PENDAHULUAN
Intrumen keuangan adalah aset yang dapat diperjual belikan dalam bentuk apapun,
baik dalam bentuk kas, bukti kepemilikan dalam suatu entitas, atau hak kontraktual untuk
menerima atau memberikan uang tunai atau instrumen keuangan lainnya. Instrumen
keuangan dari suatu entitas akan tergambarkan dalam laporan keuangan yang diserahkan oleh
entitas. Untuk itulah diperlukan pengakuan dan pengukuran, penyajian serta pengungkapan
terhadap instrument keuangan tersebut, agar instrumen-intrumen tersebut dapat memberikan
informasi mengenai kemampuan dan kinerja dari entitas serta berguna bagi para pemakai
laporan keuangan dalam mengambil suatu keputusan. Dalam melakukan pengakuan dan
pengukuran, penyajian serta pengungkapan terhadap instrumen keuangan tentu harus sesuai
dengan standarstandar akuntansi yang telah ditetapkan, yaitu PSAK 50 yang membahas
mengenai instrumen keuangan : penyajian, PSAK 55 yang membahas tentang instrumen
keuangan : pengakuan dan pengukuran serta PSAK 60 yang membahas tentang instrument
keuangan : pengungkapan. Dalam makalah ini, PSAK yang dibahas hanya PSAK 50
mengenai penyajian serta PSAK 55 mengenai pengakuan dan pengukuran. Dimana dalam
makalah ini nantinya juga akan dibahas mengenai PSAK 71 yang akan menggantikan PSAK
55 yang sebelumnya berlaku. PSAK 71 akan efektif digunakan per tanggal 1 Januari 2020
nanti. Jika dalam PSAK 55 kewajiban pencadangan muncul setelah terjadi peristiwa yang
mengakibatkan risiko gagal bayar, maka PSAK 71 memandatkan korporasi menyediakan
pencadangan sejak awal periode kredit.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahandalam makalah ini
dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan berikut :
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, berikut tujuan dibuat makalah
ini :
PEMBAHASAN
1. Kas merupakan harta paling liquid yang berguna sebagai media pertukaran atau jual
beli. Contoh dari kas yaitu uang logam, uang kertas,dana yang tersedia di deposito
bank dan lainnya.
2. Instrumen ekuitas dari entitas lain
3. .Hak kontraktual terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Untuk menerima uang tunai atau aset keuangan lain dari entitas lain
b. Untuk menukar aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitaslain
dalam kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas; atau
4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakaninstrumen ekuitas
yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan :
a. Nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untukmenerima
sejumlah variabel dari instrumen yang diterbitkan entitas
b. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain denganmempertukarkan
sejumlah kas atau aset keuangan dengan sejumlahinstrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas. tidak termasuk instrumenyang merupakan kontrak untuk
penerimaan di masa depan atau pengiriman instrumen ekuitas entitas sendiri
atau instrumen keuanganyang mempunyai opsi jual (Puttable Financial
Instrument ). Instrumenopsi jual merupakan instrumen keuangan yang
memberikan hakkepada pemegangnya untuk menjual kembali instrumen
kepada penerbit dan memperoleh kas atau aset keuangan lainnya atau
secaraotomatis menjual kembali kepada penerbit pada saat terjadinya peristiwa
yang tidak pasti dimasa depan.
A. PSAK 50
Instrumen keuangan ( financial instruments) adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset
keuangan ( financial assets) entitas dan liabilitas keuangan ( financial liability) atau instrumen
ekuitas (equity instruments) entitas lain. Maka dari itu Instrumen keuangan dibagi menjadi
tiga yaitu:
B. PSAK 55
1. Aset Keuangan
a. Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar Melalui Laporan Laba Rugi
Aset keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal telah
ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.Contohnya, aset
derivatif yang ivestasi dalam instrument utang dan ekuitas yang dimiliki dalam portofolio
diperdagangkan.
Aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah
ditetapkan serta entitas mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset
keuangan tersebut hingga jatuh tempo.Contohnya, investasi dalam instrumen utang yang
mempuyai kuotasi harga dimana entitas memiliki niat dan mampu memiliki hingga jautuh
tempo.
aset keuangan dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi
harga dipasar aktif. Contohnya, piutang usaha, pinjaman yang diberikan dan piutang wesel.
aset keuangan yang dirancang sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan
dalam ketiga kategori diatas. Contohnya, investasi dalam instrumen utang dan ekuitas yang
tidak termasuk dalam kategori lain.
2. Liabilitas Keuangan
a. Liabiliats Keuangan yang Diukur Pada Nilai Wajar Melalui Laporan Laba Rugi
Liabilitas keuangan baik yang dimiliki untuk diperdagangkan atau ditetapkan pada saat
pengakuan awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diukur pada nilai wajar melalu laba
rugi.Contohnya, liabilitas derivatif dan liabilitas diperdagangkan lainnya.
b. Liabilitas Keuangan yang Diukur dengan Biaya Perolehan Diamortisasi
Semua liabilitas lainya selain daripada liabilitas yang dinilai pada nilai wajar melalui laba
rugi. Contohnya, utang usaha, utang wesel dan efek utang yang diterbitkan.
3. Taining
Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi yang dimiliki hingga
jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun sebelumnya, telah
menjual atau mereklasifikasi investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yag
lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo. Terdapat pengecualian atas
aturan tainting tersebut jika penjualan atau reklasifikasi tersebut :
a. Dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal pembelian
kembali. Contohnya, kurang dari tiga bulan sebelum jatuh tempo.
b. Terjadi setelah entitas telah memperoleh secara substansialseluruh jumlah pokok aset
keuangan tersebut sesuai jadwal pembayaran atau entitas telah memperoleh pelunasan
dipercepat.
c. Terkait dengan kejadian tertentu yang berada diluar kendali entitas, tidak berulang, dan
tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas.
Entitas mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan dalam laporan posisi
keuangan, jika dan hanya jika, entitas menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada
kontrak instrumen tersebut.Pada saat entitas pertama kali mengakui aset keuangan, entitas
tersebut mengklasifikasikannya sesuai dengan paragraf 4 PSAK 70 dan mengukurnya
sesuai dengan paragraf 5 PSAK 70 .
PSAK 70 (4)
Pada saat diterbitkannya Surat Keterangan, entitas dalam laporan posisi keuangannya:
a) Mengakui aset dan liabilitas pengampunan pajak jika pengakuan atas aset atau
liabilitas tersebut disyaratkan oleh SAK,
b) Tidak mengakui suatu item sebagai aset dan liabilitas jika SAK tidak
memperbolehkan pengakuan atas item tersebut,
c) Mengukur, menyajikan, serta mengungkapkan aset dan liabilitas pengampunan pajak
sesuai dengan SAK yang relevan.
PSAK 70 (5)
Terlepas dari ketentuan dalam paragraf 4, Pernyataan ini memberikan opsi bagi entitas
pada saat pengakuan awal untuk mengukur aset dan liabilitas pengampunan pajak sesuai
dengan ketentuan dalam paragraph 6-14.
PSAK 70 (6 - 9)
(6) Aset pengampunan pajak diakui sebesar biaya perolehan aset pengampunan pajak.
(7) Liabilitas pengampunan pajak diakui sebesar kewajiban kontraktual untuk
menyerahkan kas atau setara kas untuk menyelesaikan kewajiban yang berkaitan
langsung dengan perolehan aset pengampunan pajak.
(8) Entitas mengakui selisih antara aset pengampunan pajak dan liabilitas pengampunan
pajak sebagai bagian dari tambahan modal disetor di ekuitas.
(9) Entitas mengakui uang tebusan yang dibayarkan dalam laba rugi pada periode
disampaikannya Surat Pernyataan.
C. Penghentian Pengakuan
PSAK 70 (11)
“Entitas menerapkan kriteria penghentian pengakuan atas masing-masing aset dan
liabilitas pengampunan pajak sesuai dengan ketentuan dalam SAK lain yang relevan
untuk masing-masing jenis aset dan liabilitas tersebut”.
Ada 4 poin penting dalam penghentian pengakuan asset keuangan, diantara sebagai
berikut:
1. Pengalihan yang diakui sebagai penghentian pengakuan
2. Pengalihan yang tidak diakui sebagai penghentian pengakuan
3. Keterlibatan berkelanjutan atas aset alihan
4. Keseluruhan pengalihan
D. Penurunan Nilai
Ada beberapa poin dalam pengukuran (penurunan nilai), diantaranya sebagai berikut:
1. Pengakuan Kerugian Kredit Ekspektasian
2. Menentukan Peningkatan Risiko Kredit secara Signifikan
3. Aset Keuangan yang Dimodifikasi
4. Aset Keuangan yang Dibeli atau yang Berasal dari Aset Keuangan Memburuk
5. Pendekatan yang Disederhanakan untuk Piutang Dagang, Aset Kontrak dan piutang
sewa
6. Pengukuran Kerugian Kredit Ekspektasian
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA