Nama Kelompok
Kelas
4EB07
Universitas Gunadarma
Fakultas Ekonomi
Kata Pengantar
Kertas Kerja ini merupakan tugas dari Vclass mata kuliah Akuntansi
Forensik dan Audit Investigatif. Kertas kerja ini merupakan hasil diskusi materi
minggu kesembilan (M11) yaitu “Studi Kasus Akuntansi Forensik pada Lembaga
Pendidilan”. Dalam tema analisa pada kasus fraud yang terjadi pada lembaga
pendidikan formal ataupun non formal kelompok kami memilih mendiskusikan
mengenai korupsi dana pendidikan yang di lakukan oleh Bupati kota Malang.
Hasil analisa ini disusun oleh kelompok Ernest & Young, kelas 4EB07.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun agar kami dapat
memperbaiki kertas kerja ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2. Material
Aturan material mengharuskan bukti memiliki nilai penting terhadap kasus atau
membuktikan suatu permasalahan. Detail-detail yang tidak penting hanya akan
memperpanjang waktu persidangan. Dengan demikian, juri dalam persidangan
harus membuat aturan tentang penyajian bukti yang berulang atau penambahan
(yang sesungguhnya hanya membuktikan poin yang sama dengan cara yang
berbeda), atau bukti yang cenderung jauh atau tidak terjangkau meski bukti tersebut
relevan. Sebagai contoh, kehadiran secara fisik dari tersangka di dalam ruang
komputer atau rekaman perpustakaan atau dekat dengan terminal komputer pada
hari transaksi yang mencurgakan itu terjadi mungkin relevan dan material. Namun
kehadiran seseorang dalam area tanpa komputer dari bangunan tersebut mungkin
relevan, tapi tidak material.
3. Kompeten
Kompetensi bukti berarti bahwa bukti tersebut cukup, memadai, dapat
dipercaya dan relevan terhadap kasus. serta disajikan oleh saksi yang berkualitas
dan berakal sehat (dan waras). Adanya karaktersitik yang membuat saksi layak
secara hukum untuk memberikan testimoni atau kesaksian di pengadilan memiliki
arti yang sama dengan dokumen atau bukti tenulis lainnya. Namun kompetensi
berbeda dengan kredibilitas. Kompetensi adalah pertanyaan-pertanyaan yang
muncul sebelum kesaksian dari saksi dapat dipertimbangkan, sedangkan
kredibilitas adalah kejujuran dari saksi tersebut. Kompetensi berkaitan dengan
penilaian hakim, sedangkan kredibilitas adalah berkaitan dengan keputusan juri.
Aturan kompetensi juga memerintahkan bahwa kesimpulan atau opini dari saksi
non-ahli dalam hal yang membutuhkan keahlian teknis dapat dikecualikan. Sebagai
contoh, kesaksian dari petugas yang melakukan investigasi pada penyebab
kematian mungkin tidak layak atau kompeten dalam pengadilan pembunuhan,
karena petugas tersebut tidak memiliki kemampuan pendidikan. pembelajaran atau
pengalaman untuk membuat penilaian tersebut. Namun kesaksian petugas bahwa
“tidak ada tanda-tanda kehidupan yang terlihat” ketika mayat tersebut ditemukan
mungkin dapat diterima.
Ketika seorang saksi ahli dipanggil untuk bersaksi, suatu dasar atau fondasi
harus ditetapkan sebelum kesaksian diterima atau dipersilakan. Melandaskan
fondasi berarti bahwa keahlian saksi harus ditetapkan sebelum opini profesional
diberikan. Memutuskan bahwa saksi merupakan ahli berarti menunjukkan pada
hakim bahwa dengan pendidikan formal, pembelajaran lanjutan, dan pengalaman,
saksi memiliki pengetahuan yang luas mengenai topik yang akan diusung oleh
kesaksiannya. Kesaksian ahli adalah pengecualian untuk aturan hearsay.
2.2 Aturan Hearsay atau Kesaksian Yang Didengar dari Orang Iain
Aturan hearsay (desas-desus) didasarkan pada teori bahwa kesaksian yang
hanya mengulang apa yang dikatakan orang Iain tidak boleh diterima karena adanya
kemungkinan penyimpangan atau kesalahpahaman. Apalagi, orang yang
sebenarnya membuat pernyataan tidak dapat dilakukan pemeriksaan silang dan
tidak disumpah sebagai saksi. Secara umum, saksi dapat bersaksi hanya ketika ia
memiliki pengetahuan pribadi dan langsung terhadap hal yang dikatakan, dan tidak
memberikan kesimpulan atau pendapat. Tetapi ada beberapa kesempatan atau
pengecualian ketika bukti hearsay diterima. Beberapa contoh adalah:
a. Deklarasi kematian, baik lisan maupun tulisan
b. Pengakuan yang valid
c. Pengakuan yang dilakukan secara diam-diam
d. Catatan publik yang tidak membutuhkan pendapat tetapi sudah jelas sesuai
fakta
e. Pernyataan res gestae - penjelasan spontan, jika diucapkan sebagai bagian
dari tindakan kriminal atau diikuti langsung oleh tindakan kriminal
setelahnya
f. Kesaksian sebelumnya yang diberikan dibawah sumpah
g. Entri bisnis yang dibuat dalam bisnis normal.
Fotokopi dokumen bisnis asli dan tulisan lain serta cetakan Iainnya sering
dibuat untuk menyimpan bukti. Penyelidik menggunakan barang-barang cetakan
tersebut sehingga catatan asli yang diperlukan untuk menjalankan bisnis tidak
dihapus, dan untuk memastikan bahwa jika terjadi kerusakan yang tidak disengaja
pada dokumen asli, maka salinan asli yang sah dari dokumen tersebut masih
tersedia sebagai bukti. Penyelidik juga dapat menggunakan salinan resmi untuk
mendokumentasikan laporan kasus mereka. Namun, di persidangan, dokumen asli
jika masih tersedia adalah bukti terbaik dan harus disajikan. Bukti terbaik dalam
konteks ini berarti bukti utama, bukan sekunder (bukti asli, bukan substitusi), bukti
tertinggi dari suatu kasus. Instrumen tertulis selalu dianggap sebagai bukti utama
atau terbaik dari keberadaan dan isinya; sedangkan salinan, atau mengumpulkan
saksi, akan menjadi bukti sekunder. Selanjutnya, isi dokumen harus dibuktikan
dengan dokumen itu sendiri.
Namun dalam tradisi Anglo-Amerika, para saksi selain para ahli umumnya
tidak dapat bersaksi tentang probabilitas, pendapat, asumsi, kesan, generalisasi,
atau kesimpulan (hal-hal yang terbatas pada saksi ahli), tetapi hanya untuk hal-hal,
orang-orang, dan peristiwa yang telah mereka lihat, rasakan seeara emosi, mereka
rasakan secara inderawi, atau didengar secara langsung (misalnya saksi fakta). Hal-
hal itu harus relevan secara hukum dan logis. Relevansi logis berarti bahwa bukti
yang ditawarkan harus cenderung membuktikan atau menyangkal fakta
konsekuensi. Bahkan jika secara logis relevan, pengadilan dapat mengecualikan
bukti jika itu mungkin untuk mengobarkan atau membingungkan juri atau
mengkonsumsi terlalu banyak waktu. Kesaksian tentang kemungkinan kesalahan
secara statistik dianggap terlalu merugikan dan tidak dapat diandalkan untuk
diterima.
Bukti bisa berupa bukti langsung atau tidak langsung. Bukti langsung
membuktikan fakta secara langsung; jika bukti itu diyakini, maka sudah dapat
dibentuk suatu fakta dari bukti tersebut. Bukti tidak langsung membuktikan fakta
yang diinginkan seeara tidak langsung dan bergantung pada kekuatan kesimpulan
yang ditimbulkan oleh bukti. Misalnya, surat yang ditujukan, dicap, dan dikirim
dengan benar diasumsikan (disimpulkan) telah diterima oleh penerima. Kesaksian
bahwa surat itu begitu diperhatikan, dicap. dan dikirim menimbulkan inferensi yang
diterima. Kesimpulannya dapat dibantah oleh kesaksian bahwa itu tidak benar-
benar diterima.
Selama interogasi, penting untuk tetap peka tidak hanya terhadap apa yang
dikatakan tersangka tetapi juga pada cara mengatakannya, dan untuk mengamati
ekspresi wajah, gerakan tubuh dan mata, pilihan kata, dan postur. Pagar verbal
dengan tersangka tidak membantu. Menantang komentar tersangka atas dasar
logika murni dan rasionalitas tidak membujuk sebagian besar penjahat untuk
mengaku. Tersangka dapat bertahan dengan alasan lumpuh selamanya dan hampir
memercayainya setelah beberapa saat. Alasan mereka bertahan dalam kebohongan
adalah bahwa kejahatan mereka tidak dilakukan karena logika, tetapi terutama
karena alasan emosional, seperti nafsu, keserakahan, kemarahan, atau
kecemburuan. Jadi ketika menginterogasi tersangka, seseorang harus siap
menghadapi emosi mereka.
Aturan Hearsay atau Kesaksian Yang Didengar dari Orang Iain pada kasus
Korupsi Bupati Malang ini , dalam makna yang ideal. persidangan pengadilan
dilakukan untuk mencari kebenaran. Namun. dalam memperoleh bukti tersebut
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa cara dilakukan secara
legal.Berikut hearsay pada kasus ini :
Sidoarjo - Bupati Malang nonaktif Rendra Kresna divonis 6 tahun penjara oleh
hakim pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Surabaya dalam kasus suap dan
gratifikasi pengerjaan proyek di kabupaten setempat (TEMPO.CO)
"Terdakwa atas nama Rendra Kresna divonis 6 tahun penjara dengan denda Rp
500 juta subsider 6 bulan kurungan," kata ketua majelis hakim Pengadilan Negeri
Tipikor Surabaya, Agus Hamzah saat membacakan amar putusan, Kamis, 9 Mei
2019.
a. Aturan Bukti
Sidang pengadilan dimaksudkan untuk menyimpulkan kebenaran dari
proposisi yang diberikan. Dalam kasus pidana, proposisi tersebut adalah rasa
bersalah atau tidak bersalah dari seorang tertuduh ,bukti yang diperkenalkan
dan diterima oleh pengadilan untuk membuktikan bahwa dakwaan harus
melampaui keraguan yang masuk akal - tidak harus dengan kepastian moral -
dan kuantitas dan kualitas bukti harus meyakinkan warga negara yang jujur
dan masuk akal bahwa terdakwa bersalah setelah semua dianggap dan
ditimbang tanpa memihak.
Sidang Rendra dipimpin langsung oleh Hakim Ketua Andi Hamzah di ruang
Cakra Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya.
Dalam surat dakwaan yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU)
dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Joko Hermawan, menyebutkan,
Rendra Kresna menerima suap dan gratifikasi mencapai Rp 7,5 miliar dari
sejumlah proyek di dinas pendidikan Kabupaten Malang.
Ia diduga menerima hadiah itu sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 untuk
proyek di Dinas Pendidikan Kabupaten Malang. Ia diduga mengatur proyek
yang dikehendaki, dan mendapatkan fee dari setiap proyek tersebut.
"Rendra Kresna menerima fee dari setiap proyek yang ada di pendidikan
Kabupaten Malang sebesar 17,5 persen hingga 20 persen," jelas Joko, Kamis
(28/2).
Sementara itu usai sidang, kuasa hukum Rendra Kresna, Imam Muslich
mengaku tidak keberatan dengan dakwaan yang dibacakan oleh Jaksa
Penuntut umum. Ia pun memilih membuktikan semua dakwaan jaksa tersebut
dalam persidangan yang digelar pada Kamis (14/3) mendatang. "Kami akan
buktikan dengan saksi saksi yang meringankan," ucapnya.
b. Bukti Utama
Bukti utama Kasus korupsi dana pendidikan yang dilakukan bupati malang,
yang pertama adalah uang yaitu dugaan menerima suap terkait penyediaan
sarana Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Malang sebesar Rp 3,45
miliar. Dalam kasus ini, KPK juga menetapkan seseorang dari pihak swasta
bernama Ali Murtopo (AM) sebagai pemberi suap.
Kedua yaitu uang korupsi untuk bayar utang saat kampanye menggunakan
uang hasil korupsi untuk membayar utang dana kampanye saat Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) 2010. Wakil Ketua KPK Saut Situmorang
mengatakan, setelah terpilih sebagai bupati, Rendra dan mantan timnya
mencari cara untuk mendapatkan dana dari sejumlah proyek di Kabupaten
Malang.
c. Bukti Sekunder
Bukti sekunder yang di temukan yaitu bahwa dinas pendidikan kabupaten
malang mendapat dana alokasi khusus tahun 2010-2013 untuk pengadaan
buku dan alat peraga pendidikan untuk SD dan SMP.
"RK diduga bersama-sama mantan timses tahun 2010. Dilakukan dengan
berupaya mengatur lelang barang dan jasa lewat e-procurement," kata Saut.
Uang itu rencananya akan digunakan untuk pembayaran dana kampanye
dalam pemilihan Bupati untuk periode 2010-2015.
Selain itu, penyidik juga menemukan uang sebesar Rp 305 juta di Kantor
Bina Marga. Tempat lainnya adalah rumah salah satu kepala bidang, di mana
penyidik menemukan uang sejumlah Rp 18,95 juta.
Hak istimewa yang terjadi pada kasus ini adalah antara penegak hokum
terhadap informan, hak tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
“ Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemkab Malang,
Willem Petrus Salamena diminta penyidik komisi antirasuah untuk menyiapkan
data pengadaan dokumen barang dan jasa setelah diperiksa sebagai saksi untuk
Bupati Malang dan kedua rekanannya pada hari Senin, 26 November 2018 di
Mapolres Malang Kota. Selain memeriksa Willem sebagai saksi, penyidik komisi
antirasuah juga memeriksa 6 pejabat Pemkab Malang serta 2 orang dari pihak
swasta. Materi pemeriksaan kasus ini adalah seputar suap dan gratifikasi yang
melibatkan bupati dan kedua rekanan swasta tersebut ”.
Dalam kasus ini, Rendra Kresna mengaku bahwa dirinya bersama sejumlah
pejabat di Kabupaten Malang sudah pernah diperiksa penyidik KPK sekitar setahun
lalu. Pemeriksaan itu terkait dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan pada
Tahun 2011. Rendra pun menganggap bahwa penggeledahan itu terkait dengan
dugaan kasus korupsi DAK pendidikan yang sudah diselidiki KPK. Bupati Malang
dua periode itu mengaku bahwa penyidik KPK menduga dirinya menerima uang
gratifikasi terkait DAK tersebut. Ada beberapa barang bukti yang juga sudah
diambil, Rendra Kresna menandatangani satu, berita acara penggeledahan. Dua,
berita acara tentang barang bukti dan ketiga STPBB. Ketua DPW NasDem Jawa
Timur itu mengatakan, barang bukti yang dibawa KPK berupa dokumen, dokumen
kepegawaian.
Sementara itu, juru bicara KPK Febri Diansyah membenarkan aktivitas para
penyidik KPK di Mapolres Malang Kota. "Ya, ada sekitar 11 saksi yang diperiksa
untuk tersangka RK," pungkasnya. Sebelumnya, 47 saksi telah di periksa di Polres
Malang pada 16 Oktober 2018 lalu terkait dengan dugaan kasus suap dan gratifikasi
Dana Alokasi Khusus (DAK) 2011. Kasus yang menyeret nama Rendra Kresna ini
terkait dugaan suap dan gratifikasi mencapai Rp 7 miliar. KPK sudah menetapkan
tiga tersangka: Rendra Kresna, Ali Murtopo dan Eryk Armando Talla dari rekanan
swasta. Meski demikian, Bupati Malang Rendra Kresna mengaku sudah siap jika
memang nantinya dia ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Dirinya juga
berpesan, bahwa roda pemerintahan harus tetap berjalan meski nantinya dia sudah
tak lagi menjabat sebagai orang nomor satu di Kabupaten Malang."Saya sudah
sampaikan kepada seluruh ASN di Kabupaten Malang, bahwa mereka harus tetap
semangat. Selain itu, mereka juga tidak boleh terpengaruh dengan status saya
nantinya," tegas Rendra Kresna, secara blak-blakan, Kamis (11/10/2018). Menurut
Rendra, meski tanpa dirinya, masih ada Wakil Bupati, Sekda dan jajaran pejabat
lainya yang bisa tetap menjalankan roda pemerintahan.
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah hasil diskusi yang telah kami sampaikan ke dalam kertas kerja, kami
mengetahui terdapat kekurangan dari hasil diskusi ini, semoga hasil diskusi yang
kami sampaikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Tommie W. Singleton and Aaron J.Singleton. 2010. Fraud Auditing and Forensic
Accounting. 4th Edition. New Jersey. John Wiley & Sons, Inc.: Chapter 11: 175-
194.
https://metro.tempo.co/read/1345822/kasus-ott-di-unj-ditangkap-dilimpahkan-
dipulangkan
https://www.wartaekonomi.co.id/read198827/korupsi-dana-pendidikan-bupati-
malang-jadi-tersangka
https://style.tribunnews.com/2018/10/09/kronologi-rumah-bupati-malang-rendra-
kresna-digeledah-kpk-barang-barang-yang-disita-dugaan-kasus?page=3
https://regional.kompas.com/read/2018/10/12/15493521/6-fakta-dugaan-korupsi-
bupati-malang-siap-ditahan-hingga-barang-bukti-uang
https://m.liputan6.com/regional/read/3662659/misteri-laporan-korupsi-di-ruang-
kerja-bupati-malang
https://tirto.id/kpk-tetapkan-bupati-malang-sebagai-tersangka-suap-dan-gratifikas
https://id.scribd.com/document/394000205/Ppt-Kelompok-5-Gathering-Evidence-
Bab-11
https://nasional.tempo.co/read/1203851/terbukti-melakukan-suap-bupati-malang-
divonis-6-tahun-penjara/full&view=ok