Anda di halaman 1dari 5

MATERI 2

TATANAN KELEMBAGAAN

Yuyun Septiyaningsih (195221071)

A. Atribut Seorang Akuntan Forensik

Howard R. Davia menyatakan bahwa dalam pelaksanaan investigasi terhadap fraud, seorang
auditor yang pertama kali harus dilakukan adalah :

1. Hindari adanya pengumpulan sebuah fakta dan data secara berlebihan. Sebisa mungkin
untuk diseleksi terlebih dahulu, sehingga tepat dan akurat.
2. Seorang fraud mampu untuk membuktikan niat dari seorang pelaku yang melakukan
tindakan tidak terpuji seperti kecurangan.
3. Seorang auditor harus berpikir secara kreatif dan berpikir seperti layaknya seorang
penjahat. Tidak boleh untuk terpengaruh atau mudah ditebak dalam hal seperti :
pemeriksaan, penyelidikan, dan investigasi yang sedang dilakukannya.
4. Seorang auditor harus mengerti bahwa terdapat banyak kecurangan yang bisa dilakukan
dengan terencana oleh sekelompok orang.
5. Dalam menyusun sebuah strategi, seorang auditor harus mempertimbangkan apakah
terdapat kecurangan yang dilakukan dalam sebuah pembukuan maupun diluar
pembukuan tersebut.

B. Kode Etik Akuntansi Forensik

Kode etik yaitu berisi nilai – nilai luhur yang penting bagi eksistensi profesi. Profesi
dapat eksis dikarenakan terdapat integritas (sikap jujur walaupun tidak diketahui oleh orang
lain), rasa hormat dan kehormatan (respect dan honor), dan nilai luhur lainnya yang dapat
menciptakan rasa percaya diri dari seorang pengguna dan stakeholder lainnya.
C. Standar Audit Akuntansi Forensik

Terdapat delapan standar audit investigatif menurut K.H. Spencer Pickett dan Jennifer
Picket yaitu sebagai berikut :

1. Seluruh investigasi harus dilandasi dengan ptaktik yang terbaik.


2. Pengumpulan bukti harus dengan prinsip kehati – hatian agar bukti tersebut dapat
diterima di pengadilan.
3. Seorang auditor harus memastikan bahwa bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan
aman, terlindungi, dan terindeks.
4. Seorang auditor harus memastikan bahwa para investigator mengerti akan hak asasi
pegawai dan bisa menghormatinya.
5. Beban pembuktian ada pada dugaan pegawainya yang melakukan kecurangan dan pada
penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut.
6. Mencakup seluruh subtansi investigasi.
7. Meliputi seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan,
pengumpulan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan
kerahasiaan, dll.

D. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi terjadinya sebuah penyimpangan dari


ketenturan peraturan perundang – undangan diantaranya yaitu :

1. Seorang pemeriksa merancang metodologi dan prosedur pemeriksaan jika ketentuan


peraturan perundang – undangan membawa dampak yang signifikan terhadap tujuan dari
pemeriksaan.
2. Seorang pemeriksa tidak praktis untuk menetapkan suatu ketentuan peraturan perundang
– undangan yang berpengaruh terhadap tujuan pemeriksaan. Namun, dapat menggunakan
pendekatan berikut ini :
 Tujuan pemeriksaan harus diubah menjadi beberapa pertanyaan mengenai aspek
tertentu dari program yang diperiksanya.
 Mengidentifikasi ketentuan perundang – undangan yang berkaitan langsung
dengan aspek tertentu yang menjadi sebuah bahan dari pertanyaan.
 Tentukan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang – undangan.
3. Seorang pemeriksa bisa mengandalkan pekerjaan ke penasihat hukum dalam hal sebagai
berikut :
 Menentukan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh signifikan
terhadap tujuan pemeriksaan.
 Merancang pengujian untuk menilai kepatuhan seseorang terhadap ketentuan
perundang – undangan.
 Mengevaluasi hasil pengujian tersebut, kemudian pemeriksa dapat mengandalkan hasil
kerja ke penasihat hukum, jika tujuan pemeriksa mensyaratkan adanya pengujian
perundang-undangan.

E. Tatanan Kelembagaan

Dalam UUD 1945 telah disebutkan mengenai lembaga negara atau lembaga
penyelenggara negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Di tingkat pusat
terdapat beberapa kelompok kelembagaan yaitu antara lain kelompok lembaga yang
mencerminkan perwakilan rakyat, presiden dan wakil presiden yang mewakili kekuasaan
pemerintahan negara, dan kelompok yang mewakili kekuasaan kehakiman oleh
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya. Ketiga kelompok
tersebut adalah merupakan perwujudan konsep trias politica dalam ketatanegaraan.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tidak termasuk dalam kekuasaan tersebut karena BPK
lebih dikenal dalam sistem ketatanegaraan negara demokrasi.

 Lembaga Pemberantasan Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada awalnya berdiri pada tanggal 29


Desember 2003 bukan merupakan sebuah lembaga pemberantasan korupsi yang pertama
di Indonesia. KPK didirikan akibat kelemahan aparat penegak hukum di bidang
penyelidikan dalam menghadapi tuntutan konvensi pemberantasan korupsi PBB. Selain
KPK, dalam era pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), dibentuk juga Tim
Pemburu Koruptor dan Timtas Tipikor yang dikomandani oleh Pimpinan Kejaksaan
Agung.
 Tugas dan Wewenang KPK
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor. Dalam
melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang untuk:
1. Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tipikor.
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tipikor.
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tipikor kepada instansi yang
terkait.
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tipikor.
5. Meminta laporan instansi terkait mengenal pencegahan tipikor.
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor. Dalam
melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang untuk:
1. Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang
menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tipikor,
dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik.
2. Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tipikor yang sedang
dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.
c. Penyelidikan, penyelidikan, dan penuntutan terhadap tipikor. KPK berwenang melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan atas kasus tipikor yang :
1. Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan
2. Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang untuk
berpergian ke luar negeri
3. Meminta keterangan kepada pihak bank atau lembaga keuangan lainnya tentang
keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa.
4. Memerintahkan kepada pihak bank atau lembaga keuangan lainnya untuk membokir
rekening yang diduga hasik dari korupsi milik tersangka, terdakwa, dan pihak yang
terkait.
5. Memerintahkan kepada pimpinan atau tersangka untuk memberhentikan sementara
tersangka dari jabatannya.
F. Landskap Audit Pemerintahan

Terdapat beberapa faktor yang melemahkan proses audit yaitu sebagai berikut :

a. BPK menghadapi kendala – kendala yang parah


b. Tidak ada UU audit negara modern yang menyebabkan banyak kerancuan dan
menjadi tempat dimana terdapat organisasi yang ingin menghindari audit.
c. Parlemen, Departemen Keuangan, dan Departemen teknis lainnya tidak memiliki
proses yang telah digariskan secara jelas untuk memperbaiki temuan audit dan
mengambil alih langkah perbaikan.
d. BPK tidak berwenang untuk mengumumkan hasil temuannya.

Anda mungkin juga menyukai