Anda di halaman 1dari 7

NAMA JUNJUNG PRABAWA

NIM 142180037
KELAS EA-B
RESUME TEMU 2 BAB 4-5

BAB 4
ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK SERTA STANDAR AUDIT
INVESTIGASI

1. Atribut Seorang Akuntan Forensik


Howard R. Davia memberi lima nasehat kepada seorang auditor pemula dalam
melaksanakan investigasi terhadap fraud yaitu :
A. Hindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur.
B. Fraud auditor harus mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan
(perpetrator intent to commit fraud).
C. Kreatiflah, berpikir seperti pelaku kejahatan, jangan mudah ditebak dalam hal arah
pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan (be creative, think like a
perpetrator, do not be predictable)
D. Auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan.
E. Dalam memilih proactive fraud detection strategy (strategi untuk menemukan
kecurangan dalam investigasi proaktif), si auditor harus mempertimbangkan apakah
kecurangan dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan.
Nasehat Davia mengenai pelaksanaan investigasi fraud oleh auditor pemula dapat
dirumuskan sebagai berikut :
A. Dari awal upayakan “menduga” siapa pelaku.
B. Fokus pada pengumpulanbukti untuk proses pengadilan.
C. Kreatif dalam menerapkan teknik investigasi, berpikir seperti penjahat, jangan mudah
ditebak.
D. (kalau sistem pengendalian intern sudah baik), fraud hanya bisa terjadi karena
persekongkolan, investigator harus memiliki indera atau intuisi yang tajam untuk
merumuskan “teori mengenai persekongkolan”; ini adalah sebagai bagian dari “teori
mengenai fraud”.

2. Karakteristik Seorang Pemeriksa Fraud


Berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners, pemeriksa fraud harus
memiliki karakteristik sebagai berikut :
A. Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik di samping keahlian teknisnya
seperti kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak
memihak, akurat, serta mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap.
B. Pemeriksa harus memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri
orang lain sehingga tujuan spesifik yakni mendapat informasi dapat tercapai.
C. Mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.
D. Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep
keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya.

3. Kualitas Akuntan Forensik


Berdasarkan jawaban kuesioner yang dibagikan oleh Robert J. Lindquist, kualitas
yang harus dimiliki seorang akuntan forensik antara lain :
A. Kreatif
B. Rasa ingin tahu
C. Tak menyerah
D. Akal sehat
E. Business sense
F. Percaya diri

4. Kode Etik Akuntan Forensik


Kode etik berisi nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi
bisa eksis karena ada integritas (sikap jujur walaupun tidak diketahui orang lain), rasa hormat
dan kehormatan, dan nilai-nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna
dan stakeholders lainnya.

5. Standar Audit Investigatif


K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett merumuskan beberapa standar untuk
mereka yang melaksanakan investuagasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah
investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai perusahaan. Standar tersebut antara lain :
A. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui
B. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti
tadi dapat diterima dipengadilan.
C. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks,
dan jejak audit tersedia.
D. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa
menghormatinya.
E. Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan. dan
pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut baik dalam kasus hukum
administratif maupun hukum pidana.
F. Mencakup seluruh substansi investigasi

6. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


Pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan kecurangan (fraud) dan ketidakpatutan (abuse)

BAB 5
TATANAN KELEMBAGAAN
1. Tatanan Kelembagaan
Dalam UUD 45 disebutkan tentang lembaga negara atau lembaga penyelenggara
negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Pada tingkat pusat terdapat beberapa
kelompok kelembagaan antara lain kelompok lembaga yang mencerminkan perwakilan
rakyat, presiden dan wakil presiden yang mewakili kekuasaan pemerintahan negara, dan
kelompok yang mewakili kekuasaan kehakiman oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan
yang berada di bawahnya.

2. Lembaga Pemberantasan Korupsi


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdiri pada tanggal 29 Desember tahun
2003 bukanlah lembaga pemberantasan korupsi yang pertama di Indonesia. KPK didirikan
karena kelemahan aparat penegak hukum di bidang penyelidikan dalam menghadapi tuntutan
konvensi pemberantasan korupsi PBB.

Tugas dan Wewenang KPK


KPK dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi.
Tugas-tugas KPK meliputi kegiatan:
A. Koordinasi dengan instansi yang berwenag melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
B. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
C. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
D. Pencegahan tindak pidana korupsi.
E. Pemantauan (monitoring) penyelenggaraan pemerintahan negara.

Tugas Koordinasi
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang:
A. Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan , dan penututan terhadap tindak pidana
korupsi.
B. Meletakkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi.
C. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi terkait.
D. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi.
E. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana.

Tugas Supervisi
Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang:
A. Melkukan pengawasana, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang
menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak
pidana korupsi, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik.
B. Mengambil ahli penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi
yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.

Tugas Penyelidikan, Penyidikan, dan Penuntutan


KPK berwenang untuk:
A. Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan.
B. Memerintahkan seseorang pergi ke luar negeri.
C. Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan
keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa.
D. Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir
rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihk lain yang
terkait.
E. Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan
sementara tersangka dari jabatannya.

Tugas Pencegahan
Dalam melaksanakan tugas pencegahan, KPK berwenang:
A. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan
penyelanggara negara.
B. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi.
C. Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan.
D. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak
pidana korupsi.
E. Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum.

Tugas Pemantauan (Monitoring)


Dalam melaksanakan tugas monitor, KPK berwenang:
A. Melakukan pengkajian terhadap istem pengelolaan administrasi di semua lembaga
negara dan pemerintah.
B. Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan
perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian sistem pengelolaan administrasi tersebut
berpotensi korupsi.
C. Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut
tidak diindahkan.

Kewajiban dan Larangan


KPK berkewajiban untuk :
A. Memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan
taupun memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi.
B. Memberikan informasi kepada masyarakat yang memelukan atau memberikan
bantuan untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak
pidana korupsi yang ditandatanganinya.
C. Menyusun laporan tahunan dan menyampaikannnya kepada Presiden Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia, dan Bdan Pemeriksa Keungan.
D. Menegakkan sumpah jabatan.
E. Menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas
tersebut di atas.
Pimpinan, tim penasihat, dan pegawai KPK dilarang :
A. Mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka atau pihak lain
yang ada hubungan dengan perkara tindak pidana korupsi yang ditangani Komisi
Pemberantasan Korupsi dengan alasan apa pun.
B. Menangani perkara tindak pidana korupsi yang pelakunya mempunyai hubungan
keluarga sedsarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai
derajat ketiga dengan anggota Komisi Pemberantasan Korupsi yang bersangkutan.
C. Menjabat komisaris atau direksi suatu peseroan, organ yayasan, pengawas atau
pengurus koperasi, dan jabatan profesi lainnya atau kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan jabatan tersebut.

3. Anti-Corruption Agencies
Ada dua model ACA, yakni multi-agency model dan single-agency model. Negara
yang menerapkan multi-agency model memanfaatkan lembaga-lembaga penegak hukum yang
sudah ada (seperti kepolisian, kejaksaan, pengawas pasar modal, pengawas perbankan/bank
sentral, lembaga ombudsman, dan lain-lain) dan membangun satu lembaga khusus. Indonesia
adalah contoh negara yang menerapkan multi-agency model. Kebanyakan negara Eropa Barat
dan Amerika Serikat juga menerapkan multi-agency model.

4. Landskap Audit Pemerintahan


Beberapa faktor yang melemahkan proses audit.
A. Pertama, BPK menghadapi Kendala-kendala sumber daya yang parah.
B. Kedua, tidak adanya undang-undang audit negara modern meyebabkan banyak
kerancuan di balik mana orgnisasi-organisasi yang ingin menghindari audit bisa
bersembunyi.
C. Ketiga, Parlemen, Departemen Keuangan, dan departemen-departemen teknis tidak
mempunyai proses yang digariskan secara jelas untuk menindaklanjuti temuan-
temuan audit dan mengambil alih langkah perbaikan, dan sebagai akibatnya tidak
terjadi tindak lanjut sistematis.
D. Keempat, seperti dicatat, BPK tidak berwenang mengumumkan temuan-temuannya.

5. LSM dan Pers sebagai Kelompok Penekan


Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Non-Governmental Organization (NGO)
bersama pers bukan bagian dari tatanan kelembagaan pemerintahan. Namun, LSM dan pers
memainkan peran penting dalam proses check and balance;peran mereka adalah sebagai
kelompok penekan atau pressure group. LSM dan pers menyuarakan rasa ketidakadilan di
dalam masyarakat.

6. Pengadilan Tipikor
Pada tanggal 29 Oktober 2009, Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi diundangkan. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
merupakn pengadilan khusus yang berada di dalam lingkungan peradilan umum. Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi berkedudukan di setiap ibukota kabupaten/kota di Indonesia, yang
jumlahnya hampir 500. Mahkamah Agung memastikan pengadilan tindak pidana korupsi
terbentuk di tujuh provinsi dalam tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai