Oleh :
Kelompok 3
PROGRAM S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intrumen keuangan adalah aset yang dapat diperjual belikan dalam bentuk
apapun, baik dalam bentuk kas, bukti kepemilikan dalam suatu entitas, atau hak
kontraktual untuk menerima atau memberikan uang tunai atau instrumen keuangan
lainnya. Instrumen keuangan dari suatu entitas akan tergambarkan dalam laporan
keuangan yang diserahkan oleh entitas. Untuk itulah diperlukan pengakuan dan
pengukuran, penyajian serta pengungkapan terhadap instrument keuangan tersebut,
agar instrumen-intrumen tersebut dapat memberikan informasi mengenai kemampuan
dan kinerja dari entitas serta berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam
mengambil suatu keputusan. Dalam melakukan pengakuan dan pengukuran, penyajian
serta pengungkapan terhadap instrumen keuangan tentu harus sesuai dengan standar-
standar akuntansi yang telah ditetapkan, yaitu PSAK 50 yang membahas mengenai
instrumen keuangan : penyajian, PSAK 55 yang membahas tentang instrumen
keuangan : pengakuan dan pengukuran serta PSAK 60 yang membahas tentang
instrument keuangan : pengungkapan. Dalam makalah ini, PSAK yang dibahas hanya
PSAK 50 mengenai penyajian serta PSAK 55 mengenai pengakuan dan pengukuran.
Dimana dalam makalah ini nantinya juga akan dibahas mengenai PSAK 71 yang akan
menggantikan PSAK 55 yang sebelumnya berlaku. PSAK 71 akan efektif digunakan
per tanggal 1 Januari 2020. Jika dalam PSAK 55 kewajiban pencadangan muncul
setelah terjadi peristiwa yang mengakibatkan risiko gagal bayar, maka PSAK 71
memandatkan korporasi menyediakan pencadangan sejak awal periode kredit.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PSAK 55
Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran
1. Tujuan PSAK 55
Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan
pengukuran aset keuangan, liabilitas keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan
item non keuangan.
b. Liabilitas Keuangan
1. Liabiliats Keuangan yang Diukur Pada Nilai Wajar Melalui Laporan
Laba Rugi
Liabilitas keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan atau ditetapkan
pada saat pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai
wajar melalu laba rugi.Contohnya, liabilitas derivatif dan liabilitas
diperdagangkan lainnya.
c. Tainting
Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi yang
dimiliki hingga jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu
dua tahun sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi yang dimiliki
hingga jatuh tempo dalam jumlah yag lebih dari jumlah yang tidak signifikan
sebelum jatuh tempo. Terdapat pengecualian atas aturan tainting tersebut jika
penjualan atau reklasifikasi tersebut :
1. Dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal
pembelian kembali. Contohnya, kurang dari tiga bulan sebelum jatuh tempo.
2. Terjadi setelah entitas telah memperoleh secara substansialseluruh jumlah
pokok aset keuangan tersebut sesuai jadwal pembayaran atau entitas telah
memperoleh pelunasan dipercepat.
3. Terkait dengan kejadian tertentu yang berada diluar kendali entitas, tidak
berulang, dan tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas.
b. Pengukuran Berikutnya
Setelah pengakuan awal, aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur pada nilai
wajar, biaya perolehan diamortisasi atau biaya perolehan tergantung klasifikasi
apakah nilai wajar dapat ditentuka dengan andal. Pengukuran awal dan
pengukuran berikutnya atas instrumen keuangan dan perlakuan akuntansi atas
perubahan nilai wajar (keuntungan atau kerugian kepemilikan yang belum
direalisasi) diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah aset yang diperoleh atau liabilitas yang
diselesaikan, termasuk biaya transaksi. Setelah perolehan awal, hanya satu tipe
instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan yaitu investasi dalam
instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga dipasar aktif dan nilai
wajarnya tidak dapat diukur secara andal, serta derivatif yang terkait dengan
dan diselesaikan melalui penyerahan instrumen ekuitas yang tidak memiliki
kuotasi harga dipasar aktif tersebut, diukur pada biaya perolehan.
3. Nilai Wajar
Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu
liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk
melakukan transaksi wajar. Kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan
pada umumnya diukur pada nilai wajar dilaporan posisi keuangan seperti aset
keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi, aset keuangan tersedia untuk
dijual, dan liabilitas keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi.
c. Reklasifikasi
Instrumen keuangan yang sebelumnya termasuk dalam HTM atau AFS yang
memiliki nilai fair value yang meningkat kemudian manajemen
mereklasifikasinya sebagai trading sehingga dampak dari kenaikan tersebut
langsung dapat dinikmati perusahaan sebagai income pada tahun berjalan (karena
apabila masih duduk sebagai HTM kenaikan atau laba hanya dapat dibukukan saat
telah jatuh tempo, sedangkan AFS laba dapat dibukukan saat terjadi penjualan
saja.
Sedangkan apabila terjadi kenaikan atau penurunan nilai fair valuenya maka
hanya akan dicatat sebagai bagian dari ekuitas (biasanya dicatat dalam laba rugi
yang belum direalisasi atas penurunan atau kenaikan nilai wajar efek yang tersedia
untuk dijual).
Terdapat tiga aturan tambahan dalam PSAK 55 (revisi 2006) yang mengatur
mengenai masalah ini, yaitu:
a) Reklasifikasi dari kelompok klasifikasi manapun dari atau ke financial
asset at fair value profit or loss tidak diperbolehkan.
b) Reklasifikasi loan and receivable dari atau ke held to maturity dan
financial asset at fair value throught profit or loss tidak diperbolehkan.
c) Reklasifikasi dari available for sale menjadi loan and receivable tidak
diperbolehkan.
d. Penurunan Nilai
Aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai apabila:
a) Nilai tercatat atau biaya perolehan diamortisasi lebih besar daripada nilai
yang dapat diperoleh kembali
b) Evaluasi atas apakah terdapat bukti objektif penurunan nilai harus
dilakukan pada setiap tanggal neraca.
Bila terdapat bukti objektif penurunan nilai, maka harus dilakukan estimasi nilai
yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai.
6. Penghentian Pengakuan
a. Penghentian Pengakuan Aset Keuangan
Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan jika dan hanya jika :
1. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut
berakhir.
2. Entitas mentransfer aset keungan yang memenuhi kriteria penghentian
pengakuan.
b. Penghentian Pengakuan Kewajiban Keuangan
Entitas mengeluarkan kewajiban keuangan dari neracanya, jika dan hanya jika
kewajiban keuangan tersebut berakhir, yaitu ketika kewajiban yang ditetapkan
dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa.
7. Lindung Nilai
Lindung nilai merupakan derivatif yang telah ditetapkan untuk tujuan lindung nilai;
atau aset keuangan nonderivatif atau liabilitas keuangan nonderivatif yang telah
ditetapkan untuk tujuan lindung nilai (hanya untuk lindung nilai atas risiko perubahan
nilai tukar mata uang asing), yang nilai wajar atau arus kasnya diperkirakan dapat
saling hapus dengan perubahan nilai wajar atau arus kas dari item yang dilindung
nilai.
a. Penetapan Item yang Dilindung Nilai
1) Jika item yang dilindung nilai merupakan aset nonkeuangan atau liabilitas
nonkeuangan, maka item tersebut ditetapkan sebagai item yang dilindung
nilai (a) terhadap risiko perubahan nilai tukar, atau (b) untuk keseluruhan
nilainya terhadap seluruh risiko, karena adanya kesulitan untuk memisahkan
dan mengukur secara tepat bagian atas perubahan arus kas atau nilai wajar
yang disebabkan oleh risiko spesifik selain dari risiko perubahan nilai tukar.
2) Aset atau liabilitas yang serupa dijumlahkan dan dilindung nilai sebagai
sebuah kelompok hanya jika secara individual aset atau liabilitas dalam
kelompok tersebut memiliki eksposur risiko yang ditetapkan sebagai risiko
yang dilindung nilai.
3) Entitas menilai efektivitas lindung nilai dengan membandingkan perubahan
nilai wajar atau perubahan arus kas atas instrumen lindung nilai (atau
kelompok instrumen serupa yang melindung nilai) dengan item yang
dilindung nilai (atau kelompok item serupa yang dilindung nilai).
II. PSAK 50
Instrumen Keuangan : Penyajian
PENDAHULUAN
1) Tujuan PSAK 50
Tujuan Pernyataan ini adalah untuk menetapkan prinsip penyajian instrumen
keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan saling hapus aset keuangan dan
liabilitas keuangan. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pernyataan ini
melengkapi prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan liabilitas dalam
PSAK 55 :Intrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran, dan pengungkapan
informasi mengenai aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut yang terdapat
dalam PSAK 60 : Instrumen Keuangan : Pengungkapan.
PENYAJIAN
1) Liabilitas dan Ekuitas
Penerbit instrumen keuangan pada saat pengakuan awal mengklasifikasikan
instrumen tersebut atau komponennya sebagai liabilitas keuangan, aset keuangan,
atau instrument ekuitas sesuai dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi
liabilitas keuangan, aset keuangan, dan instrument ekuitas
Suatu intrumen keuangan dikatakan sebagai instrument ekuitas jika, dan hanya
jika, dua kondisi berikut terpenuhi, yaitu :
a) Intrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual :
- Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau
- Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan penerbit
b) Jika instrumen tersebut akan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas, instrumen tersebut merupakan :
- Nonderivatif yang tidak memiliki kewajiban kontraktual bagi penerbitnya
untuk menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas
yang diterbitkan entitas; atau
- Derivatif yang akan diselesaikan hanya dengan mempertukarkan sejumlah
tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas.
G. Pilihan Penyelesaian
Jika instrumen keuangan derivatif memberi kepada salah satu pihak
pilihan cara penyelesaian (contohnya penerbit atau pemegang instrumen
saham dengan kas), maka instrumen tersebut adalah aset keuangan atau
liabilitas keuangan, kecuali jika seluruh alternatif penyelesaian yang ada
menjadikannya sebagai instrumen ekuitas.
2) Intrumen Keuangan Majemuk
Penerbit instrument keuangan nonderivatif mengevaluasi persyaratan
instrumen keuangan untuk menentukan apakah instrumen tersebut mengandung
komponen liabilitas dan ekuitas.
Entitas mengakui secara terpisah komponen instrumen keuangan yang :
a) Menimbulkan liabilitas keuangan bagi entitas; dan
b) Memberikan opsi bagi pemegang instrument untuk mengkonversi instrumen
keuangan tersebut menjadi instrumen ekuitas dari entitas yang bersangkutan.
3) Saham Tresuri
Jika entitas memperoleh kembali instrumen ekuitasnya, maka instrumen
tersebut (saham tresuri) dikurangkan dari ekuitas.Keuntungan atau kerugian yang
timbul dari pembelian, penjualan, penerbitan, atau pembatalan instrument ekuitas
entitas tersebut tidak diakui dalam laba rugi. Saham tresuri tersebut dapat
diperoleh dan dimiliki oleh entitas yang bersangkutan atau oleh anggota lain
dalam kelompok usaha yang dikonsolidasi. Imbalan yang dibayarkan atau
diterima diakui secara langsung di ekuitas.
Bunga, dividen, dan keuntungan yang terkait dengan instrumen keuangan atau
komponen yang merupakan liabilitas keuangan diakui sebagai pendapatan atau
beban dalam laba rugi. Distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas diakui oleh
entitas secara langsung dalam ekuitas.Biaya transaksi yang timbul dari transaksi
ekuitas, dicatat sebagai pengurang ekuitas, setelah dikurangi dampak pajak
penghasilan terkait.
Klasifikasi instrumen keuangan sebagai liabilitas keuangan atau instrument
ekuitas menentukan apakah bunga, dividen, kerugian dan keuntungan terkait
dengan instrument tersebut diakui sebagai pendapatan atau beban dalam laporan
laba rugi. Jadi, pembayaran dividen atas saham yang sepenuhnya diakui sebagai
liabilitas, diakui sebagai beban sebagaimana pembayaran bunga atas obligasi.
Demikian juga, keuntungan dan kerugian yang terkait dengan penebusan atau
pembiayaan kembali liabilitas keuangan diakui dalam laporan laba/rugi,
sedangkan penebusan atau pembiayaan kembali instrument ekuitas diakui sebagai
perubahan ekuitas.
Contoh penerapan psak 50: penyajian dan psak 55: pengakuan dan pengukuran atas
cadangan kerugian penurunan nilai pada pt. Bank Central Asia (persero) tbk.
PT. Bank Central Asia Tbk telah memiliki banyak unit cabang yang tersebar di
wilayah Indonesia, khususnya PT. Bank Central Asia Tbk - Kantor Cabang Umum (KCU)
Manado yang beralamat di Jl. Sam Ratulangi No. 17-19 Manado yang terus meningkatkan
kualitas produk dan layanan perbankan guna memberikan manfaat bagi para pengguna jasa
keuangan.
PT. Bank Central Asia Tbk merupakan salah satu bank penyedia fasilitas kredit
terbesar di Indonesia dengan eksposur portofolio kredit yang cukup berimbang disegmen
konsumer, UKM, komersial dan korporasi. BCA memberikan pinjaman kepada nasabah
sesuai ketentuan yang ada dalam kontrak pinjaman. Seringkali dalam pemberian pinjaman
kredit, BCA mengalami masalah karena pemberian pinjaman kredit yang diberikan bagi
nasabah mengalami penurunan nilai yang berpengaruh terhadap arus kas masa depan
perbankan.
Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya
peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah
pengakuan awal kredit tersebut dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada
estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat
diestimasi secara andal (Bank Indonesia, 2008:178).
PT. Bank Central Asia Tbk harus mengikuti standar akuntansi yang berlaku sesuai
dengan peraturan terbaru yang disetujui oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK).
Bank Indonesia berinisiatif melakukan kerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
untuk menyusun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50 mengenai instrumen
keuangan “Penyajian” adopsi dari IAS 32 Financial Instrumens: Presentation dan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 55 mengenai instrumen keuangan “Pengakuan dan
Pengukuran” yang mengadopsi seluruh ketentuan dalam IAS 39 mengenai Financial
Instrumens “Recognation and Measurement”.
Perbandingan Penyajian CKPN Berdasarkan PSAK 50 dengan PT. Bank Central Asia
Tbk
1. Laporan posisi keuangan kelompok aset lancar sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 50.
2. Nilai piutang disajikan di laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan cadangan
kerugian penurunan nilai sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 50.
3. Catatan atas laporan keuangan menjelaskan kebijakan akuntansi bank, aset keuangan
diukur pada nilai wajar, penjelasan mengenai pinjaman yang diberikan dan klasifikasi
cadangan kerugian penurunan nilai sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 50.
Perbandingan Pengakuan CKPN Berdasarkan PSAK 55 dengan PT. Bank Central Asia
Tbk
2. Kredit yang diberikan pada saat pengakuan awal diukur pada nilai wajar ditambah biaya
transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan merupakan biaya tambahan untuk
memperoleh aset keuangan tersebut dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan
diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif sesuai dengan yang diatur
dalam PSAK 55.
3. Memperhitungkan pemulihan atas cadangan kerugian penurunan nilai yang terutama hasil
dari pembayaran kembali sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 55.
4. Mengakui setiap kerugian akibat penurunan nilai sebelum laporan keuangan diterbitkan
berdasarkan datadata dan informasi yang diperoleh sesuai dengan yang diatur dalam PSAK
55.
2. Evaluasi penurunan nilai dilakukan secara individual dan kolektif sesuai dengan yang
diatur dalam PSAK 55.
3. Aset keuangan yang telah dikelompokkan dan penurunan nilainya dievaluasi secara
kolektif, bank menerapkan formula sebagai berikut: Probability of Default × Loss Given
Default × Amortized Cost sesuai dengan yang diatur dalam PSAK 55.
Contoh Penerapan PSAK No. 55 (Revisi 2011) atas Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai pada PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar
di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa
Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dan kawan-kawan pada Desember 1895 dengan
nama De Poerwokerto Hulp-en Spaarbank derIndlansche Hoofden (Bank Priyayi
Poerwokerto). Pada tahun 1898 dengan bantuan pemerintah Hindia Belanda didirikan
Volksbanken atau Bank Rakyat, dikota wilayah nusantara atau Hindia Belanda pada waktu
itu. Kemudian pada tahun 1934, didirikan Algemene Volkscrediet Bank (AVB) yang berstatus
badan hukum Eropa. Pada zaman pendudukan Jepang, berdasarkan UU No. 39 tanggal 3
Oktober 1942 AVB di Pulau Jawa diganti namanya Syamin Ginko (Bank Rakyat). Peraturan
pemerintah No. 1-1946 tanggal 22 Februari 1946 tentang aturan “Bank Rakyat Indonesia”
menetapkan berdirinya BRI yang merupakan kelanjutan dari Syamin Ginko. Pada masa
pendudukan oleh Nederlan Indie Civil Administration bank ini ditutup, namun setelah
perjanjian Roem-Royen, BRI kembali menjadi milik Negara 1945
Perbandingan pengakuan CKPN berdasarkan PSAK 55 (Revisi 2011) dengan PT. Bank
Rakyat Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ekaputri (2013) Dalam pengakuan dan pengukuran
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang diterapkan PT.Bank Rakyat Indonesia.
Tbk telah sesuai dengan PSAK 55 (revisi 2011). Proses pengakuan CKPN oleh PT.Bank
Rakyat Indonesia. Tbk dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur menggunakan suku
bunga efektif awal instrumen, serta mempertimbangkan seluruh eksposur pinjaman yang
diberikan, bukan hanya yangberkualitas rendah dalam proses estimasi terhadap penurunan
nilai. Sedangkan pada proses pengukuran CKPN oleh PT. Bank Rakyat Indonesia. Tbk, aset
keuangan dievaluasi secara kolektif diukur berdasarkan kerugian historis yang pernah dialami
perusahaan, yaitu membandingkan tingkat kerugian historis aset keuangan tersebutdengan
tingkat kerugian historis dengan aset serupa yang telah diobservasi.
Contoh penerapan psak 50 dan 55 atas impairment piutang pada Pt. Putra karangetang.
PT. Putra Karangetang adalah perusahaan yang bergerak dibidang industry makanan seperti
tepung kelapa. Sebagaimana diatur dalam PSAK 50 (revisi 2014) instrument keuangan :
Penyajian paragraph 13-14 kontrak dan kontraktual mengacu pada suatu perjanjian antara dua
pihak atau lebih yang memiliki kosekuensi ekonomik yang jelas dan kecil peluangnya akan
diabaikan oleh pihak - pihak yang terlibat, umumnya karena pemenuhan perjanjian ini dapat
dipaksakan secara hukum. Entitas termaksud perusahaan perorangan, persekutuan, badan
hukum, wali amanah dan institusi pemerintah. PSAK 55 (revisi 2014) instrument keuangan :
Pengakuan dan Pengukuran paragraph 05 pada kontrak pembeli atau penjual item
nonkeuangan yang dapat diselesaikan secara neto dengan kas atau instrument keuangan lain
seolah – olah kontrak tersebut adalah instrument keuangan, dengan pengecualian untuk
kontrak yang disepakati dan dimaksudkan untuk terus dimiliki dengan tujuan untuk
menerima dan menyerahkan item nonkeuangan sesuai persyaratan pembelian, penjualan atau
penggunaan yang diperkirakan.
Berdasarkan peneitan yang dlakukan oleh Ismi, dkk (2017) menyatakan bahwa Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 55 (revisi 2014) dapat disimpulkan bahwa selama
3 (tiga ) tahun terakhir telah terjadi penurunan nilai piutang sesuai dengan standar yang
berlaku. Karena PT. Putra Karangetang nilai piutangnya terjadi penurunan nilai pertahun
maka hal itu akan baik bagi perusahaan.
1. Penyajian, PT. Putra Karangetang sudah melakukan cara apa yang harus dipakai
perusahaan dalam penyajikan piutang di laporan posisi keuangan. Perusahaan
melakukan cara penyajikan piutang pembiayaan dan cadangan penurunan nilai
piutang pada laporan posisi keuangan.
2. Pengakuan, PT. Putra Karangetang mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan
dalam laporan posisi keuangan. Perusahaan melakukan penilaian setiap tanggal neraca
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya penurunan nilai yang timbul atas aset
keuangan.
3. Pengukuran, Dalam proses estimasi penurunan nilai mempertimbangkan eksposur
pinjaman yang diberikan dan bukan hanya yang berkualitas rendah. Metode yang
dipakai untuk pengukuran pencatatan penurunan nilai adalah metode pencadangan
dan asumsi yang digunakan dalam estimasi aset dimasa depan akan dikaji ulang
secara berkala untuk mengurangi jumlah kerugian. Untuk proses penyajian,
pengakuan, pengukuran telah sesuai dengan PSAK 50 & 55 (revisi 2014).
Contoh Penerapan psak 50 dan psak 55 atas Cadangan kerugian penurunan nilai (studi
kasus pada pt. Bank NTB)
Perhitungan nilai kini estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan yang seruapa.
PT. Bank NTB menerapkan perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas
aset keuangan dengan agunan (collateralized financial asset) mencerminkan arus kas yang
dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan
menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak. Ini
berarti penerapan pada PT. Bank NTB telah sesuai dengan PSAK 55 (pengakuan) dalam
penyusunan laporan keuangan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Herawati, dkk (2015) menyatakan bahwa
penerapan berdasarkan PSAK 50 (Penyajian) dan PSAK 55 (Pengakuan & Pengukuran) atas
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai pada PT. Bank NTB telah sesuai dengan standar.
Dimana penyataan standar yang telah dipatuhi seperti piutang disajikan dalam laporan posisi
keuangan sebesar nilai diamortisasi dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai, Catatan
atas laporan keuangan menjelaskan kebijakan akuntansi, rincian piutang menurut jenis,
rekonsiliasi cadangan kerugian piutang dan informasi khusus terkait piutang dijaminkan serta
piutang disajikan dalam kategori kredit atau pijaman yang diberikan dan standar-standar
pengakuan berdasarkan PSAK 55.
DAFTAR PUSTAKA