TEORI AKUNTANSI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya Kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang membahas tentang Konsep elemen
laporan keuangan khususnya Kewajiban (Liabilitas)untuk melengkapi tugas perkuliahan mata
kuliah teori akuntansi
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti aset, kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi
sematik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu aset dan
ekuitas atau pos-pos rinciannya.
Kewajiban merespresentasikan sebagian sumber dana dari aset badan usaha berupa
potensi jasa (manfaat) fisik dan non-fisik yang memampukannya untuk menyediakan barang
dan jasa.
Pengorbanan ekonomis dapat berbentuk penyerahan utang, aktifa lain jasa-jasa, atau
melakukan pekerjaan tertentu.tindakan atau transaksi sebelumnya itu dapat berupa uang,
barang atau jasa, diakuinya suatu beban atau kerugian
1.3 Tujuan
a) Menurut FASB (SFAC No. 6, Prg. 35) : Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi
masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha
untuk mentransfer aset atau menyediakan/ menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa
datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
b) Menurut IASC : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari
sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
c) Menurut AASB (SAC No. 4) : Kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas potensi
jasa atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada entitas lain
sebagai akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya.
d) Menurut APB : Kewajiban adalah kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui dan diukur
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga mencakup kredit
tangguhan tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan diukur sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
e) Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul
dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar
dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau
tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi,
menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomi yang cukup
pasti dimasa datang. Pengorbanan manfaat ekonomi diwujudkan dalam bentuk transfer atau
penggunaan aset kesatuan usaha.
Transfer manfaat ekonomi kepada pemilik (pemegang saham) tidak termasuk dalam
pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena
untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar
kebijakan atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah
maupun dalam saat transfer.
Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat
menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kesatuan usaha
tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik kecuali dalam hal kesatuan
usaha dilikuidasi. Walaupun secara konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban bagi
perusahaan, pengorbanan sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun
saat sehingga kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas.
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang
harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian sekarang dalam hal ini mengacu pada 2
hal: waktu dan adanya.
Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya : pada tanggal
neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional pengorbanan
sumber ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.
Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria keharusan
sekarang dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi
tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam system pembukuan. Untuk mengakui
sebagai kewajiban, selain definisi, kriteria yang lain seperti keterukuran, keberpautan, dan
keterandalan juga harus dipenuhi. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk
memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban
kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan.
Konsep hak kewajiban tak bersyarat menyatakan bahwa walaupun kontrak telah
ditandatangani, salah satu pihak tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain
memenuhi apa yang menjadi hak pihak lain. Jadi, konsep hak kewajiban tak bersyarat
menyatakan tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya tidak ada kewjiban tanpa hak.
Kontrak kontrak semacam ini dikenal dengan nama kontrak saling mengimbangi tak
bersyarat atau kontrak eksekuatori.
Contoh : bila seseorang pembeli menandatangani order pembelian, pada saat itu
pembeli tidak mempunyai kewajiban apapun sampai barang yang dipesan datang dan
dikuasai pembeli walaupun jenis, kuantitas, harga, waktu pengiriman barang sudah jelas.
Masalah timbul dalam kontrak pembelian yang tidak dapat dibatalkan. Ada dua
pendapatan mengenai hal ini, pendapat pertama tetap memperlakukan kontrak tersebut
sebagai eksekutori.sehingga kewajiban tidak perlu diakui. Alasannya, aset atau manfaat
ekonomik masa datang belum dikuasai secara nyata. Pendapatan kedua, menganjurkan bahwa
kewajiban diakui pada saat penandatanganan kontrak bersamaan dengan aset yang terlibat.
Alasannya pada saat itu, pada dasarnya ketiga criteria kewajiban telah di penuhi.
Transaksi atau kejadian yang dapat dijadikan dasar untuk menandai saat, titik, atau
tanggal pengakuan hak dan kewajiban dalam suatu kontrak. Hukum perikatan atau kontrak
juga cukup kompleks untuk menentukan timbulnya hak dan kewajiban yuridis. Dalam Most
menunjukkan bahwa titik atau saat tersebut dapat berupa :
2. Identitas terbayar jelas, Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya
sekedar menguatkan bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban
identitas terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi. Jadi yang
penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di masa
datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar.
3. Berkekuatan hukum, Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk
mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai
kekuatan memaksa. Definisi kewajiban sebenarnya merupakan bayangan cermin aset.
2.4.1 Pengukuran
Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saa
terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi- transaksi tersebut dan bukan
jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk
kewajiban jangka panjang.
Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material
sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan
sumber ekonomik (kas) msa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos
pendanaan atau kos penundaan dianggap tidak material.
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai
sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya
kewajiban dilunasi pada saat terjadinya.
Dasar pengukuran asset yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit. Karena
kewajiban merupakan bayangan cermin asset, pengukuran juga mengikuti pengukura
asset.Pada umumnya,atas dasar kepraktisan,perusahaan tidak berusaha untuk menentukan kos
tunaiimplisit baik dengan cara menanyakan langsung ketoko penjual barang ataupun dengan
cara mendiskusikan nilai kontrak dengan tarif bunga yang berlaku.
Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah
kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. Dasar
pengukuran demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan
pembayaran bunga periodik dan pokok pinjaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran
jumlah rupiah (kos) utang dan aset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat adalah
kos tunai implisit. Dalam hal obligasi jangka panjang,jumlah rupiah uang yang diterima oleh
penerbit dan yang dibayarkan oleh kreditor pada saat penerbitan hanyalah merupakan bagian
kecil dari jumlah rupiah total yang terlibat dalam kontrak obligasi.Jumlah rupiah total ini
adalah sseluruh jumlah rupiah pembayaran-pembayaran masa datang.
d) Diskon obligasi
Diskon utang obligasu pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit yang
menunjukkan biaya bunga yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo. Dengan demikian,
diskon tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai nominal (jatuh tempo)
utang obligasi.
e) Premium obligasi
2.4.2 Pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat
transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas
dasar kaidah pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih berkaitan dengan
pedoman umum dalam rangka memenuhi karakteristik kualitatif informasi sehingga elemen
statemen keuangan hanya dapat diakui bila kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan
keterukuran dipenuhi. Kriteria umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah
pengakuan sebagai penjabaran teknis kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah
pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban dapan diakui
(dibukukan). Kriteria pengakuan kewajiban:
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Faktur
pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report) merupakan dasar hukum
yang cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan
dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung
definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila
terdapat bukti substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan.
Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna (lease
obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik dalam
transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau
secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu memenuhi
salah satu kriteria kapitalisasi).
d) Keterukuran nilai kewajiban
a) Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu
pihak memanfaatkan/ menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi
kewajibannya (to perform).
b) Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum
dicatat sebagai aset sebelumnya.
c) Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan
barang dan jasa diperoleh.
d) Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.
Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual (accrued liabilities).
2.4.3 Penilaian
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat
terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat
terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai
kewajiban akan makin mendekati nilai nominal. Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu
adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut
kewajiban harus dilunasi.
3.1 Kesimpulan
http://dwiermayanti.wordpress.com/pokok-bahasan-teori-akuntansi/kewajiban/.
http://mariberlajarbersama.blogspot.com/2012/11/tugas-teori-akuntansiliabilitas.html.
http://yenni-effendi.blogspot.co.id/2016/05/malah-kewajiban-teori-akuntansi.html