Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PROVISI DAN KONTIJENSI PT ANEKA TAMBANG Tbk.

TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN 2 SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN


2020/2021

DOSEN PENANGGUNGJAWAB
Dr. Ira Geraldina, S.E.,Ak.,M.S.Ak.,CA

Kelas A
DISUSUN OLEH :

Nadia Ulfa Rahayu 1910112003


Salwa Ramadhanty 1910112009
Fadila Reza Aprilia 1910112013
Delia Delavona 1910112015
Elga Desfianty 1910112019
Enda Reska Marista Br. Tarigan 1910112020

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021
A. LATAR BELAKANG
Menurut PSAK 57 (Revisi 2009) mendefinisikan provisi sebagai liabilitas kini
yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Provisi diakui dalam laporan keuangan,
pengukurannya dengan cara melakukan estimasi. Pemulihan, rehabilitasi, dan biaya
lingkungan yang berkaitan dengan pemulihan atas area yang terganggu selama tahap
produksi dibebankan pada beban pokok pendapatan pada saat kewajiban dari pemulihan
atas area yang terganggu tersebut timbul selama penambangan. Kewajiban ini diakui
sebagai liabilitas pada saat timbulnya kewajiban hukum atau konstruktif yang berasal dari
aktivitas yang telah dilaksanakan.
Kewajiban ini diukur pada saat dan setelah pengakuan sebesar nilai kini
dariperkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. Jadi, dapat
diketahuihal ini belum pasti atau belum tentu waktu dan jumlahnya maka kewajiban ini
digolongkan ke dalam provisi. Provisi pembongkaran aset-aset tambang dan kegiatan
pasca tambang terkait beserta peninggalan dan pembongkaran aset-aset berumur panjang
dibentuk sehubungan dengan kewajiban hukum berkaitan dengan penarikan aset tambang
terkait dan aset berumur panjanglainnya termasuk pembongkaran bangunan, peralatan,
fasilitas peremukan dan pengolahan,infrastruktur, dan fasilitas lainnya yang berasal dari
pembelian, konstruksi ataupengembangan aset tersebut.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 57, kontinjensi
adalah liabilitas dan aset yang tidak diakui karena keberadaannya baru dapat dipastikan
dengan terjadi atau tidak terjadiya satu peristiwa atau lebih yang tidak pasti di masa
depan dan tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas (Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), 2017). Kontinjensi merupakan sebuah kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya
satu atau lebih peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali
entitas atau kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak
diakui karena: (1) tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomik untuk menyelesaikan kewajibannya; atau (2) jumlah
kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal (IAI, 2017).
B. TEORI
i. Pengakuan
Dalam PSAK No. 23 Tahun 2017 menyatakan bahwa pengakuan merupakan
proses pembentukan suatu pos dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi
yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan. Pos yang memenuhi definisi
suatu unsur diakui jika:
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomik masa depan yang berkaitan dengan
pos tersebut akan mengalir ke atau dari entitas; dan
b. Pos tersebut mempunyai biaya atau nilai yang dapat diukur dengan andal.
c. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 82
menjelaskan pengertian pengakuan adalah sebagai berikut, pengakuan
(recognition) adalah proses pencatatan dan pelaporan suatu pos keuangan di
dalam laporan keuangan. Pengakuan (recognition) merupakan proses
pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan.
Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui jika ada kemungkinan
bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari
dan atau kedalam perusahaan, dan pos terebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal.

Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concept) No. 5 yang


dikemukakan oleh Dyekman ada empat kriteria yang harus dipenuhi sebelum suatu
item dapat diakui, yaitu:

1) Definisi, item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi dalam satu dari
tujuh unsur laporan keuangan, yaitu: aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan,
beban, keuntungan dan kerugian.
2) Dapat diukur, item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur
secara andal, yakni karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasikan
dan diukur. Contohnya biaya historis, biaya sekarang ini, nilai pasar, nilai
bersih yang dapat direalisasi dan nilai sekarang.
3) Relevansi, informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu
perbedaan dalam pengambilan keputusan.
4) Realibilitas, informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara
wajar, dapat diuji dan netral.

Provisi diakui jika:

1) Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat


konstruktif sebagai akibat peristiwa masa lalu;
2) Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus
keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi; daya yang
mengandung manfaat ekonomi; dan
3) Estimasi yang andal estimasi yang andal mengenai jumlah mengenai jumlah
kewajiban ter sebut dapat dibuat.

Jika kondisi di atas tidak terpenuhi maka Jika kondisi di atas tidak
terpenuhi, maka kewajiban diestimasi tidak diakui. Aset kontinjensi adalah aset
potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih peristiwa di masa
depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.

Liabilitas kontinjensi adalah:

 Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan


keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau
lebih peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam
kendali entitas; atau
 Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi
tidak diakui karena:
 Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomik (selanjutnya disebut sebagai “sumber
daya”) untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
 Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Hubungan antara Provisi dan Liabilitas Kontinjensi

Umumnya seluruh provisi bersifat kontinjensi karena tidak pasti dalam waktu atau
jumlah. Akan tetapi, dalam Pernyataan ini istilah “kontinjensi” digunakan untuk liabilitas
dan aset yang tidak diakul karena keberadaannya baru dapat dipastikan dengan terjadi
atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih yang tidak pasti di masa. depan dan tidak
sepenuhnya berada dalam kendali entitas dan digunakan untuk liabilitas yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan. Pernyataan ini membedakan dengan beberapa pernyataan
berikut yaitu provisi yang dialui sebagai liabilitas dan liabilitas kontinjensi yang tidak
diakui sebagai liabilitas

ii. Pengukuran
Estimasi Terbaik
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik
pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir
periode pelaporan. Estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban kini adalah jumlah yang secara rasional akan dibayar
entitas untuk menyelesaikan kewajibannya pada akhir periode pelaporan atau
untuk mengalihkan kewajibannya kepada pihak ketiga pada saat itu. Sering kali
tidak mungkin dan tidak ekonomis bagi entitas untuk menyelesaikan kewajiban
atau mengalihkan kewajibannya pada akhir periode pelaporan. Namun, estimasi
jumlah yang secara rasional akan dibayar entitas untuk menyelesaikan kewajiban
atau untuk mengalikan kewajibannya, merupakan estimasi terbaik atas
pengeluaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir
periode pelaporan

Ketidakpastian dari jumlah yang akan diakui sebagai provisi dapat dinilai
dengan berbagai cara sesuai dengan kondisi yang ada. Jika provisi yang sedang
diukur menyangkut populasi yang terdiri dari sejumlah besar unsur, maka
kewajiban ditentukan dengan menimbang berbagai kemungkinan hasil
berdasarkan probabilias terkait. Metode estimasi statistik ini dikenal sebagai
metode "nilai yang diharapkan" (expected value). Provisi akan berbeda karena
bergantung pada kemungkinan terjadinya kerugian pada tingkat tertentu, misalnya
60% atau 90% Jika hasil yang timbul adalah suatu rentang hasil yang
berkesinambungan, dan setiap titik dalam rentang tersebut mempunyai
kemungkinan terjadi yang sama, maka yang digunakan adalah nilai tengah
rentang tersebut.

Risiko dan Ketidakpastian

Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi, entitas mempertimbangkan


berbagai risiko dan ketidakpastian yang seldy mempengaruhi berbagal peristiwa dan
keadan. Risiko menimbulkan hasi yang bervariasi Penetapan risiko dapat menyebabkan
kenaikan nilai liabilitas yang diukur. Jika terdapat unsur ketidakpastian, maka entitas
berhati-hati sehingga pendapatan atau aset tidak menjadi terlalu besar dan beban atau
liabilitas tidak menjadi terlalu kecil. Meski demikian, adanya ketidakpastian tidak berarti
entitas membuat provisi beriebihan atau dengan sengaja menyajikan liabilitas terlalu
besar.

Perubahan Provisi

Provisi ditelaah pada setiap akhir periode pelaporan dan disesuaikan untuk
mencerminkan estimasi terbaik yang paling kini Jika arus keluar sumber daya untuk
menyelesaikan kewajiban kemungkinan besar tidak terjadi, maka provisi dibatalkan. Jika
provisi di diskonto maka nilai tercatatya aka meningkat pada setiap periode untuk
mencerminkan bertalunya waktu. Peningkatan ini diakui sebagai biaya pinjaman. Provisi
hanya dapat digunakan untuk pengeluaran yang berhubungan langsung dengan tujuan
pembentukan provisi. Hanya pengeluaran yang berhubungan langsung dengan tujuan
pembentukan provisi awal yang dapat mengurangi provisi. Membebankan pengeluaran
untuk mengurangi provisi yang semula diakui untuk tujuan lain akan menghilangkan
pengaruh dari dua peristiwa yang berbeda Provisi tidak boleh diakui untuk kerugian
operasi masa depan. Kerugian operasi masa depan tidak memenuhi liabilitas dan kriteria
umum pengakuan umum bagi provisi.

Kontrak Memberatkan

Jika entitas terikat dalam suatu kontrak memberatkan, maka kewajiban kini
menurut kontrak tersebut diukur dan diakui sebhagai provisi. Pernyataan ini
mendefinisikan kontrak memberatkan sebagai kontrak yang menimbulkan biaya yang
tidak dapat dihindarkan dalam memenuhi kewajiban menurut kontrak dan biaya tersebut
melebihi manfaat ekonomi yang diperkirakan akan diterima. Biaya yang tidak dapat
dihindarkan dalam kontrak mencerminkan biaya neto terendah untuk terbebas dari ikatan
kontrak, yaitu mana yang lebih rendah antara biaya memenuhi kontrak dengan denda atau
kompensasi yang dibayar jika entitas tidak memenuhi kontrak.

Restrukturisasi

Berikut adalah contoh peristiwa yang dapat digolongkan sebagai restrukturisasi :

1. Penjualan atau penghentian suatu lini usaha;


2. Penutupan lokasi usaha dalam suatu negara atau regional, atau relokasi kegiatan usaha
ke Negara atau kawasan regional lain;
3. Perubahan dalam struktur manajemen, misalnya menghilangkan satu lapis manajemen;
dan
4. Reorganisasi mendasar yang memiliki dampak signifikan terhadap karakteristik dan
fokus operasi entitas.
Provisi untuk biaya restrukturisasi diakui hanya jika kriteria pengakuan umum
yang berlaku bagi provisi terpenuhi. Kewajiban konstruktif untuk melakukan
restrukturisasi muncul hanya jika persyaratan berikut dipenuhi;
1. Entitas memiiki rencana formal yang rindi untuk restrukturisasi dengan
mengidentifikasiakan, sekurang-kurangnya:
 Usaha atau bagian usaha yang terlibat;
 Lokasi utama yang terpengaruh;
 Lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah pegawai yang akan menerima kompensasi
karena pemutusan hubungan kerja;
 Pengeluaran yang akan terjadi;
 Waktu implementasi rencana tersebut; dan
 Entitas menciptakan ekepektasi yang valid kepada pihak-pihak yang terkena
dampak restrukturisasi bahwa entitas akan meiaksanakan restnuktunisas dengan
memulai implementasi rencana tersebut atau mengumumkan pokok-pokok rencana.
Bukti bahwa entitas telah mulai mengimplemantasikan rencana restrukturisasi
akan tampak, antara lain, dengan menghentikan operasi pabrik atau menjual asset atau
mengumumkan kepada masyarakat tentang pokok-pokok rencana restrukturisasi.
Pengumuman mengenai rencana yang terperinci tentang restrukturisasi tersebut
merupakan kewajiban konstruktif untuk melakukan restrukturisasi hanya jika rencana itu
dibuat sedemikian rupa dan dengan perincian yang memadai (yaitu menjelaskan pokok-
pokok rencana) sehingga menciptakan ekspektasi yang valid di pihak lain-lain seperti
pelanggan, pemasok, dan pegawai (atau wakilnya) bahwa entitas akan melaksanakan
restrukturisasi. Keputusan entitas untuk melakukan restrukturisasi yang diambil sebelum
akhir periode pelaporan tidak menimbulkan kewajiban konstruktif pada akhir periode
pelaporan, kecuali sebelum akhir periode pelaporan entitas telah:

 Mulai mengimplementasikan rencana restrukturisasi; atau


 Mengumumkan pokok-pokok rencana restrukturisasi kepada pihak yang terkena
dampak rencana tersebut secara spesifik sedemikian rupa sehingga menimbulkan
ekspektasi yang valid pada pihak tersebut bahwa entitas akan melaksanakan
restrukturisasi.

Provisi restrukturisasi hanya mencakup pengeluaran langsung yang timbul dari


restrukturisasi, yaitu memenuhi kedua persyaratan berikut ini;

a) Benar-benar harus dikeluarkan dalam rangka restrukturisasi; dan

b) Tidak terkait dengan aktivitas entitas yang masih berlangsung

Provisi restrukturisasi tidak mencakup biaya-biaya seperti:

a) Pelatihan atau penempatan kembali (relokasi) staf yang masih tetap dikaryakan;

b) Pemasaran; atau

c) Investasi dalam system dan jaringan distribusi baru

iii. Pengungkapan
PSAK No. 57 yang diadopsi dari IAS 37: Provisions, Contingent
Liabilities and Contingent Assets. Menurut PSAK ini PT Antam melaksanakan
perbaikan lingkungan misal pemulihan lingkungan karena limbah dapat mencatat
biaya pemulihan tersebut sebagai provisi. Provisi tersebut diukur dengan estimasi
terbaik biaya pemulihan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan secara
umum telah melaksanakan PSAK khususnya no. 57 terkait dengan provisi yang
timbul akibat operasi perusahaan, jumlah provisi tersebut tergantung pada ukuran
perusahaan. Dengan penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif pemecahan
masalah bagi perusahaan dalam menjalankan kewajibannya terhadap lingkungan
sekitar. Provisi ini timbul karena adanya kewajiban perusahaan untuk melakukan
pemulihan lingkungan setelah aktivitas operasi. PT Aneka Tambang Tbk telah
melaksanakan akuntansi lingkungan khususnya penerapan PSAK No. 57 tentang
provisi, utang kontinjensi dan aset kontinjensi. Berdasarkan PSAK 57 mengenai
provisi, entitas harus mengungkapkan:
1) Nilai tercatat pada awal dan akhir periode.
2) Provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk
peningkatan jumlah pada provisi yang ada.
3) Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada
provisi selama periode bersangkutan.
4) Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode
bersangkutan.
5) Peningkatan, selama periode yang bersangkutan dalam nilai kini yang
timbulkarena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat
diskonto

Untuk setiap jenis provisi entitas harus pula mengungkapkan:

a. Uraian singkat mengenai karakter kewajiban dan perkiraan saat arus


keluar sumber daya terjadi
b. Indikasi mengenai ketidakpastian saat / jumlah arus keluar tersebut jika
diperlukan dalam rangka menyediakan informasi yang memadai, entitas
harus mengungkapkan asumsi utana yang mendasari prakiraan peristiwa
masa depan
c. Jumlah estimasi penggantian yang akan diterima dengan menyebutkan
jumlah asset yang telah diakui untuk estimasi penggantian tersebut.

Entitas tidak diperkenankan mengakui kewajiban kontinjensi (PSAK 57


par 27). Kewajiban kontinjensi adalah:

1) Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih
pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau
dalam kendali entitas; atau
2) Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak
diakui karena:
i. Tidak terdapat kemungkinan besar entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengan dung manfaat ekonomis (selanjutnya disebut sebagai “sumber
daya”) untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
ii. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

Uraian singkat mengenai karakteristik liabilitas kontinjensi dan jika praktis juga perlu
mengungkapkan:

a. Estimasi dari dampak keuangannya yang diukur sesuai dengan prinsip


yang berlaku bagi provisi
b. Indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu
arus kas keluar
c. Kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga

Jika provisi dan kewajiban kontinjensi timbul dari satu kondisi yang sama, maka
entitas mengungkapkan keterkaitan antara provisi dan kewajiban kontinjensi tersebut.

iv. Penyajian
Penyajian Kontinjensi disajikan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan.
Beberapa kewajiban kontinjen lain yang harus diungkapkan meskipun perusahaan
kemungkinan kerugiannya kecil adalah sebagai berikut:
1) Jaminan atas hutang pihak lain
2) Kewajiban bank komersial menurut “stand by letters of credits”
3) Jaminan untuk membeli kembali piutang (atau property lain yang
berhubungan) yang telah dijual atau diberikan.

Sedangkan, Penyajian Provisi disajikan dalam laporan posisi keuangan


(neraca) sebagai bagian dari liabilitas dengan nama akun provisi (dahulu
kewajiban diestimasi – bagian dari liabilitas jangka pendek/current liabilities).

i. Analisis Kesesuaian Perlakuan Liabilitas Provisi dan Kontinjensi pada PT


Aneka Tambang Tbk dengan PSAK relevan

a) Provisi
PT Aneka Tambang Tbk telah melaksanakan akuntansi lingkungan khususnya
penerapan PSAK No. 57 tentang provisi, utang kontinjensi dan aset kontinjensi. PT
Aneka Tambang Tbk melaporkan provisi sebesar Rp. 31.190.755. Provisi diakui
apabila Grup mempunyai kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu, besar kemungkinan penyelesaian kewajiban
tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya dan kewajiban tersebut dapat
diestimasi dengan andal, Provisi tidak diakui untuk kerugian operasi masa depan.
Selain mengelola dampak lingkungan dalam kegiatan operasional, ANTAM juga
melaksanakan berbagai inisiatif pelestarian lingkungan hidup yang tidak terkait
langsung dengan operasional perusahaan, termasuk yang dilakukan di luar wilayah
operasi Perusahaan. ANTAM aktif berkontribusi pada pemeliharaan kualitas
lingkungan hidup melalui kegiatan penanaman pohon, selain yang dilakukan sebagai
bagian dari aktivitas reklamasi lahan dan manajemen pascatambang. Sepanjang 2019,
ANTAM telah menanam 1,2 juta pohon yang ditanam di lahan bekas tambang dan di
luar bekas tambang. ANTAM juga terlibat dalam proyek rehabilitasi Daerah Aliran
Sungai (DAS) Poleang di areal seluas 285 ha di Sulawesi Tenggara, dengan menanam
total 313.500 pohon.
Sedangkan untuk pelestarian lingkungan di wilayah operasi, ANTAM telah
melakukan reklamasi lahan secara progresif sesuai dengan Rencana Reklamasi T dan
Rencana Reklamasi 5 (lima) tahunan. Menyadari bahwa keanekaragaman hayati yang
terpelihara dengan baik adalah warisan yang sangat penting bagi generasi mendatang,
ANTAM juga mendukung upaya-upaya pelestarian sejumlah satwa asli Indonesia
yang berstatus satwa langka atau bahkan terancam punah. Pada tahun 2019, ANTAM
terlibat antara lain dalam program konservasi populasi Jalak Putih, penangkaran Ikan
Napoleon, dan penetasan telur Komodo. Selain itu, ANTAM juga menyediakan
dukungan bagi program Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Bogor agar dapat
berlangsung secara berkelanjutan, sehingga dapat memberikan manfaat nyata berupa
peningkatan kualitas udara maupun dampak ekonomi masyarakat dan dunia usaha
dalam kegiatan jual beli, promosi usaha dan kampanye lingkungan hidup.

b) Kontinjensi
Imbalan kontinjensi yang masih harus dialihkan oleh Grup diakui sebesar nilai
wajar pada tanggal akuisisi. Perubahan selanjutnya atas nilai wajar imbalan
kontinjensi yang diakui sebagai asset atau liabilitas dan dicatat sesuai dengan PSAK
55 “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” dalam laporan laba rugi.
Imbalan kontinjensi yang diklasifikasikan sebagai ekuitas tidak diukur kembali dan
penyelesaian selanjutnya diperhitungkan dalam ekuitas. Imbalan kontinjensi yang
masih harus dialihkan oleh Grup diakui sebesar nilai wajar pada tanggal akuisisi.
Perubahan selanjutnya atas nilai wajar imbalan kontinjensi diakui dalam laporan laba
rugi konsolidasian.

Kesimpulan

Dari hasil pemahaman yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Provisi
dan Kontinjensi pada intinya merupakan utang/liabilitas. Perbedaan provisi dan
kontinjensi terletak pada nilai, provisi merupakan liabilitas yang waktu dan
jumlahnya belum pasti tetapi nilainya bisa diperkirakan sedangkan kontinjensi
nilainya belum bisa diperkirakan.

Maka hasil dari analisis pada PT Aneka Tambang Tbk telah melaksanakan
penerapan akuntansi pada lingkungan khususnya penerapan PSAK No. 57 tentang
provisi, utang kontinjensi dan aset kontinjensi. Provisi ini timbul karena adanya
kewajiban perusahaan untuk melakukan pemulihan lingkungan setelah aktivitas
operasi. Entitas tidak diperkenankan mengakui kewajiban kontinjensi (PSAK 57 par
27). Jika provisi dan kewajiban kontinjensi timbul dari satu kondisi yang sama, maka
entitas mengungkapkan keterkaitan antara provisi dan kewajiban kontinjensi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai