A. INSTRUMEN KEUANGAN
Instrumen keuangan adalah suatu kontrak yang menambah nilai asset atau liabilitas
keuangan. Standar akuntansi yang mengatur instrumen keuangan, adalah:
PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian (Rev. 2013)
PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Penilaian (Rev. 2013)
PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan (Rev. 2013)
Instrumen keuangan berdasarkan PSAK 50 (Rev. 2013) berbentuk asset keuangan,
liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas. PSAK 55 (Rev. 2013) menjelaskan lebih rinci
berdasarkan jenis pengukurannya.
1. Asset keuangan
Asset keuangan terdiri dari:
a. Kas, baik dalam bentuk kas di dalam perusahaan dalam bentuk uang tunai maupun kas
yang disimpan di dalam bank.
b. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain. Asset ini merupakan bentuk investasi
dalam saham. Investasi dalam saham yang termasuk dalam investasi keuangan adalah
investasi yang akan dijual dalam jangka waktu dekat dan tidak ditujukan untuk
penyertaan saham dalam jangka panjang seperti diatur dalam PSAK 15: Investasi Asosiasi
atau PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama atau investasi di anak
perusahaan yang diatur dalam PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri.
c. Hak kontraktual
1) Untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain. Bentuk hak
kontraktual ini dapat berbentuk klaim entitas terhadap entitas lain untuk
mendapatkan kas atau asset keuangan, contohnya piutang, investasi dalam obligasi,
dan perjanjian pemberian pinjaman. Kontraktual tersebut dapat berbentuk perjanjian
formal seperti perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh perbankkan dan perjanjian
kredit pembelian asset tetap. Dapat juga tanpa perjanjian formal dan hanya
didasarkan pada bukti pengiriman barang dan faktur penagihan, contohnya piutang
dagang.
2) Untuk mempertukarkan asset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi
berpotensi untung. Contohnya berupa forward future atau bentuk opsi untuk
mempertukarkan asset keuangan.
d. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas
yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:
َج ّد َو َج ًّد َم ْن
Siapa bersungguh-sungguh dia akan berhasil!!
2
ASET KEUANGAN
Berdasarkan PSAK 55, klasifikasi asset keuangan dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Asset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi (fair value to profit and loss-
FVPL)
Asset keuangan diukur dengan nilai wajar melalui laba rugi adalah asset keuangan
yang dimaksudkan untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat. Asset
keuangan ini dimaksudkan untuk diperdagangkan. Untuk entitas yang kegiatan operasinya
melakukan jual beli sekuritas, asset keuangan ini merupakan komponen utama aset
perusahaan. Bagi entitas lainnya, asset keuangan ini merupakan bentuk investasi sementara
untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas perusahaan.
FVPL umumnya berbentuk investasi dalam surat berharga baik saham, obligasi ,
maupun instrumen keuangan jangka pendek lainnya termasuk bentuk derivatif seperti opsi
saham dan opsi lainnya. Menurut PSAK 55 (Rev. 2013) asset keuangan diklasifikasikan
sebagai FVPL jika memenuhi salah satu dari kondisi berikut ini:
a. Diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan. Diperoleh atau dimiliki untuk dijual
atau dibeli dalam waktu dekat; merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan;
merupakan derivatif yang bukan instrumen lindung nilai.
b. Pada saat pengakuan awal telah diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Entitas
menggunakan penetapan ini jika ketika melakukannya akan menghasilkan informasi yang
lebih relevan.
FVPL dinilai pada pengakuan awal sebesar nilai wajar, yaitu nilai perolehan investasi
tersebut, biaya transaksi yang dikeluarkan untuk memperoleh investasi ini dibebankan
sebagai beban periode tersebut. Pemisahan biaya transaksi dalam komponen beban periode
berjalan akan membuat perbandingan antara nilai wajar saat transaksi dengan nilai wajar
pada pengukuran setelah pengakuan awal lebih mudah dilakukan.
Setelah pengakuan awal, FVPL diukur dengan nilai wajar pada tanggal perolehan.
Selisih antara nilai tercatat dengan nilai wajar pada tanggal pelaporan akan dilaporkan
sebagai keuntungan atau kerugian yang dilaporkan dalam laporan laba rugi komprehensif.
Untuk itu investasi ini disebut sebagai nilai wajar melalui laba rugi, karena selisih perubahan
nilai wajar tidak dikategorikan sebagai arus kas dari kegiatan operasi. Pemegang saham juga
harus memahami jika entitas membukukan keuntungan dari perubahan nilai wajar karena
keuntungan ini belum direalisasi. Keuntungan atau kerugian ini dapat tidak terealisasi jika
diperiode berikutnya terjadi perubahan harga yang sebaliknya.
2. Investasi dipegang hingga jatuh tempo (held to maturities-HTM)
Investasi dipegang hingga jatuh tempo adalah asset non keuangan nonderifatif dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan serta entitas
mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki asset keuangan tersebut hingga
jatuh tempo. Karakteristik dan tujuan investasi keduanya harus terpenuhi. Investasi
keuangan yang tidak dimiliki hingga jatuh tempo tidak dapat dikategorikan dalam investasi
ini. Jika manajemen tidak memiliki keinginan yang disertai kemampuan untuk memegang
hingga jatuh tempo juga tidak dapat diklasifikasikan dalam investasi ini.
َج ّد َو َج ًّد َم ْن
Siapa bersungguh-sungguh dia akan berhasil!!
4
yang dinilai dengan nilai wajar melalui laba rugi secara otomatis akan menurun nilainya
mengikuti harga pasarnya, sehingga tidak perlu ada evaluasi penurunan nilai.
Asset keuangan atau kelompok asset keuangan mengalami penurunan nilai apabila nilai
tercatat atau biaya perolehan diamortisasi lebih tinggi daripada nilai yang dapat diperoleh
kembali. Evaluasi atas apakah terdapat bukti objektif penurunan nilai harus dilakukan pada
setiap tanggal laporan posisi keuangan. Bila terdapat bukti objektif penurunan nilai, maka harus
dilakukan estimasi nilai yang dapat diperoleh kembali dan mengakui kerugian penurunan nilai
sebesar selisih nilai tercatat dan nilai yang dapat diperoleh kembali.
Jumlah kerugian penurunan diakui sebesar selisih nilai tercatat dengan nilai diperoleh
kembali. Nilai diperoleh kembali asset keuangan diukur dari nilai kini estimasi arus kas masa
depan yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari dari asset keuangan tersebut.
Nilai tercatat asset keuangan dikurangi, baik secara langsung maupun menggunakan pos
cadangan. Jumlah kerugian penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi komprehensif.
Pada saat kontrak berakhir, asset keuangan tidak lagi diakui dalam laporan posisi
keuangan. Namun entitas dapat mentransfer asset keuangan pada pihak lain sebelum kontrak
berakhir. Standar menjelaskan bahwa entitas menghentikan pengakuan asset keuangan, jika:
a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari asset keuangan tersebut berakhir; atau
b. Entitas mentransfer asset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian pengakuan.
Pada saat terjadi transfer asset keuangan, penghentian pengakuan terjadi jika entitas
telah mentransfer hak untuk menerima arus kas serta substansi telah memindahkan semua
risiko dan reward kepada pihak lain. Entitas akan menghentikan pengakuan jika tidak lagi
menahan risiko dan reward serta tidak memiliki pengendalian terhadap asset keuangan
tersebut. Jika kriteria penghapusbukuan terpenuhi maka asset keuangan akan dihapus dari
pencatatan entitas.
B. KAS
Kas adalah asset keuangan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Kas
merupakan asset paling likuid karena dapat digunakan untuk membayar kewajiban perusahaan.
Tidak ada standar akuntansi khusus terkait dengan kas, namun secara umum dibahas dalam
standar tentang instrumen keuangan.
Kas termasuk instrumen keuangan dalam klasifikasi asset keuangan. Kas merupakan alat
pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan entitas. Kas terdiri
dari uang kartal yang disimpan dalam sebuah entitas , uang tersimpan dalam rekening bank dan
setara kas. Kas secara umum digunakan sebagai alat pembayaran untuk aktivitas operasi
perusahaan tanpa suatu batasan.
Entitas terkadang memiliki kas dalam mata uang asing. Kas dalam mata uang asing tetap
merupakan kas. Pada tanggal pelaporan kas dalam mata uang asing akan dinyatakan dalam mata
َج ّد َو َج ًّد َم ْن
Siapa bersungguh-sungguh dia akan berhasil!!
6
uang pelaporan dengan menggunakan kurs spot yang berlaku pada tanggal neraca. Kurs yang
dihadapi entitas ada tiga, yaitu kurs jual, kurs beli, dan kurs tengah. Dalam praktiknya, kurs
tengah digunakan untuk menyatakan kas dalam mata uang asing dalam mata uang pelaporan.
Tetapi dalam kondisi khusus, jika mata uang asing tersebut dimiliki untuk tujuan dikonversi
menjadi kas dalam mata uang pelaporan, maka kurs beli lebih tepat digunakan.
Setara kas (kas ekuivalen) termasuk kategori instrumen keuangan. Setara kas adalah
investasi jangka pendek yang sangat likuid. Agar dapat diklasifikasikan dalam setara kas harus
memenuhi karakteristik dapat dikonversi menjadi kas pada jumlah tertentu tanpa risiko
perubahan nilai dan jatuh temponya sangat dekat. Ukuran jatuh tempo agar dapat dikategorikan
dalam setara kas biasanya tiga bulan. Penjelasan tentang setara kas terdapat dalam PSAK 2:
Laporan Arus Kas.
Pengendalian Kas
Kas merupakan asset likuid yang mudah digunakan, banyak yang menginginkan sehingga
mudah dicuri oleh pihak yang tidak bertangung jawab. Untuk itu perlu dirancang pengendalian
internal yang baik agar kas perusahaan aman dan terlindungi. Perlindungan terhadap kas dapat
berupa fisik maupun perlindungan untuk menjaga agar kas tidak digunakan untuk kepentingan
yang tidak seharusnya.
Beberapa bentuk pengendalian terhadap kas, misalnya:
a. Terdapat pemisahan tugas antara pihak yang melakukan otorisasi dengan pembayaran, pihak
yang melakukan pengelolaan kas dan pencatatan, pihak pengguna, dan pihak pembayar.
Tingkat pemisahan tugas disesuaikan dengan kebutuhan entitas, utamanya harus ada croscek
dan kontrol dari pihak lain sehingga penyalahgunaan wewenang dapat dihindari.
b. Penggunaan brangkas untuk menyimpan kas atau di ruang tertutup dengan akses terbatas.
c. Penerimaan dan pengeluaran kas menggunakan rekening yang berbeda.
d. Pengeluaran uang dilakukan melalui bank dan menggunakan cek sehingga terdapat
pengendalian pencatatan oleh pihak lain.
e. Penerimaan kas dilakukan melalui bank, untuk keamanan dan pengendalian pencatatan.
f. Penggunaan system imprest kas kecil untuk memenuhi kebutuhan kas dalam jumlah kecil.
g. Rekonsiliasi antara pencatatan perusahaan dengan rekening koran bank.
kecil dalam jumlah besar. Tetapi untuk organisasi dengan ukuran kecil dan tidak banyak
pengeluaran yang dilakukan maka nilai kas kecil yang dibentuk kecil.
Terdapat dua system kas kecil yaitu system imprest (dana tetap) dan fluctuating system,
yaitu:
1. System imprest kas kecil adalah mekanisme kas kecil dimana dana dipertahankan tetap. Pada
awalnya dibentuk dana kas kecil dalam jumlah tertentu. Setiap ada pengeluaran akan dibuat
bukti pengeluaran tetapi tidak dibuat jurnal. Jika jumlah kas kecil akan habis, akan dilakukan
penggantian sejumlah dana yang telah dipakai. Pada saat penggantian akan dibuat jurnal
terkait dengan pengeluaran tersebut dan mengurangi kas perusahaan. Setelah penggantian
saldo dana kas kecil akan kembali sejumlah yang ditetapkan.
2. Fluctuating system, dalam system ini dana kas kecil tidak ditetapkan sejumlah tertentu
sehingga saldonya bervariasi dari waktu ke waktu. Penggantian tidak didasarkan jumlah
terpakai tetapi ditetapkan sejumlah tertentu.
Dalam rangka pengendalian, system imprest lebih baik karena jumlah dana kas kecil akan
terkontrol dan tidak akan terjadi penumpukkan dana kecil dalam unit pembayar (kasir).
Mekanisme pengendalian juga terjadi, karena setiap penggantian akan dilakukan penghitungan
dana kas kecil terpakai dan tersisa sehingga dapat memonitor pemakaian dan memastikan tidak
ada uang yang hilang. Sedangkan dengan fluctuating system jumlah dana di kasir tidak terkontrol
dan jumlahnya dapat bertambah terus jika tidak terpakai.
Jawab:
Pada saat pembentukkan kas kecil tgl 1 Desember 2015:
Kas Kecil Rp.10.000.000,-
Kas di Bank Rp.10.000.000,-
َج ّد َو َج ًّد َم ْن
Siapa bersungguh-sungguh dia akan berhasil!!
8
Pada saat pengeluaran kas kecil, perusahaan tidak membuat jurnal, tetapi tetap membuat
dokumen pengeluaran dan membuat daftar pengeluaran tersebut dalam catatan perusahaan.
Pada tanggal 20 Desember 2015 dilakukan penggantian uang kas kecil, dana yang terpakai
Rp.8.000.000,- dan dana yang tersisa Rp.2.000.000,-. Pada saat penggantian kas kecil dibuat
jurnal pengeluaran kas yang terjadi dan kas di bank.
Beban Konsumsi Rp.500.000,-
Beban Gaji Rp.2.500.000,-
Beban Transportasi Rp.3.000.000,-
Beban Pemeliharaan Rp.2.000.000,-
Kas di Bank Rp.8.000.000,-
Rekonsiliasi Bank
Kas di bank setiap akhir periode dibuat rekonsiliasi antara rekening bank dan saldo kas
menurut pencatatan entitas. Tujuan rekonsiliasi adalah untuk mencocokkan pencatatan di
perusahaan dan pencatatan kas yang dilakukan oleh bank yang mengelola uang perusahaan.
Rekonsiliasi dapat mengurangi potensi timbulnya kesalahan pencatatan dan juga potensi
hilangnya uang perusahaan.
Saldo bank dalam laporan keuangan adalah saldo kas berdasarkan hasil rekonsiliasi,
karena pencatatan oleh bank maupun oleh kas kadang tidak menunjukkan saldo kas entitas yang
sebenarnya. Saat ini, perbankkan telah menyediakan fasilitas internet banking, sehingga entitas
dapat memonior saldo kas dan mutasi kas setiap saat.
Secara umum penyebab perbedaan saldo dalam rekening bank dengan saldo kas menurut
pencatatan entitas adalah:
1. Penerimaan yang diterima oleh bank namun belum diketahui oleh entitas.
2. Penerimaan yang diterima oleh entitas yang belum disetorkan oleh entitas atau sudah
disetorkan tetapi belum terlihat dalam rekening korang di bank.
3. Pengeluran yang dilakukan oleh bank tetapi belum diketahui oleh entitas.
4. Pengeluaran yang dilakukan oleh entitas tetapi belum diambil oleh pemegang cek
(outstanding check).
5. Kesalahan mencatat yang terjadi di bank atau entitas.
Berikut perbedaan-perbedaan antara pencatatan di perusahaan dan rekening koran yang perlu
disesuaikan:
a. Tgl 31 Januari 2015 setoran sebesar Rp.3.680.000,- belum muncul di laporan bank.
b. Selama bulan Januari 2015 terdapat cek yang belum dicairkan sebesar RP.5.002.000,-
c. Bunga pinjaman sebesar Rp.600.000,- langsung di debet dari rekening bank belum diketahui
oleh perusahaan.
d. Beban administrasi bank sebesar Rp.18.000,- belum dicatat oleh entitas.
e. Cek dari pelanggan sebesar Rp.220.000,- tidak dapat diuangkan karena dananya tidak cukup.
f. Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan cek untuk pembayaran hutang sebesar
Rp.131.000,- dicatat sebesar Rp.311.000,-
g. Bank salah mencairkan cek sebesar Rp.175.000,- yang seharusnya bukan cek dari PT. A.
Jawab:
PT. A
Rekonsiliasi Bank
Tanggal 31 Januari 2015
Saldo Laporan Bank Perusahaan
22.190.000 20.502.000
Setoran dalam perjalanan 3.680.000 0
Cek yang masih beredar (5.001.000) 0
Bunga pinjaman 0 600.000
Biaya administrasi 0 (18.000)
NSF cek 0 (220.000)
Kesalahan pencatatan 0 180.000
Kesalahan bank 175.000 0
Saldo 21.044.000 21.044.000
Kas 180.000
Utang usaha 180.000
(kesalahan pencatatan angka cek oleh perusahaan)