Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI

PENGERTIAN, KARAKTERISTIK, KRITERIA PENGAKUAN,


DAN PELUNASAN KEWAJIBAN

OLEH:
RIMA RAHAYU HARMELIA
1410532017

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PENGERTIAN, KARAKTERISTIK, KRITERIA PENGAKUAN,
DAN PELUNASAN KEWAJIBAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akuntansi merupakan aktivitas jasa. Fungsinya adalah untuk menyediakan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha
yang dipandang akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi dalam
menetapkan pilihan yang tepat di antara berbagai alternatif tindakan. Semua badan
usaha, tanpa memandang besar dan sifat operasinya, memerlukan catatan-catatan yang
akurat untuk transaksi usaha. Perusahaan yang tidak menyelenggarakan catatan yang
akurat tidak akan dapat beroperasi seefisien dan semenguntungkan perusahaan yang
menyelenggarakan catatan yang akurat. Di samping itu, kebutuhan para pemakai
informasi akuntansi atas keakuratan data akuntansi menyebabkan perusahaan
menyelenggarakan pembukuan dan catatan yang akurat, yang secara wajar
mencerminkan aktivitas usaha perusahaannya.
Setiap transaksi yang dilakukan dalam perusahaan mempengaruhi posisi keuangan
yaitu posisi harta (aktiva), utang (kewajiban), dan modal (ekuitas) perusahaan. Aktiva
adalah manfaat ekonomi yang sangat mungkin diperoleh atau dikendalikan oleh entitas
tertentu pada masa mendatang sebagai hasil transaksi atau kejadian masa lalu.
Seperti asset, kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk
informasi semantik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen lain yaitu
asset dan ekuitas atau pos-pos rincinya. Kewajiban merepresentasikan sebagian sumber
dana dari asset badan usaha berupa potensi jasa (manfaat) fisis dan nonfisis yang
memampukannya untuk menyediakan barang dan jasa.
Menurut FASB, Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk
mentransferk aset atau menyediakan / menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa
datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak
mengingat atau atau peraturan perundangan. Tugas atau tanggung jawab untuk bertindak
atau melakukan sesuatu pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan perusahaan karena
tindakan atau transaksi sebelumnya.
Pengorbanan ekonomis dapat berbentuk penyerahan utang, aktifa lain jasa-jasa,
atau melakukan pekerjaan tertentu.tindakan atau transaksi sebelumnya itu dapat berupa
uang, barang atau jasa, diakuinya suatu beban atau kerugian
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Kewajiban?
2. Apa saja karakteristik dari kewajiban?
3. Apa saja kriteria pengakuan kewajiban?
4. Bagaimana pelunasan terkait dengan Kewajiban?
C. TUJUAN
1. Menyelesaikan tugas pribadi dari mata kuliah Teori Akuntansi.
2. Untuk mengetahui pengertian Kewajiban.
3. Untuk mengetahui karakteristik kewajiban.
4. Untuk mengetahui kriteria dari pengakuan kewajiban.
5. Untuk mengetahui atribut dalam penilaian kewajiban.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEWAJIBAN
FASB mendefinisi kewajiban dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC
No. 6, prg. 35):
Liabilities are probable future sacrifices of economic benefits arising from present
obligations of a paticular entity to transfer assets or provide services to other entities in
the future as a result of past transactions or events.
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu.
Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi kewajiban sebagai berikut:
A liability is a present obligation of the enterprise arising from past events, the settlement
of which is expected to result in a outflow from the enterprise resources embodying
economic benefit.
Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standars Board
(AASB) mendefinisi kewajiban sebagai berikut:
Liabilities are the future sacrifices of service potential of future economic benefits that
the entity is presently obliged to make to other entities as a result of past transaction or
other past events.
Definisi-definisi di atas memisahkan antara makna atau pengertian da pengukuran
serta pengakuan sehingga definisi tersebut lebih bersifat semantik daripada struktural.
Definisi IASC dan AASB menanggalkan kata probable karena dianggap bahwa dia
merupakan kriteria pengakuan bukan sifat dari kewajiban. Kriteria ini dinyatakan AASB
sebagai berikut (penebalan oleh penulis):
A liability shall be recognised in the statement of financial position when and only when:
a. It is probable that the future sacrifice of servise potential or future economic
benefits will be required; and
b. The amount of the liability can be measured reabily.
Seperti dalam definisi aset, APB No. 4 mendefinisi kewajiban dengan
menggabungkan makna, pengukuran, dan pengakuan sebagai berikut (prg. 132):
Liabilities-economic obligations of an enterprise that are recognized and measured in
conformity with generally accepted accounting principles. Liabilities also include certain
deferred credit that are not obligations but that are recognized and measured in
conformity with generally accepted accounting princilples.
Definisi FASB digunakan sebagai basis pembahasan karena definisi tersebut cukup
lengkap secara semantik. Artinya definisi tersebut telah mencakup berbagai gagasan atau kata
kunci yang terkandung dalam beberapa definisi kewajiban oleh sumber-sumber yang lain.
APB No. 4 mendefinisi kewajiban dalam dua kata kunci yaitu economic obligations
yang dihubungkan dengan generally accepted accounting principles (GAAP). Ini berarti
bahwa APB menggabungkan pengertian kewajiban sekaligus menetapkan kriteria pengakuan
dan pengukuran. Dengan demikian, pengertian kewajiban menjadi tidak lengkap tanpa
memahami pengertian GAAP sehingga secara semantik definisi APB kurang lengkap dan
kurang bersifat umum. Hal ini berbeda dengan AASB yang memisahkan antara pengertian
dan prosedur pengukuran dan pengakuan. Berbeda dengan definisi-definisi yang lain, APB
memasukkan pos-pos tertentu yang bukan keharusan untuk mengorbankan sumber ekonomik
sebagai bagian dari kewajiban.
Definisi-definisi kewajiban di atas sangat menekankan konsep kesatuan usaha dengan
dinyatakannya secara eksplisit ungkapan kesatuan usaha di dalamnya untuk menunjukkan
pihak yang mempunyai keharusan untuk melakukan pengorbanan ekonomik. Selain definisi
APB, definisi kewajiban selalu memuat pula ungkapan menfaat ekonomik, sumber
ekonomik, atau potensi jasa. Ini berarti bahwa pengetian kewajiban tidak dapat dipisahkan
dengan pengertian aset. Aset dapat menimbulkan kewajiban dan sebaliknya timbulnya
kewajiban dapat dibarengi dengan pengakuan aset.
Dengan berbagai variasi di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban
mempunyai tiga karakteristik utama yaitu: (a) pengorbanan manfaat ekonomik masa datang,
(b) kaharusan sekarang untuk mentransfer aset, dan (c) timbul akibat transaksi masa lalu.

B. KARAKTERISTIK KEWAJIBAN
1. Karakteristik utama
Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau
tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi,
menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik yang cukup
pasti dimasa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk transfer atau
penggunaan aset kesatuan usaha.
Transfer manfaat ekonomik kepada pemilik (pemegang saham) tidak termasuk dalam
pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena
untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar
kebijakan atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah
maupun dalam saat transfer.
Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat
menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kesatuan usaha
tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik kecuali dalam hal kesatuan
usaha dilikuidasi. Walaupun secara konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban bagi
perusahaan, pengorbanan sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun
saat sehingga kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas.

Keharusan Sekarang  
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang
harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang” dalam hal ini mengacu pada 2
hal: waktu dan adanya.
Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya : pada tanggal
neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional pengorbanan
sumber ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada.
Keharusan kewajiban mencakupi keharusan kontraktual, keharusan konstruktif atau
bentukan, keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung atau bersyarat.
a. Keharusan Kontraktual
Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum
yang di dalam nya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha di nyatakan secara
eksplit atau implicit dan mengikat. Contoh : utang pajak, utang bunga,
utang usaha, utang wesel, dan utang obligasi.
b. Keharusan Konstruktif
Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam
rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang
disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk
memenuhi kewajiban yuridis.
Contoh : servis gratis sepeda motor yang dijanjikan oleh dealer
sepeda motor, pengembalian uang untuk barang yang ternyata cacat atau
rusak, dan tunjangan hari raya 
c. Keharusan Demi Keadilan
Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi
perusahaan semata-mata karena panggilan etis atau moral karena peraturan
hukum atau praktik bisnis yang sehat.
Contoh : kewajiban memberikan donasi untuk badan amal tiap
akhir tahun dan kewajiban member hadiah kepada penduduk yang tinggal
di sekitar pabrik karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
d. Keharusan Bergantung atau bersyarat
Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada
kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu dimana
datang.

Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu


Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria keharusan
sekarang dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi
tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam system pembukuan. Untuk mengakui
sebagai kewajiban, selain definisi, kriteria yang lain seperti keterukuran, keberpautan, dan
keterandalan juga harus dipenuhi. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk
memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat
ekonomik masa datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban
kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan.

2. Karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai kewajiban)


FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang
tersebut di atas, yaitu:
1. Keharusan membayar kas
Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan
pembayaran kas. Keharusan membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah
tertentu di masa datang merupakan petunjuk yang kuat atau jelas
mengenai adanya kewajiban. Akan tetapi,  untuk menjadi kewajiban,
penyerahan aset ( kas ) bukan satu – satunya kriteria tetapi meliputi pula
penyerahan jasa. Esensi kewajiban lebih terletak pada pengorbanan
manfaat ekonomik masa datang dari pada terjadinya pengeluaran kas.
2. Identitas terbayar jelas
Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya sekedar
menguatkan bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi
kewajiban identitas terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat
keharusan terjadi.
Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan
sumber ekonomik di masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus
dilunasi atau dibayar.
3. Berkekuatan hukum
Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk
mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang
mempunyai kekuatan memaksa. Definisi kewajiban sebenarnya
merupakan bayangan cermin asset.

C. PENGAKUAN KEWAJIBAN
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat
transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas
dasar kaidah pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih berkaitan dengan
pedoman umum dalam rangka memenuhi karakteristik kualitatif informasi sehingga elemen
statemen keuangan hanya dapat diakui bila kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan
keterukuran dipenuhi. Kriteria umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah
pengakuan sebagai penjabaran teknis kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah
pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban dapan diakui
(dibukukan).
Kriteria pengakuan kewajiban:
1. Ketersediaan dasar hukum
Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan
informasi. Faktur pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang
(receiving report) merupakan dasar hukum yang cukup meyakinkan untuk
mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar hukum
yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung
definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga
dapat diakui bila terdapat bukti substantif adanya keharusan konstruktif
atau demi keadilan.
2. Keterterapan konsep dasar
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan.
Keadaan-keadaan tertentu yang menjadikan konsep konservatisma
terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya
konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak
demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera
sedangkan aset tidak.
3. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang
sewaguna (lease obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun
tidak ada transfer hak milik dalam transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal
ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau secara substantif
sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu
memenuhi salah satu kriteria kapitalisasi).
4. Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas
keterandalan informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti
(probable) yang mengacu tidak hanya pada terjadinya pengorbanan
sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya.

Kaidah Pengakuan Kewajiban


a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu
pihak memanfaatkan/ menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi
kewajibannya (to perform).
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum
dicatat sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan
barang dan jasa diperoleh.
d. Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.
Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual (accrued liabilities).
Kriteria Pengakuan Kewajiban Bergantung
a. Aset cukup pasti turun nilainya
b. Kewajiban cukup pasti timbul
c. Kejadian yang menjadikan kewajiban bergantung cukup pasti terjadi
d. Jumlah keharusan dapat diestimasikan dengan cukup layak.

D. PELUNASAN KEWAJIBAN
Begitu terjadi akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang memicu kesatuan usaha
ang mengikuti kewajiban, suatu kewajiban akan terus mengikat atau menjadi keharusan
sampai keharusan tersebut dipenuhi melalui transaksi, kejadian, atau keadaan yang
mempengaruhi kesatuan usaha. Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan
oleh kesatuan usaha untuk mempengaruhi (to satisfy) kewajiban pada saat dan dalam kondisi
normal usaha (in due course of business) sehingga dia bebas dar kewajiban tersebut.
Pelunasan biasanya merupakan pemenuhan secara langsung kepada pihak yang berpiutang.
Kebanyakan kewajiban dipenuhi secara langsung dengan pembayaran tunai. Beberapa
kewajiban dipenuhi dengan pentransferan atau penyediaan jasa oleh kesatuan usaha kepada
kesatuan usaha lainnya. Beberapa kewajiban menjadi batal atau kesatuan usaha menjadi
bebas dari kewajiban lantaran pengampunan sebagian/seluruhnya, kompromi,
penimbulan/pengakuan kewajiban baru/pengganti, pengambil-alihan kewajiban oleh pihak
lain, atau keadaan khusus misalnya dalam kasus restrukturisasi utang. Bila kewajiban
menjadi hapus lantaran berbagai transaksi atau kejadian tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa keharusan sekarang mengalami pembebasan atau pembatalan.
Gambar 7.3
Dasar atau Atribut Penilaian Kewajiban
Basis (Atribut) Penilaian Ketetanapan Contoh Yang Berpaut
Harga pasar sekarang Berbagai kewajiban yang melibat- Kewajiban penerbit obsi
(current market value) kan komoditas dan surat-surat (baik call maupun put
berharga (marketable commodi- options) sebelum jangka
ties and securities). opsi habis (expired) dan
beberapa kewajiban peda-
gang efek.

Nilai pelunasan neto (net Berbagai kewajiban yang melibat- Utang usaha, utang garan-
Settlement value) kan jumlah rupiah yang cukup si, dan utang wesel jangka
pasti tetapi waktu pelunasannya pendek.
tidak cukup pasti.

Nilai diskunan aliran kas Kewajiban moneter jangka pan- Utang obligasi, dan utang
Masa datang (Discounted jang jumlah rupiah maupun saat wesel jangka panjang.
value of tuture cash flows) pembayaran cukup pasti.

Pelunasan secara langsung disebut juga pelunasan secara yudiris karena kewajiban
kepada pihak yang berpiutang secara yudiris hapus melalui transaksi langsung yang benar-
benar terjadi (misalnya pembayaran tunai secara langsung).
Pada saat pembayaran, pengutang atau debitur secara yuditis bebas dari kewajiban dan secara
teknis/administratif dan tuntas dapat mendebit utangnya. Pelunasan secara tidak langsung
terjadi apabila kesatuan usaha melakukan tindakan yang mengarah kepelunasan misalnya
dengan pembentukan dana khusus untuk pelunasan baik dikelola sendiri atau melalui wali
amanat. Pembentukan atau penyisihan dana semacam ini menadikan kesatuan usaha secara
subtantif menempati keadaan yang disebut pembatalan atau pembebasan secara subtantif.
Masalah akuntansi yang berkaitan dengan pelunasan langsung maupun tidak langsung
adalah penentuan kapan kewajiban telah dapat dikatakan hapus atau lenyap sehingga jumlah
rupiahnya dapat diawaakui dari sistem pembukuan. Pada mulanya FASB menentukan
kriteria lenyapnya suatu kewajiban dalam SFAC No. 76 (prg. 3) sebagai berikut:
a. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang berkaitan
dengan utang. Pelunasan ini meliputi pemerolehan kembali sekuritas utang yang
beredar di pasar modal, tanpa memperhatikan apakah sekuritas utang tersebut
dibatalkan atau ditahan sementara sebagai obligasi treasuri.
b. Debitor telah di bebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang
(obligor) utama baik oleh keputusab pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat
dipastikan bahwa debitor tidak akan diharuskan untuk melakukan pembayaran dimasa
datang yang berkaitan dengan utang dengan penjaminan dalam bentuk apapun.
c. Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwalian (trust) yang semata-mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga
serta pokok suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor untuk
diharuskan lagi melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan
pinjaman tersebut.
Ketentuan diatas telah diganti oleh ketentuan dalam SFAS No. 125 karena ketentuan
di atas didasarkan atas pendekatan bahwa dalam serangkaian transaksi,tiap aset atau
kewajiban merupakan komponen ang tidak dapat dipecah-pecah. Pendekatan ini menjadi
basis utama ketentuan diatas yang disebut pembebasan kewajiban secara subtantif atau
pembebasan subtantif. FASB berargumen pendekatan ini tidak tepat sebagai basis untuk
pengembangan standar yang berkaitan dengan pelenyapan dan pengawaakuan kewajiban.
FASB menerapkan pendekatan komponen keuangan (financial components approach).
Dengan pendekatn ini, berbagai transaksi yang berkaitan dengan suatu kewajiban tertentu
dapat dianggap terpisah dan independent sehingga berbagai aset atau kewajiban yang terlibat
harus diperlakukan sebagai komponen yang terpisah. Dengan pendekatan ini, FASB
mengganti ketentuan di atas dengan menghapus ketentuan c dan merevisi ketentuan b melalui
SFAS No. 125. Di dalamnya FASB menetapkan bahwa suatu kewajiban dapat dikatakan
lenyap kalau salah satu dari kondisi berikut dipenuhi (prg. 16):
a. Debitor membayar kreditor dan terbebaskan dari keharusan yang melekat pada
kewajiban. Membayar kreditor mencakupi penyerahan kas, aset finansial lain, barang,
atau jasa atau penebusan sekuritas utang oleh debitor untuk menghapus utang atau
untuk menahannya sebagai utang obligasi treasuri.
b. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang
utama baik oleh keputusan pengadilan maupun oleh kreditor.
Atas dasar ketentuan b, jika kreditor membebaskan debitor dari kewajibannya karena
pihak ketiga mengambil alih/menanggung kewajiban tersebut dan debitor semula hanya
menjadi penanggung sekonder, pembebasan tersebut dengan sendirinya melenyapkan
kewajiban debitor semula.
Dengan ketentuan a, kewajiban dapat dikatakan lenyap bila debitor menyerahka atau
mentransfer kas atau aset finansial lain. Aset finansial merupakan salah satu jenis dari apa
yang di sebut instrumen finansial sebagai berikut (SFAS No. 107, prg. 3). Instrumen finansial
adalah kas, bukti pemilikan dalam suatu entitas atau suatu kontrak yang memuat dua
ketentuan berikut:
a. Mengenakan atas suatu entitas keharusan kontraktual untuk (1) menyerahkan kas atau
instrumen finansial lainnya kepada entitas kedua atau (2) menukar instrumen finansial
yang dipegang entitas kedua dengan dengan instrumen finansial lain atas keuntungan
entitas kedua.
b. Mengalihkan/memberi kepada entitas kedua di atas suatu hak kontraktual untuk (1)
menerima kas atau instrumen finansial lainnya dari entitas pertama atau (2)
menukarkan instrumen finansial yang di pegangnya dengan instrumen finansial lain
dari entitas pertama atas keuntungan entitas kedua.
Ketentuan a merupakan imbangan atau pasangan dari ketentuan b. Artinya, ketentuan a harus
disertai dengan ketentuan b atau sebaliknya. Ketentuan a memandang kontrak dari sudut
penerbit instrumen atau entitas pertama dan ketentuan b dari sudut pemegang instrumen atau
entitas kedua. Oleh karena itu, kas, bukti pemilikan, atau kontrak dari sudut pandang
pemegang instrumen disebut sebagai aset finansial sedangkan kontrak dari sudut pandang
penerbit instrumen disebut sebagai kewajiban finansial.

Transfer Aset Finansial


Untuk melunasi kewajiban, suatu entitas dapat mentransfer aset finansial (termasuk
kas ) barang atau jasa. Pada umumnya, bila kewajiban telah dilunasi dengan mentransfer
secara penuh kas, barang atau jasa ke debitor, maka pada saat itu pelunasan dianggap tuntas.
Debitor tidak lagi terlibat dengan aset atau kreditor secara finansial. Pelunasan kewajiban
dengan aset finansial dapat juga bersifat tuntas bila penyerahan aset finansial bersifat tak
bersyarat dan dianggap sebagai penjualan. Artinya aset finansial dianggap dijual secara tunai
dan kas yang diterima seketika itu pula dianggap untuk melunasi kewajiban.
Lain halnya kalau pelunasan kewajiban dilakukan dengan transfer aset finansial yang
menimbulkan keterlibatanberlanjut pentransfer dengan aset transferan atau transfer. Dalam
hal ini kewajiban tidak lenyap secara tuntasatau ada kewajiban baru yang berkaitan dengan
aset transferan. Contoh keterlibatan berlanjut adalah adanya hak regres, janji untuk membeli
kembali, penerbitan opsi, san penjaminan dengan kolateral. Secara umum transfer aset
dianggap sebagai penjualan apabila pentransfer menyerahkan penguasaan atas aset finansial
tersebut dan menerima aset lain sebagai penghargaan atas aset finansial tersebut.

Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo


Bila kewajibn di lunasi sebelum jatuh tempo, nilai jatuh tempo (nominal) dengan
sendirinya merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak ada selisih
antara jumlah rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Nilai jatuh tempo juga akan sama
dengan nilai buku atau nilai bawaan kewajiban karena proses amortisasi selisih antara
nominal dan nilai pasar pada saat penerbitan utang (misalnya obligasi). Selama beredar, nilai
sekarang atau nilai pasar kewajiban berfluktuasi mengikuti tingkat bunga yang berlaku tetapi
pada umumnya fluktuasi tersebut tidak diakui dapam pembukuan debitor. Oleh karena itu,
bila utag dilunasi sebelum jatuh tempo (APBO No. 26 menyebutkan sebagai early
extinguishment of debt), debitor harus menebus utang tersebut dengan harga pasarnya
sehingga dapat terjadi selisih antara nilai bawaan dan nilai penebusan. Yang menjadi masalah
adalah apakah selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai untung/rugi (masuk statemen
laba/rugi) atau sebagai penyesuaian ekuitas pemegang saham. Bila masuk dalam stetemen
laba-rugi apakah selisih tersebut bersifat ordiner atau ekstaordiner.
Penarikan kembali obligasi yang beredar adalah suatu transaksi yang mempengaruhi
kontrak antara debitor dan kreditor tetapi transaksi ini sangat berbeda dengan transaksi aliran
kegiatan transaksi dan transaksi penggunaan aset. Dengan demikian terdapat pandangan
bahwa untung atau rugi yang berasal dari transaksi tersebut harus dilaporkan sebagai suatu
penyesuai modal. Jadi, dalam hal untung, dia dianggap sebagai jumlah rupiah kredit yang
menunjukkan semacam suatu sumbangan oleh suatu kelompok investor (kreditor) kepada
kelompok investor lainnya (pemegang saham). Dalam hal rugi, dia dianggap sebagai
berkurangnya hak atas laba ditahan. Kebertan terhadap pandangan ini adalah bahwa
pembedaa status pemegang obligasi dan pemegang saham adalah sangat penting sekali
ditinjau dari segi yuridid sehingga harus dibedakan secara tegas perlakuan dan pelaporan
keduanya. Karena transaksi penebusan obligasi tidak berkaitan dengan pemilik, tidak tepatlah
mencatat selisih sebagai penyesuaian ekuitas.
Selisih dalam penebusan memang akhirnya mempengaruhi ekuitas pemegang saham.
Ada perubahan yang nyata dalam jumlah rupiah total hak pemegang saham yang dapat diakui
tanpa harus diikuti dengan transaksi modal. Dengan dasar pikiran ini, perubahan hak
pemegang saham yang terjadi akibat selisih lebih tepat di perlakukan sebagai untung atau
rugi. Perlakuan seperti ini sejalan dengan APBO No. 4 yang menggariskan sebagai berikut
(prg. 20):

Selisih antara harga penarikan (pemerolehan) kembali dan nilai bawaan neto utang yang
dilunasi harus diakui pada perioda penarikan dan dilaporkan dalam statemen laba-rugi
sebagai untung atau rugi dan dipisahkan dengan pos untung atau rugi lainnya.... Untung
atau rugi tidak selayaknya diamortisasi untuk perioda-perioda masa datang.

Bergantung pada sifatnya, untungatau rugi dapat dilaporkan sebagai pos ordiner atau
pos ekstraordiner. Kriteria untuk menentukan hal ini adalah apakah pos tersebut merupakan
akibat dari transaksi atau kejadian yang mempunyai sifat sebagai berikut (APBO No. 9, prg.
21):
a. Sangat berbeda dengan kegiatan operaas rutin kesatuanusaha
b. Tidak diharapkan akan sering terjadi
c. Berpengaruh material terhadap operasi perusahaan secara keseluruhan

Ketentuan APB dan FSAB diatas berlaku baik untuk penarikan kembali utang dengan atau
tanpa pendanaan. APB berargumen bahwa sifat semua pelunasan utang sebelum jatuh tempo
pada dasarnya sama. Untuk pelunasan dengan pendanaan sebenarnya terdapat tiga perlakuan
alternatif untuk selisih yaitu:
a. Selisih diamortisasi selama sisa umur semula utang yang ditarik kembali
b. Selisih diamortisasi selama umur utang baru ang diterbitkan
c. Selisih diakui pada saat penarikan dan dilaporkan di statemen laba-rugi tahun
bersangkutan

Alternatif (a) dilandasi oleh pemikiran bahwa selisih tersebut merupakan penyesuaian
terhada kos peminjaman (kos bunga) lama selama sisa waktu pinjaman akibat diperolehnya
pinjaman baru. Dengan demikian, kos bunga selama sisa waktu pinjaman lama dipengaruhi
oleh selisih yang timbul akibat pelunasan lebih awal utang lama. Memang banyak alasan yang
melandasi pelunasan lebih awal. Alternatif ini beranggapan bahwa pada umumnya debitor
melakukan pelunasan lebih awal karena pembayaran bunga dimasa mendatang dapat
dikurangi sehingga lebih menguntungkan bagi debitor. Logisnya bahwa selisih tersebut
disebar selama sisa umur utang lama. Walaupun demikian, kalau utang baru jatuh tempo
sebelum jatuh temponya utang semula, sebagian selisih (proporsional dengan waktu)
diamortisasi selama umur utang yang baru dan sisanya diakui segera pada saat utang baru
jatuh tempo sebahai untung atau rugi.
Altrnatif (b) dilandasi oleh gagasan bahwa motivasi pendanaan kembali utang adalah
untuk mendapatkan tingkat bunga yang lebih menguntungkan selama umur utang baru
dibandingkan tingkat bunga selama sisa umur utang lama. Keuntungan tersebut dinikmati
dalam konteks umur utang baru sehingga logislah kalau selisih diamortisasi selama utang
baru. Perlakuan ini cukup beralasan bila pendanaan kembali utang dilakukan kaena lebih
rendahnya tingkat bunga selama sisa umur utang lama atau karena antisipasi akan lebih
besarnya tingkat bunga setelah utang lama jatuh tempo. Jadi, utang baru sekarang lebih murah
daripada utang yang dapat diperoleh setelah utang lama jatuh tempo.
Alternatif (c) didasarkan pada pemikiran bahwa pelunasan lebih awal dengan
pendanaan kembali yang sifatnya sama dengan pelunasan yang lain. Jadi pelunasan lebih awal
dianggap sebagai penarikan kembali utang dan utang baru dianggap sebagai transaksi yang
terpisah atau independen. Pandangan ini menyatakan bahwa nilai pasar utang berubah
sepanjang waktu karena perubahan tinggat bunga pasar dan penarikan embali merupakan
pilihan terbaik untuk melenyapkan utang.akan tetapi, selisih antara nilai pasar uang dan nilai
bawaan sepanjang waktu tidak pernah dicatat sehingga secara logis seluruh selisih diakui
ketika kontrak utang diakhiri karena selisih tersebut berkaitan dengan periode-periode masa
lalu selama berlakunya kontrak utang tersebut. Jadi selisih dan sisa diskun atau premium
berkaitan dengan kontrak utang lama dan bukan merupakan manfaat yang berasal dari kontrak
utang baru. Oleh karena itu, beralasanlah kalau selisih diakui segera pada saat penarikan utang
lama bukannya diamortisasi selama sisa utag lama atau selama umur utang baru.
Mereka yang menolak alternatif (c) berpendapat bahwa pengakuan selisih segera pada
saat penarikan sebagai untung atau rugi dapat mendorong manajemen membayar utang lama
yang murah dengan utang baru ang sebenarnya lebih mahal semata-mata hanya
memperhatikan untung dari selisih. Laba tahun ditariknya utang lama meningkat sebesar
untung tetapi perusahaan harus membayar utang baru dengan bunga efektif lebih tinggi. Hal
ini juga merupakan salah satu cara untuk melakukan manajemen laba. Sebaliknya, rugi cukup
besar yang dapt terjadi pada tahun penarikan utang lama dapat menghalangi manajemen untuk
melakukan pendanaan kembali utang meskipun hal tersebut menguntungkan (dengan
membayar bunga efektif lebih rendah selama umur utang baru). Untuk menjelaskan hal ini,
dimisalkan suatu perusahaan menerbitkan obligasi nominal Rp. 10 juta 10-tahun dengan
bunga nominal 8% pertahun pada saat tingkat bunga pasar juga 8% sehingga pasar pada saat
diterbitkan sama dengan nominal obligasi (tidak ada premium/diskun). Gambar 7.4
melukiskan hubungan antara nilai pasar, harga penarikan, untung/rugi karena selisih, dan
perubahan harga bunga pasar dalam konteks pendanaan kembali (refunding).
Pada umumnya perusahaan melakukan penarikan kembali utang obligasi pada saat
harga penarikan berada di bawah nilai pasar utang. Dalam kondisi tingkat bunga umum
menaik, harga pasar obligasi akan cendrung menurun. Pada titik A, ketika tingkat bunga pasar
lebih tinggi dari bunga nominal, perusahaan dapat melakukan penarikan kembali utang pada
karena harga penarikan (P1) berada dibawah nilai pasar atau nilai bawaan dengan
mengharapkan unrung sebesar AP1. Pendanaan kembali akan menimbulkan utang yang lebih
mahal karena bunga efektif yang lebih tinggi selama sisa umur utang lama. Jadi, untung
terkompensasi oleh bunga efektif utang baru yang lebih tinggi.
Pada titik B, ketika tingkat bunga pasar lebih rendah dari bunga nominal, manajemen
mungkin melewatkan kesempatan untuk melakukan penarikan kembali utang karena khawatir
perusahaan akan menderita rugi sebesar BP 2 meskipun harga penarikan (P2) berada dibawah
nilai pasar. Dalam kondisi ini, sebenarnya pendanaan kembali akan menimbulkan utang yang
lebih murah karena bunga efektif yang lebih rendah sepanjang sisa umur utang lama. Jadi,
rugi akan terkompensasi oleh bunga efektif utang baru yang lebih rendah.
Dari argumen di atas dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan dapat melaporkan
laba yang lebih tinggi pada tahun pendanaan kembali utang dan bersamaan dengan itu bunga
efektif utang selama periode utang baru menjadi lebih tinggi. Sebaliknya perusahaan mungkin
akan menghindari rugi yang besar akibat pendanaan kembali utang meskipun hal tersebut
akan menurunkan bunga efektif selama periode utang baru. Karena alasan inilah alternatif (c)
tidak didukung secara teoritis. Yang lebih logis adalah mengkapitalisasi selisih dan
mengmortisasinya sepanjang umur utang baru. Argumen ini merupakan dukungan tambahan
dari alternatif (b).
Dari beberapa alternatif diatas, FASB menganut alternatif (c) dengan argumen bahwa
semua kewajiban mempunyai karakteristik yang sama. Oleh karena itu, pelunasan utang
sebelum jatuh tempo sama sifatnya dengan pelunasan pada saat jatuh tempo tanpa
memperhatikan cara untuk melaksanakan hal tersebut. Oleh karena itu, selisih antara harga
penarikan dan nilai bawaanharus diperlakukan sebagai untung atau rugi tahun terjadinya
penarikan kembali bukannya diamortisasi di masa datang. Untung atau rugi dapat dilaporkan
sebagai pos ordiner tau ekstraordiner bergantung pada penilaian terhadap kondisi yang
melingkupi transaksi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu pengorbanan manfaat ekonomi
masa datang, menjadi keharusan sekarang dan timbul akibat transaksi ataukejadian masa
lampau
Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset. Transaksi atau
kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang perolehan manfaat ekonomik masa
datang untuk aset sedangkan untuk kewajiban hal tersebutmenimbulkan keharusan sekarang
pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
Daftar pustaka

Maryanti, Dwi. 2009. Pokok Bahasan Teori Akuntansi Kewajiban.


            http://dwiermayanti.wordpress.com/pokok-bahasan-teori-akuntansi/kewajiban/.
Puci. 2012. Tugas Teori Akuntansi Liabilitas.
            http://mariberlajarbersama.blogspot.com/2012/11/tugas-teori-akuntansiliabilitas.html.
Riahi, Ahmed. Teori Akuntansi 2, Ed 6. Salemba Empat.
Suwardjono. 2010. Teori akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE. Yogyakarta.
https://www.coursehero.com/file/22541696/213279460-Makalah-Teori-Akuntansi-
Kewajiban/

http://yenni-effendi.blogspot.co.id/2016/05/malah-kewajiban-teori-akuntansi.html

Anda mungkin juga menyukai