Anda di halaman 1dari 26

BAB III

LIABILITAS KEUANGAN

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca dan mengkaji topik ini, pembaca akan mampu:
1. menjelaskan pengertian liabilitas keuangan;
2. menjelaskan pengertian dan mengklasifikasikan liabilitas jangka pendek, provisi dan
kontinjensi;
3. menentukan pengakuan dan pengukuran liabilitas jangka pendek, provisi dan
kontinjensi;
4. menentukan penyajian dan pengungkapan liabilitas jangka pendek, provisi dan
kontinjensi;
5. memahami analisis rasio keuangan atas liabilitas jangka pendek, provisi dan
kontinjensi;
6. menjelaskan pengertian dan mengklasifikasikan liabilitas jangka panjang;
7. menentukan pengakuan dan pengukuran liabilitas jangka panjang;
8. menentukan penyajian dan pengungkapan liabilitas jangka panjang;dan
9. memahami analisis rasio keuangan atas liabilitas jangka panjang.

3.1 PENDAHULUAN
Liabilitas adalah bagian dari instrumen keuangan. Instrumen keuangan sendiri
merupakan setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan dan liabilitas
keuangan atau instrumen ekuitas lain (IAI, 2018:50.3). Jadi, instrumen keuangan
terdiri dari aset keuangan, liabilitas keuangan, dan instrumen ekuitas.
Liabilitas keuangan (IAI, 2018:50.3) adalah setiap liabilitas yang berupa:
1. kewajiban kontraktual
a. untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau
b. untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas
lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas tersebut;
2. kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
a. nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima
suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas;
atau
b. derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan
sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas. Untuk tujuan ini, instrumen ekuitas
yang diterbitkan entitas tidak termasuk puttable instrument dan kewajiban yang
timbul pada saat likuidasi yang diklasifikasikan sebagai ekuitas atau instrumen
28
29

yang merupakan kontrak untuk menerima atau menyerahkan instrumen ekuitas


yang diterbitkan entitas di masa yang akan datang.

Instrumen yang mempunyai fitur opsi jual (Puttable instrument) adalah


instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk
menjual kembali instrumen kepada penerbit dan memperoleh kas atau aset
keuangan lain atau secara otomatis menjual kembali kepada penerbit pada saat
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti di masa depan atau kematian atau
punakarya dari pemegang instrumen (IAI, 2018: 50.3)
Setiap liabilitas keuangan harus diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori
berikut:
1. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (at fair value through profit and
loss-FVTPL);
Pengukuran pada saat pengakuan awal untuk liabilitas ini adalah diukur pada nilai
wajarnya. Untuk pengukuran setelah pengakuan awal diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi. Jumlah perubahan nilai wajar dari liabilitas keuangan yang
diatribusikan oleh perubahan risiko kredit dari liabilitas tersebut disajikan dalam
penghasilan komprehensif lain (Other Comprehensive Income-OCI).
2. Diukur dengan biaya perolehan diamortisasi
Pengukuran setelah pengakuan awal menggunakan amortized cost dengan metode
suku bunga efektif.
Pasar memberikan penilaian atas liabilitas jangka panjang berdasarkan nilai kini
dari ekspektasi arus kas masa depan. Nilai kini dihitung dengan menggunakan tingkat
suku bunga pasar (effective interest rate) sedangkan untuk menghitung bunga
digunakan tingkat bunga kupon (coupon rate/stated rate).

3.2 LIABILITAS JANGKA PENDEK, PROVISI, DAN KONTINJENSI


3.2.1 Liabilitas Jangka Pendek
Liabilitas adalah kewajiban saat ini yang berasal dari kejadian masa lalu,
yang penyelesaiannya memerlukan penggunaan sumber daya (kas, barang, dan jasa)
perusahaan yang ada (Kieso et. al., 2018: 997). Liabilitas akan dilaporkan sebagai
liabilitas lancar/jangka pendek jika penyelesaiannya diharapkan dilakukan dalam siklus
operasi normal atau 12 bulan setelah tanggal pelaporan. Suatu liabilitas diklasifikasikan
sebagai jangka pendek jika memenuhi kriteria (Kieso et. al., 2018: 997):
1. Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normal; dan
30

2. Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan.

Contoh liabilitas jangka pendek/ lancar:


1. Hutang dagang: kewajiban yang terjadi ketika entitas melakukan pembelian
barang/jasa secara kredit.
2. Wesel bayar: janji tertulis dari pihak yang berhutang (menarik wesel) untuk
membayarkan sejumlah tertentu di masa yang akan datang.
3. Hutang dividen: kewajiban yang terjadi karena perusahaan sudah mengumumkan
dividen namun belum dibayarkan.
4. Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam periode berjalan: bagian hutang
jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan.
5. Dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga: dana yang ditarik dari pegawai/pembeli
untuk selanjutnya diserahkan ke pihak ketiga (contohnya pajak penghasilan dan
pajak penjualan yang diserahkan ke pemerintah)
6. Pendapatan diterima di muka: pendapatan yang telah diterima secara tunai namun
kewajiban penyerahan barang/jasa belum dilakukan.
7. Uang muka dan simpanan pelanggan: pembayaran dimuka dari pembeli / customer
untuk barang-barang atau jasa yang dipesan dan akan diberikan kembali kepada
pelanggan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

3.2.2 Provisi
Akuntansi untuk provisi menggunakan dasar acuan PSAK no 57 (Revisi 2009,
penyesuaian tahun 2014), tentang Provisi, Liabilitas kontinjensi, dan Aset Kontinjensi.
Provisi adalah liabilitas yang masih belum pasti waktu dan jumlahnya. PSAK 57
menggunakan istilah provisi sebagai istilah baru atas istilah kewajiban yang diestimasi.
Provisi adalah sangat umum dan dapat dilaporkan sebagai liabilitas jangka pendek atau
jangka panjang, tergantung pada perkiraan tanggal pembayarannya. Contoh: garansi
produk.

