestae - penjelasan spontan, jika diucapkan sebagai bagian
dari tindakan kriminal atau diikuti langsung oleh tindakan kriminal
setelahnya
f. Kesaksian sebelumnya yang diberikan dibawah sumpah
g. Entri bisnis yang dibuat dalam bisnis normal.

2.3 Bukti Primer

Fotokopi dokumen bisnis asli dan tulisan lain serta cetakan Iainnya sering
dibuat untuk menyimpan bukti. Penyelidik menggunakan barang-barang cetakan
tersebut sehingga catatan asli yang diperlukan untuk menjalankan bisnis tidak
dihapus, dan untuk memastikan bahwa jika terjadi kerusakan yang tidak disengaja
pada dokumen asli, maka salinan asli yang sah dari dokumen tersebut masih
tersedia sebagai bukti. Penyelidik juga dapat menggunakan salinan resmi untuk
mendokumentasikan laporan kasus mereka. Namun, di persidangan, dokumen asli
jika masih tersedia adalah bukti terbaik dan harus disajikan. Bukti terbaik dalam
konteks ini berarti bukti utama, bukan sekunder (bukti asli, bukan substitusi), bukti
tertinggi dari suatu kasus. Instrumen tertulis selalu dianggap sebagai bukti utama
atau terbaik dari keberadaan dan isinya; sedangkan salinan, atau mengumpulkan
saksi, akan menjadi bukti sekunder. Selanjutnya, isi dokumen harus dibuktikan
dengan dokumen itu sendiri.

2.4 Bukti Sekunder


Untuk menyajikan bukti sekunder di pengadilan, seseorang harus
memberikan penjelasan yang memuaskan dan tidak ada jalan lain untuk
mendapatkan dokumen asli. Bukti sekunder tidak terbatas pada fotokopi dokumen,
tapi juga kesaksian saksi atau transkrip isi dokumen. Meski pengadilan federal tidak
memberikan preferensi untuk jenis bukti sekunder, sebagian besar yurisdiksi tidak
memberikan pilihan. Karena mayoritas berkuasa, maka kesaksian (bukti parol
[kata-dari-mulut] tidak akan diizinkan untuk membuktikan isi dokumen jika ada
bukti dokumenter sekunder yang tersedia untuk membuktikan isinya. Namun,
sebelum bukti sekunder dari dokumen asli dapat disajikan di pengadilan, pihak
yang akan menyajikannya harus telah menggunakan semua cara yang masuk akal
untuk mendapatkan bukti yang asli, Sekali lagi, opsi ini adalah masalah yang harus
diputuskan oleh pengadilan.
Ketika dokumen asli telah dihancurkan oleh pihak yang berusaha
membuktikan isinya, bukti sekunder akan diterima jika penghancuran itu dalam
kegiatan bisnis biasa, atau karena kesalahan, atau bahkan disengaja, asalkan itu
tidak dilakukan untuk tujuan penipuan.

2.5 Hersay Exceptions - Pengecualian Pernyataan Yang Didengar dari


Orang Lain
Dalam makna yang ideal. persidangan pengadilan dilakukan untuk mencari
kebenaran. Namun. dalam memperoleh bukti tersebut dilakukan dengan cara yang
berbeda-beda. Beberapa cara dilakukan secara legal, sedangkan cara lain dilakukan
secara ilegal; misalnya, penyelidik mungkin melanggar jaminan konstitusional
terhadap pencarian dan penyitaan yang tidak masuk akal, pengakuan paksa, atau
kegagalan diwakili oleh pengacara. Oleh karena itu. secara realistis, pengadilan
dapat menghasilkan hanya ukuran kebenaran dan bukan kebenaran absolut dalam
pengertian filosofis.

Namun dalam tradisi Anglo-Amerika, para saksi selain para ahli umumnya
tidak dapat bersaksi tentang probabilitas, pendapat, asumsi, kesan, generalisasi,
atau kesimpulan (hal-hal yang terbatas pada saksi ahli), tetapi hanya untuk hal-hal,
orang-orang, dan peristiwa yang telah mereka lihat, rasakan seeara emosi, mereka
rasakan secara inderawi, atau didengar secara langsung (misalnya saksi fakta). Hal-
hal itu harus relevan secara hukum dan logis. Relevansi logis berarti bahwa bukti
yang ditawarkan harus cenderung membuktikan atau menyangkal fakta
konsekuensi. Bahkan jika secara logis relevan, pengadilan dapat mengecualikan
bukti jika itu mungkin untuk mengobarkan atau membingungkan juri atau
mengkonsumsi terlalu banyak waktu. Kesaksian tentang kemungkinan kesalahan
secara statistik dianggap terlalu merugikan dan tidak dapat diandalkan untuk
diterima.

Kesaksian mengenai karakter dan reputasi terdakwa dapat diterima dalam


kondisi tertentu. meskipun mungkin melanggar aturan hearsay. Kesaksian seperti
itu dapat diterima ketika terdakwa mengalami kondisi mental atau kompetensi
hukum yang dipertanyakan.Bukti kejahatan lain yang dilakukan oleh terdakwa
secara umum tidak dapat digunakan untuk membuktikan karakter. Bukti itu
mungkin dapat diterima untuk tujuan lain, seperti bukti motif, peluang. atau niat
untuk melakukan suatu tindakan. Kredibilitas saksi juga dapat dipertanyakan ketika
saksi dinyatakan bersalah atas kejahatan serius (dapat dihukum mati atau dipenjara
selama lebih dari setahun) atau karena kejahatan seperti pencurian, ketidakjujuran,
atau pernyataan palsu. Keyakinan seperti itu seharusnya terjadi dalam beberapa
tahun terakhir biasanya dalam 10 tahun terakhir.

Bukti bisa berupa bukti langsung atau tidak langsung. Bukti langsung
membuktikan fakta secara langsung; jika bukti itu diyakini, maka sudah dapat
dibentuk suatu fakta dari bukti tersebut. Bukti tidak langsung membuktikan fakta
yang diinginkan seeara tidak langsung dan bergantung pada kekuatan kesimpulan
yang ditimbulkan oleh bukti. Misalnya, surat yang ditujukan, dicap, dan dikirim
dengan benar diasumsikan (disimpulkan) telah diterima oleh penerima. Kesaksian
bahwa surat itu begitu diperhatikan, dicap. dan dikirim menimbulkan inferensi yang
diterima. Kesimpulannya dapat dibantah oleh kesaksian bahwa itu tidak benar-
benar diterima.

Aturan bukti terbaik berkaitan dengan dokumen tertulis yang disodorkan


sebagai bukti. Aturan menghamskan asli, jika tersedia, dan bukan salinannya,
disajikan di persidangan. Jika dokumen asli dihancurkan atau berada di tangan
pihak lawan dan tidak tunduk pada proses hukum oleh surat perintah penggeledahan
atau panggilan pengadilan, salinan yang terautentikasi dapat diganti. Catatan dan
ocuments bisnis yang disimpan dalam kegiatan bisnis biasa dapat disajikan sebagai
bukti juga, bahkan jika orang yang membuat entri atau menyiapkan dokumen tidak
tersedia.

2.6 Aturan Bukti Lainnya


Ketika bukti dalam bentuk dokumen atau objek (sarana atau instrumen)
disita di TKP, atau sebagai akibat dari panggilan pengadilan duces tecum ( untuk
dokumen), atau ditemukan dalam proses audit dan investigasi, harus ditandai,
diidentifikasi, diinventarisasi, dan dilestarikan untuk mempertahankannya dalam
kondisi aslinya dan untuk membangun rantai tahanan yang jelas sampai
diperkenalkan di persidangan. Jika kesenjangan dalam kepemilikan atau tahanan
terjadi, bukti dapat ditantang pada persidangan pada teori bahwa tulisan atau objek
yang diperkenalkan mungkin bukan yang asli atau tidak dalam kondisi aslinya dan
oleh karena itu diragukan keasliannya.
Agar suatu dokumen yang disita dapat diterima sebagai bukti, perlu untuk
membuktikan bahwa itu adalah dokumen yang sama yang disita dan berada dalam
kondisi yang sama seperti ketika disita. Karena beberapa orang mungkin
menanganinya dalam interval antara kejang dan persidangan, itu harus ditandai
secara memadai pada saat kejang untuk identifikasi selanjutnya, dan hak asuh harus
ditunjukkan sejak saat itu sampai diperkenalkan di pengadilan.
Investigator atau auditor yang menyita atau mengamankan dokumen harus
dengan cepat mengidentifikasinya dengan beberapa tanda, sehingga mereka
kemudian dapat bersaksi bahwa mereka adalah dokumen yang disita dan mereka
berada dalam kondisi yang sama seperti ketika mereka disita. Penyelidik dapat,
misalnya, menulis inisial mereka dan tanggal penyitaan pada margin, di sudut, atau
di tempat lain yang tidak mencolok di bagian depan atau belakang setiap dokumen.
Jika keadaan menunjukkan bahwa penandaan seperti itu dapat menyebabkan
dokumen menjadi sasaran serangan dengan alasan telah dirusak atau tidak dalam
kondisi yang sama seperti ketika disita, penyelidik atau auditor dapat, setelah
membuat salinan untuk perbandingan atau untuk digunakan sebagai menunjukkan
pada laporan, memasukkan dokumen ke dalam amplop, menulis deskripsi dan
informasi pengenal lainnya di bagian depan amplop, dan menyegelnya.

2.7 Komunikasi Istimewa


Aturan yang mendukung komunikasi istimewa didasarkan pada keyakinan
bahwa perlu untuk menjaga kerahasiaan komunikasi tertentu. Ini hanya mencakup
komunikasi yang merupakan produk unik dari hubungan yang dilindungi. Alasan
dasar di balik komunikasi yang dilindungi ini adalah keyakinan bahwa
perlindungan terhadap hubungan tertentu lebih penting masyarakat daripada
kerugian yang mungkin terjadi akibat hilangnya bukti tersebut. Yurisdiksi hokum
berbeda untuk komunikasi apa yang dilindungi. Beberapa hubungan istimewa pada
umumnya:
a. Pengacara – klien
b. Suami– istri
c. Dokter – pasien
d. Pendeta – jemaat
e. Penegakan hokum terhadap informan

Prinsip dasar komunkasi istimewa :

a. Hanya pemegang hak istimewa, atau seseorang yang diizinkan oleh


pemegang, yang bisa menegaskan hak istimewa.
b. Jika pemegang gagal untuk menegaskannya setelah pemberitahuan dan
kesempatan untuk menegaskannya, hak istimewa dihapuskan.
c. Hak istimewa juga dapat dihapuskan jika pemegang mengungkapkan
bagian penting dari komunikasi kepada pihak yang tidak dalam hubungan
yang dilindungi.
d. Komunikasi, agar berada dalam hak istimewa, harus cukup terkait untuk
hubungan yang dilindungi (mis., komunikasi antara seorang pengacara dan
klien harus terkait dengan konsultasi hukum).

Percakapan yang diketahui keberadaan pihak ketiga tidak dilindungi.


Komunikasi yang dilindungi adalah komunikasi yang sebenarnya dirahasiakan atau
diinduksi oleh perkawinan atau hubungan lainnya. Percakapan biasa yang berkaitan
dengan hal-hal yang tidak dianggap rahasia tidak berada dalam lingkup hak
istimewa. Undang-undang dari berbagai negara berbeda dalam penerapan prinsip-
prinsip komunikasi istimewa. Tergantung pada apa hubungan yang dilindungi
terlibat, aturan yang berbeda mungkin berlaku mengenai komunikasi apa yang
dilindungi, metode pengabaian, dan durasi hak istimewa.

2.8 Interogasi/ Wawancara


Kejahatan adalah risiko bagi korban dan korban. Risiko korban adalah
kehilangan sesuatu yang berharga - nyawa, anggota tubuh, atau properti. Risiko
korban adalah hilangnya kebebasan, status sosial, dan mungkin juga nyawa,
anggota tubuh, dan properti. Tetapi para penjahat berniat untuk mendapatkan
sesuatu sebagai akibat dari kejahatan, sesuatu yang mereka tidak berhak secara
hukum. Jadi para penjahat, paling tidak yang rasional, harus memusatkan perhatian
pada diri mereka sendiri dengan mempertimbangkan risiko penemuan, ketakutan,
dan keyakinan terhadap keuntungan yang diinginkan.
Jika risiko penemuan dan jumlah perolehan yang mungkin besar, maka lebih
banyak waktu dan pikiran harus dihabiskan untuk merencanakan, menyamarkan,
mengejutkan, melarikan diri, dan mungkin menutupi kejahatan. Untungnya bagi
otoritas kepolisian, penjahat cenderung bertindak dengan tergesa-gesa. Rencana
mereka sering serba salah. Mereka tidak mengantisipasi segala sesuatu yang bisa
terjadi. Mereka biasanya menambah rasionalisasi pertahanan mereka atas
pelanggaran mereka, atau alibi. Rasionalisasi ini adalah tujuan interogasi polisi.
Sekali lagi, intuisi mungkin memainkan peran penting. Penjahat biasanya
menawarkan alasan atau pembenaran atas apa yang mereka lakukan. Terkadang
mereka berpura-pura tidak tahu atau sakit. Terkadang mereka berpura-pura
menderita amnesia. Interogasi memotong pertahanan, alasan, dan rasionalisasi ini.

Selama interogasi, penting untuk tetap peka tidak hanya terhadap apa yang
dikatakan tersangka tetapi juga pada cara mengatakannya, dan untuk mengamati
ekspresi wajah, gerakan tubuh dan mata, pilihan kata, dan postur. Pagar verbal
dengan tersangka tidak membantu. Menantang komentar tersangka atas dasar
logika murni dan rasionalitas tidak membujuk sebagian besar penjahat untuk
mengaku. Tersangka dapat bertahan dengan alasan lumpuh selamanya dan hampir
memercayainya setelah beberapa saat. Alasan mereka bertahan dalam kebohongan
adalah bahwa kejahatan mereka tidak dilakukan karena logika, tetapi terutama
karena alasan emosional, seperti nafsu, keserakahan, kemarahan, atau
kecemburuan. Jadi ketika menginterogasi tersangka, seseorang harus siap
menghadapi emosi mereka.

Seorang tersangka yang ditangkap, atau hanya diwawancarai secara


informal sebelum ditangkap, berada di bawah tekanan emosional yang besar.
Ketakutan akan hukuman dan penahanan diperburuk. Ketakutan ini harus diatasi
sebelum percakapan cerdas dapat dicapai. Nada dan sikap interogator /
pewawancara harus meyakinkan, jika tidak ramah. Intuisi memasuki proses ini
hanya jika simpatisan tetap tenang, tidak memihak, dan peka terhadap kebutuhan
dan kekhawatiran emosional tersangka atau saksi. Intuisi tidak berfungsi ketika
pikiran penyelidik dipenuhi dengan fakta-fakta yang terisolasi atau daftar
pertanyaan tentang perincian suatu kejahatan. Jika tersangka merespons secara
terbuka tawaran kebaikan dan kesopanan penyidik, yang terakhir dapat memimpin
dengan pertanyaan umum. Penyelidik akan membiarkan tersangka menggambarkan
kejahatan dan tidak menghalangi dengan olok-olok, tuduhan, atau perdebatan.
Tersangka harus diizinkan untuk menceritakan kisahnya dengan caranya sendiri,
bahkan jika penyidik tahu bahwa beberapa fakta sedang terdistorsi. Penyelidik
selalu dapat kembali dan meminta klarifikasi dan kemudian membandingkan
konflik dengan kesaksian para saksi atau sekutu.

Pentingnya pengakuan dan pengakuan dalam menyelesaikan kejahatan


tidak boleh diremehkan. Tanpa pengakuan dan pengakuan seperti itu, banyak
kejahatan tidak akan pernah bisa diselesaikan. Dalam beberapa kasus penipuan,
pembukuan dan catatan akuntansi tidak memberikan bukti yang cukup untuk
menghukum tersangka. Jadi pengakuan dari pencuri, penipu, atau penggelap
membuat penuntutan penipuan lebih mudah. Pengakuan yang diberikan secara
bebas sering merinci skema, akun yang dimanipulasi, dan kegunaan mana dana
purloine diterapkan. Bukti yang dikumpulkan setelah pengakuan bisa menguatkan
kejahatan.

2.9 Penerimaan dan Pengakuan


Tujuan dari seorang akuntan forensik dalam investigasi penipuan pada
akhirnya adalah untuk mendapatkan pengakuan tertulis oleh si penipu, jika memang
ada penipuan. Tujuan itu adalah mengapa proses investigasi penipuan dengan
sengaja menghindari mengkonfrontasi tersangka sampai tahap terakhir
pengumpulan bukti. Fase terakhir mungkin termasuk wawancara, tetapi proses
terakhir dalam investigasi adalah mewawancarai penipu. Pada saat itu akuntan
forensik telah mengumpulkan cukup bukti forensik untuk mengidentifikasi penipu
dan berhasil menyelesaikan kasus. Wawancara mulai jauh dari "target", dan secara
bertahap akuntan forensik mewawancarai orang-orang yang lebih dekat dengan
tersangka. Ketika akhirnya tiba saatnya untuk mewawancarai target, tujuan dari
wawancara itu adalah untuk mendapatkan pengakuan yang ditandatangani dan
dengan demikian disebut sebagai wawancara mencari penerimaan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Korupsi Dana Pendidikan oleh Bupati Malang


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menetapkan Bupati Malang
Rendra Kresna dalam dua perkara, yakni dugaan tindak pidana korupsi menerima
suap dan gratifikasi. KPK telah menetapkan dua orang tersangka dalam kasus itu,
yakni Bupati Malang periode 2010-2015 Rendra Kresna (RK) dan Ali Murtopo
(AM) dari pihak swasta. Tersangka RK diduga menerima suap dari tersangka AM
sekitar Rp. 3,45 miliar terkait penyediaan sarana penunjang peningkatan mutu
pendidikan pada Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Malang Tahun
Anggaran 2011. RK bersama sejumlah tim sukses, termasuk AM melakukan
pertemuan untuk membahas dana kampanye untuk proses pencalonan sebagai
Bupati Malang periode 2010-2015. Salah satu yang menjadi perhatian Rendra
Kresna dan kawan-kawan adalah proyek di Dinas Pendidikan Kabupaten Malang
yang saat itu mendapatkan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan di Tahun
2010, 2011, 2012, dan 2013, khususnya proyek pengadaan buku dan alat peraga
pendidikan tingkat SD sampai SMP. Dalam pelaksanaan perbuatannya, Rendra
diduga bersama-sama dengan mantan tim sukses saat Pilkada Tahun 2010
dilakukan dan berupaya mengatur proses lelang pada pengadaan barang dan jasa
secara elektronik (e-procurement).
Rendra Kresna divonis 6 tahun penjara dengan denda Rp. 500 juta subsider
6 bulan kurungan. Dalam putusan itu, hakim menjelaskan beberapa pertimbangan
yang memberatkan terdakwa, seperti perbuatannya tidak mendukung program
pemerintah dalam pemberantasan korupsi, mencoreng nama baik legislatif.
Pertimbangan yang meringankan adalah terdakwa mengaku perbuatannya dan tidak
pernah dihukum sebelumnya. Terdakwa wajib membayar uang pengganti sebesar
Rp 4,075 miliar dengan jangka waktu selama satu bulan. Jika tidak dapat membayar
hingga satu bulan maka harta benda milik terdakwa akan disita sesuai dengan
jumlah uang pengganti. Jika tidak mencukupi akan diganti dengan pidana penjara
selama dua tahun. Putusan hakim ini lebih rendah jika dibandingkan tuntutan jaksa
dari Komisi Pemberantasan Korupsi. Sebelumnya, jaksa menuntut Rendra dihukum
8 tahun penjara. Setelah sidang, Rendra tidak banyak berbicara terkait vonis yang
dijatuhkan.
RK dijerat pasal 12 huruf a atau b, atau pasal 11 Undang-undang nomor 31
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sementara AM yang diduga sebagai pihak
pemberi suap dikenakan pasal 5 ayat (1) huruf a atau huruf b atau pasal 13 Undang-
undang Tipikor juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Perkara kedua RK sebagai
Bupati malang dua periode, 2010-2015 dan 2016-2021 bersama pihak swasta EAT
diduga menerima gratifikasi untuk sejumlah proyek di Dinas Kabupaten Malang.
Sampai saat ini gratifikasi yang diduga diterima oleh RK total sekitar Rp 3,55
miliar. KPK telah menyita barang bukti berupa dokumen, bukti elektronik dan
sejumlah uang. KPK menyita sejumlah S$ 15.000 di rumah dinas Bupati, Rp. 305
juta di Kantor Bina Marga dan Rp. 18,95 juta di rumah salah satu kepala bidang.
RK dan EAT melanggar pasal 12B Undang-undang Nomor 31 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

3.2 Fraud Bupati Malang


Pelaku Fraud diantaranya ada 4 orang ; Rendra Kresna (Bupati
Malang)merupakan salah satu peran utama dalang dari perbuatan ini, Eryk
Armando Talla, Ajudan Budiyono, dan Ali Moertopo.
Tersangka Rendra Kresna diduga menerima suap dari tersangka Ali Moertopo
sekitar Rp 3,45 miliar terkait penyediaan sarana penunjang peningkatan mutu
pendidikan pada Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Malang Tahun
Anggaran 2011, Rendra Kresna bersama sejumlah tim sukses, termasuk Ali
Moertopo melakukan pertemuan untuk membahas dana kampanye untuk proses
pencalonan sebagai Bupati Malang periode 2010-2015

Yang merupakan sebagai inspirasi dalam melakukan tindakan fraud tersebut.


Setelah Rendra menjabat dilakukan proses pengumpulan "fee" proyek di Kabupaten
Malang untuk kebutuhan pembayaran utang dana kampanye yang sudah
dikeluarkan sebelumnya. Salah satu yang menjadi perhatian Rendra Kresna dan
kawan-kawan adalah proyek di Dinas Pendidikan Kabupaten Malang yang saat itu
mendapatkan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan di Tahun 2010, 2011, 2012,
dan 2013, khususnya proyek pengadaan buku dan alat peraga pendidikan tingkat
SD sampai SMP. Dalam pelaksanaan perbuatannya, Rendra diduga bersama-sama
dengan mantan tim sukses saat Pilkada Tahun 2010 dilakukan dan berupaya
mengatur proses lelang pada pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-
procurement).

3.3 Pengakuan Hearsay

Aturan Hearsay atau Kesaksian Yang Didengar dari Orang Iain pada kasus
Korupsi Bupati Malang ini , dalam makna yang ideal. persidangan pengadilan
dilakukan untuk mencari kebenaran. Namun. dalam memperoleh bukti tersebut
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa cara dilakukan secara
legal.Berikut hearsay pada kasus ini :

Sidoarjo - Bupati Malang nonaktif Rendra Kresna divonis 6 tahun penjara oleh
hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Surabaya dalam kasus suap dan
gratifikasi pengerjaan proyek di kabupaten setempat (TEMPO.CO)

"Terdakwa atas nama Rendra Kresna divonis 6 tahun penjara dengan denda Rp
500 juta subsider 6 bulan kurungan," kata ketua majelis hakim Pengadilan Negeri
Tipikor Surabaya, Agus Hamzah saat membacakan amar putusan, Kamis, 9 Mei
2019.

"Terdakwa wajib membayar uang pengganti sebesar Rp 4,075 miliar dengan


jangka waktu selama satu bulan. Jika tidak dapat membayar hingga satu bulan
maka harta benda milik terdakwa akan disita sesuai dengan jumlah uang
pengganti. Jika tidak mencukupi akan diganti dengan pidana penjara selama dua
tahun," ujarnya.

3.4 Bukti Utama, Bukti Sekunder dan Aturan Bukti lainnya.

a. Aturan Bukti
Sidang pengadilan dimaksudkan untuk menyimpulkan kebenaran dari
proposisi yang diberikan. Dalam kasus pidana, proposisi tersebut adalah rasa
bersalah atau tidak bersalah dari seorang tertuduh ,bukti yang diperkenalkan
dan diterima oleh pengadilan untuk membuktikan bahwa dakwaan harus
melampaui keraguan yang masuk akal - tidak harus dengan kepastian moral -
dan kuantitas dan kualitas bukti harus meyakinkan warga negara yang jujur
dan masuk akal bahwa terdakwa bersalah setelah semua dianggap dan
ditimbang tanpa memihak.

Dalam kasus korupsi yang di lakukan bupati kota malang, sidang


bupati malang non aktif Rendra Kresna menjalani sidang perdananya di
Pengadilan Tindak pidana Korupsi (Tipikor) Surabaya. Dalam kasus ini,
mantan Ketua DPW Partai NasDem Jawa Timur tersebut didakwa telah
menerima uang suap total Rp 7,5 miliar dari berbagai proyek di Dinas
Pendidikan yang diaturnya.

Sidang Rendra dipimpin langsung oleh Hakim Ketua Andi Hamzah di ruang
Cakra Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya.
Dalam surat dakwaan yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU)
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Joko Hermawan, menyebutkan,
Rendra Kresna menerima suap dan gratifikasi mencapai Rp 7,5 miliar dari
sejumlah proyek di dinas pendidikan Kabupaten Malang.
Ia diduga menerima hadiah itu sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 untuk
proyek di Dinas Pendidikan Kabupaten Malang. Ia diduga mengatur proyek
yang dikehendaki, dan mendapatkan fee dari setiap proyek tersebut.

"Rendra Kresna menerima fee dari setiap proyek yang ada di pendidikan
Kabupaten Malang sebesar 17,5 persen hingga 20 persen," jelas Joko, Kamis
(28/2).
Sementara itu usai sidang, kuasa hukum Rendra Kresna, Imam Muslich
mengaku tidak keberatan dengan dakwaan yang dibacakan oleh Jaksa
Penuntut umum. Ia pun memilih membuktikan semua dakwaan jaksa tersebut
dalam persidangan yang digelar pada Kamis (14/3) mendatang. "Kami akan
buktikan dengan saksi saksi yang meringankan," ucapnya.

Dengan kasus ini terdakwa dijerat dengan pasal 12 B UU RI Nomor 31


Tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi. Selain itu terdakwa Rendra dijerat
pasal 11 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001
tentang perubahan atas UU RI Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan
Tindak pidana korupsi Jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP Jo pasal 65 ayat 1
KUHP.

b. Bukti Utama
Bukti utama Kasus korupsi dana pendidikan yang dilakukan bupati malang,
yang pertama adalah uang yaitu dugaan menerima suap terkait penyediaan
sarana Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Malang sebesar Rp 3,45
miliar. Dalam kasus ini, KPK juga menetapkan seseorang dari pihak swasta
bernama Ali Murtopo (AM) sebagai pemberi suap.

Kedua yaitu uang korupsi untuk bayar utang saat kampanye menggunakan
uang hasil korupsi untuk membayar utang dana kampanye saat Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) 2010. Wakil Ketua KPK Saut Situmorang
mengatakan, setelah terpilih sebagai bupati, Rendra dan mantan timnya
mencari cara untuk mendapatkan dana dari sejumlah proyek di Kabupaten
Malang.

c. Bukti Sekunder
Bukti sekunder yang di temukan yaitu bahwa dinas pendidikan kabupaten
malang mendapat dana alokasi khusus tahun 2010-2013 untuk pengadaan
buku dan alat peraga pendidikan untuk SD dan SMP.
"RK diduga bersama-sama mantan timses tahun 2010. Dilakukan dengan
berupaya mengatur lelang barang dan jasa lewat e-procurement," kata Saut.
Uang itu rencananya akan digunakan untuk pembayaran dana kampanye
dalam pemilihan Bupati untuk periode 2010-2015.

d. Aturan Bukti Lainnya


Aturan bukti lainnya yang di temukan yaitu dokumen dan barang bukti
elekteonik, barang bukti yang diambil oleh penyidik KPK dari ruangan
kerjanya itu meliputi dokumen kepegawaian sampai surat pengaduan korupsi
dari kelompok masyarakat. Surat pengaduan dari kelompok masyarakat yang
disita oleh penyidik KPK dari ruang kerja Bupati Malang itu adalah
pengaduan biaya kampanye saat Pemilihan Bupati Malang pada 2016. Serta
laporan dugaan korupsi Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan 2011.

Selama penyelidikan di Kota Malang, KPK menggeledah 22 lokasi terkait


kasus dugaan korupsi yang menjerat Rendra.
"Dari sejumlah lokasi penggeledahan, penyidik menyita sejumlah dokumen
dan barang bukti elektronik, dan sejumlah uang, yaitu di rumah dinas bupati
sebesar 15.000 dollar Singapura," kata Saut, di Gedung Merah Putih KPK,
Jakarta Selatan, Kamis (11/10/2018).

Selain itu, penyidik juga menemukan uang sebesar Rp 305 juta di Kantor
Bina Marga. Tempat lainnya adalah rumah salah satu kepala bidang, di mana
penyidik menemukan uang sejumlah Rp 18,95 juta.

3.5 Komunikasi Istimewa Kasus Korupsi Dana Pendidikan Bupati Malang


Komunikasi istimewa didasarkan pada keyakinan bahwa perlu untuk
menjaga kerahasiaan komunikasi tertentu. Dalam suatu kasus/perkara. komunikasi
yang dilindungi adalah keyakinan bahwa perlindungan terhadap hubungan tertentu
lebih penting daripada kerugian yang mungkin terjadi akibat hilangnya bukti
tersebut. Dalam hal ini hanya pemegang hak istimewa atau seseorang yang
diizinkan oleh pemegang saja yang bisa menegaskan hak istimewa dan jika
pemegang gagal untuk menegaskannya setelah pemberitahuan dan kesempatan
untuk menegaskannya, hak istimewa tersebut akan dihapuskan.

Hak istimewa yang terjadi pada kasus ini adalah antara penegak hokum
terhadap informan, hak tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

“ Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemkab Malang,
Willem Petrus Salamena diminta penyidik komisi antirasuah untuk menyiapkan
data pengadaan dokumen barang dan jasa setelah diperiksa sebagai saksi untuk
Bupati Malang dan kedua rekanannya pada hari Senin, 26 November 2018 di
Mapolres Malang Kota. Selain memeriksa Willem sebagai saksi, penyidik komisi
antirasuah juga memeriksa 6 pejabat Pemkab Malang serta 2 orang dari pihak
swasta. Materi pemeriksaan kasus ini adalah seputar suap dan gratifikasi yang
melibatkan bupati dan kedua rekanan swasta tersebut ”.

Dalam kasus/perkara ini, Willem Petrus Salamena yang merupakan Kepala


Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) dan 6 pejabat Pemkab
Malang serta 2 orang dari pihak swasta dinyatakan sebagai Informan terhadap
Penegak Hokum yaitu Penyidik Komisi Antirasuah yang diperiksa di Mapolres
Malang Kota pada 26 November 2018.

3.6 Interogasi atau Wawancara


Kejahatan adalah risiko yang dialami bagi korban. Risiko korban adalah
kehilangan sesuatu yang berharga seperti nyawa, anggota tubuh, atau properti.
Selain itu, risiko korban lainnya adalah hilangnya kebebasan, status sosial, dan
mungkin juga nyawa, anggota tubuh, dan properti. Para pelaku kejahatan berniat
untuk mendapatkan sesuatu sebagai akibat dari kejahatan, sesuatu yang mereka
tidak berhak secara hukum. Jadi para pelaku, paling tidak yang rasional, harus
memusatkan perhatian pada diri mereka sendiri dengan mempertimbangkan risiko
penemuan, ketakutan, dan keyakinan terhadap keuntungan yang diinginkan.
Jika risiko penemuan dan jumlah perolehan yang mungkin besar, maka lebih
banyak waktu dan pikiran harus dihabiskan untuk merencanakan, menyamarkan,
mengejutkan, melarikan diri, dan mungkin menutupi kejahatan. Bagi otoritas
kepolisian, penjahat cenderung bertindak dengan tergesa-gesa. Rencana pelaku
sering saja serba salah. Mereka tidak mengantisipasi segala sesuatu yang bisa
terjadi. Mereka biasanya menambah rasionalisasi pertahanan mereka atas
pelanggaran mereka, atau alibi. Selama interogasi dilakukan, yang diutamakan
adalah tetap peka tidak hanya terhadap apa yang dikatakan tersangka tetapi juga
pada cara mengatakannya, dan untuk mengamati ekspresi wajah, gerakan tubuh dan
mata, pilihan kata, dan postur. Alasan mereka bertahan dalam kebohongan adalah
bahwa kejahatan mereka tidak dilakukan karena logika, tetapi terutama karena
alasan emosional, seperti nafsu, keserakahan, kemarahan, atau kecemburuan. Jadi
ketika menginterogasi tersangka, seseorang harus siap menghadapi emosi mereka.

Jika tersangka merespons secara terbuka tawaran kebaikan dan kesopanan


penyidik, yang terakhir dapat memimpin dengan pertanyaan umum. Penyelidik
akan membiarkan tersangka menggambarkan kejahatan dan tidak menghalangi
dengan olok-olok, tuduhan, atau perdebatan. Tersangka harus diizinkan untuk
menceritakan kisahnya dengan caranya sendiri, bahkan jika penyidik tahu bahwa
beberapa fakta sedang terdistorsi. Penyelidik selalu dapat kembali danmeminta
klarifikasi dan kemudian membandingkan konflik dengan kesaksian para saksi atau
sekutu.

Dalam kasus ini, Rendra Kresna mengaku bahwa dirinya bersama sejumlah
pejabat di Kabupaten Malang sudah pernah diperiksa penyidik KPK sekitar setahun
lalu. Pemeriksaan itu terkait dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan pada
Tahun 2011. Rendra pun menganggap bahwa penggeledahan itu terkait dengan
dugaan kasus korupsi DAK pendidikan yang sudah diselidiki KPK. Bupati Malang
dua periode itu mengaku bahwa penyidik KPK menduga dirinya menerima uang
gratifikasi terkait DAK tersebut. Ada beberapa barang bukti yang juga sudah
diambil, Rendra Kresna menandatangani satu, berita acara penggeledahan. Dua,
berita acara tentang barang bukti dan ketiga STPBB. Ketua DPW NasDem Jawa
Timur itu mengatakan, barang bukti yang dibawa KPK berupa dokumen, dokumen
kepegawaian.

3.7 Hasil Penerimaan dan Pengakuan

Bupati Malang, Rendra Kresna menegaskan bahwa ia ditetapkan sebagai


tersangka atas kasus gratifikasi dari beberapa pihak terkait anggaran Dana Alokasi
Khusus (DAK) pada tahun 2011. Rendra menyakini secara tegas bahwa dirinya
adalah tersangka setelah membaca berita acara penggeledahan ruangan kerjanya,
Senin (8/10) malam. "Saya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Otomatis pada
saat itu konsentrasi pecah, dan saya harus kemudian bisa memberikan jawaban-
jawaban yang benar pada saat pemeriksaan," kata Rendra Kresna di Pendopo
Pringitan Kabupaten Malang di Jalan Agus Salim Kota Malang, Selasa (9/10).
“Saya disangkakan menerima gratifikasi dari pemborong atau rekanan DAK 2011.
Status tersangka saya, saya baca dari berita acara pengeledahan itu kan menyatakan
saya sebagai tersangka kasus ini, nama, dan seterusnya," jelasnya.

Rendra juga mengaku belum mendapatkan panggilan pemeriksaan dari


KPK. Namun belajar dari kasus yang ditangani KPK sebelumnya, Rendra
dipastikan akan dipanggil ke Jakarta. Sementara itu, KPK belum memberikan
keterangan resmi terkait penetapan tersangka Rendra Kresna. Tim saat ini sedang
bekerja di lapangan, sehingga belum dapat menginformasikan hasilnya. Untuk itu,
politisi yang mundur dari jabatannya sebagai Ketua DPW Partai Nasdem Jatim ini
minta semua ASN di lingkungan Pemkab Malang tidak terpengaruh dengan apapun
yang terjadi pada dirinya. Pelayanan masyarakat juga harus tetap jalan. Jangan
sampai terpengaruh dengan status yang saya hadapi. Karena masih banyak hal yang
harus segera diselesaikan. "Kami punya sumpah jabatan yang isinya akan
memberikan pelayanan yang terbaik. Komitmen itu harus tetap dijaga dan
dilaksanakan. Bupati bukanlah segala-galanya dan prestasi dicapai atas usaha
bersama," ucapnya. Selain itu, Rendra mengakui masih ada sejumlah program kerja
ataupun pembangunan yang harus terus dilanjutkan. Terutama terkait Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) di kawasan Kabupaten Malang. Salah satunya adalah
kawasan Singosari yang cukup potensial untuk mengembangkan sektor ekonomi.
Willem Petrus Salamena ketika ditemui wartawan usai menjalani
pemeriksaan mengaku dimintai keterangan terkait dengan alur pencairan Dana
Alokasi Khusus pada tahun 2011. “Tadi saya diwawancarai seputar kronologi
pencarian dana tersebut. Saya juga ditanya mengenai keterlibatan saya dengan
pihak ketiga, termasuk Pak Rendra,” ucapnya. Ia juga ditanya perihal kesehatan,
jabatan dan beberapa pertanyaan ringan. "Saya sudah diperiksa mulai jam 10 pagi
tadi, masih tiga pertanyaan yang tadi ditanyakan kepada saya oleh tim penyidik.
Biasanya total ada 8 sampai 9 pertanyaan nantinya," ujar Willem.

Sementara itu, juru bicara KPK Febri Diansyah membenarkan aktivitas para
penyidik KPK di Mapolres Malang Kota. "Ya, ada sekitar 11 saksi yang diperiksa
untuk tersangka RK," pungkasnya. Sebelumnya, 47 saksi telah di periksa di Polres
Malang pada 16 Oktober 2018 lalu terkait dengan dugaan kasus suap dan gratifikasi
Dana Alokasi Khusus (DAK) 2011. Kasus yang menyeret nama Rendra Kresna ini
terkait dugaan suap dan gratifikasi mencapai Rp 7 miliar. KPK sudah menetapkan
tiga tersangka: Rendra Kresna, Ali Murtopo dan Eryk Armando Talla dari rekanan
swasta. Meski demikian, Bupati Malang Rendra Kresna mengaku sudah siap jika
memang nantinya dia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Dirinya juga
berpesan, bahwa roda pemerintahan harus tetap berjalan meski nantinya dia sudah
tak lagi menjabat sebagai orang nomor satu di Kabupaten Malang."Saya sudah
sampaikan kepada seluruh ASN di Kabupaten Malang, bahwa mereka harus tetap
semangat. Selain itu, mereka juga tidak boleh terpengaruh dengan status saya
nantinya," tegas Rendra Kresna, secara blak-blakan, Kamis (11/10/2018). Menurut
Rendra, meski tanpa dirinya, masih ada Wakil Bupati, Sekda dan jajaran pejabat
lainya yang bisa tetap menjalankan roda pemerintahan.
BAB IV
PENUTUP

Demikianlah hasil diskusi yang telah kami sampaikan ke dalam kertas kerja, kami
mengetahui terdapat kekurangan dari hasil diskusi ini, semoga hasil diskusi yang
kami sampaikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Depok, 29 Mei 2020

Kelompok Ernest & Young

Feby Anggun Nuralif 22216763

Mahessa Alia Rosaline 24216228

Nurul Shafira 25216634

Rani Rizkiana 28216047

Wilda Dini Riastuti 27216645


DAFTAR PUSTAKA :

Tommie W. Singleton and Aaron J.Singleton. 2010. Fraud Auditing and Forensic
Accounting. 4th Edition. New Jersey. John Wiley & Sons, Inc.: Chapter 11: 175-
194.
https://metro.tempo.co/read/1345822/kasus-ott-di-unj-ditangkap-dilimpahkan-
dipulangkan
https://www.wartaekonomi.co.id/read198827/korupsi-dana-pendidikan-bupati-
malang-jadi-tersangka
https://style.tribunnews.com/2018/10/09/kronologi-rumah-bupati-malang-rendra-
kresna-digeledah-kpk-barang-barang-yang-disita-dugaan-kasus?page=3
https://regional.kompas.com/read/2018/10/12/15493521/6-fakta-dugaan-korupsi-
bupati-malang-siap-ditahan-hingga-barang-bukti-uang

https://m.liputan6.com/regional/read/3662659/misteri-laporan-korupsi-di-ruang-
kerja-bupati-malang

https://tirto.id/kpk-tetapkan-bupati-malang-sebagai-tersangka-suap-dan-gratifikas

https://id.scribd.com/document/394000205/Ppt-Kelompok-5-Gathering-Evidence-
Bab-11
https://nasional.tempo.co/read/1203851/terbukti-melakukan-suap-bupati-malang-
divonis-6-tahun-penjara/full&view=ok

Anda mungkin juga menyukai