MODUL PERKULIAHAN
W322100016 -
Teori Akuntansi
LIABILITAS
Abstrak Sub-CPMK
Definisi FASB digunakan sebagai basis pembahasan dalam bab ini karena definisi
tersebut cukup lengkap secara semantik. Artinya definisi tersebut telah mencakupi
berbagai gagasan atau kata kunci yang terkandung dalam beberapa definisi kewajiban
oleh sumber-sumber yang lain. Definisi IASC dan AASB secara substantif tidak berbeda
dengan definisi FASB.
APB No. 4 mendefinisi kewajiban dalam dua kata kunci yaitu economic obligations
yang dihubungkan dengan generally accepted accounting principles (GAAP). Ini berarti
bahwa APB menggabungkan pengertian kewajiban sekaligus menetapkan kriteria
pengakuan dan pengukuran. Dengan demikian, pengertian kewajiban menjadi tidak
lengkap tanpa memahami pengertian GAAP sehingga secara semantik definisi APB
kurang lengkap dan kurang bersifat umum. Jadi, definisi APB lebih bersifat struktural
daripada semantik. Hal ini berbeda dengan AASB yang memisahkan antara pengertian
(yang cukup luas dan lengkap) dan prosedur pengukuran dan pengakuan. Berbeda
dengan definisi-definisi yang lain, APB memasukkan pos-pos tertentu yang bukan
keharusan (not obligations) untuk mengorbankan sumber ekonomik sebagai bagian dari
kewajiban. Pos-pos ini secara umum disebut kredit tangguhan misalnya pos pendapatan
sewa takterhak (unearned rent revenues).
Dengan berbagai variasi di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban
mempunyai tiga karakteristik utama yaitu: a)
a) pengorbanan manfaat ekonomik masa datang,
b) keharusan sekarang untuk mentrasfer aset, dan
c) timbul akibat transaksi masa lalu.
Sebagai bayangan cermin aset, kewajiban juga harus diukur dan diakui pada saat
terjadinya. Kalau aset diukur atas dasar penghargaan sepakatan (biaya), demikian juga
kewajiban. Jadi, biaya sebagai pengukur tidak hanya diterapkan untuk aset pada saat
pemerolehan tetapi juga untuk kewajiban pada saat terjadinya. Sebagai ketentuan umum,
pengukuran kewajiban harus sejalan dengan pengukuran aset yang berkaitan.
Kalau aset yang direpresentasi oleh biaya mengalami tiga tahap perlakuan
(pemerolehan, pengolahan, dan penyerahan), kewajiban sebenarnya juga mengalami tiga
tahap perlakuan yaitu: penanggungan (pengakuan terjadinya), penelusuran, dan
pelunasan (penyelesaian). Dalam hal kewajiban, penelusuran berarti penentuan status
dan jumlah rupiah (biaya) kewajiban setiap saat. Penentuan biaya setiap saat (termasuk
pada tanggal neraca) dapat disebut dengan penilaian kewajiban. Begitu terjadi dan dicatat
atau diakui, kewajiban akan tetap menjadi kewajiban sampai kesatuan usaha
menyelesaikannya, atau sampai adanya transaksi atau kejadian yang membatalkannya
atau yang membebaskan kesatuan usaha dari keharusan untuk melunasinya.
Yang menjadi masalah teknis adalah kapan keempat kaidah di atas dipenuhi, Hal
ini berkaitan dengan penentuan saat (timing) pengakuan kewajiban. Pada umumnya saat
pengakuan terjadi sangat jelas karena kebanyakan kewajiban timbul dari kontrak yang
menyebutkan secara tegas saat mengikatnya kontrak, jumlah rupiah pembayaran
kewajiban, dan saat pembayaran. Akan tetapi, untuk beberapa kasus, jumlah rupiah
(biaya) kewajiban bergantung pada kejadian di masa datang meskipun cukup pasti bahwa
Keempat kaidah sebagai bukti teknis dan ketentuan saat pencatatan sebagaimana
diuraikan di atas pada umumnya mudah diidentifikasi dan diterapkan untuk keharusan
kontraktual, konstruktif, dan demi keadilan. Untuk ketiga keharusan tersebut,
pengorbanan sumber ekonomik masa datang pada umumnya dianggap cukup pasti
(probable) karena kesepakatan telah dicapai atau kebijakan telah diputuskan sehingga
sudah cukup jelas jumlah dan waktu pengorbanannya.
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai
sekarang (current value) kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik
seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. Dengan demikian, basis pencatatan
kewajiban adalah nilai setara tunai bukan nilai nominal utang. Misalnya saja, kalau suatu
utang usaha diakui sebesar Rp1.000.000 padahal disepakati secara tegas dan diketahui
bersama bahwa utang tersebut dapat dilunasi setiap saat dalam waktu kurang dari
sepuluh hari dengan jumlah Rp970.000, maka dengan dasar nilai setara tunai utang
tersebut sebenarnya tidak melebihi Rp970.000. Kalau utang tersebut dicatat sebesar
Rp1.000.000 maka jelas utang tersebut akan tersaji lebih (overstated).
Secara teknis pembukun , dapat saja jumlah rupiah bunga dicatat untuk
kepentingan internal dan jumlah utang dicatat sebesar nominalnya sebagai berikut :
Mesin …………………………………………… 1.465.000
Bunga Tangguhan ……………………………. 135.000
Utang usaha ………………………….…… 1.600.000
Bila cara diatas dilakukan, pelaporan kewajiban harus tetap menunjukkan nilai
tunai implisitnya dengan cara mengurangkan bunga tangguhan terhadap hutang usaha.
Bunga tangguhan tidak dilaporkan sebagai asset. Pada umumnya, atas dasar
kepraktisan, perusahaan tidak berusaha untuk menentukan biaya tunai implisit baik
dengan cara menanyakan langsung ke toko penjual barang ataupun dengan cara
mendiskon nilai kontrak dengan tarif bunga yang berlaku. Kalau aset dan kewajiban
dicatat dan dilaporkan sebesar Rp1.600.000, jelas biaya aset dan kewajiban tercatat
terlalu tinggi. Walaupun demikian, kalau jangka waktu kontrak adalah pendek maka
jumlah kelebihan biaya adalah keçil dan dapat diabaikan atas dasar konsep materialitas.
Diskon Obligasi
Diskon obligasi yang belum diamortisasi bukan merupakan suatu rugi karena aset,
yang diperoleh sebelumnya tidak ada yang berkurang atau menguap (dissipation). Tia
Premium Obligasi
Sejalan dengan penalaran tentang makna Diskon obligasi yang dilandasi konsep
dasar penghargaan sepakatan, dapat disimpulkan bahwa premium yang dibayarkan
investor untuk obligasi merupakan unsur dari jumlah rupiah utang perusahaan.
Bersamaan dengan berjalannya waktu mendekati jatuh tempo, jumlah rupiah bagian
utang yang merupakan premium harus diamortisasi secara sistematik dengan cara
memisahkan dari penghargaan sepakatan bagian yang diperhitungkan sebagai
pembayaran "bunga" periodik."
Bila biaya barang dan jasa merupakan unsur yang dominan, pembayaran di muka
dapat dianggap seluruhnya menimbulkan kewajiban (sebagai kewajiban lancar). Akan
tetapi, kalau biaya merupakan unsur yang kecil dari seluruh harga jual barang dan jasa,
pembayaran di muka dapat dianggap seluruhnya menimbulkan kredit atau pendapatan
tangguhan atau pendapatan takterhak (unearned revenues) yang merupakan kewajiban
nonkeharusan. Keduanya masih memenuhi definisi kewajiban karena adanya keharusan
untuk menyerahkan barang dan jasa. Perlakuan ini secara konseptual lebih didukung
daripada pemisahan uang muka menjadi komponen biaya (merepresentasi kewajiban)
dan laba. Berikut argumen argumen yang mendukung:
a. Keharusan menyerahkan barang dan jasa merupakan bagian dari operasi
perusahaan secara keseluruhan sehingga barang dan jasa dinyatakan dalam harga
jual dari kaca mata kedua pihak yang bertransaksi. Dengan demikian, pembayaran di
muka merupakan pendapatan tangguhan yang menunggu penyerahan barang bukan
jumlah untuk menutup biaya barang dan jasa.
b. Sebagai bagian dari operasi perusahaan secara keseluruhan, penerimaan uang
muka lebih tepat bila diperlakukan seluruhnya sebagai kewajiban.
c. Laba secara automatis tercipta pada saat pendapatan telah diakui sehingga
pemisahan antara kewajiban dan laba tangguhan tidak ada manfaatnya karena
PSAK No.1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria
sebagai kewajiban jangka pendek harus diklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek
bila :
a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan.
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca
Siklus operasi normal perusahaan sangat sulit untuk diidentifikasi sehingga dalam
implementasinya, waktu satu tahun dianggap sebagai siklus operasi normal. perusahaan.
Waktu satu tahun dianggap cukup praktis untuk kepentingan akuntansi karena tia tidak
Walaupun memenuhi kriteria (b) di atas, suatu kewajiban tetap dapat diklasifikasi
sebagai kewajiban jangka panjang bila kewajiban tersebut tidak akan dilunasi tetapi
didanai kembali atau diperbarui. Paragraf 47 menyebutkan bahwa kewajiban berbunga
jangka panjang tetap diklasifikasi sebagai kewajiban jangka panjang, walaupun kewajiban
tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca,
apabila:
a) Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan;
b) Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka
panjang;
c) Maksud tersebut pada huruf (b) didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali
atau penjadwalan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan
keuangan disetujui.
Penyajian utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam kewajiban lancar akan
mempengaruhi likuiditas. Oleh karena itu, syarat di atas diperlukan agar kewajiban jangka
pendek tidak diklasifikasi sebagai utang jangka panjang. Standar akuntansi yang
berkaitan dengan berbagai jenis kewajiban dan kontrak biasanya menetapkan hal-hal
yang harus diungkapkan.
Dalam hal sewaguna misalnya, jumlah pembayaran minimum masa datang untuk
sewaguna operasi harus diungkapkan. Dalam SFAS No. 47 misalnya, FASB memberi
pedoman tentang pengungkapan untuk keharusan pembelian tak bersyarat jangka
panjang (long-term unconditional purchase obligations) dan pinjaman dan saham tertebus
jangka panjang (long-term borrowings and redeemable stock).
Kontrak eksekutori adalah kontrak yang kedua belah pihak terkaitnya belum
melaksanakan kewajiban kontrak atau telah melaksanakan sebagian kewajiban mereka
dengan proporsi yang sama. Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum
pasti Liabilitas adalah kewajiban kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya entitas yang
mengandung manfaat ekonomi. Provisi diakui jika:
a) Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu;
b) Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber mengandung probable outflow daya yang manfaat ekonomi; dan
c) Estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban ter sebut dapat dibuat. Terpenuhi
reliable estimate
Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka kewajiban diestimasi tidak diakui.
Dalam kasus kewajiban kini tidak dapat ditentukan secara jelas setelah
mempertimbangkan semua bukti tersedia, terdapat kemungkinan lebih besar terjadi
daripada tidak terjadi bahwa kewajiban kini telah ada,pada akhir periode pelaporan.
Pertimbangan bukti-bukti yang tersedia:
a. Besar kemungkinannya bahwa kewajiban kini telah ada pada akhir periode
pelaporan, entitas mengakui provisi (jika kriteria pengakuan terpenuhi)
b. Jika besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada akhir periode
pelaporan, entitas mengungkapkan kewajiban kontinjensi.
c. Pengungkapan tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil.
Provisi diakui hanya bagi kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu, yang
terpisah dari tindakan entitas pada masa datang (yaitu penyelenggaraan entitas pada
masa datang). Contoh:
Denda atau biaya pemulihan pencemaran lingkungan, yang mengakibatkan arus
keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban itu tanpa memandang tindakan
entitas pada masa datang.
Biaya kegiatan purna-operasi (decommissioning) instalasi minyak atau instalasi nuklir
sebatas jumlah yang harus ditanggung entitas untuk memperbaiki kerusakan yang
telah ditimbulkan.
Ketika terjadi kerusakan lingkungan, entitas tidak terikat untuk menanggulanginya.
Akan tetapi, perbuatan yang mengakibatkan kerusakan tersebut akan menjadi
peristiwa yang mengikat pada saat terbit peraturan perundang-undangan baru yang
mengharuskan kerusakan itu untuk ditanggulangi atau pada saat entitas
mengumumkan secara terbuka untuk menanggulangi kerusakan tersebut sehingga
menimbulkan kewajiban konstruktif.
Jika terdapat sejumlah kewajiban serupa (misalnya garansi atau jaminan produk,
atau kontrak-kontrak serupa)
Kemungkinan arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan kewajiban tersebut
ditentukan dengan mempertimbangkan keseluruhannya sebagai suatu kelompok
kewajiban.
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan
keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih
pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan provisi diganti oleh
pihak ketiga, maka: penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan bahwa
penggantian pasti diterima pada saat entitas menyelesaikan kewajibannya. Penggantian
tersebut diakui sebagai aset yang terpisah. Jumlah yang diakui sebagai penggantian tidak
boleh melebihi nilai provisi. Dalam laporan laba rugi komprehensif, beban yang berkaitan
dengan provisi dapat disajikan secara neto setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai
penggantiannya.
Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan estimasi terbaik yang paling
kini. Jika arus keluar sumber daya kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi tersebut
dibatalkan. (PSAK 57 par 59). Jika kewajiban diestimasi didiskonto, maka nilai tercatatnya
akan meningkat pada setiap periode untuk mencerminkan berlalunya waktu. Peningkatan
ini diakui sebagai biaya pinjaman (PSAK 57 par 60). Provisi hanya dapat digunakan untuk
pengeluaran yang berhubungan langsung dengan tujuan pembentukan provisi tersebut.
(PSAK 57 par 61).
Contoh:
1. Penjualan atau penghentian suatu lini usaha;
2. Penutupan lokasi usaha dalam suatu negara atau kawasan ke negara atau kawasan
lain;
3. Perubahan dalam struktur manajemen, misalnya menghilangkan satu lapis
manajemen; dan
4. Reorganisasi mendasar yang memiliki dampak signifi kan pada karakteristik dan
fokus operasi entitas.