Pengakuan
PSAK 57 paragraf 14 menetapkan pengakuan beban dan liabilitas terhadap
provisi, jika syarat berikut terpenuhi (IAI, 2018:57.4):
31

1. entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat


konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;

2. kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar


sumber daya yang mengandung manfaat ekonomik; dan
3. estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui. Ketika tidak
memenuhi ketiga persyaratan tersebut, kemungkinan liabilitas tersebut cukup
diungkapkan sebagai kewajiban kontinjensi tergantung materialitas dan kemungkinan
terjadinya (Martani, et al., 2015:32).

Pengukuran
Jumlah yang diakui harus merupakan perkiraan terbaik (best estimate) dari
pengeluaran yang dibutuhkan untuk penyelesaian kewajiban tersebut ( Kieso,et al., 2018:
1012 dan IAI, 2018:57.7). Untuk menentukan perkiraan terbaik (best estimate), manajemen
harus menggunakan kebijakan (judgement), berdasarkan transaksi yang sejenis di masa
lalu, tenaga ahli, kemajuan teknologi, dan informasi lain yang berkaitan dengan hal
tersebut. Provisi diukur sebelum memperhitungkan pajak karena dampak pajak dari
provisi.

Entitas menentukan estimasi terbaik suatu provisi, harus mempertimbangkan


berbagai risiko dan ketidakpastian yang selalu mempengaruhi berbagai peristiwa dan
keadaan (IAI, 2018: 57.8). Lebih lanjut dijelaskan dalam PSAK 57 (IAI, 2018: 57.8),
bahwa risiko akan menimbulkan hasil yang bervariasi dan dapat menyebabkan kenaikan
nilai liabilitas yang diukur. Jika terdapat unsur ketidakpastian, maka entitas perlu
berhati-hati sehingga pendapatan atau aset tidak menjadi terlalu besar dan beban atau
liabilitas tidak menjadi terlalu kecil (IAI, 2018: 57.8).
Jika dampak nilai waktu dari uang cukup material, maka jumlah provisi adalah
nilai kini dari perkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban;
jadi provisi harus didiskontokan. Tingkat diskonto yang digunakan adalah tingkat
diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar atas nilai waktu uang dan
risiko yang terkait dengan kewajiban yang bersangkutan. Tingkat diskonto tidak boleh
mencerminkan risiko yang sudah diperhitungkan dalam estimasi arus kas masa depan
(IAI, 2018: 57.9).
32

Peristiwa masa depan juga dapat memengaruhi jumlah yang diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban harus tercermin dalam jumlah provisi, jika terdapat bukti
objektif bahwa peristiwa itu akan terjadi (IAI, 2018: 57.9). Misalnya, entitas
berkeyakinan bahwa pembersihan lokasi tambang pada akhir masa manfaat tambang
dapat dikurangi karena perkembangan teknologi (Martani, et al., 2015:33).

3.2.3 Kontinjensi
Menurut PSAK 57 paragraf 10, liabilitas kontinjensi adalah:
1. kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya peristiwa di masa depan yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas; atau
2. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:
a. tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan kewajibannya, atau
b. jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal

Standar menetapkan bahwa perusahaan tidak diperkenankan mengakui liabilitas


kontinjensi, tetapi pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan harus dilakukan
jika terdapat kemungkinan besar terjadinya arus keluar sumber daya (IAI, 2018: 57.6).
Liabilitas kontijensi harus terus dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat
kemungkinan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat ekonomik bertambah
sehingga menjadi kemungkinan besar. Jika hal ini terjadi berarti liabilitas kontinjensi
dapat berubah menjadi provisi.

Aset Kontinjensi
Aset kontinjensi adalah aset potensial yang berasal dari peristiwa masa lalu,
dimana keberadaannya menjadi pasti tergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya
peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas (IAI,
2018: 57.2). Contoh:
1. Kemungkinan penerimaan uang dari hadiah, donasi, bonus.
2. Perkara pengadilan, dengan kemungkinan hasil yang menguntungkan
3. Kemungkinan pengembalian pajak dari pemerintah
33

Standar menetapkan bahwa perusahaan tidak diperkenankan mengakui aset


kontinjensi, tetapi pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan harus dilakukan
jika terdapat kemungkinan besar arus masuk sumber daya diperoleh perusahaan (IAI,
2018: 57.7). Jika realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan, aset tersebut bukan lagi
merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset.

3.2.4 Kerangka Kerja Perlakuan Akuntansi - Provisi dan Liabilitas Kontinjensi


Tabel 3.1 berikut menyajikan kerangka kerja perlakuan akuntansi untuk provisi
dan liabilitas kontinjensi (IAI, 2018: 57.16):

Tabel 3.1 Perlakuan Akuntansi-Provisi dan Liabilitas Kontinjensi


Terdapat kewajiban kini Terdapat kemungkinan Terdapat kemungkinan
yang kemungkinan besar kewajiban atau kewajiban kewajiban atau kewajiban
akan mengakibatkan entitas kini yang kemungkinan, kini sangat kecil
mengeluarkan sumber daya tetapi tampaknya tidak, kemungkinannya entitas
akan mengakibatkan entitas mengeluarkan sumber
mengeluarkan sumber daya daya

Provisi diakui oleh entitas Provisi tidak diakui Provisi tidak diakui

Dilakukan pengungkapan
Dilakukan pengungkapan Tidak diperlukan
mengenai liabilitas
mengenai provisi tersebut pengungkapan
kontinjensi tersebut

Sumber: IAI, 2018: 57.16

Liabilitas kontinjensi juga timbul dalam kasus yang sangat jarang terjadi yaitu pada saat
terdapat liabilitas yang tidak dapat diakui karena liabilitas tersebut tidak dapat diukur
dengan andal. Pengungkapan disyaratkan untuk liabilitas kontinjensi.

3.2.5 Penyajian

Penyajian liabilitas jangka pendek dalam laporan keuangan disajikan pada


bagian atas sebelum liabilitas jangka panjang (Martani, et al., 2015: 41). PSAK tidak
menjelaskan klasifikasi dan jenis liabilitas jangka pendek yang harus disajikan, jadi
perusahaan yang harus menentukan informasi apa yang material sehingga perlu
diklasifikasikan secara terpisah (Martani, et al., 2015: 41).
34

Berikut contoh penyajian liabilitas jangka pendek pada laporan keuangan PT.
Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk.

Gambar 3.1 Penyajian Liabilitas Jangka Pendek

3.2.6 Pengungkapan
Pengungkapan liabilitas jangka pendek berisikan rincian dan tambahan
penjelasan lebih detil di dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya untuk hutang
usaha, yang diungkapkan biasanya rincian dari hutang usaha tersebut berdasarkan
pemasok dengan nilai material, klasifikasi berdasarkan umur hutang, dan pengungkapan
hutang berdasarkan mata uang asing (Martani, et al., 2015: 42).
Untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan (IAI, 2018: 57.13):
a. nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
b. provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk
peningkatan jumlah provisi yang ada;
c. jumlah yang digunakan, (yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada provisi)
selama periode bersangkutan;
d. jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan;
dan
35

e. peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul
karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.

Kasus litigasi yang dihadapi perusahaan jika sifatnya kontinjensi harus


diungkapkan dalam laporan keuangan. Namun jika memenuhi persyaratan pengakuan
harus disajikan dalam laporan keuangan dan diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan (Martani, et al., 2015: 42).
Berikut adalah contoh pengungkapan hutang jangka pendek milik PT. Hanjaya
Mandala Sampoerna, Tbk.

Gambar 3.2 Pengungkapan Liabilitas Jangka Pendek

3.3 Analisis Rasio Keuangan Atas Liabilitas Jangka Pendek, Provisi dan
Kontinjensi

Analisis liabilitas jangka pendek dilakukan untuk menilai kemampuan perushaaan


membayar hutang yang akan jatuh tempo. Rasio yang digunakan adalah rasio lancar
(current ratio), rasio kas (cash ratio), atau rasio cepat (quick ratio). Semakin besar
jumlah hutang lancar akan memperbesar risiko perusahaan (Martani, et.al., 2015:43).

Aset Lancar
Rasio Lancar =
Liabilitas Jangka Pendek

Aset Cepat
Rasio Cepat =
Liabilitas Jangka Pendek

Aset Cepat = Aset lancar – Persediaan – Biaya Dibayar di Muka


Kas
Rasio Kas =
Liabilitas Jangka Pendek
36

Rasio lancar merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka


pendek dengan menggunakan aset lancar yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio lancar
menunjukkan entitas memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam membayar liabilitas
jangka pendeknya. Namun jika rasio ini sangat besar menunjukkan entitas memiliki aset
lancar misalnya kas yang tidak dimanfaatkan untuk investasi (Martani et al., 2015:43).
Rasio cepat merupakan kemampuan perusahaan mebayar liabilitas jangka pendek
dengan menggunakan aset yang sangat likuid. Aset likuid (cepat) merupakan aset lancar
dikurangkan dengan persediaan dan biaya dibayar dimuka. Persediaan untuk dapat
menjadi kas harus dijual dahulu menjadi piutang, baru kemudian ditagih untuk
mendapatkan kas. Beban dibayar dimuka tidak dapat dicairkan menjadi kas sehingga
tidak dapat digunakan sebagai alat pembayar liabilitas jangka pendek (Martani et al.,
2015: 44).
Rasio kas merupakan kemampuan perusahaan membayar liabilitas jangka pendek
dengan menggunakan kas yang dimiliki entitas. Rasio ini merupakan ukuran
kemampuan membayar segera, karena diasumsikan semua liabilitas jangka panjang
akan dibayar dalam waktu yang sangat dekat. Ukuran rasio kas merupakan ukuran yang
lebih ketat karena menganggap bahwa semua hutang harus disediakan kas untuk
melunasinya (Martani et al., 2015:44).
Provisi perlu dianalisis untuk melihat nilai dan probabilitas terjadinya. Investor
harus menganalisis secara kritis jumlah estimasi yang dilakukan apakah telah
mencerminkan informasi terkini yang tersedia. Provisi akan menimbulkan beban,
namun belum semuanya dibayarkan sehingga sering digunakan oleh manajemen untuk
melakukan manajemen laba dengan menurunkan atau meningkatkan provisi (Martani et
al., 2015: 44).
Investor juga harus berjaga-jaga dalam menganalisis kontinjensi, karena
kontinjensi ini dapat berubah menjadi liabilitas yang harus dibayar oleh perusahaan di
masa depan. Jika entitas salah menentukan suatu kejadian menimbulkan kontinjensi
padahal seharusnya provisi, maka kondisi tersebut akan berakibat pada nilai laba
37

perusahaan yang dinilai terlalu tinggi pada periode tersebut. Kontinjensi dapat
memunculkan aktivitas yang tidak ditampilkan dalam laporan keuangan (off balance
sheet), padahal mungkin menurut asumsi analisis harus dimunculkan dalam laporan
keuangan (Martani et al., 2015:44).

3.4 LIABILITAS JANGKA PANJANG


Liabilitas jangka panjang adalah liabilitas yang tidak memenuhi klasifikasi
sebagai liabilitas jangka pendek sebagaimana diklasifikasikan dalam PSAK 1 (Revisi
2013, penyesuaian tahun 2014). Beberapa contoh liabilitas jangka panjang adalah
hutang obligasi, hutang wesel, dan hutang pensiun. Liabilitas jangka panjang yang akan
dibahas di sini adalah hutang obligasi.

3.4.1 Pengakuan Awal dan Pengukuran

Tujuan penerbitan obligasi adalah untuk meminjam dalam jangka panjang


apabila jumlah modal yang diperlukan terlalu besar untuk disediakan oleh satu pemberi
pinjaman. Setiap obligasi dinyatakan dengan sertifikat dan memiliki nilai nominal.
Harga jual obligasi bisa dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan dari pembeli serta
penjual, risiko relatif, kondisi pasar, dan keadaan perekonomian. Hutang obligasi dinilai
pada nilai sekarang (present value) dari arus kas masa depannya, yang terdiri dari (1)
pokok dan (2) bunga. Pengakuan awal dan pengukuran liabilitas jangka panjang adalah
sebesar nilai wajar dikurangi dengan biaya transaksi.
Nilai nominal adalah nilai yang dijanjikan akan dibayarkan oleh penerbit
liabilitas pada saat liabilitas tersebut jatuh tempo. Apabila harga jual lebih tinggi dari
nilai nominal, maka liabilitas dijual dengan harga premium, sebaliknya jika dijual lebih
rendah dari nilai nominal berarti dijual dengan diskon. Perbedaan tersebut muncul
apabila terdapat perbedaan antara tingkat suku bunga efektif dan tingkat suku bunga
kupon.
38

3.4.2 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal


Pengukuran liabilitas jangka panjang setelah pengakuan awal adalah:
1. Menggunakan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode bunga
efektif. Premi atau diskonto yang timbul saat pengakuan awal diamortisasi selama
jangka waktu liabilitas jangka panjang untuk menurunkan (meningkatkan) beban
bunga yang diakui sehingga total beban bunga mencerminkan suku bunga efektif.
2. Menggunakan FVTPL, dengan melakukan penyesuaian nilai wajar pada akhir
periode. Utang obligasi yang diukur dengan nilai wajar karena untuk mengurangi
inkonsistensi pengukuran atau pengakuan (accounting mismatch).

A. Metode Biaya diamortisasi dengan Bunga Efektif


Metode amortisasi dengan bunga efektif menghitung beban bunga obligasi
pertama kali dengan mengalikan nilai tercatat obligasi pada awal periode dengan suku
bunga efektif. Nilai tercatat (nilai buku) adalah jumlah nominal dikurangi diskonto yang
belum diamortisasi atau ditambah premi yang belum diamortisasi. Langkah selanjutnya
adalah menentukan amortisasi diskonto dan premi dengan membandingkan beban
bunga obligasi terhadap bunga yang dibayarkan.

Obligasi diterbitkan pada diskonto


Nilai nominal adalah nilai yang dijanjikan akan dibayarkan oleh penerbit
liabilitas pada saat liabilitas tersebut jatuh tempo. Apabila harga jual lebih rendah dari
nilai nominal, maka liabilitas dijual dengan harga diskon. Berikut adalah contoh soal
jika obligasi dijual dengan diskonto.

Obligasi 8% senilai Rp 100.000 diterbitkan tanggal 1 Januari 2010, jatuh tempo 1


Januari 2015, dengan bunga dibayar setiap 1 Juli dan I Januari, dan bunga efektif 10%.
Perhitungan diskonto:
40

Nilai Jatuh Tempo Obligasi Rp 100.000


Nilai sekarang (present value) obligasi :
Nilai sekarang nominal obligasi Rp 100.000, jatuh tempo 5 tahun.
FV (PVF 10,5 %)
Rp 100.000 x 0, 61391 Rp 61.391
Nilai sekarang (present value) bunga obligasi Rp 4.000,
bunga dibayar setengahtahunan selama 5 tahun pada 10%.
R (PVF-OA10, 5 %)
Rp 4.000 x 7,72173 30.887
Nilai sekarang (present value) obligasi 92.278
Diskonto hutang obligasi Rp 7.722

Keterangan :
FV = Future Value
PVF = Present Value Factor
PVF-OA = Present Value Factor of an Ordinary Annuity
R = Periodic Rent

Tabel 3.2 Skedul Amortisasi Diskonto Obligasi


Skedul Amortisasi Diskonto Obligasi
Metode Bunga Efektif- Pembayaran bUnga Setengahtahunan
Obligasi 5 tahun, 8 %, bunga efektif 10%
Tanggal Kas yg Dibayarkan Beban Bunga Amortisasi Nilai Buku
Diskonto Obligasi
1-1-10 - - - Rp 92.278
1-7-10 4.000a 4.614b 614c 92.892d
1-1-11 4.000 4.645 645 93.537
1-7-11 4.000 4.677 677 94.214
1-1-12 4.000 4.711 711 94.925
1-7-12 4.000 4.746 746 95.671
1-1-13 4.000 4.783 783 96.454
1-7-13 4.000 4.823 823 97.277
1-1-14 4.000 4.864 864 98.141
1-7-14 4.000 4.907 907 99.048
1-1-15 4.000 4.952 952 100.000
Rp 40.000 Rp 47.722 Rp 7.722
a
Rp 4.000 = Rp 100.000 x 8% x 6/12 c
Rp 614 = Rp 4.614 – Rp 4.000
b d
Rp 4.614 = Rp 92.278 x 10% x 6/12 Rp 92.892 = Rp 92.278 + Rp 614

Jurnal untuk mencatat penerbitan obligasi:


Kas Rp 92.278
Hutang Obligasi Rp 92.278
Jurnal untuk mencatat pembayaran bunga pertama 1 Juli 2010:
Beban Bunga Obligasi Rp 614
Hutang obligasi Rp 614
Beban bunga obligasi Rp 4.000
Kas Rp 4.000

Jurnal untuk mencatat beban bunga akrual 31 Desember 2010 dan amortisasi diskonto:
Beban Bunga Obligasi Rp 4.000
Hutang Bunga Obligasi Rp 4.000

Beban Bunga Obligasi Rp 645


Hutang obligasi Rp 645

Obligasi Diterbitkan pada Premi


Nilai nominal adalah nilai yang dijanjikan akan dibayarkan oleh penerbit
liabilitas pada saat liabilitas tersebut jatuh tempo. Apabila harga jual lebih tinggi dari
nilai nominal, maka liabilitas dijual dengan harga premium. Berikut adalah contoh soal
jika obligasi dijual dengan diskonto.
Seperti pada kasus sebelumnya, obligasi 8% senilai Rp 100.000 diterbitkan
tanggal 1 Januari 2010, jatuh tempo 1 Januari 2015, dengan bunga dibayar setiap 1 Juli
dan I Januari. Namun suku bunga efektif ditentukan 6% sehingga terdapat premi yang
dihitung sebagai berikut.
Nilai Jatuh Tempo Obligasi Rp 100.000
Nilai sekarang (present value) obligasi :
Nilai sekarang nominal obligasi Rp 100.000, jatuh tempo 5 tahun.
FV (PVF 10,3 %)
Rp 100.000 x 0, 74409 Rp 74.409
Nilai sekarang (present value)bunga obligasi Rp 4.000,
bunga dibayar setengahtahunanselama 5 tahun pada 6%.
R (PVF-OA 10, 3 %)
Rp 40.000 x 8,53020 34.121
Nilai sekarang (present value) obligasi 108.530
Premi hutang obligasi Rp 8.530

41
42

Tabel 3.3 Skedul Amortisasi Premi Obligasi


Skedul Amortisasi Premi Obligasi
Metode Bunga Efektif- Pembayaran bunga Setengahtahunan
Obligasi 5 tahun, 8 %, bunga efektif 6%
Tanggal Kas yg Dibayarkan Beban Bunga Amortisasi Nilai Buku
Diskonto Obligasi
1-1-10 - - - Rp 108.530
1-7-10 4.000a 3.256b 744c 107.786d
1-1-11 4.000 3.234 766 107.020
1-7-11 4.000 3.211 789 106.231
1-1-12 4.000 3.187 813 105.418
1-7-12 4.000 3.162 838 104.580
1-1-13 4.000 3.137 863 103.717
1-7-13 4.000 3.112 888 102.829
1-1-14 4.000 3.085 915 101.914
1-7-14 4.000 3.057 943 100.971
1-1-15 4.000 3.029 971 100.000
Rp 40.000 Rp 31.470 Rp 8.530
a
Rp 4.000 = Rp 100.000 x 8% x 6/12 c
Rp 744 = Rp 4.000 – Rp 3.256
b
Rp 3.256 = Rp 108.530 x 6% x 6/12 d
Rp 107.786 = Rp 108.530 – Rp 744
Jurnal untuk mencatat penerbitan obligasi:
Kas Rp 108.530
Hutang Obligasi Rp 108.530

Jurnal untuk mencatat pembayaran bunga pertama 1 Juli 2010:


Beban Bunga Obligasi Rp 4.000
Kas Rp 4.000

Hutang obligasi Rp 744


Beban bunga obligasi Rp 744

Obligasi yang Diterbitkan di Antara Tanggal Bunga


Penerbitan obligasi di antara tanggal bunga menimbulkan bunga akrual. Bunga
akrual adalah bunga yang harus dibayarkan oleh pembeli obligasi kepada penjual
obligasi yang terutang dari tanggal pembayaran bunga terakhir sampai tanggal
penerbitan.

Berikut adalah contoh soal jika obligasi dijual di antara tanggal bunga, namun
mengabaikan diskonto atau premi.
Obligasi 10 tahun dengan nominal Rp 800.000 tertanggal 1 Januari 2011, bunga 10%
dibayar setiap setengahtahunan pada tanggal 1 Januari dan 1 Juli, diterbitkan pada
tanggal 1 Maret 2011 pada nilai nominal ditambah bunga akrual.
43

Jurnal untuk mencatat penerbitan obligasi:


Kas Rp 813.333
Hutang Obligasi Rp 800.000
Beban Bunga Obligasi (Rp 800.000 x 10% x 2/12) 13.333
(Dapat juga dikreditkan pada Hutang Bunga)

Jurnal untuk mencatat pembayaran bunga:


Beban Bunga Obligasi Rp 40.000
Kas Rp 40.000
(Rp 800.000 x 10% x ½)

Catatan: jika obligasi dijual pada diskonto atau premi, maka amortisasi diskonto atau
premi dilakukan terhitung mulai tanggal penjualan obligasi.

Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo


Obligasi bisa dilunasi sebelum jatuh temponya. Selisih antara jumlah pelunasan
dengan nilai buku obligasi dicatat sebagai laba atau rugi karena penarikan obligasi.
Nilai buku obligasi adalah nilai nominal ditambah dengan agio yang belum diamortisasi
atau dikurangi dengan disagio yang belum diamortisasi. Berikut adalah contoh soal jika
obligasi dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo.
Contoh :
Obligasi diterbitkan pada tanggal 1 Januari 2011 dan jatuh tempo 5 tahun ke depan.
Nilai nominal obligasi Rp 100.000, bunga 8 % dibayar 6 bulan sekali, dan bunga efektif
10 %. Skedul amortisasinya sebagai berikut:
44

Tabel 3.4 Skedul Amortisasi Diskonto Obligasi


Skedul Amortisasi Diskonto Obligasi
Metode Bunga Efektif- Pembayaran bunga Setengahtahunan
Obligasi 5 tahun, 8 %, bunga efektif 10%
Tanggal Kas yg Dibayarkan Beban Bunga Amortisasi Nilai Buku
Diskonto Obligasi
1-1-10 - - - Rp 92.278
1-7-10 4.000a 4.614b 614c 92.892d
1-1-11 4.000 4.645 645 93.537
1-7-11 4.000 4.677 677 94.214
1-1-12 4.000 4.711 711 94.925
1-7-12 4.000 4.746 746 95.671
1-1-13 4.000 4.783 783 96.454
1-7-13 4.000 4.823 823 97.277
1-1-14 4.000 4.864 864 98.141
1-7-14 4.000 4.907 907 99.048
1-1-15 4.000 4.952 952 100.000
Rp 40.000 Rp 47.722 Rp 7.722
a
Rp 4.000 = Rp 100.000 x 8% x 6/12 c Rp 614 = Rp 4.614 – Rp 4.000
b
Rp 4.614 = Rp 92.278 x 10% x 6/12 d Rp 92.892 = Rp 92.278 + Rp 614

Dua tahun setelah penerbitan, obligasi tersebut dilunasi per 1 Januari 2012 pada
kurs 101. Berikut adalah perhitungan laba rugi pelunasan lebih awal dan diskonto yang
belum diamortisasi.
Perhitungan laba/rugi pelunasan sebagai berikut:
Harga pelunasan (Rp 100.000 x 101%) Rp 101.000
Nilai Buku (lihat tabel) (94.925)
Rugi pelunasan Rp 6.075

Perhitungan diskonto yang belum diamortisasi sampai tanggal pelunasan lebih


awal adalah sebagai berikut:
Diskonto yang belum diamortisasi = Total diskonto - diskonto yang sudah diamortisasi
= 7. 722 - (614 + 645 + 677 + 711)
= 7. 722 - 2.647
= 5.075

Jurnal untuk mencatat pelunasan obligasi :


Hutang Obligasi Rp 94.925
Kerugian pelunasan obligasi 6.075
Kas Rp 101.000
Jurnal untuk mencatat diskonto yang belum diamortisasi:
45

Hutang obligasi Rp 5.075


Beban bunga obligasi Rp 5.075

B. Metode Fair Value Through Profit and Loss

Misalnya pada 1 Januari 2020, PT Aneka Media menerbitkan surat hutang dengan
nominal $30.000, bunga 5%, jangka waktu 3 tahun. Suku bunga efektif adalah 5 %.
Surat utang akan ditebus sebesar nominal. Liabilitas diklasifikasikan sebagai FVTPL.
Pada akhir tahun pertama, suku bunga pasar adalah 6%. Liabilitas diklasifikasikan
sebagai FVTPL karena diperdagangkan atau merupakan opsi manajemen sebagai
FVTPL.
Bunga obligasi dan bunga efektif sama sebesar 5%, maka nilai buku pada 31
Desember 2020 adalah senilai $30.000. Karena diklasifikasikan ke FVTPL, maka
liabilitas ini harus disesuaikan. Nilai wajar dengan menggunakan suku bunga pasar
senilai 6% adalah sebagai berikut:
Nilai sekarang (present value) obligasi :
Nilai sekarang nominal obligasi Rp 30.000, jatuh tempo 2 tahun yang akan datang.
FV (PVF 2, 6 %)
$30.000 x PVIF, 2, 6%= $26.700
Nilai sekarang dari pembayaran bunga 2 kali lagi:
$1.500 x PVIFA, 2, 6%= 2.750
Nilai sekarang (present value) obligasi $29.450
Jurnal yang dibuat pada 31 Desember 2020 adalah:
Beban bunga $1.500
Kas $ 1.500
(untuk mencatat pembayaran bunga)
Rugi $ 550
Hutang obligasi FVTPL $ 550
(untuk mencatat penyesuaian fair value)
Jika tingkat suku bunga pasar yang digunakan sebesar 6% di atas bukan
dikarenakan tingkat suku bunga pasar yang secara umum meningkat, melainkan karena
resiko kredit perusahaan meningkat, maka rugi senilai $ 550 diakui di OCI.
Setelah dilakukan penyesuaian nilai wajar pada 31 Desember 2020, maka nilai tercatat
obligasi pada tahun 2021 sebagai berikut:
46

Tanggal Bunga yang Biaya bunga Amortisasi Nilai tercatat


dibayar
1 Januari 2021 - - - $ 29.450
31 Des 2021 $ 1.500 $ 1.767* $ 267 $ 29.717
* 6% x $ 29.450
Jika suku bunga pasar pada 31 Desember 2021 adalah 4%, maka nilai wajar dari
obligasi adalah sebagai berikut:
Nilai sekarang (present value) obligasi :
Nilai sekarang nominal obligasi Rp 30.000, jatuh tempo 1 tahun yang akan datang.
FV (PVF 1, 4 %)
$30.000 x PVIF, 1, 4%= $28.846
Nilai sekarang dari pembayaran bunga 1 kali lagi:
$1.500 x PVIFA, 1, 4%= 1.442
Nilai sekarang (present value) obligasi $30.288

Nilai tercatat obligasi per 31 Desember 2021 $ 29.717


Nilai wajar obligasi per 31 Desember 2021 30.288
Kenaikan $ 571
Jurnal yang dibuat 31 Desember 2021 adalah:
Beban bunga $ 1.500
Kas $ 1.500

(untuk mencatat beban bunga)

Beban bunga $ 267


Hutang obligasi FVTPL $ 267
(untuk mencatat amortisasi)

Hutang obligasi FVTPL $ 571


Keuntungan $ 571
(untuk mencatat penyesuaian nilai wajar)
Nilai tercatat obligasi pada tahun 2022 sebagai berikut:
Tanggal Bunga yang Biaya bunga Amortisasi Nilai tercatat
dibayar
1 Januari 2022 - - - $ 30.288
31 Des 2021 $ 1.500 $ 1.212* $ 288 $ 30.000
* 4% x $ 30.388
47

3.4.3 Penyajian
Liabilitas jangka panjang disajikan dibawah kelompok liabilitas jangka pendek.
Berikut adalah contoh penyajian liabilitas jangka panjang milik PT. HM Sampoerna,
Tbk.

Gambar 3.3 Penyajian Liabilitas Jangka Panjang

3.4.4 Pengungkapan
Pengungkapan disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.Beberapa
persyaratan pengungkapan liabilitas jangka panjang yang diatur dalam PSAK 60 (Revisi
2014) adalah:
1. Menyediakan informasi yang cukup untuk memungkinkan rekonsiliasi terhadap
setiap baris pos liabilitas jangka panjang yang disajikan dalam laporan posisi
keuangan.
2. Nilai tercatat liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan
diamortisasi.
3. Mengungkapkan dalam ikhtisar kebijakan akuntansi yang signifikan, kebijakan
akuntansi yang digunakan.
4. Analisis jatuh tempo untuk liabilitas keuangan jangka panjang yang
menunjukkan sisa jatuh tempo kontraktual.
Berikut adalah contoh pengungkapan liabilitas jangka panjang milik PT. HM
Sampoerna, Tbk.
48

Gambar 3.4 Pengungkapan Liabilitas Jangka Panjang

3.5 Analisis Rasio Keuangan atas Liabilitas Jangka Panjang


Berikut adalah beberapa rasio keuangan yang terkait dengan liabilitas jangka
panjang (Martani et al., 2015:74):
Total Utang
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Total Ekuitas

Total Utang
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Total aset
Total hutang mencakup hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Rasio
hutang yang lebih besar dibandingkan ekuitas maupun aset meningkatkan risiko suatu
perusahaan.
Rasio keuangan lain yang terkait dengan hutang jangka panjang yaitu times
interest earned. Rasio ini mengukur sejauhmana laba tersedia untuk menutupi beban
bunga, yang mencerminkan perlindungan bagi kreditur. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin tinggi perlindungan bagi kreditur terkait pembayaran bunga.
49

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘


𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑒𝑑 =
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎

SOAL LATIHAN
SOAL 1
Berikut ini transaksi yang terjadi selama tahun 2020 pada PT Intan.
a. Tgl 1 Agustus, perusahaan menandatangani sebuah wesel 6 bulan, 12%, untuk
pembelian mesin seharga Rp 14.000.000.
b. Tanggal 31 Oktober, perusahaan menerima pembayaran sewa gedung Rp 2.000.000
untuk 4 bulan mendatang.
c. Penjualan bulan Desember berjumlah Rp 63.000.000 dan perusahaan memungut
PPN 10% yang akan disetorkan ke kantor pajak bulan Januari.
d. Perusahaan memiliki utang wesel jangka panjang sejumlah Rp 75.000.000. Dari
jumlah tersebut pada tanggal 31 Desember dilunasi sebesar Rp 25.000.000 ditambah
bunga Rp 900.000 yang baru akan dibayarkan bulan Januari.
DIMINTA:
1. Buat jurnal yang diperlukan!
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan pada 31 Desember 2020!
3. Hitung jumlah liabilitas jangka pendek yang akan dilaporkan dalam
liabilitas jangka pendek pada Laporan Posisi Keuangan PT Intan per 31
Desember 2020!

SOAL 2
PT. BUANA menjual produk dengan memberikan garansi perbaikan selama satu tahun.
Berdasarkan hasil analisis dan pengalaman industri, diketahui hanya3% pelanggan yang
datang meminta garansi. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memberikan garansi
tiap produk sebesar Rp. 100.000. Pada tahun 2020 penjualan produk sebanyak 55.000
unit dengan total garansi aktual yang dikeluarkan sebesar Rp. 84.000.000. Buatlah
pencatatan pengakuan beban dan pemberian garansi tahun 2020!
50

SOAL 3
PT GUGUS melakukan penutupan buku setiap tanggal 30 Juni. Informasi saldo
rekening yang berhasil dikumpulkan pada tanggal 30 Juni 2019 sbb:
Hutang wesel jangka pendek Rp 21.000.000
Hutang Dagang 105.520.000
Hutang PPN 738.000
Pendapatan Diterima Dimuka 4.800.000
Hutang Jaminan 6.950.000
Hutang Jangka Panjang 120.000.000

Informasi untuk penyesuaian:


a. Saldo Hutang wesel jangka pendek terdiri dari 2 wesel. Wesel pertama memiliki
nilai nominal Rp 15.000.000 dikeluarkan 31 Januari, berjangka 6 bulan dengan
tingkat bunga 12%. Wesel yang kedua memiliki nominal Rp 6.000.000 dikeluarkan
tanggal 22 April, berjangka 90 hari dengan tingkat bunga 10%.
b. Hutang jangka panjang akan dicicil sebesar Rp 20.000.000 per tahun setiap tanggal
31 Juli. Pada tanggal tersebut perusahaan juga membayar bunga 9%
c. Gaji kotor untuk tahun ini berjumlah Rp 5.044.000. Dari jumlah ini PPh yang
terutang berjumlah Rp 1.088.000 sedangkan gaji yang terutang berjumlah Rp
3.956.000.
d. Hutang PPh perusahaan berjumlah Rp 876.000 sedangkan hutang asuransi karyawan
perusahaan berjumlah Rp 1.253.000.
e. Perusahaan menaksir biaya garansi sebesar 2% dari penjualan, yaitu sebesar Rp
494.000.000. Perusahaan belum mencatat biaya garansi untuk tahun ini.
f. Pada tanggal 1 Februari, perusahaan menerima uang muka sewa untuk 1 tahun
sebesar Rp 4.800.000.
DIMINTA:
1. Bukalah rekening-rekening diatas dan cantumkan saldo sebelum disesuaikan.
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan dan bukukan jurnal tersebut ke
rekening-rekening yang bersangkutan.
3. Tunjukkan penyajian hutang di laporan posisi keuangan.
51

SOAL 4
Selama tahun 2020, PT. SELAT KARIMATA mengalami perselisihan pajak dengan
pemerintah. Pengacara perusahaan memperkirakan bahwa kemungkinan perusahaan
akan kalah dalam perselisihan tersebut. Pengacara juga memperkirakan bahwa
perusahaan harus membayar ke pemerintah antara Rp 800.000 sampai Rp 1.200.000.
Setelah laporan keuangan tahun 2020 diterbitkan, perselisihan tersebut telah
diselesaikan dengan membayar Rp 1.200.000.
DIMINTA:
Berapakah jumlah yang harus dilaporkan sebagai liabilitas untuk kasus tersebut per 31
Desember 2020?

SOAL 5
PT SINAR SURYA menerbitkan obligasi dengan nominal Rp 300.000.000 pada tanggal
1 Januari 2020, jangka waktu 5 tahun dan tingkat suku bunganya 8%. Tingkat bunga
efektif saat penjualan adalah 10%. Berapa kas yang diterima oleh PT Sinar Surya pada
saat penerbitan obligasi tersebut?

SOAL 6
Pada tanggal 1 Mei 2020 PT BENTARA mengeluarkan obligasi 15% berjangka 5 tahun
dengan nominal Rp 400.000.000. Bunga obligasi dibayar setiap tanggal 30 September.
Pada tanggal dikeluarkannya obligasi ini tingkat bunga pasar 12%. Obligasi dimiliki
sampai jatuh tempo.
DIMINTA:
a. Buat jurnal untuk mencatat pengeluaran obligasi
b. Buat jurnal untuk mencatat pembayaran bunga pada tanggal 30 September 2020
c. Buat jurnal untuk mencatat amortisasi pada tanggal 31 Desember 2020
d. Hitunglah biaya bunga obligasi yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi
tahun 2020
52

SOAL 7
Untuk setiap situasi di bawah ini memiliki tahun tutup buku per 31 Desember.
a. PT SANGO menjual obligasi 10% nominal Rp 5.000.000 pada 1 Maret 2015.
Tanggal bunga 1 Maret dan 1 September. Obligasi jatuh tempo pada tanggal 1
September 2018. Tingkat bunga efektif saat penjualan terjadi sebesar 12%. Buatlah
jurnal sampai dengan tanggal 31 Desember 2016.
b. PT MAYDA menjual obligasi 12% nominal Rp 4.000.000 pada tanggal 1 Juli 2014.
Tanggal bunga obligasi 1 Juli dan 1 Januari. Obligasi jatuh tempo pada 30 Juni 2018.
Bunga efektif saat tanggal penjualan sebesar 10%. Tanggal 1 Oktober 2016 PT
MAYDA membeli kembali obligasi senilai Rp 4.000.000 seharga Rp 4.260.000
(termasuk bunga akrual). Buat jurnal sampai dengan 1 Oktober 2016.

SOAL 8
Pada tanggal 1 Januari 2014, PT Sakura menerbitkan obligasi dengan nominal Rp
300.000.000 dengan jangka waktu 5 tahun dan bunga 8%. Bunga dibayar setiap tanggal
1 Januari dan 1 Juli. Tingkat suku bunga efektif 6%. Pada tanggal 1 Maret 2018, PT
Sakura melunasi sepertiga dari obligasi tersebut dengan membayar sebesar Rp
220.000.000. Bunga efektif tanggal 31 Desember 2014, 2015, 2016 dan 2017 adalah
7%, 5%, 4% dan 9%.
DIMINTA:
a. Hitung harga jual obligasi jika obligasi diklasifikasikan sebagai amortised cost.
b. Buatlah tabel amortisasi.
c. Catatlah jurnal pada saat penerbitan obligasi, serta pada tanggal 1 Juli 2017 dan
31 Desember 2017.
d. Buatlah jurnal untuk mencatat pelunasan sebagian obligasi tanggal 1 Maret
2018.
e. Catatlah jurnal pada saat penerbitan obligasi, serta jurnal lain yang dibutuhkan
selama tahun 2014-2017 jika klasifikasinya FVTPL.
53

SOAL 9
Pada tanggal 1 Maret 2015 PT Mayapada mengeluarkan obligasi 15% jatuh tempo
tanggal 1 maret 2021 dengan nilai nominal sebesar Rp 500.000.000. Bunga obligasi
dibayar setiap tanggal 1 September. Pada tanggal dikeluarkannya obligasi ini, tingkat
bunga pasar sebesar 12%. Pada tanggal 1 Desember 2020, obligasi dilunasi dengan
kurs 95%
DIMINTA:
a. Buat jurnal untuk mencatat pengeluaran obligasi
b. Buat jurnal untuk mencatat pembayaran bunga pada tanggal 1 September 2015
c. Buat jurnal untuk mencatat amortisasi per tanggal 31 Desember 2015
d. Hitunglah biaya bunga obligasi yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi
tahun 2015
e. Hitung dan buatlah jurnal untuk transaksi tanggal 1 Desember 2020

SOAL 10
Pada tanggal 1 Mei 2013 PT MENTARI mengeluarkan obligasi 12% jatuh tempo
tanggal 1 mei 2019 dengan nilai nominal sebesar Rp 300.000.000. Bunga obligasi
dibayar setiap tanggal 1 Mei dan 1 Nopember. Pada tanggal dikeluarkannya obligasi ini
tingkat bunga pasar sebesar 15%. Pada tanggal 1 Desember 2018, Setengah dari
keseluruhan nominal obligasi dilunasi dengan kurs 65%
DIMINTA:
a. Buat jurnal untuk mencatat pengeluaran obligasi
b. Buat jurnal untuk mencatat pembayaran bunga pada tanggal 1 Nopember 2015
c. Buat jurnal untuk mencatat amortisasi per tanggal 31 Desember 2015
d. Hitunglah biaya bunga obligasi yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi
tahun 2015
e. Hitung dan buatlah jurnal untuk transaksi tanggal 1 Desember 2018
54

SOAL 11
Pada tanggal 1 Pebruari 2014 PT Blood Moon mengeluarkan obligasi 11% jatuh tempo
tanggal 1 pebruari 2019 dengan nilai nominal sebesar Rp 500.000.000. Bunga obligasi
dibayar setiap tanggal 1 Pebruari dan 1 Agustus. Pada tanggal dikeluarkannya obligasi
ini tingkat bunga pasar sebesar 14%. Pada tanggal 1 Desember 2018, setengah obligasi
dilunasi dengan kurs 56%
DIMINTA:
a. Buat jurnal untuk mencatat pengeluaran obligasi
b. Buat jurnal untuk mencatat pembayaran bunga pada tanggal 1 Agustus 2015
c. Buat jurnal untuk mencatat amortisasi pada tanggal 31 Desember 2015
d. Hitunglah biaya bunga obligasi yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi
tahun 2015
e. Hitung dan buatlah jurnal untuk transaksi tanggal 1 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai