Anda di halaman 1dari 26

TEORI AKUNTANSI

LABA (INCOME) & EKUITAS (EQUITY)

Disusun Oleh :
Arung Dwi Laksono (18102051)
Fatkur Ainur Ridho (18102175)
Muhammad Iqbal Tawakal (18102083)
Zuhayr Ul’Haq (18102173)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi), istilah income pada
umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa
yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih
menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut dengan laba komprehensif.
Masalah yang paling rumit berkaitan dengan laba adalah menentukan konsep laba
secara tepat untuk pelaporan keuangan sehingga angka laba merupakan angka yang bermakna
baik secara intuituf maupun ekonomik bagi berbagai pemakai statemen keuangan.
Pemaknaan atau pendefinisian laba mempunyai implikasi terhadap pengukuran dan penyajian
laba. Karena akuntansi secara umum menganut konsep kos historis, asa akrual dan konsep
penandingan, laba akuntansi yang sekarang dianut dimaknai sebagai selisih antara
pendapatan dan biaya. Sementara itu, pendapatan dan biaya diukur dan diakui melalui
prosedur tertentu sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi atau pengertian tentang laba.
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik laba.
3. Untuk mengetahui konsep laba akuntansi dan ekonomi

1.3 Manfaat
1. Memahami definisi dan konsep laba
2. Dapat membedakan konsep laba menurut ekonomik atau akuntansi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Pelaporan Laba


Dalam keenyataannya, pera pemakai mempunyai konsep laba dan model pengambilan
keputusan yang berbeda-beda. Apapun pengertian dan cara pengukurannya, laba akuntansi dengan
berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai :
1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan
dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of return on invested capital)
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen
3. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan
9. Dasar pembagian deviden
Teori akuntansi tentang laba akan melibatkan pengukuran dan penyajian laba yang dapat
memenuhi berbagai tujuan di atas. Untuk melayani berbagai kebutuhan di atas, ada dua
pendekatan yang harus dipertimbangkan dalam akuntansi laba yaitu satu laba untuk berbagai
tujuan (single income for different purpose) atau beda tujuan beda laba (different
incomes for different purposes). Pendekatan pertama berusaha untuk memformulasi konsep laba
tungga (umum) dan menyajikannya untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum. Inilah
pendekatan yang ingin dicapai dalam merekayasa pelaporan keuangan umum (general purpose
financial reporting).
Walaupun teori tentang konsep laba lebih berkaitan dengan pendekatan ini, akuntansi juga
berusaha untuk menyediakan informasi agar tujuan khusus dapat dipenuhi dengan menyediakan
informasi yang memungkinkan pemakai untuk menentukan konsep laba sesuai dengan kebutuhan
spesifiknya. Pendekatan kedua menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikannya secara
jelas berbagai konsep laba tersebut secara khusus. Kebutuhan khusus ini dapat dipenuhi dengan
menyertai statement keuangan umum (khususnya statemen laba-rugi) dengan berbagai laporan
pelengkap.
2.2 Konsep Laba Konvensional
Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang
sekarang berjalan (konvensional) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi
mempunyai beberapa kelemahan berikut (halaman 309) :
1. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut secara
intuitif dan ekonomik bermakna
2. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual
3. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) sebagai pedoman pengukuran laba masih
memberi peluang untuk terjadinya inkonsistensi antarperusahaan
4. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga
5. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor memandang
informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih bermanfaat sehingga
ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang mendesak.
Atas dasar tujuan dan kelemahan laba akuntansi di atas, maka berikutnya akan
dibahas dua aspek pokok teori laba, yaitu (1) interpretasi laba dan implikasinya dalam
tataran teori dan (2) lingkup laba atas dasar kegiatan operasi dan teori entitas.

2.3 Konsep Laba dalam Tataran Semantik


Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus
direkatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba
bermanfaat dan bermakna sebagai informasi. Pada tataran ini, teori berusaha untuk
menjawab pertanyaan apakah yang harus dipresentasi oleh laba. Pemkanaan laba akhirnya
akan menentukan pemaknaan laba secara sintaktik yaitu pengukuran dan penyajiannya.

1. Pengukur Kinerja
Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan
keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan informasi masa lalu untuk
mengevaluasi prospek perusahaan di masa datang. Kinerja perusahaan merupakan
manifestasi dari kinerja manajemen sehingga laba dapat pula diinterpretasi sebagai
pengukur keaktifan dan keefisienan manajemen dalam mengelola sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Secara umum, efisiensi adalah kemampuan menciptakan keluaran (output)
tertinggi dengan sumber daya tertentu sebagai masukan (input). Bila keluaran atau
sasaran tertentu telah ditentukan, efisiensi adalah kemampuan mencapai keluaran
tersebut dengan sumber daya terendah (minimum) yang dimungkinkan. Dalam
akuntansi, laba dimaknai dan diinterpretasi sebagai pengukur efisiensi oleh investor
dalam bentuk kembalian atas investasi (return on investment atau ROI). Bagi
manajemen, efisiensi dapat diinterpretasikan sebagai pengukur efisiensi penggunaan
sumber daya dalam bentuk kembalian atas aset (return on asset atau ROA). Bagi
kreditor, efisiensi dapat ditunjukkan dengan tingkat bunga (return on loan atau ROL).
Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI,
ROA dan ROL sebagai pengukur efisiensi. Karena kegiatan usaha sangat kompleks,
laba dipandang cukup kaya (komprehensif) untuk merepresentasi pengukur efisiensi.
Namun validitas pengukur efisiensi tersebut bergantung pada bagaimana laba dan
tingkat investasi diukur serta dari sudut pandang siapa informasi efisiensi ditujukan.

2. Konfirmasi Harapan Investor


Perekayasaan pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk
meyakinkan bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu
tentang kinerja perusahaan memang terealisasi. Dengan demikian, laba dapat
diinterpretasi sebagai sarana untuk mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut.
Asumsinya adalah para investor telah menggunakan segala informasi yang tersedia
secara publik sebagai basis keputusan investasinya melalui prediksi laba. Bila
diasumsi bahwa pasar cukup efisien, laba yang diprediksi investor harus mendekati
atau sama dengan laba yang dilaporkan. Bila hal ini terjadi, laba merupakan sarana
untuk mengkonfirmasi harapan investor dan investor diharapkan tidak bereaksi
terhadap pengumuman laba.

3. Estimator Laba Ekonomik


Akuntansi menganut asas akrual untuk mendapatkan suatu angka yang lebih
bermakna secara ekonomik daripada sekedar kenaikan atau penurunan kas dalam
suatu periode. Angka laba akan bermakna kalau ia merepresentasi perubahan
kemakmuran (wealth) atau penciptaan nilai (value creation) sebagai hasil kinerja
ekonomik suatu kesatuan usaha. Secara teknis, perubahan kemakmuran atau nilai
diwujudkan dalam kegiatan produktif (menghasilkan barang dan jasa).
Perekayasaan akuntansi mengharapkan bahwa laba akuntansi akan mendekati
laba ekonomik atau paling tidak merupakan estimator yang baik untuk laba ekonomik.
Artinya, perubahan laba akuntansi diharapkan merefleksi pula perubahan ekonomik
perusahaan. Dengan demikian, laba akuntansi masih tetap bermanfaat bagi investor
yang mungkin lebih berkepentingan dengan laba ekonomik
Laba akuntansi adalah laba dari kacamata perrekayasa akuntansi atau kesatuan
usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan.
Oleh karena itu, laba akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukannya data
hipotesis yang dapat berupa kos kesempatan (opportunity cost). Pengetian ekonomik
dari segi akuntansi adalah kelayakan ekonomik (economic resonableness) jangka
panjang dan bukan penilaian ekonomik (economic valuation) jangka pendek. Oleh
karena itu, depresiasi dalam akuntansi merupakan proses alokasi dan bukan proses
penilaian.
Sementara itu, laba ekonomik adalah laba dari kacamata investor karena
keperluan untuk menilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat
subjektif bergantung pada karakteristik investor. Dalam menilai investasinya, investor
selalu mendasarkan diri pada kos kesempatan yang diwujudkan dalam bentuk tingkat
pengembalian pasar (market rate of return). Dengan demikian, laba dimata investor
adalah tingkat kembalian internal (internal rate of return) aliran-aliran kas masa
datang yang dapat dihasilkan seandainya investor menanamkan asetnya di tempat lain
(kos kesempatan). Di mata investor, penilaian aset lebih banyak didasarkan informasi
pasar yang berubah-ubah setiap saat dan depresiasi dipandang sebagai proses
penilaian aset (penurunan nilai).
Perbedaan sudut pandang di atas, menjadikan laba akuntansi berbeda dengan
laba ekonomik. Hendriksen dan van Breda (1992, 316) menyederhanakan perbedaan
laba akuntansi dan ekonomik atas dasar konsep depresiasi. Laba akuntansi dihitung
atas dasar depresiasi akuntansi (alokasi) dan laba ekonomik dihitung atas dasar
depresiasi ekonomik (penurunan nilai).
Laba akuntansi juga berbeda dengan laba ekonomik karena konsep dasar yang
dianut. Laba akuntansi dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha yang memandang aset
sebagai sisa potensi jasa sehingga kos historis menjadi basis pengukurannya.
Sementara itu, laba ekonomik dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat aset
sebagai simpanan atau sediaan nilai (store of value) setiap saat sehingga nilai
sekarang menjadi basis pengukurannya. Dengan demikian, laba dipandang sebagai
perubahan nilai dalam suatu periode.
Jadi, dari beberapa aspek, laba akuntansi memang dan harus berbeda dengan laba ekonomik.
Namun, laba akuntansi diharapkan dapat menjadi estimator atau indikator laba ekonomik. Berikut
adalah ringkasan perbedaan antara laba akuntansi dan laba ekonomik :
Aspek Pembeda Laba Akuntansi Laba Ekonomik
Sudut pandang pemaknaan Perekayasaan akuntansi, Pemegang saham
penyusunan standar atau
penyusunan statemen
keuangan
Dasar pengukuran Kos historis Kos kesempatan, nilai pasar,
nilai likuidasi
Pengertian “ekonomik: Kelayakan ekonomik jangka Penilaian ekonomik jangka
Panjang pendek
Makna depresiasi Alokasi kos Penurunan nilai ekonomik
Unit pengukur Rupiah nominal Daya beli
Sasaran pengukuran atau Laba uang/nominal Laba real
sifat laba
Konsep dasar yang melandasi Kontinuitas usaha, asas Likuidasi, nilai tunai
Akrual
Fungsi Aset Sisa potensi jasa Simpanan/sediaan nilai

Karena reliabilitas menjadi sasaran akuntansi, akuntansi tidak harus menentukan laba
ekonomik yang subjektif. Akan tetapi, akuntansi harus berusaha untuk menyajikan dan
memformulasi laba akuntansi yang dapat membantu investor dalam menentukan laba
ekonomik sesuai dengan persepsi para investor. Jadi, akuntansi cukup menyediakan informasi
laba dan aliran kas yang layak dan menyerahkan semua analisis dan perhitungan laba
ekonomik kepada investor atau pemakai lainnya.
2.3.1 Makna Laba
1. Pengantar Konsep Laba
Dalam praktiknya fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran kinerja atau
prestasi management perusahaan. Produk akuntansi yaitu laporan keuangan
diharapkan dapat memberikan tolak ukur secara jelas terhadap prestasi perusahaan.
Banyak faktor dalam laporan keuangan yang dapat menjadi tolak ukur, salah satu
faktor yang digunakan adalah pengukuran income atau laba. Laba merupakan elemen
penting yang menjadi perhatian para pemakai laporan keuangan karena diharapkan
laba cukup besar untuk menunjukkan kinerja perusahaan dinilai baik secara
keseluruhan.
2. Definisi Laba
Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang,
tergantung dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut. Oleh
karena itu, para ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda tentang
konsep laba yaitu sebagai berikut :
“Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki
berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu
dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi,
dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi.”
(Belkaoui : 1993)

“Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan
kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.”
(Commite On Terminology, Sofyan Syafri H : 2004)

“Laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang
dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang
sama dengan posisi awalnya.”
(Stice, Skousen : 2009)

“Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk
penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban
melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih.”
(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)

3. Karakteristik Laba
Dari berbagai definisi laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual
memiliki karakteristik umum sebagai berikut :
1) Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
2) Perubahan terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi kemakmuran
awal dan kemakmuran akhir
3) Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan
Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan, modal pemegang saham, kekayaan,
investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun yang dapat dinilai dengan uang.

2.3.2 Laba dan Kapital


Kapital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu, sementara
laba dapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensi jasa yang
dapat dinikmati dalam kurun waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi
jasa mula-mula.

2.3.2.1 Konsep Pemertahanan Kapital


Konsep ini dilandasi oleh gagasan bahwa entitas berhak mendapatkan kembalian/
imbalan atau return dan menikmati iya setelah kapital dipertahankan keutuhannya atau pulih
seperti sedia kala. Konsep ini mempunyai arti penting dan konsekuensi dalam beberapa hal
yang saling berkaitan, sebagai berikut :
1. Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.
2. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi (produktif) dalam arti luas dengan
transaksi pendanaan dari pemilik.
3. Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian
investasi.
4. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan
kemampuan ekonomi.
5. memungkinkan penggunaan berbagai dasar pemikiran untuk menentukan tingkat
kapital pada saat tertentu.
6. Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam
pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba ekonomi.
Atas dasar uraian di atas, laba kemudian didefinisikan secara umum, formal dan
semantik sebagai berikut : Laba adalah tambahan kemampuan ekonomi yang ditandai dengan
kenaikan kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas
yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/ pemilik kapital tanpa mengurangi
kemampuan ekonomik kapital mula-mula (awal periode).

2.3.2.2 Konsep Laba Dalam Sintatik


Makna semantik laba yang dikembangkan pada akhirnya harus dapat dijabarkan
dalam tataran sintaktik. Salah satu bentuk penjabarannya adalah mendefinisi laba sebagai
selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Konsep laba dalam tataran
sintatik membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan disajikan. Terdapat beberapa
criteria atau pendekatan dalam konsep ini, yaitu pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan,
dan pendekatan pemertahanan kapital.
1. Pendekatan Transaksi
Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi
dan kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan pengakuan
laba juga akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya.
Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan
atas dasar kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar
kriteria konsumsi manfaat. Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan
misalnya jumlah rupiah aset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir
periode serta perubahan aset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang
diakui secara objektif.
2. Pendekatan Kegiatan
Pada pendekatan ini , laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan atau kejadian, bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu.
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen
melakukan analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk
mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap kegiatan / bagian operasi,
mengendalikan perilaku manajer divisi dengan system pengendalian
manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam aplikasinya, pendekatan
transaksi dan pendekatan kegiatan tidak berdiri sendiri, tetapi saling
melengkapi. kriteria pendapatan adalah terealisasi dan terbentuk. Artinya,
kedua kriteria harus dipenuhi.
2.3.2.3 Pendekatan Pemertahanan Kapital
Kedua pendekatan yang dibahas di atas sebenarnya mengikuti pendekatan
pendapatan-biaya dalam pengukuran dan penilaian elemen neraca (asset dan kewajiban). nilai
asset dan kewajiban merupakan konsekuensi dari pengukuran pendapatan dan biaya atas
dasar penandingan. Dengan konsep pemertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari
pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen statement
keuangan diukur atas dasar pendekatan asset-kewajiban. Jadi, dapat dikatakan bahwa laba
adalah perubahan atau kenaikan kapital dalam suatu periode.

2.3.3 Pengukuran atau Penilaian Kapital


Pengukuran capital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena
dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus di
pertimbangkan yaitu unit atau skala pengukur dan dasar pengukuran. Hal lain yang
menentukan cara menilai kapital adalah jenis kapital (fisis atau finansial) dan dasar penilaian.

2.3.4 Jenis Kapital


Pengertian capital harus dilihat dari sudut pandang pihak yang menguasai capital
tersebut, dalam hal ini terdapat dua jenis konsep capital, yaitu capital financial dan fisis:
1. Kapital Finansial
Kapital financial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat
padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut, tapi jika capital tersebut
berwujud fisis, itu merupakan instrument atau asset financial. Pada umumnya, capital
finansial adalah kapital yang dikuasai pemegang saham atau obligasi. Dengan konsep
ini, laba atas kapital financial akan timbul bila jumlah rupiah klaim finansial pada akhir
suatu periode melebihi jumlah rupiah klaim financial pada awal periode. Kapital
finansial dari sudut badan usaha adalah jumlah rupiah yang melekat pada asset total
badan usaha tanpa memandang jenis atau komponen asset. Tingkat pengembalian
kapital finansial ini dinyatakan sebagai tingkat pengembalian atas asset total atau ROA,
yang rumusnya sebagai berikut :

Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumlah pinjaman yang tertanam
di perusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak kreditor
selama periode merupakan kapital akhir atau laba kreditor.
2. Kapital Fisis
Kapital fisis adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang
sebagai kapasitas produksi fisis, yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas produksi fisis pada
akhir suatu periode melebihi kapasitas produksi fisis pada awal periode. Dalam konsep
kapital finansial, pengaruh perubahan akan diakui sebagai untung atau rugi menahan
dan dilaporkan melaui statemen laba-rugi. Sedangkan dalam kapital fisis, pengaruh
perubahan diakui sebagai penyesuai kapital dan tidak termasuk dalam statemen laba-
rugi.

2.3.5 Skala Pengukuran


Skala pengukuran adalah unit pengukuran yang dapat dilekatkan pada suatu objek
sehingga objek tersebut dapat dibedakan besar kecilnya dari objek yang lain atas dasar unit
pengukur tersebut. dalam teori pengukuran, dikenal empat macam skala pengukuran yaitu
kategoris/nominal, ordinal, interval, dan rasio.

2.3.5.1 Skala Nominal


Skala nominal atau skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah
terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan
kondisi ekonomik. Karen nilai rupiah dianggap konstan sepanjang masa, akuntansi atas dasar
pengukuran ini sering disebut akuntansi dengan asumsi nilai rupiah konstan. Pengukuran
dengan skala rupiah nominal lebih menitikberatkan pada jumlah unit rupiah daripada jumlah
unit daya beli. Karena dalam kenyataannya nilai satuan uang berubah karena inflasi,
pengukuran atas dasar skala rupiah nominal mengandung kelemahan.

2.3.5.2 Skala Daya Beli


Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli atau skala daya beli konstan
merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal. Dengan skala ini, rupiah
nominal dinyatakan kembali dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu.
Perubahan skala pengukuran dari rupiah nominal ke rupiah daya beli secara substantive tidak
berpengaruh terhadap laba sebagai perubahan nilai ekonomik kapital, yang berubah adalah skala
pengukurannya. Walaupun demikian, pengukuran dengan rupiah daya beli akan menimbulkan
untung atau rugi daya beli, terutama kalau suatu entitas menahan asset moneter.

2.3.6 Dasar atau Atribut Pengukuran


Seperti asset, kapital dapat diukur atas dasar berbagai atribut. Walaupun banyak
atribut atau dasar penilaian yang dapat digunakan, di sini hanya akan dibahas dua dasar
penilaian penting yang berpaut dengan penentuan laba, yaitu kos historis (historical cost) dan
kos sekarang (current cost) yang keduanya merupakan nilai masukan.

2.3.6.1 Kos Historis


Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah
tercatat dalam system pembukuan. Kos historis dipilih biasanya karena kos tersebut objektif
dan dapat diuji kebenaranya.

2.3.6.2 Kos Sekarang


Kos sekarang atau kos pengganti atau kos masukan sekarang menunjukkan jumlah
rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk
memperoleh asset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara. Harga
pertukaran harus ditentukan dari pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha
sehingga harga pertukaran akan menggambarkan dengan tepat nilai asset bersangkutan. Kos
sekarang berbeda dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena
perubahan selera, teknologi, dan fungsi.

2.3.7 Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital


Adanya tiga factor penentu nilai kapital (jenis, skala, dan dasar penilaian) yang saling
berinteraksi menimbulkan berbagai macam pendekatan atau basis penilaian kapital. Tiap
pendekatan sebenarnya merefleksikan kombinasi antara ketiga faktor yang dipertimbangkan.
Pendekatan yang dimaksud disini adalah cara atau prosedur untuk mendapatkan jumlah
rupiah kapital dan laba. Berbagai pendekatan penilaian kapital dan implikasinya terhadap
penentuan laba antara lain:
1. Kapitalisasi aliran kas harapan (capitalization of expected cash flow)
2. Penilaian pasar atas asset bersih perusahaan (market valuation of the firm)
3. Setara kas sekarang (current cash equivalen)
4. Harga masukan historis (historical input prices)
5. Harga masukan sekarang (current input prices)
6. Pemertahanan daya beli konstan (maintenance of constant purchasing power)

Penilaian pasar atas perusahaan


Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Penilaian ini dimaksudkan
untuk menghilangkan subjektifitas penyaji laporan keuangan. Penilaian ini diserahkan kepada
pihak lain dengan harapan penilaian tersebut objektif. Untuk memperoleh nilai kapital yang
wajar, dapat digunakan alternative penilaian yaitu kapital diukur atas dasar perkalian antara
volume saham yang beredar dengan harga pasar saham pada awal dan akhir periode.

Setara kas sekarang


Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital fisis. Dasar pengukuran adalah
gunggungan (sum) semua jumlah rupiah setara tunai pos aset dikurangi jumlah rupiah setara
tunai semua utang. Penilaian ini berbeda dengan penilaian sebelumnya, penilaian ini
merupakan gunggungan harga pasar tiap jenis aset secara individual. Walaupun penilaian ini
objektif, pasar bebas untuk tiap jenis asettidak selalu ada sehingga harga pasar akhirnya juga
tidak lebih dari sekedar taksiran (bahkan mungkin merupakan nilai likuidasi) karena tidak ada
barang yang setara di pasar sebagai pembanding.

Harga masukan historis


Penilaian ini merpakan salah satu pendekatan penilaian dengan nilai masukan.
Penilaian atas dasar harga masukan dilandasi oleh gagasan bahwa kapital dapat dikatakan
telah dipertahankan apabila aset pada akhir perioda (dinilai dengan harga masukan) sama
dengan aset pada awal perioda (juga dinilai dengan harga masukan). Penilaian ini
memandang kapital sebagai kapital fisis. Laba diukur berdasarkan selisih aset bersih awal dan
akhir periode yang masing-masing dinyatakan dalam kos historisnya. Konsep laba dengan
pendekatan ini akan sama dengan laba komprehensif karena laba didefinisi sebagai kenaikan
aset bersih selain yang berasal dari transakasi dengan pemilik.

Harga masukan sekarang


Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga masukan historis kecuali bahwa dalam
pendekatan ini menilai komponen-komponen kapital awal dan akhir dengan kos masukan
sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Dengan cara ini, untung atau rugi penahanan aset
akan teridentifikasi dan masuk dalam perhitungan laba. Pendekatan ini sebenarnya berusaha
untuk merinci laba menjadi laba normal yang menunjukkan kinerja manajemen dan laba
semata-mata karena perubahan harga.

Pemertahanan daya beli konstan


Pengukuran dengan daya beli konstan ini basisnya adalah kos historis. Kapital awal
dan akhir dinyatakan dalam unit daya beli konstan pada indeks dasar tertentu. Laba yang
diukur berdasarkan selisih kapital awal dan akhir akan menggambarkan tambahan daya beli
kapital yang dimiliki perusahaan tanpa ahrus mengurangi daya beli kapital yang mula-mula.
2.4 Konsep Laba dalam Tataran Pragmatik
Tataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah
pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah. Teori
akuntansi pragmatik memusatkan perhatiannya pada pengaruh informasi terhadap perubahan
perilaku pemakai informasi akuntansi. Bila dikaitkan dengan laba, tataran ini membahas
apakah informasi laba bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan.

2.4.1 Predictor Aliran Kas ke Investor


Para perekayasa akuntansi (misalnya FASB) berteori bahwa investor dan kreditor
berkepentingan dengan aliran kas yang masuk ke mereka atas investasinya. Aliran kas yang
diterima atau diharapkan investor akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk
menciptakan kas yang cukup untuk (a) membayar semua kewajiban pada saatnya, (b)
mendanai kepreluan operasi, (c) reinvestasi, (d) membayar bunga, dan (e) membayar
deviden. Oleh karena itu, investor dan kreditor harus memprediksi kemampuan melaba
(earning power) jangka panjang. Untuk itu, investor dan kreditor memerlukan informasi laba
masa lalu untuk memprediksi laba masa datang. Laba masa datang menjadi basis bagi
investor untuk memprediksi aliran kas masa datang dari investasinya.

2.4.2 Laba dan Harga Saham


Kebermanfaatan laba dapat diukur dari hubungan antara laba dan harga saham.
Bahwa laba merupakan predictor aliran kas ke investor sebenarnya menunjukkan bahwa laba
menentukan harga saham. Aliran kas masa datang ke investor digunakan untuk menentukan
apa yang disebut nilai intrinsic (intrinsic value) sekuritas atau saham.
Nilai intrinsic ini pada akhirnya akan menentukan harga pasar saham yang terjadi di
pasar modal pada saat tertentu. Investor atau analis akan membandingkan nilai intrinsic
saham dan harga pasar sekarang (current market price) untuk menengarai apakah terjadi
salah harga (mispricing). Hubungan antara nilai intrinsic (NI), harga pasar sekarang (NPS),
dan strategi investasi digambarkan sebagai berikut:
Bila NI > NPS berarti sekuritas dinilai lebih rendah oleh pasar sehingga harus dibeli atau
ditahan bila telah dimiliki.
Bila NI < NPS berarti sekuritas dinilai lebih tinggi oleh pasar sehingga harus dihindari, dijual
bila telah dimiliki atau lakukan short sale.
Bila NI = NPS berarti sekuritas dinilai benar dan terjadi ekuilibrium harga.
2.4.3 Perkontrakan Efisien
Teori perkontrakan efisien (efficient contracting theory) merupakan bagian atau
turunan dari teori keagenan (agency theory). Teori ini didasarkan atas berbagai aspek dan
implikasi hubungan keagenan. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk
kontrak. Kontrak diakatakan efisien apabila mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan
apa yang diperjanjikan tanpa perselisihan dan para pihak mendapatkan hasil yang paling
optimal dari berbagai kemungkinan alternatif tindakan yang dapat dilakukan agen. Aspek
pragmatik laba dalam perkontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa kontrak akan
efisien kalau laba akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa memandang aspek semantic
(makna) laba tersebut.

2.4.4 Pengendalian Manajemen


Ikatan dalam bentuk kontrak tidak hanya terjadi antara perusahaan dan investor atau
pihak luar lainnya tetapi juga antara pihak internal perusahaan. Dalam tataran pragmatik, laba
digunakan sebagai pengukur kinerja divisi atau manajernya. Laba mempunyai peran penting
dalam suatu sistem pengendalian manajemen (management control system). Sistem ini
dirancang untuk meangarahkan perilaku manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan
dirinya atau divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan
juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan tujuan (goal
congruence).
Pengendalian manajemen menuntut adanya kontrak –kontrak internal yang
memerlukan berbagai tingkat laba akuntansi sebagai unsur kesepakatan. Jadi, secara
pragmatik, laba akuntansi memang digunakan oleh manajemen. Hal ini memberi indikasi
bahwa laba akuntansi bermanfaat untuk kepentingan atau kontrak internal.

2.4.5 Teori Pasar Efisien


Kebermanfaatan informasi akan menentukan keefektifan pencapaian tujuan pelaporan
keuangan. Menurut teori pemakaian angka laba akuntansi secara individual mempunyai
prespektif dan kepentingan berbedabeda, cara ini kurang andal sebagai bukti mengenai
kemenfaatan laba. Cara lain yang dikemukakan oleh Lev (1989) bahwa pemakai secara
bersamaan bertindak seakan-akan menggunakan informasi tertentu, maka informasi tersebut
dianggap bermanfaat. Pasar modal dapat merepresentasi pemakai informasi secara bersama.
Variabel penting pasa modal adalah harga saham, volume perdagangan saham, pengembalian, dan
indeks harga saham. Oleh karena itu, reaksi pasar modal terhadap informasi dapat digunakan
untuk mengukur atau menguji kebermanfaatan informasi. Hubungan antara
informasi dan harga saham dibahas dalam konteks yang disebut efisiensi pasar. Dapat
disimpulkan dari definisi Beaver (1989) dan Jones (1998) yang menunjukkan bahwa efisiensi
pasar harus dikaitkan dengan sistem informasi yaitu mekanisme penyediaan informasi dengan
segala regulasi yang berlaku dalam lingkup beroperasinya pasar modal.

2.4.6 Bentuk Efisiensi Pasar


Terdapat tiga bentuk efesiensi:
1. Bentuk lemah
Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan volume
sekuritas masa lalu. Pelaku dalam pasar ini masih dimungkinkan untuk
memperoleh pengembalian abnormasl dengan memanfaatkan informasi selain
data pasar.
2. Bentuk semi-kuat
Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia
secara publik termasuk data statemen keuangan. Hal ini dapat mempengaruhi
ketidakmampuan pengembalian abnormal secara terus-menerus.
3. bentuk kuat
Jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk informasi
privat atau dalam yang tidak dipublikasikan. Hal ini akan mempengaruhi
pengembalian yang berlebihan dalam jangka panjang bahkan tidak
memperolehnya.

2.4.7 Laba Sebagai Signal


Laba akuntansi yang diumumkan dari statemen keuangan merupakan salah satu signal
dari himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Penelitian empiris menunjukkan
bahwa laba (per saham) yang diumumkan dari statemen keuangan mempunyai dampak
terhadap harga saham . oleh karena itu, informsi tentang laba dibutuhkan oleh investor untuk
memprediksi laba di masa depan.

2.4.8 Pengujian Kandungan Informasi Laba


Laba kejutan merepresentasi informasi yang belum terungkap dalam pasar, sehingga
pasar akan bereaksi pada saat pengumuman. Laba dalam analisis ini biasanya laba per saham.
Oleh karena itu, laba kejutan untuk perusahaan tertetu dapat berbeda-beda antar investor
karena dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu, return saham
suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut (Van Horne, 1989:26):

Return =R=Deviden + (Harga Akhir-Harga Awa) / Harga Awal

1. Pengujian asosiasi
Studi asosiasi sering disebut juga studi koefisien respons laba. Koefisien respon
laba adalah kepekaan return saham terhadap setiap rupiah laba atau laba kejutan.
Studi empiris menunjukkan bahwa asosiasi ato kolerasi antara laba dan return
tidak sempurna. Alasan pertama, angka laba hanya sebagian kecil faktor yang
mempengaruhi harga saham. Kedua, fluktuasi laba tidak selalu menggambarkan
perubahan ekonomi. Ketiga, laba akuntansi dapat dipengaruhi oleh karakteristik
manajemen. Keempat, investor tidak selalu seragam dalam menginterprestasi
informasi yang tersedia di pasar.
2. Pengujian peristiwa
Fokus utama dalam pengujian peristiwa adalah pengumuman laba bukan angka
laba. Sehingga, reaksi pasar siukur sebagai return abnormal atau return kumulatif
untuk seluruh sampel perusahaan. Dapat disimpulkan, bahwa laba mempunyai
efek pragmatik terhadap perilaku pasar modal.
2.5 Laba dan Teori Entitas
Teori entitas (kesatuan) disebut juga dengan teori ekuitas (equity theory) karena
berkaitan dengan penentuan siapa yang dianggap paling berkepentingan dengan suatu
kegiatan ekonomik sehingga pihak tersebut berhak untuk menikmati laba. Teori entitas selalu
dikaitkan dengan pelaku kegiatan ekonomi yaitu manajemen, karyawan, investor, kreditor,
pemerintah, dan entitas lain yang terlibat.dampak dari teori ini adalah tentang tujuan
pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statement laba-rugi (income statement).

2.5.1 Entitas Usaha Bersama


Yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah kegiatan bersama yang melibatkan
berbagai pihak sebagai bagian dari kegiatan ekonomi. Semua pelaku ekonomi menanggung
usaha bersama sehingga mereka disebut secara bersama sebagai pemegang pancang
(stakeholders) dan perusahaan berfungsi sebagai alat pengikat, pancang, atau pusat (nexus).
Sudut pandang ini dilandasi gagasan bahwa perusahaan yang besar memiliki fungsi institusi
sosial yang mempengaruhi ekonomi yang luas dan kompleks sehingga darinya dituntut
pertanggungjawaban sosial.
Sebagai institusi sosial, perusahaan harus menunjukkan kontribusi ekonomi terhadap
masyarakat luas. Semua pelaku ekonomi memiliki peran dalam menciptakan nilai tambah
(value added atau added value) akibat kegiatan usaha tersebut. Para stakeholder berhak
mendapatkan bagian dari nilai tambah tersebut. Dari sudut pandang tersebut, laba diartikan
sebagai seluruh jumlah nilai tambahan (kenaikan kemakmuran) yang dihasilkan oleh para
pelaku ekonomi secara bersama dikurangi cost material dan mesin/peralatan (bahan baku,
overhead nontenaga kerja dan depriasi). Jumlah rupiah yang dibayarkan kepada pelaku
ekonomi bukan merupakan biaya tetapi merupakan distribusi laba (nilai tambah) atau
pembagian laba dan statemen laba-rugi harus disusun dengan pendekatan nilai-tambahan
untuk mencerminkan karakteristik perusahaan sebagai institusi sosial. Untuk mengukur laba,
jumlah rupiah penjualan dikurangi dengan cost bahan baku dan overhead nontenaga kerja
karena keduanya merupakan nilai-tambahan yang timbul oleh institusi sosial lainnya yang
ditransfer ke kesatuan usaha bersama.
Makna depresiasi memunculkan masalah teoritis karena ada perbedaan mengenai
perlakuan depresiasi yaitu sebagai barang transfer (mengurangi nilai-tambahan) atau sebagai
reinvestasi (distribusi nilai-tambahan). Pendukung depresiasi sebagai pengurangan nilai-
tambahan berpendapat depresiasi harus dimasukkan dari perhitungan nilai-tambahan karena
nilai-tambahan tercipta dengan kontrisbusi fasilitas fisik yang dibeli dari kesatuan lain (plant
and equipment) sehingga depresiasinya harus dikurangkan terhadap penjualan untuk
menunjukkan nilai-tambahan bersih oleh kesatuan usaha bersama yang bersangkutan.
Pengurangan depresiasi untuk nilai-tambahan juga sesuai asas akrual dan konsep dasar
perbandingan.
Sedangkan pendapat lainnya berpendapat pengurangan depresiasi untuk mendapat
nilai-tambahan mengurangi makna sebenarnya dari nilai-tambahan. Selain itu nilai-tambahan
juga akan kehilangan objektivitasnya karena depresiasi adalah angka taksiran. Depresiasi
tidak dikurangkan karena jumlah rupiah pembelian fasilitas fisik dari kesatuan lain telah
diakui sebagai nilai-tambahan oleh kesatuan lain tersebut. Oleh karena itu, depresiasi harus
dianggap sebagai distribusi laba untuk mempertahankan kapasitas produktif aset yang dikuasi
oleh kesatuan usaha bersama dan untuk membatasi jumlah yang dapat didistribusi kepada
para stakeholder.

2.5.2 Entitas Usaha atau Bisnis


Pada teori entitas usaha atau bisnis perusahaan dipandang sebagai orang atau badan
usaha sendiri, bertindak atas nama sendiri, serta terpisah dari investor, kreditor, dan pihak
eksternal lainnya. Perusahaan menjadi pusat perhatian akuntansi dan menjadi subjek laporan.
Laba dipandang sebagain kenaikan aset karena pendapatan dianggap sebagai aliran masuk
(kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluar aset (penurunan aset) akibat kegiatan operasi
perusahaan. pemilik, kreditor, pemerintah serta pelaku lainnya diperlukan sebagai pihak luar.
Oleh karenanya jumlah rupiah yang didistribusi ke mereka diperlakukan dengan biaya.
Transaksi modal (dengan pemilik) tidak dipisahkan dengan transaksi operasi.
Persamaan akuntansi pada teori ini adalah Aset = Ekuitas
Karena pemegang saham memiliki kedudukan yang sama dengan kreditor, utang
merupakan keharusan kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham.
Klaim dari pemegang saham diperlakukan sebagai keharusan kesatuan usaha kepada
pemegang saham sehingga bunga dan dividen keduanya merupakan biaya. Statemen
keuangan merupakan pertanggungjawaban entitas usaha kepada pemegang ekuitas untuk
memenuhi kewajiban hukum dan menjaga hubungan baik karena gagasan bahwa kesatuan
usaha bertindak dengan nama sendiri dan bukan atas pemegang saham atau kreditor. Teori ini
sering disebut sudut pandang entitas baru atau kontemporer (new or contemporary view of
entity).
2.5.3 Entitas Investor
Investor yang dimaksud pada teori entitas investor adalah penyedia dana utama
perusahaan yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (preferensi dan biasa). Pada
teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen (management associates)
dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama investor. Dan oleh karenanya
laporan keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan kedua kelompok tersebut.
Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
Aset – Utang jangka pendek = Ekuitas investor
Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi,
bunga kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang saham bukan
merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus sebagai biaya bagi
investor. Bunga dan dividen merupakan pembagian laba bukan biaya. Teori ini disebut juga
sudut pandang entitas tradisional (traditional view of entity).

2.5.4 Entitas Pemilik


Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik
(proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar.
Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi pemegang
saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham
menanggung segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan sudut pandang ini, aset
bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham. Teori ini dapat dinyatakan dalam
persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap
sebagai pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan dengan
pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya bukannya
distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan biaya yang menjadi
hak akhir pemilik.

2.5.5 Entitas Pemilik Residual


Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian
akuntansi. Dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham
istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka dipandang sebagai
biaya. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Ekuitas spesifik = Ekuitas Residual
Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa.
Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang akhirnya
menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala pengembalian
setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham untuk pemegang saham
biasa menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam statement laba-rugi.

2.5.6 Entitas Pengendali


Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan
dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan pandangannya
kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi perusahaan tanpa memperhatikan
pemilikan seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya dapat dilakukan oleh
manusia dan oleh karenanya siapa yang mengendalikan harus diidentifikasi dan kemudian
akuntansi memusatkan perhatiaanya pada para pengendali. Implikasi konsep ini hampir sama
dengan implikasi konsep kesatuan usaha. Dengan teori ini, sudut pandang akuntansi adalah
manajemen puncak sebagai pengendali bukan pemilik sehingga neraca dipandang sebagai
statement tentang sumber dan penggunaan dana yang menunjukan pertanggungjawaban
manajemen.
Statement laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari sudut
pandang manajemen sehingga statement laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba) untuk tiap
kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya. Meskipun demikian,
manajemen juga menyiapkan statemen laba rugi untuk menunjukkan kinerja kesatuan usaha
secara keseluruhan.

2.5.7 Entitas Dana


Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan sebagai
kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan
untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program,
atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Teori entitas dana dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut ini :
Aset = Pembatasan penggunaan aset
Konsep ini berpaut dengan organisasi nonprofit khususnya organisasi kepemerintahan. Untuk unit organisasi
kepemerintahan, interpretasi terhadap persamaan di atas bergantung apakah unit tersebut mengelola aset
(keuangan negara) yang dipisahkan dari Anggaran pendapatan dana belanja negara.
Teori Entitas Persamaan Komponen Penentu Laba Untuk Siapa?
Akuntansi laba
Usaha bersama Aset = Ekuitas Penjualan/pendapatan Manager, karyawan,
Pemegang dikurangi transfer antar pemerintah, kreditor, dan
Pancang entitas usaha bersama pemegang saham.
yaitu bahan baku, bahan
habis pakai, dan
overhead nontenaga
kerja. Untuk perusahaan
perdagangan: kos
barang terjual dan biaya
operasi nontenaga kerja
Usaha atau Aset= Ekuitas Semua jenis pendapatan Pemerintah, kreditor, dan
bisnis spesifik dikurangi semua biaya pemegang saham
(pemerintah, termasuk untung dan
kreditor, dan rugi. Bunga, pajak
investor) penghasilan, dan dividin
tidak masuk sebagai
tetapi pembagian laba
Investor Aset-utang jangka Seperti pada teori entitas Kreditor jangka panjang
pendek = ekuitas bisnis tetapi pajak dan pemegang saham
investor penghasilan dianggap
sebagai biaya
Pemilik Aset-kewajiban = Seperti pada teori entitas Pemegang saham
ekuitas pemilik investor tetapi bunga istimewa dan biasa
dianggap sebagai biaya
Pemilik Aset – Ekuitas Seperti pada teori entitas Pemegang saham biasa
Residual spesifik = ekuitas pemilik tetapi dividen
residual untuk pemegang saham
istimewa dianggap
sebagai biaya
Pengendali Seperti dalam Seperti pada teori entitas Manajemen atau
teori entitas pemilik pemegang saham
pemilik terutama
bila pemilik
merangkap
sebagai
manajemen
Dana Untuk kesatuan Seperti pada entitas Unit kepemerintahan
dana nonbelanja: bisnis dengan pusat yang membawakan
aset = perhatian pada kegiatan atau program
pembatasan aset pemerintah sebagai
pemegang pancang
utama (dapat disebut Selisih pendapatan dan
Untuk kesatuan sebagai ekuitas dana) belanja bukan laba tetapi
dana belanja: aset Karena penerimaan kas bermakna sebagai jumlah
likuid = saldo atau sumber likuid harus rupiah yag masih harus
dana dibelanjakan sesuai dipertanggungjawabkan
tujuan, perhitungan laba
tidak relevan. Tujuan
utama akuntansi adalah
pertanggungjaw3aban
dan pertanggungjelasan
publik
Sumber : Suwardjono

2.6 Penyajian Laba


Penyajian laba berdasarkan masalah konseptual adalah pemisahan pelaporan pos – pos
transaksi dengan pemilik. Pos-pos operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen laba-
rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen
laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laba merupakan eleman yang menjadi perhatian, karena laba berperan sebagai
representasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi, teori akuntansi yang belum
mencapai pemakaran dan pengukuran laba. Dari sudut pandangan perekayasaan akuntansi,
konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja
perusahaan secara luas. Teori akuntansi laba menghadapi dua pendekatan:
1. Laba untuk berbagai tujuan
2. Laba untuk berbeda tujuan
Konsep laba dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur
kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik. Dalam tataran
sintatik, teori laba berkepentingan dan mengukur serta menyajikan laba. Laba diukur dan
diakui atas dasar pendekatan kegiatan atau transaksi. Dengan pedekatan kapital, laba diukur
atas dasar penilaian kapital pada awal dan akhir periode. Laba merupakan signal kebijakan
manajemen yang baik. Laba juga diangggap mengandung informasi kalau pasar saham
bereaksi terhadap pengumuman laba akuntansi.
Daftar Pustaka

Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Laporan Keuangan. Edisi 3,


BPFE:Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai