Kata Pengantar................................................................................................................ 2
Daftar Isi......................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan........................................................................................................ 4
A. Latar Belakang............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan.......................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan........................................................................................................ 5
A. Kewajiban Lancar........................................................................................ 5
1. Utang Usaha.......................................................................................... 6
2. Wesel Bayar.......................................................................................... 6
3. Utang Dividen....................................................................................... 6
4. Uang Muka atau Deposito Pelanggan................................................... 7
5. Pendapatan Di Terima Dimuka............................................................. 7
6. Utang Pajak Penjualan.......................................................................... 7
7. Utang Pajak Penghasilan....................................................................... 7
8. Kewajiban yang Berhubungan dengan Karyawan................................ 7
9. Utang Jangka Panjang........................................................................... 8
10. Utang Jangka Pendek............................................................................ 8
B. Kontijensi..................................................................................................... 9
1. Kelebihan dari Kontijensi...................................................................... 9
2. Kerkurangan dari Kontijensi................................................................. 9
C. Penyajian dan Analisis................................................................................ 12
1. Penyajian Kewajiban Lancar................................................................ 12
2. Penyajian Kontijensi............................................................................. 12
3. Analisis Kewajiban Lancar.................................................................. 13
BAB III Penutup............................................................................................................. 14
A. Kesimpulan.................................................................................................. 14
B. Saran............................................................................................................. 14
Daftar Pustaka................................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Utang jangka pendek adalah kewajiban perusahaan yang timbul karena tindakan atau
transaksi–transaksi di masa lampau untuk memperoleh aktiva atau jasa, yang
pelunasannya baru akan dilakukan di masa yang akan datang, baik dengan penyerahan
uang tunai, aktiva-aktiva tertentu lainnya, jasa maupun dengan menciptakan utang baru.
Utang dapat menimbulkan kewajiban keuangan ataupun kewajiban pelaksanaan. Sebagai
contoh, kewajiban keuangan misalnya hutang usaha, hutang pajak, hutang dividen,
hutang bunga dan sebagainya, sedangkan kewajiban pelaksanaan, misalnya sewa yang
diterima di muka, beban yang diterima di muka, uang garansi pembelian dari para
pembeli.
Kontinjensi (contingencies) dalam FASB (Financial Accounting Standard
Board) Statement No. 5 adalah “suatu kondisi, situasi, atau serangkaian situasi yang
ada yang melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan atau kerugian untuk
perusahaan yang pada akhirnya akan diselesaikan apabila satu atau lebih kejadian di
masa depan terjadi atau tidak terjadi.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kewajiban Lancar?
2. Apa saja yang termasuk dalam Kewajiban Lancar?
3. Apa yang dimaksud dengan Kontinjensi?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan Kontinjensi?
5. Bagaimana cara menyajikan dan menganalisis Kewajiban Lancar dan Kontijensi?
C. Tujuan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Kewajiban Lancar.
2. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam Kewajiban Lancar.
3. Untuk memahami pengertian dari Kontijensi.
4. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari Kontijensi.
5. Menjelaskan penyajian dan analisis Kewajiban Lancar dan Kontinjensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kewajiban Lancar
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yg membahas tentang kerangka dasar
penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan dinyatakan bahwa karakteristik esensial
kewajiban (liabilities) adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban (obligation)
masa kini. Kewajiban adalah suatu tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan.
Hampir semua perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar memiliki kewajiban
atau hutang. Dalam pengertian sederhana kewajiban adalah utang yang harus dibayar
oleh perusahaan. Secara lebih rinci kewajiban adalah hutang atau kewajiban suatu
perusahaan yang timbul dari transakasi dari waktu yang lalu dan harus dibayar dengan
kas, barang, atau jasa, di waktu yang akan datang. Sebagai contoh adalah kewajiban
yang timbul dari pembelian secara kredit, peminjaman uang dari bank, dan kewajiban
untuk membayar gaji atau upah kepada para karyawan.
Kejadian yang timbul akibat kewajiban yaitu di antaranya, barang yang sudah dibeli
dari pemasok tapi perusahaan belum membayarnya (kewajiban dagang, trade account
payable atau account payable), pemasok sudah membayar tetapi perusahaan belum
mengirimkan barangnya (pendapatan diterima dimuka atau unearned revenue).
Penyebab lain timbulnya kewajiban antara lain, karena adanya peminjaman dari satu
perusahaan ke perusahaan lain, adanya barang yg dijual dengan garansi, pembagian
dividen tunai dan sebagainya.
Kewajiban lancar dapat diartikan sebagai kemungkinan pengorbanan masa depan
atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban perusahaan pada masa sekarang
untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan
sebagai hasil dari transaksi atau kejadian pada masa lalu. Suatu hal dapat dikategorikan
sebagai sebuah kewajiban apabila memenuhi tiga karakteristik utama, yaitu:
1. Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan
kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa.
2. Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari.
3. Transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah
terjadi dimasa lalu.
Suatu kewajiban melibatkan pengeluaran aktiva atau jasa di masa depan, sehingga
salah satu karakteristik yang terpenting yaitu tanggal di mana kewajiban tersebut harus
dibayarkan pada saat tanggal jatuh tempo. Karakteristik mengenai berapa lama tanggal
yang ditentukan untuk melunasi kewajiban tersebut adalah perumusan dalam
pengklasifikasian kewajiban, yaitu apakah jangka waktu pelunasannya kurang atau lebih
dari jumlah periode tertentu. Pengklasifikasian kewajiban dibagi menjadi dua, kewajiban
lancar dan kewajiban jangka panjang. Berikut beberapa jenis kewajiban lancar adalah
sebagai berikut:
1. Utang Usaha
Utang usaha adalah saldo yang terutang kepada pihak lain atas barang, atau jasa
yang dibeli secara kredit. Periode pelunasan kredit ini biasanya berkisar antara 30
sampai dengan 60 hari.
2. Wesel Bayar
Wesel Bayar adalah janji tertulis untuk mebayar sejumlah uang pada suatu
tanggal tertentu di masa depan dan dapat berasal dari pembelian, pembiayaan, atau
transaksi dengan bentuk lainnya. Utang jenis ini diperlukan sebagai bagian dari
transaksi pembelian atau penjualan. Sedangkan wesel bayar kepada bank berasal
dari pinjaman kas atau uang tunai.
3. Utang Dividen
Utang Dividen memiliki pengertian sebagai jumlah yang terutang oleh
perusahaan kepada para pemegang sahamnya sebagai hasil dari otorisasi dewan
komisaris atau direksi (ada tanggal pengumuman, perusahaan menempatkan
pemegang saham sebagai kreditor atas sejumlah dividen). Dividen digolongkan
menjadi kewajiban lancar karena dividen akan dibayar pada satu tahun berikutnya
setelah pengumuman kepada para pemegang saham. Sementara itu, dividen saham
preferen kumulatif yang belum diumumkan juga dianggap sebagai kewajiban lancar
karena dividen yang tertunggak tersebut bukan merupakan kewajiban, sampai
dewan direksi mengambil tindakan mengotorisasi pembagian laba perusahaan.
4. Uang Muka dan Deposito Pelanggan
Perusahaan dapat menerima deposito dari pelanggan maupun dari karyawannya
sendiri. Perusahaan menerima deposito dari pelanggan untuk menjamin pembayaran
kewajiban yang diharapkan di masa depan dan juga sebagai jaminan untuk
kemungkinan kerusakan barang yang ada di tangan pelanggan. Sementara
perusahaan menerima deposito dari karyawan atas jaminan dan pengembalian
properti perusahaan yang digunakan oleh karyawan yang membantu kegiatan
operasional karyawan tersebut.
B. Kontinjensi
Kontinjensi adalah kondisi di mana terjadi ketidakpastian mengenai apakah
kewajiban untuk mentransfer kas atau aktiva yang lain telah timbul dan atau jumlah yang
akan diminta untuk melunasi kewajiban tersebut, atau dalam arti yang lebih luas,
kontinjensi adalah suatu atau serangkaian kondisi atau situasi, yang melibatkan
ketidakpastian mengenai keuntungan atau kerugian bagi perusahaan yang pada akhirnya
akan diketahui ketika satu atau lebih kejadian di masa depan terjadi atau tidak terjadi.
1. Keuntungan Kontinjensi
Keuntungan kontinjensi adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva yang
keberadaannya tidak pasti, akan tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah.
Keuntungan-keuntungan tersebut adalah:
a. Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain-lain.
b. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.
c. Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin akan menguntungkan.
d. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan.
2. Kerugian Kontinjensi
Kerugian kontinjensi melibatkan kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang
terjadi sebagai akibat dari kerugian kontinjensi adalah pengertian dari kewajiban
kontinjensi.
a. Kemungkinan Kerugian
Suatu estimasi kerugian dari kerugian kontinjensi harus diakrualkan dengan
membebankannya ke beban dan kewajiban dicatat hanya jika:
(1) Informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan menunjukkan
bahwa kemungkinan besar suatu kewajiban telah terjadi pada laporan
keuangan.
(2) Apabila jumlah kerugian dapat diestimasi secara rasional.
e. Jaminan Diri
Perusahaan tidak mencatat kontinjensi untuk risiko spesifik di masa depan seperti
tunjangan perbaikan. Alasannya karena hal seperti ini tidak sesuai dengan definisi
kewajiban karena tidak timbul dari transaksi masa lalu melainkan berkaitan dengan
kejadian di masa yang akan datang.
Berbanding terbalik dengan namanya, jaminan diri bukanlah asuransi melainkan
asumsi risiko. Beberapa perusahaan seperti ini menambah pengeluaran dan
kerugian.
2. Penyajian Kontinjensi
Perusahaan mencatat kerugian kontijensi dan kewajiban apabila kerugiannya
merupakan sebuah estimasi yang dapat dipastikan dan apabila kemungkinan kerugian
kecil, maka pengungkapan harus memuat sifat kontinjensi dan estimasi kemungkinan
kerugian.
Perusahaan harus mengungkapkan kewajiban kontinjensi lain meskipun
kemungkinan kerugian dapat mengecil, yaitu sebagai berikut:
1. Jaminan atas utang pihak lain.
2. Kewajiban bank komersil di bawah “surat kredit yang selalu siap”.
3. Jaminan untuk membeli kembali piutang (atau property lain yang berkaitan) yang
sudah terjual atau ditetapkan.
3. Analisis Kewajiban Lancar
Likuiditas yang berkaitan dengan kewajiban merupakan masalah waktu yang
diharapkan untuk membayar kewajiban. Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila
dapat melunasi kewajiban-kewajibannya dan mampu bertahan terhadap masalah
keuangan. Terdapat dua rasio yang dapat menghitung tingkat likuiditas perusahaan,
yaitu:
1. Rasio Lancar
Rasio lancar adalah rasio yang membandingkan total aset lancar dengan total
kewajiban lancar. Dengan persediaan, khususnya bahan mentah dan barang dalam
proses, dipertanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
mereka menjadi barang jadi dan apa yang akhirnya akan terwujud dalam penjualan
barang dagang.
Aset Lancar
Rasio Lancar=
Kewajiban Lancar