Oleh :
201110170311138
Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara;
perusahaan ini biasanya sangat besar. Perusahaan seperti ini memiliki kantor-kantor, pabrik
atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana
mereka mengkoordinasi manajemen global.
Perusahaan multinasional yang sangat besar memiliki dana yang melewati dana banyak
negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global, karena pengaruh
ekonomi mereka yang sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat
berkecukupan untuk relasi masyarakat dan melobi politik.
Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan negara
sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan
begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di wilayah
tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara dan distrik politik regional seringkali
menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau
infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang memadai.
HUBUNGAN ISTIMEWAH
maupun di luar negeri, di Indonesia diatur dalam Pasal 18 ayat (3), (3a), dan (4) UU PPh,
yang menyatakan sebagai berikut:
- Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak
lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan
istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen,
metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya.
- Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja
sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), yang
berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan
renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir.
- Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)sampai dengan ayat (3d), Pasal 9
ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah
25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan
penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau
hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di
bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus
dan/atau ke samping satu derajat.
Harga transfer (dalam arti luas) adalah penentuan harga barang atau jasa yang
ditransfer kepada antar pusat pertanggung-jawaban dalam satu organisasi tanpa memandang
bentuk pusat pertanggungjawabannya.
Harga transfer (dalam arti sempit) adalah harga perpindahan barang antara duapusat
laba atau lebih. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk
kepentingan penilaian kemampuan laba divisi. Oleh sebab itu di dalam suatu perusahaan
terdapat :
b. Divisi yang membeli produk (barang/jasa) = pembeli. Sehingga dalam divisi-divisi tersebut
perlu dibuat 2 (dua) macam keputusan :
1. Keputusan pemilihan sumber, adalah menetapkan membeli dari luar perusahaan atau
eksternal (pemasok) atau membeli dari dalam perusahaan atau internal (divisi penjual).
2. Keputusan penetapan (penentuan) besarnya harga transfer Harga transfer sering memicu
masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya, karena melibatkan dua unit, yaitu unit
pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga mempengaruhi pengukuran laba unit, harga
transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli sedangkan harga transfer yang terlalu
rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan harga transfer menjadi hal yang sangat
penting
TUJUAN HARGA TRANSFER
Dengan globalisasi bisnis, aspek internasional dari harga transfer menjadi suatu perhatian
yang lebih kritis, terutama dengan adanya isu-isu pajak. tujuan internasional yang lain
mencakup meminimalkan beban – beban pajak, pengendalian devisa, dan berkenaan dengan
risiko pengambilalihan oleh pemerintah asing. Fenomena perusahaan multinasional dalam
ekspansinya cenderung mengoperasikan usahanya secara desentralisasi dan melaksanakan
konsep cost revenue profit dan corporate profit
center concepts, yang dapat mengukur dan menilai kinerja dan motivasi setiap divisi/unit
yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan . Untuk mencapai tujuan
tersebut antara lain digunakan sistem harga transfer . Transfer pricing multinasional
berhubungan dengan transaksi antardivisi dalam satu unit hukum (entitas) atau antarentitas
dalam satu kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai wilayah kedaulatan negara. Tujuan
yang ingin dicapai dalam harga transfer antara lain sebagai berikut:
Beberapa metode harga transfer yang sering digunakan oleh perusahaan- perusahaan
multinasional dan divisionalisasi/ departementasi dalam melakukan aktifitas keuangannya
adalah:
Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya menetapkan harga transfer
atas biaya variabel dan tetap yang bisa dibagi dalam tiga pemilihan bentuk, yaitu biaya penuh
(full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup), dan gabungan antara biaya
variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).
2. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing)
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas dasar harga pasar
inilah merupakan ukuran yang paling memadai karena sifatnya yang independen. Namun
keterbatasan informasi pasar terkadang menjadi kendala dalam mengunakan transfer pricing
yang berdasarkan harga pasar.
Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan interaksi kedua divisi dan pada
tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan tanpa adanya pemaksaan oleh
salah satu divisi mengenai keputusan akhir. Pendekatan ini mengesampingkan tujuan konsep
pusat pertanggungjawaban laba.
Untuk memenuhi disparitas pertanggungjawaban dari dua divisi, dikenal juga harga transfer
ganda. Misalnya, divisi penerima dapat mempertimbangkan penerapan harga transfer
berdasarkan biaya diferensial. Sebaliknya, divisi yang melakukan transfer dapat
mempertimbangkan unsur laba dalam penentuan harga transfer dan memungkinkan kinerja
divisi. Prosedur aplikasi pendekatan ini dapat berupa:
1. Pemakaian harga transfer berdasarkan harga pasar, negosiasi, atau arbitrase oleh divisi
yang melakukan transfer dalam menghitung penghasilan dari penyerahan antar
perusahaan.
2. Biaya variabel divisi yang melakukan transfer plus margin kontribusi atas beban tetap,
ditransfer kepada divisi penerima.
3. Total laba per divisi akan lebih besar daripada laba perusahaan, dan laba divisi
produksi akan dieliminasi dalam penysunan laporan keuangan.
Harga transfer dapat terjadi baik antarwajib pajak dalam negeri maupun antara wajib pajak
dalam negeri dengan pihak luar negeri. Terhadap transaksi antara wajib pajak yang
mempunyai hubungan istimewa, undang-undang perpajakan Indonesia menganut asas
material (substance over form rule). Hubungan istimewa tersebut dapat mengakibatkan
kekurangwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan dalam suatu transaksi
usaha. Kekurangwajaran tersebut dapat terjadi pada:
• harga penjualan
• harga pembelian
• pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa, royalti, imbalan jasa manajemen, imbalan jasa
teknik, dan imbalan jasa lainnya Contoh kasus kekurangwajaran perlakuan harga transfer di
Indonesia
1.Harga Penjualan
PT.A memiliki 25% saham PT.B Atas barang penyerahan barang ke PT.B. PT. A
membebankan harga jual Rp.160,- per unit, berbeda dengan harga yang diperhitungkan atas
penyerahan barang yang sama kepada Pt.X (tidak ada ubungan istimewa) yaitu Rp.200,-per
unit
Perlakuan Perpajakan :
Dalam contoh tersebut , harga pasar sebanding (comparable uncontrolled price) atas barang
yang sama adalah yang dijual kepada PT.X yang tidak ada hubungan istimewa . Dengan
demikian harga yang wajar adalah Rp.200,- per unit. Harga ini dipakai sebagai dasar
perhitungan penghasilan dan/ atau pengenaan pajak. Jika PT.A adalah pengusaha kena pajak
(PKP) , ia harus menyetor kekurangan PPN-nya (dan PPnBM terutang) Atas kekurangan
tersebut dapat diterbitkan SKP dan PT.A tidak boleh menerbtkan faktur pajak atas
kekurangan tersebut, sehingga tidak merupakan kredit pajak bagi PT.A
2. Harga Pembelian
H Ltd Hongkong memiliki 25% saham PT.B. PT.B mengimpor barang produksi H Ltd
dengan harga Rp3000,- per unit . Produk tersebut dijual kembali kepada PT.Y (tidak
memiliki hubungan istimewa) dengan harga Rp3500,- per unit
Perlakuan Perpajakan :
Pada contoh tersebut diatas, pertama-tama dicari harga pasar sebanding untuk barang yang
sama, sejenis atau serupa atas pembelian /impor dari pihak yang tidak ada hubungan istimewa
aau antar pihak-pihak yang tidak ada hubungan istimewa (ama halnya dengan kasus harga
penjualan) . Apabila ditemui kesulitan ,maka pendekatan harga jual minus dapat diterapkan,
yaitu dengan mengurangkan laba kotor (mark up) yang wajar ditambah biaya lainnya yang
dikeluarkan wajib pajak Dari harga jual barang kepada pihak yang tidak ada hubungan
istimewa . Apabila laba yang wajar diperoleh adalah Rp750,- maa harga wajar untuk
perpajakan atas pembelian barang dari H Ltd di hongkong adalah Rp2750,- (3500-750) .
Harga ini merupakan dasar perhitungan harga pokok PT.B dan selisih Rp250,- antara
pembayaran uang ke H Ltd di hongkong dengan harga pokok yang seharusnya
diperhitungkan dianggap sebagai pembayaran deviden terselubung.
Pusat perusahaan (Head Office) diluar negeri dari BUT di Indnesia sering mengalokasikan
biaya administrasi dan umum (overhead cost)nkepada BUT tersebut. Biaya yang di
Alokasikan tersebut antara lain adalah :
a. Biaya training karyawan BUT di Indonesia yang diselenggarakan kantor pusat diluar
negeri;
b. Biaya Perjalanan dinas direksi kantor pusat tersebut masing – masing BUT;
Perlakuan Perpajakan:
Alokasi biaya-biaya tersebut diatas diperbolehkan sepanjang sebanding dengan manfaat yang
diperoleh masing masing BUT dan bukan merupakan duplikasi biaya. Biaya kantor Pusat
yang boleh di alokasikan keada BUT tidak termasuk bunga atas penggunaan dana kantor
pusat, kecuali untuk jenis perbankan,dan r oyalty/sewa atas harta kantor pusat. Dalam hal
berlaku perjanjian penghindaran pajak berganda maka pengalokasian biaya kantor pusat,
kepada BUT adalah seperti yang di atur dalam perjanjian tersebut. Kewajaran biaya training
diatas dapat diuji dengan membandingkan jumlah biaya training yang sama atau sejenis,yang
diselenggarakan oleh pihak pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa . Untuk biaya
lainnya, maka besarnya biaya yang dapat dialokasikan di hitung berdasarkan factor-faktor
tertentu yang dapat mencerminkan dengan baik proporsi manfaat yang dierimanya, misalnya
perbandingan dengan peredaran.
Ada beberapa prosedur yang dapat ditempuh untuk menanggulangi manuver pajak melalui
harga transfer sebagai berikut.
Kesepakatan yang dibuat dalam APA terjadi antara wajib pajak dengan otoritas
pajak, bisa terjadi dengan satu otoritas pajak dan juga dengan dua otoritas pajak dari negara
yang berbeda. Apabila APA dilakukan antara wajib pajak dengan otoritas pajak dalam satu
negara maka disebut unilateral APA, sedangkan apabila APA dibuat oleh wajib pajak dengan
dua atau lebih otoritas pajak dari negara yang berbeda maka disebut multilateral APA.
MANFAAT APA
1. Memberikan kepastian kepada wajib pajak atas nama semua penghitungan mengenaiharga
transaksi dengan menggunakan metode yang disetujui.
3. Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA berlakuharga
transaksi yang telah disepakati oleh wajib pajak dan otoritas pajak.
4. Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya untuk
menghindari pajak.
Masalah dalam penyelenggaraan APA
Hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan APA yaitu kemungkinan adanya
potensikerugian sebagai berikut :
Yang perlu diperhatikan, bahwa APA tidak menjamin wajib pajak untuk tidak diaudit
olehotoritas pajak. Masalah-masalah yang tidak tercakup dalam APA masih dapat diaudit
dalamkriteria audit yang biasa dilakukan. APA tidak berlaku retroaktif sehingga masalah
hargatransfer yang ada sebelum APA disepakati tidak dapat diselesaikan dengan APA.
PEMBAHASAN
Contoh Kasus
X Sdn Bhd membeli semua mobile equipment dari PT Y Indonesia dan menjualnya
kepada pihak ketiga.
Keduanya sepakat sesuai kontrak bahwa atas produksinya ditetapkan mark-up sebesar
10% dan atas distribusinya ditetapkan mark-up 25%
Biaya
operasi (5.000) (15.000)
Penjualan 66.000
HPP 60.000
Biaya
operasi (5.000) (15.000)
Laba
operasi 1.000 16.250
KESIMPULAN
Dalam sebuah perusahaan sangatlah penting kita mengenal apa yang disebut dengan harga
transfer, langkah ini adalah merupakan langkah transaksi transfer barang atau jasa antar laba
cukup signifikan biaya barang atau jasa yang ditransfer merupakan komponen penting produk
akhir, portabilitas merupakan pertimabngan penting di dalam penilaian prestasi divisi. Yang
bertujuan untuk memberikan informasi relevan pada setiap pusat laba dalam menentukan
harga transfer, memotivasi manajer pusat laba pengirim, pusat laba penerima, dan kantor
pusat dalam membuat keputusan yang tepat, menyajikan laporan laba setiap divisi yang
secara layak mengukur prestasi divisi.