Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

Disusun oleh :

Nama : Afdhal Ibrahim

NIM : 5150111429

FAKULTAS BISNIS PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2019
BAB 1

PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

Pengertian dari teori akuntansi memiliki berbagai sudut pandang, teori akuntansi dapat
dikategorikan sebagai seni, sains maupun teknologi. Pengertian teori akuntansi sangat bergantung
pada pendefinisian akuntansi sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tujuan
kejelasan dalam tatanan taksonomi dari teori akuntansi dimaksudkan supaya rerangka teori
akuntansi dapat dikenali dengan jelas, baik isi maupun lingkupnya. Maka dari itu, berdasarkan
taksonomi terpilih diharapkan mampu membantu dalam mengenali dan menjelaskan apa
sebenarnya yang menjadi dasar dalam karakteristik akuntansi.

Gambar 1.1 Akuntansi dan Teori akuntansi : Sains atau Teknologi

Akuntansi

Teknologi
Taksonomi Sains

Pengertian akuntansi
Ilmu sosial : mempelajari gejala Perekayasaan sikasi atau suatu
sosial/ manusia sistem pelaporan

Penjelasan ilmiah dengan


Pengertian teori akuntansi Pertimbangan logis dengan
metode ilmiah induktif atau
pertimbangan nilai
empiris

Rerangka konseptual sebagai


Hasil Teori atau penjelasan ilmiah
justifikasi dan kebijakan
sebagai generalisasi

Secara taksonomi akuntansi dibedakan sebagai sains dan teknologi. Pengertian akuntansi jika
dilihat dari sudut pandang sains, tentu berbeda jika dipandang sebagai teknologi, oleh karena
perbedaan tersebut maka dasar teori akuntansi pun akan berbeda pula. Jika dasar teori akuntansi
berbeda, maka karakteristik yang melandasi pengetahuan akuntansi pun juga tidak sama.
Sehingga, hasil yang berupa pertimbangan logis ataupun penjelasan ilmiah yang melandasi teori
akuntansi akan mempunyai implikasi yang tidak sama, jika digunakan sebagai dasar dalam tujuan
sosial dan ekonomik. Selain itu, implikasi dari pemilihan akuntansi berdasarkan taksonomi
tersebut akan berpengaruh terhadap arah studi dan praktik akuntansi di masa mendatang.

Akuntansi Sebagai Seni, Sains dan Teknologi

Dalam Suwardjono, jika akuntansi dipandang sebagai seni maka yang dimaksud adalah
cara menerapkannya bukan sifatnya sebagai seperangkat pengetahuan (Suwardjono,2006,12).
Berdasarkan pengertian-pengertian dari beberapa ahli, akuntansi lebih dari sekedar seni karena
pada dasarnya pengertian seni lebih relevan pada kemampuan manusia dalam mebuat sesuatu yang
unik, yang lebih menonjolkan kemampuan spesifik dalam menghasilkan sesuatu (things) agar
lebih bernilai. Jika akuntansi dipandang sebagai sains, akuntansi harus memenuhi kriteria dari
definisi sains terlebih dahulu,

“sains adalah salah satu cabang dari pengetahuan (seperangkat pengetahuan) yang
bertujuan untuk mendapatkan kebenaran atau validitas penjelasan tentang suatu
fenomena dengan menerapkan metode ilmiah”.(Suwardjono, 2006, 14)

Berdasarkan pengertian diatas, Sains lebih berorientasi terhadap bebas nilai dan sains tidak
menghasilkan kebijakan (kebermanfaatan) melainkan sebuah kebenaran. Jika diterapakan dalam
sudut pandang akuntansi, maka dalam prakteknya akuntansi akan lebih mengarah terhadap
pembahasan mengenai mengapa perlakuan akuntansi seperti itu, bukan bagaimana cara
menciptakan perlakuan akuntansi yang lebih baik.

Secara umum pertimbangan pokok yang mendasari akuntansi adalah kebermanfaatan,


maka dari itu akuntansi tidak dapat bebas nilai, karena selalu terpengaruh oleh faktor lingkungan.
Sedangkan pertimbangan pokok yang mendasari akuntansi sebagai sains adalah penerapan metode
ilmiah dan bebas nilai. Maka dari itu, jika akuntansi dikategorikan dalam sains kurang tepat, karena
tidak memprioritaskan dalam menghasilkan kebijakan dalam mencapai tujuan sosial ekonomik,
namun lebih menekankan pada mendapatkan kebenaran tentang suatu fenomena dengan
menerapkan metode ilmiah.
Pengklasifikasian akuntansi sebagai teknologi didukung oleh beberapa ahli. Menurut
Gaffikin dalam Suwardjono, menyatakan bahwa akuntansi merupakan rekayasa informasi yang
dimanfaatkan dalam rangka mencapai kemakmuran ekonomik, oleh karenanya akuntansi
berfungsi sebagai teknologi. Pengertian akuntansi sebagai teknologi sejalan dengan pengertian
teknologi yaitu

“seperangkat pengetahun untuk menghasilkan sesuatu (goods) yang bermanfaat dan


pengertian teknologi tidak terbatas pada teknologi fisis (hard technology) tetapi juga teknologi
lunak (soft technology). (Suwarjono, 2006, 15)

Perekayasaan Pelaporan Keuangan dan Penalaran Logis

Berdasarkan berbagai definisi sebelumnya, maka pengertian teori akuntansi yang paling
sesuai adalah teori akuntansi sebagai teknologi. Karena akuntansi sebagai teknologi, maka dalam
prosesnya membutuhkan suatu penalaran logis yang dapat menjelaskan dan memberikan alasan
tentang perlakuan suatu praktek akuntansi tertentu, baik yang sudah berjalan atau memberi
landasan konseptual dalam penetuan standar atau praktik yang baru. Maka proses penalaran logis
tersebut dinamakan dengan perekayasaan. Konsep ini relevan dengan pengertian teori akuntansi
menurut Patton dan Littleton dalam Suwarjono (2006:22), menyatakan bahwa tujuan dari teori
akuntansi adalah menyediakan gagasan yang fundamental yang menjadi dasar dalam proses
perekayasaan pelaporan keuangan.

Gambar 1.2 Hubungan Penalaran Logis dan Pratik Akuntansi

(diambil dari Suwardjono hal 24)

Penalaran Logis Melalui proses Perekayasaan

Rerangka konseptual

Praktek Akuntansi Praktek Akuntansi

berjalan Masa datang


Pada gambar diatas dijelaskan bahwa teori akuntansi merupakan proses penalaran logis. Proses
penalaran logis diwujudkan dalam bentuk perekayasaan pelapoan keuangan. Perekayasaan
pelaporan keuangan tersebut menghasilkan suatu rerangka konseptual. Sedangkan, fungsi dari
rerangka konseptual adalah untuk mengevaluasi, membenarkan atau mempengaruhi praktek
akuntansi sekarang maupun masa akan datang.

Aspek Sasaran Teori

Sasaran akuntansi bila dipandang dari sudut pandang sains dan teknologi menghasilkan
teori akuntansi positif dan teori akuntansi normatif. Klasifikasi ini merupakan konsekuenasi logis
dari pendefinisian akuntansi sebagai sains dan teknologi. Teori akuntansi positif berisi pernyataan
tentang suatu kejadian atas dasar pengamatan empiris, sedangkan teori akuntansi normatif berisi
tentang pernyataan atau penalaran yang dilandasi oleh pertimbangan nilai. Untuk menilai apa yang
sebaiknya dilakukan atau diputuskan untuk tujuan sosial dan ekonomik. Bila dikaitkan dengan
dikotomi sains-teknologi, maka teori akuntansi positif erat kaitannya dengan akuntansi sebagai
sains, sedangkan teori akuntansi normatif lebih erat kaitannya dengan akuntansi sebagai teknologi.

Aspek Tataran Semiotika

Aspek ini merupakan kajian dalam penyediaan dan penyampain informasi bisnis kepada
penggguna atau user yang berkepentingan. Tujuannya adalah tidak terjadi miss communications
antara komunikan dan komunikator, sehingga tidak ada perbedaan antara informasi yang diterima
dengan informasi yang dimaksud. Teori penyimbolan ini membahas 3 tataran penting yaitu aspek
sintaktik, semantik, dan pragmatik.

a. Sintaktik
menelaah hubungan logis antara tanda dan simbol bahasa.
b. Semantik
menelaah mengenai isi dari hubungan yang disimbolkan atau menelaah makna yang yang
terkandung dalam penyimbolan.
c. Pragmatik
menelaah efek dari komunikasi tersebut sehingga dapat diketahui apakah mempengaruhi
perilaku penerima.
Aspek Pendekatan Penalaran

Menurut Suwardjono (2006:34), penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis
untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan atau (belief) terhadap suatu pernyataan atau
penjelasan. Penalaran mempunyai peranan penting dalam rangka menerima atau menolak suatu
kebenaran teori. Olek karena itu, dibutuhkan suatu proses penyimpulan yang menghasilkan
pernyataan atau penjelasan yang bersifat deduktif maupun induktif.

Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari satu pernyataan umum
yang disepakati ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konklusi). Sedangkan Penalaran induktif
adalah penalaran yang berawal dari satu pernyataan khusus dan berakhir dengan pernyataan
umum, yang merupakan generalisasi dari keadaan umum tersebut.
BAB 2

PENALARAN

Penalaran erat kaitannya dengan proses perekayasaan, penalaran yang memadai diperlukan
dalam perekayasaan teori akuntansi yang disebut penalaran logis. Penalaran logis dituangkan
dalam bentuk perekayasaan pelaporan keuangan, dan pada akhirnya perekayasaan menghasilkan
suatu rerangka konseptual.

Penalaran dalam bab ini, hanya menitikberatkan pada pembahasan mengenai struktur dan
proses penalaran. Penalaran memiliki beberapa struktur, yaitu :

a. Asersi
merupakan pernyataan bahwa sesuatu adalah benar atau penegasan tentang suatu realitas.
b. Keyakinan
Merupakan kebersediaan untuk menerima kebenaran suatu pernyataan.
c. Argumen
Proses penurunan simpulan atau konklusi atas dasar beberapa asersi yang berkaiatan secara
logis.

Gambar 2.1 Proses dan Struktur Penalaran

Masukan Keluaran

Asersi sebagai Keyakinan bahwa


elemen Argumen asersi konklusi
argumen benar

Asersi Asersi
inferensi Asersi
inferensi
Asersi konklusi
Asersi Asersi
Asersi
inferensi

(Diambil dari Suwardjono hal 43)


Proses dan struktur penalaran pada umumnya adalah suatu rangkaian penalaran logis dalam
menentukan apakah suatu pernyataan tersebut benar untuk dianut. Struktur penalaran
menggambarkan hubungan ketiga konsep tersebut dalam menghasilkan daya dukung atau bukti
rasional terhadap keyakinan tentang suatu pernyataan. Proses penalaran terdiri dari tiga tahap,
yaitu tahap masukan, proses dan keluaran. Proses penalaran diantaranya, sbb :

a. Pada tahap masukan, asersi merupakan elemen pembentuk argumen dan sebagai keyakinan
yang dihasilkan oleh penalaran
b. Pada tahap proses, argumen berisi keterkaitan yang dapat mendukung keyakinan. Argumen
merupakan pembentuk, pemeliharan dan bahkan pengubah suatu keyakinan.
c. Pada tahap keluaran, keyakinan merupakan objek atau sasaran penalaran, karena keyakinan
menentukan sikap seseorang terhadap suatu masalah yang menjadi topik bahasan.

Asersi dapat dinyatakan secara secara verbal atau struktural, sedangkan Keyakinan mengandung
beberapa sifat penting diantaranya adalah (keadabenaran, bukan pendapat, bertingkat,
mengandung bias, memuat nilai, berkekuatan, verikal dan bertempa). Disisi lain, Argumen
bertujuan untuk mengevaluasi dan mengubah keyakinan orang. Orang lain dapat terkecoh oleh
argumen yang diakibatkan oleh stratagem dan akibat salah nalar.

a. Strategem adalah cara untuk meyakinkan orang akan suatu pernyataan, konklusi dengan
mengajukan argument yang valid. Penggunaan stratagem biasanya digunakan semata-mata
untuk memenangkan posisi dan bukan untuk mencari solusi yang terbaik.
b. Sedangkan, salah nalar adalah kesalahan konklusi akibat tidak diterapkannya kaidah-kaidah
penalaran yang valid.
BAB 3

PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN

Bab ini meneruskan penjelasan dari bab sebelumnya, yang menyatakan bahwa akuntansi
merupakan disiplin ilmu teknologi. Sehingga salah satu hasil dari penalaran logisnya berupa
perekayasaan pelaporan keuangan, yang menghasilkan suatu rerangka konseptual. Rerangka
konseptual tersebut harus memuat konsep pemikiran yang dapat dijadikan dasar dalam penetapan
PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum) terutama yang membahas mengenai standar
akuntansi.

Gambar 3.1 Proses Perekayasaan Pelaporan Keuangan

(diambil dari Suwardjono hal 102)

Tujuan Ekonomik dan Sosial Negara

Tujuan Pelaporan Keuangan

Proses Pertimbangan

Rerangka Konseptual

Media Pelaporan

Informasi Akuntansi
Berdasarkan bagan proses perekayasaan pelaporan keuangan diatas, dapat dijelaskan sebagai
berikut :

a. Tujuan ekonomi dan sosial negara dijabarkan dalam pelaporan keuangan dengan
maksud agar tujuan akuntansi secara tidak langsung juga akan membantu tercapainya
tujuan negara.
b. Proses pertimbangan mencakup konsep dasar yang diperlukan untuk menjamin agar
tujuan pelaporan keuangan tercapai. Tujuan mendasar proses pertimbangan tersebut adalah
untuk memudahkan pengguna informasi keuangan mengetahui kegiatan operasional
perusahaan melalui berbagai simbol dalam bentuk stataemen keuangan, tanpa harus
menyaksikan secara langsung sistem operasional perusahaan.
c. Setelah melakukan proses pertimbanagn logis melalui perekayasaan, maka dituangkan
dalam bentuk rerangka konseptual atau dokumen resmi hasil perekayasaan. Hal ini
sejalan dengan apa yang ditegaskan FASB dalam Suwardjono, FASB banyak
memanfaatkan rerangka konseptual karena memberikan landasan umum dan penalaran
dasar untuk mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan berbagai alternatif
pengembangan standar akuntansi (Suwardjono, 2006,114).
d. Media pelaporan hasil proses perekayasaan akuntansi adalah statemen keuangan dan
pelaporan keuangan.
e. Informasi akuntansi dapat bermanfaat oleh pengguna tanpa harus menyaksikan secara
langsung operasi fisis perusahaan.

Pedoman dalam penyusunan rerangka konseptual dapat ditentukan secara resmi oleh badan
yang berwenang atau pedoman yang baik dan yang telah dipraktekkan. Gabungan dari kedua
pedoman tersebut membentuk rerangka pedoman operasional atau PABU. Alasan kriteria
penyajian statemen keuangan adalah PABU bukan standar akuntansi keuangan adalah:

1) Tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi telah dituangkan dalam bentuk standar
akuntansi.
2) Dikhawatirkan kewajaran hanya ersifat formal bukan bersifat subtantif.
3) Ukuran kewajaran meruapakn suatu rerangka pedoman yang cukup komprehensif
meliputi aspek teknis dan konseptual.
Dalam rerangka konseptual terdapat berbagai definisi yang hampir sama, diantaranya
prinsip akuantansi, standar akuntansi dan PABU, agar lebih jelas memahami hubungan ketiganya,
maka terdapat dalam bagan dibawah ini .

Gambar 3.2 Hubungan Prinsip Akuntansi, Standar Akuntansi, dan PABU

(diambil dari Suwardjono hal 123)

Prinsip Akuntansi Praktek yang tidak diatur dalam standar


akuntansi

Standar Akuntansi Praktik Sehat

Prinsip Akuntansi Berterima


Umum (PABU)

Dari bagan hubungan antara prinsip akuntansi, standar akuntansi dan PABU diatas, dapat
disimpulkan bahwa PABU tidak sama dengan standar akuntansi. Hal tesebut dapat dibedakan
berdasarkan pengertian dari masing-masing pengertian pedoman tersebut.

a. Prinsip Akuntansi adalah serangkaian konsep dan asumsi yang masih berbentuk gagasan
akademik yang belum dipraktekan, namun memiliki potensi yang besar bila diterapkan.
b. Standar Akuntansi ditetapkan sebagai rerangka konseptual oleh badan penyusun standar.
c. PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber lain yang
didukung berlakunya secara teoris maupun praktis.

Jadi PABU merupakan gabungan dari definisi prinsip akuntansi dan standar akuntansi.
BAB 4

RERANGKA KONSEPTUAL

Sebagai hasil suatu perekayasaan adalah model rerangka konseptual. Model rerangka konseptual
yang digunakan sebagai aspek pembelajaran dan pendidikan adalah yang dikembangkan oleh
FASB dan diwujudkan dalam SFAC.

Gambar 4.1 Rerangka konseptual versi FASB (diambil dari Suwarjono hal 116)

Tujuan Pelaporan Keuangan (SFAC No 1 dan SFAC No 4)

Kriteria Kualitas Informasi (SFAC No 2)

Pengukuran dan Pengakuan (SFAC No 5 dan SFAC No 7)

Memenuhi
kriteria

Elemen statemen Keuangan (SFAC No 6)

Informasi lain-lain
Media pelaporan Statemen keuangan Informasi
keuangan pelengkap
lainnya
Catatan statemen keuangan

Berdasarkan gambar diatas, tujuan pelaporan keuangan merupakan proses yang paling
menentukan dalam perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan keuangan menentukan konsep dan
prinsip yang relevan dalam penyusunan statemen laporan keuangan. Selaian itu tujuan pelaporan
keuangan diharapkan mampu memberikan informasi kepada para pemakai dengan berbagai
kepentingan, serta mencapai tujuan ekonomik sosial negara. Sehingga, dengan adanya informasi
tersebut dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan.

Informasi tentunya akan dipakai bila terdapat kebermanfaatan keputusan bagi si pemakai.
FASB telah merumuskan kualitas mengenai kriteria informasi yang terdiri dari dua unsur utama
yaitu keberpautan (relevance) keterandalan (reliability). Kualitas informasi akan jauh lebih
bernialai lagi apabila terdapat unsur-unsur (1) keterpahaman, (2)keberpautan, (3) nilai prediktif,
(4) nilai balikan, (5) ketepatwaktuan, (6) keterandalan, (7) ketepatan penyimbolan, (8) keterujian,
(9) kenetralan, (10) keterbandingan, dan (11) materialitas.

Elemen statemen keuangan merupakan bahan pembentuk informasi yang dikandung dalam
statemen keuangan. Penyajian elemen statemen keuangan tidak cukup hanya memenuhi definisi
tetapi harus memenuhi kriteria pengakuan dan pengukuran. Terdapat sepuluh elemen pelaporan
keuangan yang didefinisikan dalam rerangka konseptual yaitu aset, kewajiban, ekuitas, investasi,
distribusi ke pemilik, laba komprehensif, pendapatan, biaya, untung dan rugi.

Pelaporan keuangan dan statemen keuangan meruapakan dua definisi yang memiliki tujuan
yang sama, namun memiliki komponen yang berbeda. Pelaporan keuangan (financial reporting)
adalah penyampaian informasi yang wajib dan suka rela. Wajib disini mempunyai implikasi bahwa
pelaporan harus mengandung statemen keuangan (financial statement) yaitu media utama
pelaporan keuangan serta suka rela mencakup segala informasi yang yang diberikan oleh manajer
agar bermanfaat bagi pemakai pelaporan keuangan.

Elemen dalam statemen keuangan tersebut kemudian akan menjadi lingkup pengukuran
dan pengakuan. Atribut pengukuran yang harus dilekatkan pada suatu elemen untuk
merepresenatsikan secara tepat yang ingin diungkapakan dalam pelaporan keuangan misalnya
penggunaan kos historis, kos sekarang, nilai pasar sekarang, nilai terealisasi, nilai diskunan.
Sedangkan pengakuan berarti bahwa pencatatan resmi (penjurnala) suatu entitas (jumlah rupiah)
hasil pengukuran dalam sautu sistem akuntansi, sehingga jumlah rupiah tersebut dapat
mempengaruhi statemen keuangan. FASB menetapkan empat criteria pengakuan meliputi definis,
keterukuran, keberpautan dan keterandalan.
BAB 5

KONSEP DASAR

Konsep dasar berfungsi untuk melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan akuntansi,
konsep dasar sangat bermanfaat dalam penyusunan standar, baik prinsip, metode maupun teknik.
Beberapa pakar telah mengemukakan beberapa konsep dasar, salah satunya konsep dasar yang
dijadikan pembahasan adalah konsep dasar yang diuraikan oleh Paton dan Littleton. Konsep dasar
ini mampu menunjukkan konsep yang saling berkaitan secara logis sehingga membentuk satu
kesatuan. Konsep dasar yang diuralan oleh P&L meliputi kesatuan usaha (The business entity),
kontinuitas usaha (Continuity of Activity), penghargaan sepakatan (Measured Consideration), kos
melekat (Costs Attach), upaya dan capaian hasil (Effort and Accomplishment), bukti terverifikasi
dan objektif (Verifiable, objective evidence) dan asumsi (Assumtions).

Kesatuan usaha dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak atas
namanya sendiri serta terpisah dari pemilik. Fungsi manajemen terpisah dengan fungsi pemilik,
sehingga diperlukan pertanggungjawaban dalam bentuk statemen keuangan.

Akuntansi menganut konsep penalaran normal bahwa tujuan pendirian perusahaan untuk
berdiri terus (Continuity of Activity), bukan untuk dibubarkan atau dilikuidasi. Dengan adanya
konsep ini maka perusahaan akan berusaha untuk bertahan hidup, berkembang dan maju sehingga
dapat menghasilkan laba dalam jangka panjang. Untuk menilai laba tersebut, akuntansi tidak harus
membubarkan atau melikuidasi, namun dapat diukur secara periodek dengan tingkat hasil invetasi
atau daya melaba. Penggalan pendapat dan biaya pada suatu perioda ditungkan dalam laporan
laba rugi dan laba rugi komprehensif, tingkat laba disini dapat dinilai sebagai daya melaba.
Sedangkan untuk menunjukkan sisa potensi jasa, data ditunjukkan melalui neraca yang
direpresentasikan nilai kos yang melekat padanya.

Penghargaan sepakatan (Measured Consideration), konsep ini menyatakan bahwa jumlah


rupiah yang terlibat dalam tiap transaksi, merupakan bahan dasar yang paling objektif dalam
mengukur sumber ekonomik yang masuk dan keluar. Bahan dasar ini kemudian dijadikan bahan
kuantitatif dalam penyusunan berbagai laporan manajerial dan laporan keuangan.
Kos melekat (Costs attach) merepresentasikan kegiatan produksi kesatuan usaha untuk
merunut kos yang sesungguhnya terjadi. Setiap objek yang terlibat dalam transaksi harus
dinyatakan dalam kos, akuntansi menggabungkan berbagai macam kos yang melekat pada tiap
komponen tanpa memerhatikan nilai ekonomik baru yang melekat pada barang yang dihasilkan.
Kos merepresentasikan realitas ekonomi suatu kesatuan usaha.

Upaya dan hasil (Effort and accomplishment) merepresentasikan bahwa ketika kesatuan
usaha melakukan produksi yang diwujudkan dengan terhimpunnya kos, maka dapat dikatakan
sebagai upaya untuk memperoleh hasil yaitu pendapatan.

Bukti terverifikasi dan objektif (Verifiable, objective evidence) berimplikasi bahwa


pelaporan keuangan akan bermanfaat dan andal, apabila data didukung dengan bukti yang objektif
dan dapat diuji kebenarannya. Bukti transaksi dapat timbul ketika kesatuan usaha melakukan
pertukaran dengan pihak eksternal, dalam bentuk kesepakatan jumlah rupiah.

Asumsi (Assumtions) menurut Suwardjono, dapat dijelaskan dari kelima daftar konsep
dasar P&L. Jadi konsep dasar P&L tersebut bukanlah konsep dasar melainkan asumsi yang
didasari atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasaanya.

Konservatisme merupakan konsep dasar yang menjadi landasan penentuan perlakuan


akuntansi dalam kondisi ketidakpastian. Secara umum akuntansi akan segera mengakui rugi,
tetapi menunda pengakuan pendapatan.

Anda mungkin juga menyukai