Disusun Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuannya sebagai berikut:
1. Dapat memahami pengertian dan karaakteristik liabilitas?
2. Dapat memahami pengakuan liabilitas?
3. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran liabilitas?
4. Untuk mengetahui bagaimana penyajian dan pengungkapan liabillitas
dalam laporan keuangan?
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Kewajiban
Pengertian Kewajiban
(Kewajiban adalah utang saat ini yang timbul dari kejadian perusahaan di
masa lalu yang diharapkan hasilnya menjadi aliran keluar sumber daya
manfaat ekonomi.)
Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian
Accounting Standards Board (AASB) mendifinisi kewajiban sebagai berikut
(prg. 12) :
Karakteristik Kewajiban
Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, sutau pengorbanan ekonomik
masa datang harus timbul akibat keharusan (ob;igations atau duties)
sekarang. Pengertian sekarang (present) dalam hal ini mengacu pada dua
hal : waktu dan adanya. Waktu yang dimaksud adalah tanggal
pelaporan(neraca). Artinya, pada tanggal neraca kalau perlu atau kalau
dipaksakan (secara yuridis, etis, atau rasional) pengorbanan umber
ekonomik harus dipenuhi karena keharusan untuk itu telah ada. Tentu saja
jumlah rupiah pengorbanan yang dipaksakan pada tanggal neraca tidak akan
sebesar jumlah rupiah yang akan dibayar dimasa datang (setelah tanggal
neraca). Perbedaan ini terjadi akibat sifat yang melekat pada
kewajiban yaitu bunga yang bermakna sebagai nilai waktu uang atau harga
penundaan ( the time value of money or rhe price of delay).
Menurut Kam (1990. Hlm. 111-112), pendefinisian kewajiban sebagai
pengorbanan sumber ekonmik masa datang tidak menunjuk pada sesuatu
yang belum terjadi. Dengan kata lain, pengorbanan tersebut tidak nyata pada
saat sekarang. Objek yang nyata (real-world-object) sebenarnya adalah
keharusan yang sekarang ada. Jadi, keharusan sekarang seharusnya menjadi
focus atau kata kunci definisi. Lebih dari itu, pengorbanan sumber
ekonomik masa datang sebenarnya sama maknanya dengan transfer asset
atau penyerahan jasa di masa datang sehingga definisi FSAb berlebihan
(redundant). Oleh karena itu, Kam mengusulkan pemfrasaan kembali
definisi kewajiban sebagai berikut :
Liabilities are obligations of a particular entity which necessitate the entity
to transfer assets or render services to other entities in the future, and are
the results of past transactions or events.
Keharusan mengorbankan sumber ekonomik dapat timbul akibat
perjanjian (kontrak) antara dua kesatuan usaha, pengenaan/pemaksaan
(imposition) pada entitas oleh pemerintah atau pengadilan, atau kondisi
lingkungan bisnis (sosial,politik, dan ekonomik). Pengertian kewajiban
mencakupi keharusan kontraktual (contractual atau legally enforceable
obligations), keharusan konstruktif atau bentukkan (constructive
obligations), keharusan demi keadilan (contingent obligations). Walaupun
secara definisional keharusan-keharusan tersebut menimbulkan kewajiban,
tidak semua kewajiban harus diakui dalam akuntansi.
Keharusan Kontraktual adalah keharusan yang timbul akibat perjanjian
atau peraturan hukum yang didalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan
usaha dinyatakan secara eksplisit atau implisit dan mengikat. Kewajiban ini
muncul karena aspek hokum sebagai lingkungan eksternal yang tidak dapat
dihindari (unavoidable) dan yang dapat memaksakan secara hokum untuk
memenuhinya (legally enforceable. Penghindaran kewajiban dari keharusan
kontraktual menimbulkan sanksi atau hukuman (penalty). Pihak yang harus
dilunasi pada umumnya sudah jelas (identifiable0 dan bukti tentang adanya
keharusan ini biasanya didukung oleh dokumen tertulis sehingga
keterverifikasiannya tinggi. Utang pajak, utang bunga, utang usaha, utang
wesel, dan utang obligasi merupakan kewajiban yang berkaitan dengan
keharusan kontraktual.
Keharusan Konsruktif adalah keharusan yang timbul akibat kebijakan
kesatuan usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk
memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik (best business
practices) atau etika bisnis (business ethics) dan bukan untuk mmenuhi
kewajiban yuridis. Kebijakan tersebut menimbulkan kewajiban karena
kesatuan usaha sengaja member , mengkonstruksi, atau membentuk hak
bagi pihak lain (misalnya, pelanggan, pemasok, pegawai, atau perusahaan
lain) tanpa harus melalui perjanjian tertulis yang disepakati kedua belah
pihak. Contah kewajiban yang masuk dalam kategori ini antara lain adalah
kebersediaan perusahaan untuk untuk membayar atau membeli kembali
botol gelas minuman dengan harga yang ditentukan (misalnya botol Coca-
cola), servis gratis yang dijanjikan oleh dealer sepeda motor, pengembalian
uang (refund) untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, pengantian harga
film oleh toko cuci-cetak bila film hilang atau rusak, dan tunjangan hari raya
untuk karyawan.
Keharusan Demi Keadilan adalah keharusan yang ada sekarang yang
menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata-mata karena panggilan etis
atau moral daripada karena peraturan hokum atau praktik bisnis yang sehat.
Keharusan ini muncul dari tugas (duties) kepada pihak lain untuk
melaksanakan sesuatu yang dipandang wajar, adil, dan benar menurut hati
nurani (conscience) dan rasa keadilan (sense of justice). Tidak ada sanksi
hukum untuk tidak memenuhi keharusan ini tetapi kewajiban ini mengikat
lantaran sanksi social atau moral. Kewajiban ini memberi donasi untuk
badan amal tiap akhir tahun dan kewajiban memberi hadiah kepada
penduduk yang tinggal disekitar pabrik karena ketidaknyamanan yang
ditimbulkannya merupakan contih kewajiban yang dilandasi oleh
keharusan demi keadilan ini. Keharusan konstruktif dan demi keadilan
merupakan keharusan karena kehendak sendiri atau pertimbangan internal
walaupun bentuk konsekuensi keuangannya sama seperti keharusan
kontraktual.
Keharusan bergantung atau bersyarat adalah keharusan yang
pemenuhannya (jumlah rupiahnya atau jadi tidaknya dipenuhi) tidak pasti
karena bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat-
syarat tertentu dimasa datang. Kebergantungan adalah suatu kondisi, situasi,
atau serangkaian keadaan yang melibatkan ketidakpastian yang menyangkut
laba atau rugi yang mungkin terjadi. Munculan yang harus dikonfirmasi
dengan kejadian atau syarat masa datang untuk kedua kebergantungan
tersebut adalah :
1. Yang berkaitan dengan kebergantungan laba : perusahaan mungkin
memperoleh asset atau tidak tergantung pada ejadian masa datang.
2. Yang berkaitan dengan kebergantungan rugi : hilangnya atau turunnya
nilai suatu asset atau tidak atau timbulnya suatu kewajiban atau tidak.
Keharusan bergantung merupakan salah satu bentuk kebergantungan yang
berkaitan dengan rugi selanjutnya FASB menjelaskan bahwa bila terdapat
kebergantungan rugi, kemungkinan atau kebolehjadian bahwwa suatu atau
beberapa kejadian masa datang akan akan memastikan munculan di atas
dapat berkisar dari cukup pasti sampai jauh dari pasti dengan agak
pasti diantara keduanya didefinisikan sebagai berikut :
a. Cukup pasti : Suatu atau beberapa kejadian masa datang boleh jadi
terjadi.
b. Agak pasti : Kemungkinan bahwa suatu atau beberapa kejadian masa
datang terjadilah adalah lebih dari jauh dari pasti tetapi kurang dadi
cukup pasti.
c. Jauh dari pasti : Kemungkinan bahwa suatu atau beberapa kejadian
masa datang terjadi adalah kecil atau tipis.
Karakteristik Pendukung
FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu :
1. Keharusan membayar kas
Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan
pembayaran kas.
Esensi kewajiban lebih terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik
masa datang daripada terjadinya pengeluaran kas. Adanya pengeluaran
kas merupakan hal penting untuk mengaplikasikan definisi kewajiban
karena dua hal :
a. Sebagai bukti adanya suatu kewajiban
b. Sebagai pengukur atribut atau besarnya kewajiban yang cukup
objektif
2. Identitas terbayar jelas
Bila identitas terbayar sudah jelas, hal tersebut hanya menguatkan
bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas
terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi.
Jadi, yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan
sumber ekonomik dimasa datang telah ada dan bukan siapa yang harus
dilunasi atau dibayar. Akan tetapi, pada saat pelunasan kewajiban, terbayar
dengan sendirinya harus teridentifikasi.
3. Berkekuatan hokum
Keharusan melakukan pengorbanan manfaat ekonomik masa
deatang tidak harus timbul dari desakan pihak eksternal tetapi dari minat
atau kebijakan internal manajemen. Itulah sebabnya kewajiban mencakupi
pengorbanan sumber ekonomik masa depan yang timbul akibat keharusan
konstruktif dan demi keadilan. Main pihak lain seperti utang usaha tidak
harus di dukung oleh dokumen yang berkekuatan hukum atau mempunyai
daya paksa secara hukum untuk memenuhi definisi kewajiban. Akan tetapi,
demi keadilam dan kewajaran, perusahaan harus membayar utang usaha
tersebut. Pendapatan sewa tak terhak, laba kotor tangguhan, dan beberapa
pos lain yang timbuk dalam penyesuaian akhir tahun memenuhi criteria
sebagai kewajiban meskipun tidak dilandasi oleh daya paksa secara hukum
dan bahkan bukan merupakan keharusan pengorbanan sumber ekonomik.
Itulah sebabnya, definisi kewajiban APB memasukkan beberapa pos kredit
tangguhan yang non keharusan sebagai kewajiban. Laba kotor tangguhan
adalah contoh kredit tangguhan yang bukan keharusan. Pos kredit
tangguhan yang merupakan keharusan misalnya adalah kredit pajak
tangguhan.
2.2 Pengakuan Liabilitas
Pengakuan mengikuti aturan standar dari SFAC 5 yang menyatakan
bahwa suatu kewajiban harus diakui sebagai kewajiban apabila memenuhi
empat kriteria umum, yaitu:
1. Memenuhi definisi suatu kewajiban
2. Dapat diukur
3. Relevan
4. Dapat diandalkan
Tujuan dari penilaian kewajiban adalah bahwa pengukuran kewajiban
harus memungkinkan penyajian informasi kepada investor dan kreditor
sebagai sarana untuk meramalkan arus kas. Tujuan lain mencakup penilaian
sebagai dasar untuk perbandingan laba antar periode dan antar perusahaan,
dan sebagai perbandingan dari klaim beberapa pemegang ekuitas.
Jenis surat utang pemerintah ini dinilai sebesar nilai pari (original face
value) dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang belum diamortisasi.
Surat utang pemerintah yang dijual sebesar nilai pari (face) tanpa diskonto
ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari (face). Surat utang yang dijual
dengan diskonto akan bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuh
tempo; sedangkan surat utang yang dijual dengan harga premium nilainya akan
berkurang.
Premium
Rp 100.000.000.000-(1/5X100.000.000000) = Rp (20.000.000.000)
= Rp 1.080.000.000.000
Pada setiap tanggal neraca pos kewajiban moneter dalam mata uang asing
dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca. Selisih penjabaran pos kewajiban moneter dalam
mata uang asing antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai
kenaikan atau penurunan ekuitas dana periode berjalan.
Konsekuensi atas pencatatan dan pelaporan kewajiban dalam mata uang
asing akan mempengaruhi pos pada Neraca untuk kewajiban yang berhubungan
dan ekuitas dana pada entitas pelaporan.
Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing timbul dan diselesaikan
dalam periode yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut diakui pada periode
tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam
beberapa periode akuntansi yang berbeda, maka selisih kurs harus diakui untuk
setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-
masing periode.
Contoh:
Kewajiban kontinjensi
- Keuntungan kontinjensi
- Kerugian Kontinjensi
- Pengakuan
- Pengukuran
Kewajiban Destimasi
- Pengertian
- Pengakuan
- Pengungkapan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu pengorbanan
manfaat ekonomi masa datang, menjadi keharusan sekarang dan
timbul akibat transaksi ataukejadian masa lampau
Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset.
Transaksi atau kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang
perolehan manfaat ekonomik masa datang untuk aset
sedangkan untuk kewajiban hal tersebutmenimbulkan keharusan sekarang
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang.
DAFTAR PUSTAKA