Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Dosen Pembimbing : Rasit, S.E., M.M

Mata Kuliah : Manajemen Strategi

Disusun Oleh:

VIRA KARERA SAPUTRI

19320025

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2022
2
TEORI KEWAJIBAN

A. Pengertian
Menurut FASB (SFAC No. 6, Prg. 35) : Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik
masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk
mentransfer aset atau menyediakan/ menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai
akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Menurut IASC : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber daya
peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
Menurut AASB (SAC No. 4) : Kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas potensi jasa
atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada entitas lain sebagai akibat
transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.
Menurut APB : Kewajiban adalah kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui dan diukur
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga mencakup kredit tangguhan
tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber daya
peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.

B. Karakteristik Utama Kewajiban


1. Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau
tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan
atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup pasti dimasa datang.
Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan aset kesatuan
usaha.
Transfer manfaat ekonomik kepada pemilik (pemegang saham) tidak termasuk dalam
pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena untuk
menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar kebijakan
atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah maupun dalam saat
transfer.
Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat menjadi
kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kesatuan usaha tidak
mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik kecuali dalam hal kesatuan usaha
dilikuidasi. Walaupun secara konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban bagi perusahaan,
pengorbanan sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun saat sehingga
kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas.

3
2. Keharusan Sekarang  
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus
timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang” dalam hal ini mengacu pada 2 hal: waktu
dan adanya.
Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya : pada tanggal neraca
kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional pengorbanan sumber ekonomik
harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.
Keharusan kewajiban mencakupi keharusan kontraktual, keharusan konstruktif atau
bentukan, keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung atau bersyarat.
a. Keharusan Kontraktual
Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalam nya kewajiban
bagi suatu kesatuan usaha di nyatakan secara eksplit atau implicit dan mengikat. Contoh : utang
pajak, utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan utang obligasi.
b. Keharusan Konstruktif
Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan dan
memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis
dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis. Contoh : servis gratis sepeda motor yang dijanjikan
oleh dealer sepeda motor, pengembalian uang untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, dan
tunjangan hari raya .
c. Keharusan Demi Keadilan
Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata-mata
karena panggilan etis atau moral karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat. Contoh :
kewajiban memberikan donasi untuk badan amal tiap akhir tahun dan kewajiban member hadiah
kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
d. Keharusan Bergantung atau bersyarat
Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang
atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu dimana datang.
3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria keharusan sekarang
dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi tidak cukup untuk
mengakui secara resmi dalam system pembukuan. Untuk mengakui sebagai kewajiban, selain definisi,
kriteria yang lain seperti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan juga harus dipenuhi. Transaksi
atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk
pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang tidak cukup untuk mengakui
suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan.

4
C. Karakteristik Pendukung (Tidak Membatalkan Objek sebagai Kewajiban)
FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang tersebut di
atas, yaitu:
1. Keharusan membayar kas
Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas. Keharusan
membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di masa datang merupakan petunjuk yang
kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban. Akan tetapi,  untuk menjadi kewajiban, penyerahan aset
(kas) bukan satu – satunya kriteria tetapi meliputi pula penyerahan jasa. Esensi kewajiban lebih
terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik masa datang dari pada terjadinya pengeluaran kas.
2. Identitas terbayar jelas
Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya sekedar menguatkan bahwa
kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas terbayar tidak harus dapat
ditentukan pada saat keharusan terjadi.
Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di masa
datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar.
3. Berkekuatan hukum
Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat
ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Definisi kewajiban
sebenarnya merupakan bayangan cermin aset

D. Pengakuan, Pengukuran, Penilaian, dan Pengungkapan


1. Pengukuran
Pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur dengan cukup pasti. Penentuan kos
kewajiban pada saat terjadi paralel dengan pengukuran asset. Terjadinya kewajiban pada umumnya
disertai dengan pemerolehan asset atau timbulmnya biaya. Pemerolehan asset dapat berupa
penguasaan barang dagangannya atau asset nonmoneter lainnya yang terjadi dari transaksi
pembelian. Pemerolehan asset dapat juga berupa kas yang terjadi dari transaksi peminjaman
(penerbitan obligasi) atau penerimaan uang muka untuk barang atau jasa. Oleh karena itu pengukur
yang paling objektif untuk menentuka kos kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan
sepakatan (meansured considerations) dalam transaksi-transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah
pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga
jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama denga jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonimik
(kas) masa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan (financing
cost) atau kos penundaan (bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap material.
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang
(current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban

5
dilunasi pada saat terjadinya. Dengan demikian, bisnis pencatatan kewajiban adalah nilai setara tunai
bukan nilai nominal utang.
2. Pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang
sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas dasar kaidah
pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih berkaitan dengan pedoman umum dalam
rangka memenuhi karakteristik kualitatif informasi sehingga elemen statemen keuangan hanya dapat
diakui bila kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan keterukuran dipenuhi. Kriteria umum ini
tidak operasional sehingga diperlukan kaidah pengakuan sebagai penjabaran teknis kriteria
pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang
menandai bahwa kewajiban dapan diakui (dibukukan). Kriteria pengakuan kewajiban:
1) Ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Faktur pembelian
(invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report) merupakan dasar hukum yang cukup
meyakinkan untuk mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar hukum yang
menimbulkan daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah
ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif adanya keharusan
konstruktif atau demi keadilan.
2) Keterterapan konsep dasar
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan tertentu
yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban. Implikasi
dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan
untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak.
3) Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna (lease obligations)
dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik dalam transaksi sewaguna
tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau secara substantif sewaguna
tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu memenuhi salah satu kriteria kapitalisasi).
4) Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan informasi.
Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang mengacu tidak hanya pada
terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya.

 Kaidah Pengakuan Kewajiban


a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat. Dalam
hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak memanfaatkan/ menguasai
manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya (to perform).

6
b.  Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat
sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan barang
dan jasa diperoleh.
d. Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian. Pengakuan
ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual (accrued liabilities).
3. Penilaian
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat terjadinya,
penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat terjadinya kewajiban
sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin
mendekati nilai nominal.
Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi.
 Atribut Penilaian Menurut FASB
1) Nilai pasar sekarang (current market value)
2) Nilai pelunasan neto (net settlement value)
3) Nilai diskonan aliran kas masa datang (discounted value of future cash flows)

Basis (atribut) Penilaian Keterangan Contoh Pos Yang Berpaut

Kewajiban penerbit opsi


Berbagai kewajiban yang
sebelum jangka opsi habis dan
Harga pasar sekarang melibatkan komoditas dan surat-
beberapa kewajiban pedagang
surat berharga.
efek.

Berbagai kewajiban yang


Utang usaha, utang garansi,
melibatkan jumlah rupiah yang
Nilai pelunasan neto dan utang wesel jangka
cukup pasti tetap waktu
pendek.
pelunasannya tidak cukup pasti.

Kewajiban moneter jangka


Nilai diskunan aliran kas Utang obligasi, dan utang
panjang jumlah rupiah maupun
masa datang wesel jangka panjang.
saat pembayaran cukup pasti.

 Penilaian Dalam Tahap Penelusuran


Penilaian kewajiban setiap saat dalam periode dari saat pengakuan sampai pelunasan.
Penentuan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik (keharusan sekarang) setiap saat
seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Penentuan niali pelunasan sekarang (NPS).

7
4. Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha sehingga
bebas dari kewajiban tersebut. Pelunasan biasanya pemenuhan secara langsung kepada pihak yang
berpiutang. Pelunasan menjadikan kewajiban tersebut hapus, tiada atau lenyap secara langsung.
Beberapa kewajiban menjadi batal atau kesatuan usaha menjadi bebas dari kewajiban lantaran
penghapusan seluruhnya/sebagian, kompromi, penimbulan/pengakuan kewajiban baru/pengganti,
pengambilalihan kewajiban oleh pihak lain atau restrukturisasi utang. FASB menentukan kriteria
lenyapnya suatu kewajiban sebagai berikut:
a. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang berkaitan dengan
utang.
b.  Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang baik
keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa debitor tidak akan
diharuskan melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan utang.
c. Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwakilan yang semata-mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga serta pokok
suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi
melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

 Kriteria pelenyapan kewajiban menurut SFAS No. 76, prg. 3:


1) Transfer aset (finansial atau nonfinansial) sebagai pemenuhan tugas (duty) atau keharusan
2) Dibebaskan secara yuridis
3) Pengambilalihan oleh pihak lain (obligor lain)
4) Pembentukan dana pelunasan sampai titik pembebasan substantif
5. Penyajian Pengungkapan
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya sejalan
dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas
sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek
disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua
kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah
a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau
b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Penyajian Kewajiban Lancar, dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan
akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Karena
singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun. Akun kewajiban lancar
biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang

8
saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh
temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi likuiditasnya.
Penyajian hutang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak terbitan hutang
jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan
mendukungnya  dengan komentar serta skedul dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan
catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan,
pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan
sebagai jaminan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Maryanti, Dwi. 2009. Pokok Bahasan Teori Akuntansi Kewajiban.


Puci. 2012. Tugas Teori Akuntansi Liabilitas.
http://mariberlajarbersama.blogspot.com/2012/11/tugas-teori-akuntansiliabilitas.html.
(diakses pada tanggal 16 Maret 2016)
Riahi, Ahmed. Teori Akuntansi 2, Ed 6. Salemba Empat.
Suwardjono. 2010. Teori akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE. Yogyakarta.
http://yenni-effendi.blogspot.com/2016/05/malah-kewajiban-teori-akuntansi.html?m=1

10

Anda mungkin juga menyukai