Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

KEWAJIBAN/LIABILITAS

Oleh Kelompok 2 :

1. DIKNA DWICOLYN MALIK BICA 21 238


2. DWI ANANDA NUR SAKINAH B1C1 21 241
3. FIFIN B1C1 21 247
4. GONSAN SARI B1C1 21 248
5. JUNLIAS SAFIKA NUGRAHA B1C1 21 258

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Kendari, 15 September 2023

Penyusun

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................4
1.3. Tujuan ......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Kewajiban ....................................................................................................6
2.2 Karakteristik Utama Kewajiban .....................................................................................7
2.3. Hak-Kewajiban Tak Bersyarat ......................................................................................9
2.4. Karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai kewajiban)..................10
2.5. Pengukuran, Pengakuan, Penilaian, dan Pengungkapan ..............................................11
BAB III ................................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................................ 18
1. Kesimpulan ............................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti aset, kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk
informasisematik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain
yaitu aset danekuitas atau pos-pos rinciannya.

Kewajiban merespresentasikan sebagian sumber dana dari aset badan usaha


berupa potensi jasa (manfaat) fisik dan non-fisik yang memampukannya untuk
menyediakan barangdan jasa.

Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari


kontrakmengingat atau atau peraturan perundangan. Tugas atau tanggung jawab
untuk bertindak ataumelakukan sesuatu pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan
perusahaan karena tindakanatau transaksi sebelumnya.

Pengorbanan ekonomis dapat berbentuk penyerahan utang, aktifa lain jasa-jasa,


ataumelakukan pekerjaan tertentu.tindakan atau transaksi sebelumnya itu dapat
berupa uang, barang atau jasa, diakuinya suatu beban atau kerugian

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:

1.1.Apa pengertian dari kewajiban ?


1.2.Apa saja karakteristik utama dari kewajiban?
1.3.Bagaimana konsep dari Hak Kewajiban tak bersyarat?
1.4.Apa saja karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai
kewajiban)?
1.5.Bagaimana konsep dari Pengakuan, Pengukuran, Penilaian, dan
Pengungkapan?

4
1.3.Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:

1.4. Untuk mengetahui karakteristik kewajiban.


1.5. Untuk mengetahui cara mengukur dan menentukan jumlah rupiah pada saat
penanggungan, peneusuran, dan pelunasan
1.6. Untuk mengetahui atribut dalam penilaian kewajiban.
1.7. Untuk mengetahui kriteria dari pengakuan kewajiban.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewajiban


Menurut FASB (SFAC No. 6, Prg. 35) : Kewajiban adalah pengorbanan
manfaat ekonomimasa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan
sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/
menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu.
Menurut IASC : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul
dariperistiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus
keluar dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
Menurut AASB (SAC No. 4) : Kewajiban adalah pengorbanan masa depan
atas potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib
kepada entitas lain sebagai akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu
lainnya.
Menurut APB : Kewajiban adalah kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui
dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga
mencakup kredit tangguhan tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan
diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan
yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat
menghasilkan arus keluar dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan
manfaat ekonomi.

6
2.2 Karakteristik Utama Kewajiban
Secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban mempunyai 3 karakterisitik
utama, yaitu :
1. Pengorbanan Manfaat Ekonomi
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas
atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk
melunasi, menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat
ekonomi yang cukup pasti dimasa datang.
Pengorbanan manfaat ekonomi diwujudkan dalam bentuk transfer atau
penggunaan aset kesatuan usaha. Transfer manfaat ekonomi kepada pemilik
(pemegang saham) tidak termasuk dalam pengertian pengorbanan sumber
ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena untuk menjadi
kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar
kebijakan atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah
rupiah maupun dalam saat transfer.
Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak
dapat menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak
pasti. Kesatuan usaha tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke
pemilik kecuali dalam hal kesatuan usaha dilikuidasi. Walaupun secara
konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban bagi perusahaan, pengorbanan
sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun saat sehingga
kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas.

2. Keharusan Sekarang untuk mentransfer asset


Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa
datang harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang” dalam hal
ini mengacu pada 2 hal: waktu dan adanya.
Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya : pada
tanggal neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional

7
pengorbanan sumber ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.
Keharusan kewajiban mencakupi keharusan kontraktual, keharusan
konstruktif atau bentukan, keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung
atau bersyarat.
a) Keharusan Kontraktual, Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau
peraturan hukum yang di dalam nya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha di
nyatakan secara eksplit atau implicit dan mengikat. Contoh : utang pajak,
utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan utang obligasi.
b) Keharusan Konstruktif, Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan
usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi
apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk
memenuhi kewajiban yuridis. Contoh : servis gratis sepeda motor yang
dijanjikan oleh dealer sepeda motor, pengembalian uang untuk barang yang
ternyata cacat atau rusak, dan tunjangan hari raya
c) Keharusan Demi Keadilan, Keharusan yang ada sekarang yang
menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata-mata karena panggilan etis
atau moral karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat. Contoh :
kewajiban memberikan donasi untuk badan amal tiap akhir tahun dan
kewajiban member hadiah kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik
karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
d) Keharusan Bergantung atau bersyarat, Keharusan yang pemenuhannya
tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya
syarat – syarat tertentu dimana datang.

3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu


Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria
keharusan sekarang dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos
sebagai kewajiban tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam system
pembukuan. Untuk mengakui sebagai kewajiban, selain definisi, kriteria yang lain

8
seperti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan juga harus dipenuhi. Transaksi
atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan
kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa
datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan
usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan.

2.3. Hak-Kewajiban Tak Bersyarat


Konsep hak – kewajiban tak bersyarat menyatakan bahwa walaupun kontrak
telah ditandatangani, salah satu pihak tidak mempunyai kewajiban apapun
sebelum pihak lain memenuhi apa yang menjadi hak pihak lain. Jadi, konsep hak
– kewajiban tak bersyarat menyatakan “tidak ada hak tanpa kewajiban dan
sebaliknya tidak ada kewjiban tanpa hak. Kontrak – kontrak semacam ini dikenal
dengan nama kontrak saling – mengimbangi tak
bersyarat atau kontrak eksekuatori.
Contoh : bila seseorang pembeli menandatangani order pembelian, pada saat
itu pembeli tidak mempunyai kewajiban apapun sampai barang yang dipesan
datang dan dikuasai pembeli walaupun jenis, kuantitas, harga, waktu pengiriman
barang sudah jelas.
Masalah timbul dalam kontrak pembelian yang tidak dapat dibatalkan. Ada
dua pendapatan mengenai hal ini, pendapat pertama tetap memperlakukan kontrak
tersebut sebagai eksekutori.sehingga kewajiban tidak perlu diakui. Alasannya,
aset atau manfaat ekonomik masa datang belum dikuasai secara nyata.
Pendapatan kedua, menganjurkan bahwa kewajiban diakui pada saat
penandatanganan kontrak bersamaan dengan aset yang terlibat. Alasannya pada
saat itu, pada dasarnya ketiga criteria kewajiban telah di penuhi.
Transaksi atau kejadian yang dapat dijadikan dasar untuk menandai saat, titik,
atau tanggal pengakuan hak dan kewajiban dalam suatu kontrak. Hukum
perikatan atau kontrak juga cukup kompleks untuk menentukan timbulnya hak

9
dan kewajiban yuridis. Dalam Most menunjukkan bahwa titik atau saat tersebut
dapat berupa :
1. Tanggal kontrak ditandatangani
2. Tanggal objek kontrak telah diperoleh salah satu pihak
3. Tanggal objek kontrak telah siap digunakan oleh salah satu pihak
4. Tanggal objek kontrak telah dipisahkan untuk digunakan oleh pihak lain
5. Tanggal objek kontak telah diserahkan
6. Tanggal telah diterima / dibayarnya uang muka, bila ada
7. Dalam kasus kontrak konstruksi jangka panjang :
a) Suatu titik selama konstruksi berjalan
b) Pada saat konstruksi dimulai
Saat penentuan transaksi masa lampau perlu dipertimbangkan dengan
seksama memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu kontraj. Most
mengemukakan hal yang harus dipertimbangkan untuk memilih saat yang tepat :
a) Pemenuhan definisi aset dan kewajiban
b) Kekuatan mengikat yaitu seberapa kuat bahwa pelaksanaan kontrak tidak
dapat dibatalkan
c) Kebermanfaatan bagi keputusan

2.4. Karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai kewajiban)


FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik
yang tersebut di atas, yaitu:

1. Keharusan membayar kas, Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan


pembayaran kas. Keharusan membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di
masa datang merupakan petunjuk yang kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban.
Akan tetapi, untuk menjadi kewajiban, penyerahan aset ( kas ) bukan satu – satunya
kriteria tetapi meliputi pula penyerahan jasa. Esensi kewajiban lebih terletak pada
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang dari pada terjadinya pengeluaran kas.

10
2. Identitas terbayar jelas, Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya
sekedar menguatkan bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban
identitas terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi. Jadi yang
penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di masa
datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar.

3. Berkekuatan hukum, Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk
mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai
kekuatan memaksa. Definisi kewajiban sebenarnya merupakan bayangan cermin aset.

2.5. Pengukuran, Pengakuan, Penilaian, dan Pengungkapan


1. Pengukuran
Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban
pada saa terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi- transaksi
tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal
ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup
material sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan
jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas) msa datang. Dengan kata
lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan atau kos penundaan
dianggap tidak material.
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai
atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber
ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya.

a) Kewajiban dalam pembelian kredit.


Dasar pengukuran asset yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai
implisit. Karena kewajiban merupakan bayangan cermin asset, pengukuran juga
mengikuti pengukura asset.Pada umumnya,atas dasar kepraktisan,perusahaan
tidak berusaha untuk menentukan kos tunaiimplisit baik dengan cara menanyakan

11
langsung ketoko penjual barang ataupun dengan cara mendiskusikan nilai kontrak
dengan tarif bunga yang berlaku.
b) Diskon dan premium utang obligasi
Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah
rupiah kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun
kreditor. Dasar pengukuran demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak
utang dengan ketentuan pembayaran bunga periodik dan pokok pinjaman pada
akhir jangka kontrak, pengukuran jumlah rupiah (kos) utang dan aset untuk dasar
pencatatan pertama kali yang tepat adalah kos tunai implisit. Dalam hal obligasi
jangka panjang,jumlah rupiah uang yang diterima oleh penerbit dan yang
dibayarkan oleh kreditor pada saat penerbitan hanyalah merupakan bagian kecil
dari jumlah rupiah total yang terlibat dalam kontrak obligasi.Jumlah rupiah total
ini adalah sseluruh jumlah rupiah pembayaran-pembayaran masa datang.
c) Makna harga efektif obligasi
Selisih nominal dengan penghargaan sepakatan merupakan diskun obligasi.
Bagi penerbit obligasi, perhitungan biaya bunga menjadi tidak lengkap (tepat)
apabilatidak memperhatikan perhitungan bunga periodik dan akumulasi diskun.
Jumlahrupiah utang obligasi tiap saat (keharusan saat itu) sebelum jatuh tempo
akanterlalu besar apabila dinyatakan sebesar nominalny
d) Diskon obligasi
Diskon utang obligasi pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit
yang menunjukkan biaya bunga yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo.
Dengan demikian, diskon tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai
pengurang nilai nominal (jatuh tempo) utang obligasi.
e) Premium obligasi
Mengartikan premium obligasi sebagai “pendapatan tangguhan”
(deferredincome) jelas tidak tepat karena secara konseptual pendapatan atau laba
tidak timbul dari proses pemerolehan utang.

12
f) Kewajiban Moneter dan Nonmoneter
Kewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik
masa datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti (baik
jumlah tunggal maupun beberapa pembayaran secara berkala). Kewajiban
Nonmoneter keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan
saat yang cukup pasti yang biasanya timbul karena timbul karena penerimaan
pembayaran di muka untuk barang dan jasa tersebut.

2. Pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat
transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus
dievaluasi atas dasar kaidah pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan
lebih berkaitan dengan pedoman umum dalam rangka memenuhi karakteristik
kualitatif informasi sehingga elemen statemen keuangan hanya dapat diakui bila
kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan keterukuran dipenuhi. Kriteria
umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah pengakuan sebagai
penjabaran teknis kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah
pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban
dapan diakui (dibukukan). Kriteria pengakuan kewajiban:
a) Ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan
informasi. Faktur pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving
report) merupakan dasar hukum yang cukup meyakinkan untuk mengakui
kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan
daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung definisi kewajiban. Jadi,
kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti
substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.

13
b) Keterterapan konsep dasar
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan.
Keadaan-keadaan tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan
dapat memicu pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya konsep konservatisma
adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti
kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak.
c) Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang
sewaguna (lease obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada
transfer hak milik dalam transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban
dapat atau bahkan harus diakui kalau secara substantif sewaguna tersebut
sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu memenuhi salah satu kriteria
kapitalisasi).
d) Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas
keterandalan informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti
(probable) yang mengacu tidak hanya pada terjadinya pengorbanan sumber
ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya.

Kaidah Pengakuan Kewajiban :


a) Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban
telah mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah
satu pihak memanfaatkan/ menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi
kewajibannya (to perform).
b) Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi
biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya.
c) Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk
menggunakan barang dan jasa diperoleh.

14
d) Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses
penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual
(accrued liabilities).

Kriteria Pengakuan Kewajiban Bergantung


a) Aset cukup pasti turun nilainya
b) Kewajiban cukup pasti timbul
c) Kejadian yang menjadikan kewajiban bergantung cukup pasti terjadi
d) Jumlah keharusan dapat diestimasikan dengan cukup layak

3. Penilaian
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat
terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada
setiap saat terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati
saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal. Jadi,
penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi.
Atribut Penilaian Menurut FASB
a) Nilai pasar sekarang (current market value)
b) Nilai pelunasan neto (net settlement value)
c) Nilai diskunan aliran kas masa datang (discounted value of future cash flows)

15
Basis (atribut) Penilaian Basis (atribut) Penilaian Basis (atribut) Penilaian
Berbagai kewajiban Kewajiban penerbit opsi
yang melibatkan sebelum jangka opsi
Harga pasar sekarang komoditas dan surat- habis dan beberapa
surat berharga. kewajiban pedagang
efek.
Berbagai kewajiban
yang melibatkan jumlah
Utang usaha, utang
rupiah yang cukup pasti
Nilai pelunasan neto garansi, dan utang wesel
tetap waktu
jangka pendek.
pelunasannya tidak
cukup pasti.
Kewajiban moneter Utang obligasi, dan
jangka panjang jumlah utang wesel jangka
Nilai diskunan aliran
rupiah maupun saat panjang.
kas masa datang
pembayaran cukup
pasti.

4. Penyajian dan Pengungkapan


Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan
kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar
disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut
urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu
daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan
bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka
pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut
adalah (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasi perusahaan, atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari
tanggal neraca.
a) Penyajian Kewajiban Lancar, dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat
dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh
jatuh temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali
kurang dari satu tahun. Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai

16
klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di
neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan
menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi
likuiditasnya.
b) Penyajian hutang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak terbitan
hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu
akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar serta skedul dalam
catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari
kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang
dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai
jaminan.

17
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu pengorbanan manfaat
ekonomi masa datang, menjadi keharusan sekarang dan timbul akibat transaksi
ataukejadian masa lampau
Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset. Transaksi
atau kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang perolehan manfaat ekonomik
masa datang untuk aset sedangkan untuk kewajiban hal tersebutmenimbulkan keharusan
sekarang pengorbanan manfaat ekonomik masa datang

18
DAFTAR PUSTAKA

Maryanti, Dwi. 2009. Pokok Bahasan Teori Akuntansi Kewajiban.


http://dwiermayanti.wordpress.com/pokok-bahasan-teori-akuntansi/kewajiban/.
Puci. 2012. Tugas Teori Akuntansi Liabilitas.
http://mariberlajarbersama.blogspot.com/2012/11/tugas-teori-
akuntansiliabilitas.html.
Riahi, Ahmed. Teori Akuntansi 2, Ed 6. Salemba Empat.
http://yenni-effendi.blogspot.co.id/2016/05/malah-kewajiban-teori-akuntansi.html

19
20

Anda mungkin juga menyukai