Anda di halaman 1dari 8

I.

PSAK 50, PSAK 55 dan PSAK 60

A. PSAK No. 50 (revisi 2010) memiliki tujuan sebagai berikut :


 Menetapkan prinsip penyajian instrumen keuangan sebagai liabilitas atau ekuitas dan
saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan.
 Melengkapi prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan
dalam PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, dan
pengungkapan informasi mengenai prinsip-prinsip tersebut dalam PSAK 60: Instrumen
Keuangan: Pengungkapan.

Pada PSAK 50 (revisi 2010) memiliki dua definisi, yaitu definisi aset keuangan dan
definisi liabilitas keduanya termasuk suatu kontrak derivatif yang diselesaikan dengan instrumen
ekuitas entitas (tidak termasuk kontrak untuk menyerahkan instrumen ekuitas di masa depan,
puttable instruments, dan kontrak untuk menyerahkan bagian pro rata aset neto saat likuidasi),
tetapi dalam definisi liabilitas instrumen ekuitas entitasnya termasuk rights, opsi dan waran pro-
rata untuk semua pemilik.

Pada PSAK 50 Instrumen keuangan diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas jika:


 Tidak memiliki kewajiban kontraktual untuk menyerahkan aset keuangan, atau
mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan yang berpotensi tidak
menguntungkan; dan
 Jika diselesaikan dengan instrumen ekuitas entitas, instrumen keuangan tersebut merupakan
nonderivatif dengan kewajiban untuk menyerahkan instrumen ekuitas dengan jumlah
bervariasi, atau derivatif yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas entitas (termasuk
termasuk rights,opsi, dan waran pro rata kepada semua pemilik, tetapi tidak termasuk kontrak
untuk menerima atau menyerahkan instrumen ekuitas entitas di masa depan, puttable
instruments, dan kontrak untuk menyerahkan bagian pro rata aset neto saat likuidasi).

Dalam PSAK 50 :
 Puttable instruments diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas jika memenuhi syarat
tertentu.
 Diatur bahwa Instrumen dengan kewajiban menyerahkan bagian aset neto secara pro rata
saat likuidasi diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas jika memenuhi syarat tertentu.
 Diatur tentang Puttabale instruments dan instrumen dengan kewajiban menyerahkan
bagian aset neto secara pro rata saat likuidasi direklasifikasi dari liabilitas keuangan ke
instrumen ekuitas ketika semua syarat terpenuhi, dan sebaliknya.

Penyajian instrument keuangan dalam PSAK 50


 Skop meliputi seluruh tipe instrumen keuangan Definisi detail atas instrumen keuangan :
aset keuangan, liabilitas keuangan, dan instrument ekuitas, Instrumen ekuitas adalah
kontrak yang memberikan kepada pemegangnya hak residu atas aset entitas setelah
dikurangi dengan semua liabilitas, Alokasi nilai buku instrumen keuangan untuk
komponen ekuitas dan utang. Kemudian nilai utang ditetapkan terlebih dahulu,
Memperoleh kembali pembeliaan saham (treasury stock) dicatat sebagai perubahan
atas ekuitas, sehingga tidak ada keuntungan/kerugian yang diakui,Termasuk dalam
definisi aset dan liabilitas keuangan adalah kontrak yang diselesaikan dengan
instrumen ekuitas suatu entitas, Aset dan liabilitas keuangan diakui ketika entitas
mengambil bagian dalam suatu kontrak provisi untuk suatu instrument.

 Semua ketentuan tentang pengungkapan itu dipindahkan ke PSAK 60, yaitu mengenai
tambahan pengaturan khusus mengenai :
o Puttable instrumen , kewajiban untuk menyerahkan bagian aset neto secara rata
saat likuidasi, dan rights, opsi, waran dikategorikan dan disajikan sebagai
liabilitas keuangan, akan tetapi dapat dikategorikan sebagai instrumen ekuitas jika
memenuhi syarat-syarat tertentu.puttable instrument

1
o Instrumen yang mempunyai fitur opsi jual (puttable instrument) adalah instrumen
keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menjual kembali
instrumen kepada penerbit dan memperoleh kas atau aset keuangan lain atau
secara otomatis menjual kembali kepada penerbit pada saat terjadinya suatu
peristiwa yang tidak pasti di masa yang akan datang atau kematian atau purna
karya dari pemegang instrumen.

B. PSAK 55 (revisi 2010) memiliki tujuan sebagai berikut :


 Mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, liabilitas
keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan item nonkeuangan. Persyaratan
penyajian informasi instrumenkeuangan diatur dalam PSAK 50 (revisi 2010):
Instrumen Keuangan: Penyajian. Persyaratan pengungkapan informasiinstrumen
keuangan diatur dalam PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

Pengakuan dan pengukuran instrument keuangan dalam PSAK 55


 Instrumen keuangan diukur pada pengakuan awal sebesar nilai wajar
ditambah dengan biaya transaksi kecuali,
untuk instrumen yang diukur dengan menggunakan nilai wajar.
 Penghapusan (dererecognition) aset keuangan didasarkan atas kombinasi “risk and reward”
dan pendekatan pengendalian. Evaluasi atas risk and reward diakukan sebelum evaluasi atas
transfer pengendalian
 Pengakuan gain/loss atas penghapusan (extinguishment) liabilitas keuangan ketika utang
baru diterbitkan memiliki persyaratan (term) yang berbeda dengan utang lama.
 Restrukturisasi utang yang menyebabkan modifikasi substansial term dapat menghasilkan
gain/loss pada saat penerbitan liabilitas yang baru.
 PSAK 55 mengenai instrumen keuangan : Pengakuan dan Pengukuran Tujuan dari PSAK
55 adalah untuk mengatur prinsip-prinsip dasar pengakuan dan pengukuran asset
keuangan, kewajiban keuangan, dan kontrak pembelian atau penjualan item non
keuangan diatur dalam PSAK 50 & 60 (revisi 2010) tentang instrumen keuangan:
Penyajian dan Pengungkapan. Pengakuan dalam PSAK 55 (paragraf 14) entitas mengakui
aset keuangan atau kewajiban keuangan pada laporan posisi keuangan, jika dan hanya
jika, entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen
tersebut. Pengukuran pada saat pengakuan awal aset keuangan atau kewajiban keuangan,
entitas mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau kewajiban keuangan
tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah
biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau
penerbitan aset keuangan atau kewajiban keuangan tersebut.
Menurut Harahap dalam bukunya Teori Akuntansi menjelaskan bahwa “Konsep
pengakuan akuntansi mendefinisikan prinsip dasar yang menentukan penentuan waktu
pendapatan, biaya, pengakuan untung dan rugi didalam laporan keuangan Bank, aset dan
kewajiban.”
Dalam PSAK 55 (revisi 2011), dikatakan entitas mengakui aset keuangan atau liabilitas
keuangan pada laporan posisi keuangan, jika dan hanya jika, entitas tersebut menjadi salah
satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Pengukuran
PSAK No. 55 tentang instrumen keuangan : pengakuan dan pengukuran telah banyak
mengadopsi IAS 39, pengukuran nilai awal instrumen keuangan berdasarkan fair value.
Khusus untuk Held to maturity, fair value tersebut ditambah dengan biaya-biaya yang
berhubungan langsung dengan akuisisi atau pun penerbitan instrumen keuangan
tersebut.Penurunan Nilai (impairment)
PSAK 55 mengklasifikasikan aset keuangan menjadi empat kategori.
 Pertama, aset keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui 13 laporan
laba rugi, merupakan aset keuangan yang dimiliki untuk tujuan dijual atau dibeli kembali
dalam waktu dekatdan Bagian dari portofolio yang dimiliki yang bertujuan untuk
memperoleh untung dalam jangka pendek.
 Kedua, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau Held to Maturitymerupakan aset
keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh
temponya telah ditetapkan.

 Ketiga, pinjaman yang diberikan atau piutang (Loan and Receivables)merupakan aset
keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dantidak

2
mempunyai kuotasi di pasar aktif dan tidak boleh jika kepemilikan atas kelompok aset
bukan merupakan pinjaman yang diberikan atau piutang, misalnya kepemilikan
reksadana atau yang serupa.
 Keempat, aset keuangan tersedia untuk dijual (Available For Sale) merupakan seluruh
aset keuangan non derivatif yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak
diklasifikasikan dalam tiga ketegori lain dan merupakan aset keuangan yang pada saat
pengukuran awal ditetapkan sebagai tersedia untuk dihual.

Revisi PSAK 55 ini berdampak besar terutama pada perusahaan-perusahaan perbankan karena
sangat erat hubungannya dengan instrumen keuangan. Dunia perbankan harus siap dalam
perubahan yang terjadi jika ingin mempertahankan nasabahnya dan terutama investor. Selain itu,
salah satu yang terkena dampak dari revisi PSAK 55 adalah penurunan nilai dan tidak
tertagihnya aset keuangan.Penurunan nilai saat melakukan pembiayaanadalah kerugian yang
ditanggung akibat munculnya risiko gagal bayar yang terjadioleh perusahaan pasangan usaha.
Risiko gagal bayar merupakan risiko terbesar yang terjadi pada modal ventura yang melakukan
kegiatan pembiayaan. Akibat gagal bayar yang terjadi maka, penurunan nilai pembiayaanakan
semakin besar dan mempengaruhi laba rugi perusahaan.Penurunan nilai pembiayaanini
berdampak pada arus kas dan labarugi dimasa mendatang, karena penurunan nilai pembiayaanini
akan menyebabkan pendapatan yang diperoleh turun.Perusahaan lambaga keuangan dianjurkan
untuk mempersiapkan diri agar dapat mengikuti perubahan yang dilakukan oleh Dewan Standar
Akuntansi

C. PSAK 60 memiliki tujuan sebagai berikut :


 Mensyaratkan entitas untuk menyediakan pengungkapan dalam laporan keuangan yang
memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi:
(a) signifikansi instrumen keuangan atas posisi dan kinerja keuangan entitas; dan
(b) jenis dan besarnya risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas
terekspos selama periode dan pada akhir periode pelaporan, dan bagaimana entitas
mengelola risiko-risiko tersebut.
 Melengkapi prinsip-prinsip untuk pengakuan, pengukuran dan penyajian aset keuangan
dan liabilitas keuangan dalam PSAK 50 dan PSAK 55.

II. Ruang Lingkup dan Instrumen Keuangan pada PSAK 50, PSAK 55 dan PSAK 60

1. Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna


laporan keuangan untuk mengevaluasi signifikansi instrument keuangan terhadap posisi
dan kinerja keuangan.
2. Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan nilai tercatat untuk setiap kategori
instrumen keuangan dalam laporan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan.
3. Mengatur hal-hal yang perlu diungkapkan jika entitas menetapkan suatu instrument
keuangan berupa:
- Pinjaman yang diberikan dan piutang untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi.
- Liabilitas keuangan pada nilai wajar melalui laporan keuangan

4. Mensyaratkan entitas mengungkapkan jumlah reklasifikasi ke dan dari setiap kategori


dan alasan reklasifikasi

5. Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan rekonsiliasi perubahan pos penurunan nilai


selama periode berjalan untuk setiap kelompok aset keuangan.

6. Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan pos pendapatan, beban, keuntungan dan


kerugian dalam laporan laba rugi komprehensif atau catatan atas laporan keuangan,
yaitu:
- Laba atau rugi neto asset keuangan atau liabilitas keuangan
- Total pendapatan bunga dan total beban bunga.
- Pendapatan dan beban imbalan dari aset atau liabilitas keuangan dan aktivitas wali
amanat
-

3
- Pendapatan bunga dari aset keuangan yang mengalami penurunan nilai
- Jumlah kerugian penurunan nilai.

7. Terdapat penjelasan mengenai pengungkapan kebijakan akuntansi dan dasar pengukuran


sesuai dengan PSAK 1 ( Revisi 2009)
8. Terdapat pembahasan peraturan mengenai Sehubungan dengan nilai wajar, hal-hal yang
perlu diungkapkan adalah sebagai berikut:
- Mengungkapkan tiga level hirarki nilai wajar.
- Jika ada perbedaan nilai wajar saat pengakuan awal dengan jumlah yang ditentukan
menggunakan teknik penilaian pada tanggal itu, maka mengungkapkan: Kebijakan
akuntansi untuk pengakuan perbedaan dan agregat perbedaan yang diakui dan
rekonsiliasi perubahan saldo perbedaan.

9. Mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi untuk mengevaluasi jenis dan


tingkat risiko yang timbul dari instrument keuangan.

10. Hal yang diungkapkan dalam pengungkapan kualifikatif adalah:


- eksposur risiko dan bagaimana risiko timbul
- tujuan, kebijakan, proses pengelolaan risiko dan metode untuk mengukur risiko
- setiap perubahan (1) dan (2) dari periode sebelumnya

11. Untuk setiap kelompok instrumen keuangan harus mengungkapkan:


- jumlah paling mewakili nilai maksimal eksposur risiko kredit
- uraian agunan yang dimiliki sebagai jaminan dan peningkatan perikatan kredit
- informasi kualitas kredit aset keuangan yang lewat jatuh tempo atau mengalami
penurunan nilai
- jumlah tercatat asset keuangan telah jatuh tempo atau penurunan nilai setelah
negosiasi.

12. Untuk setiap kelompok instrumen keuangan harus mengungkapkan:


- analisa umur asset keuangan yang jatuh tempo tetapi tidak mengalami penurunan
nilai
- analisa dan factor penurunan nilai
- jumlah (1) dan (2), uraian agunan dan peningkatan perikatan kredit.

13. Ketika memperoleh asset melalui pengambilalihan kepemilikan agunan yang dimiliki
sebagai jaminan, mengungkapkan:
- jenis dan jumlah tercatat aset yang diperoleh
- kebijakan pelepasan asset ketika aset tidak siap dikonversi.

14. Suatu entitas harus mengungkapkan:


- analisa jatuh tempo untuk non-derivatif liabilitas keuangan
- analisa jatuh tempo untuk derivatif liabilitas keuangan
- uraian pengelolaan risiko likuiditas melekat pada (a) dan (b)

15. Pengungkapan Kuantitatif – Risiko Pasar – Analisa Sensitivitas mengungkapkan :


- analisa sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar
- asumsi dan metode yang digunakan dalam analisa sensitivitas
- perubahan asumsi dan metode analisa sensitivitas

1. Klasifikasi
PSAK No. 50 (1998) mengklasifikasikan instrumen keuangan (istilah dalam PSAK ini
adalah efek) ke dalam salah satu dari tiga kelompok berikut ini :
 Dimiliki hingga jatuh tempo (Held to maturity)
 Diperdagangkan (trading)
 Tersedia untuk dijual (available for sale)

PSAK 50 (revisi 2006) paragraf 7 mengklasifikasikan instrumen keuangan ke dalam empat


kategori :

4
1. Aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi (financial asset at fair value through profit or loss/FVTPL) dengan kriteria :
 Untuk diperdagangkan (trading)
 Ditetapkan (designated)

2. Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo (Held to maturity/HTM), dengan kritera :
a) Aset keuangan non-derivatif
b) Pembayaran tetap/telah ditentukan
c) Jatuh tempo telah ditetapkan
d) Entitas memiliki maksud dan kemampuan untuk memiliki hingga jatuh tempo

3. Pinjaman yang diberikan dan piutang (Loan and Receivable/ L&R), dengan kriteria yang
sama dengan HTM hanya saja tidak memiliki kuotasi di pasar aktif (quoted market)

4. Aset keuangan tersedia untuk dijual (Available for sale / AFS), dengan kriteria
a) Aset keuangan non-derivatif
b) Ditetapkan sebagai AFS
c) Tidak diklasifikasikan sebagai FVTPL, L&R dan HTM

Kategori yang berbeda dengan PSAK 1998 adalah Loan and Receivable. Dengan
adanya PSAK No. 50 (revisi 2006)inilah maka Pinjaman dan deposit di industri perbankan
memenuhi kriteria sebagai Instrumen Keuangan dan harus diperlakukan dengan memenuhi
syarat-syarat dalam PSAK No. 50 (revisi 2006).

2. Pengakuan
Pengakuan atas instrumen keuangan disesuaikan dengan klasifikasi yang telah penulis
jelaskan di atas, Jadi, apabila mengacu kepada PSAK No. 50 (1998), maka diakui ke dalam salah
satu dari 3 kategori Held to Maturity, trading dan Available for Sale dimana mengklasifikasikan
instrumen keuangan tersebut lebih kepada menurut penyajiannya dalam neraca.
PSAK No. 50 (revisi 2006) melakukan pengklasifikasian berdasarkan pengakuan dan
pengukurannya yaitu berdasar jangka waktu suatu aset keuangan akan dimiliki ataupun jangka
waktu tempo untuk kewajiban keuangan.

3. Pengukuran
Masalah penentuan fair value, untuk instrumen yang memiliki kuotasi di pasar aktif
seperti FVTPL, tentunya mudah untuk menentukan fair valuenya, namun apabila tidak memiliki
pasar aktif fair value seperti itu tidak akan didapat. PSAK No. 55 (revisi 2006) AP 86 dan 89
mengatur mengenai pengukuran instrumen yang tidak mempunyai pasar aktif dengan teknik
penilaian :
 Penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak yang
memahami, berkeinginan (arm’s length market transaction)
 Nilai wajar terkini instrumen lain yang secra substansial sama
 Analisis discounted cash flow
 Penggunaan option pricings model

4. Reklasifikasi
Salah satu bentuk kedisiplinan IAS yang diadopsi oleh PSAK No. 50&55 (revisi 2006)
adalah dalam masalah reklasifikasi ini. Pada PSAK No. 50 (1998) tidak memberikan larangan
mengenai pengklasifikasian ulang instrumen keuangan yang sebelumnya telah direklasifikasi.
Hal ini memungkinkan adanya moral hazard oleh manajemen perusahaan dengan
mereklasifikasi instrumen keuangannya untuk tujuan pemerataan laba atau income smoothing.
Selain itu, terdapat ‘tainting rule’ yaitu larangan untuk mengklasifikasikan HTM selama 2
tahun jika entitas bermaksud menjual atau mereklasifikasi investasi HTM dalam jumlah pokok
yang signifikan, kecuali jika sudah mendekati jatuh tempo, jumlah pokok hutang hampir
seluruhnya tertagih atau ada kejadian tertentu di luar kendali.

5
5. Penurunan Nilai
PSAK No. 50 (1998) tidak memberikan panduan yang jelas tentang indikator-indikator
penurunan nilai untuk instrumen keuangan. PSAK 50 (1998) menyebutkan bahwa biaya
perolehan yang diturunkan nilainya tidak dapat diubah lagi. Mengenai apakah nilai tersebut
dapat direstorasi lagi tidak disebutkan dalam PSAK ini.
Sedangkan jika dibandingkan dengan PSAK 50 (1998), PSAK 55 (revisi 2006)
memberikanpenekanan lebih pada ’bukti objektif (objective evidance)’ yang menjadi dasar
daripenurunan nilai tersebut (paragraf 60) dan juga penekanan bahwa evaluasi akanadanya
penurunan tersebut harus dilakukan pada setiap tanggal neraca (paragraf 59). Sebagai contohnya
instrumen keuangan jenis FVTPL akan dinyatakan turun nilainya berdasarkan PSAK 55 (revisi
2006)apabila pasar aktif instrumen tersebut hilang karena kesulitan keuangan.

6. Pengungkapan
PSAK 50 (revisi 2006) mengatur pengungkapan untuk seluruh instrumen derivatif dengan
rinci.
Yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan meliputi :
1. Format, Tempat dan Klasifikasi Instrumen Keuangan
 Pernyataan ini tidak mengatur format dari informasi yang dipersyaratka untuk
diungkapkan atau tempatnya dalamlaporan keuangan.
 Pengungkapan dapat berbentuk kombinasi dari penjelasannaratif dan kuantitatif,
sepanjang dianggap memadaiuntuk mengungkapkan karakteristik instrumen
dimaksudserta arti pentingnya bagi entitas.
 Manajemen entitas mengklasifikasikan instrumenkeuangan dalam beberapa
kelompok sesuai sifat dariinformasi yang diungkapkan, dengan
mempertimbangkanbeberapa hal seperti karakteristik instrumen tersebut dandasar
pengukuran yang telah digunakan.

2. Kebijakan Manajemen Risiko dan Aktivitas Lindung Nilai


 Mengungkapkan tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan termasuk
kebijakan lindung nilainya. Penjelasan kebijakan manajemen risiko harus memuat
kebijakan yang menyangkut hal-hal seperti lindung nilai atas eksposur risiko
upaya penghindaran konsentrasi risiko yang berlebihan, dan persyaratan
mengenai agunan guna mengurangi risiko kredit.
 Menjelaskan sejauh mana suatu instrumen keuangan digunakan, risiko yang
terkait dan sasaran usaha yang ingin dicapai.
 Untuk lindung nilai atas nilai wajar, lindung nilai atas arus kas, dan lindung nilai
atas investasi bersih dalam operasidi luar negeri, pengungkapan terpisah secara
lebih spesifik dan terperinci harus dilakukan.

3. Persyaratan, Kondisi dan Kebijakan Akuntansi


 Untuk tiap kelompok aktiva finansial, kewajiban finansial,dan instrumen ekuitas,
entitas harus mengungkapkan:
a. Informasi mengenai cakupan dan sifat instrumenkeuangan, termasuk
persyaratan dan kondisi yangbersifat signifikan yang dapat mempengaruhi
jumlah,waktu, dan tingkat kepastian arus kas di masa datang; dan
b. Kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan,termasuk kriteria pengakuan
dan dasar pengukuranyang diterapkan.
 Pengungkapan untuk setiap kategori aset keuangan apakahpembelian dan
penjualan aset keuangan dicatat pada tanggal perdagangan atau pada tanggal
penyelesaian.
 Jika instrumen keuangan bersifat signifikan, maka seluruhpersyaratan dan kondisi
instrumen tersebut harus diungkapkan.

4. Risiko Tingkat Bunga


 Informasi mengenai eksposur risiko tingkat bunga, termasuk: :

6
a. Tanggal penilaian ulang (repricing) atau tanggal jatuh tempo kontraktual,
mana yang lebih dahulu;dan
b. Tingkat bunga efektif, jika tersedia.
 Mengindikasikan aset keuangan dan liabilitas keuangan mana yang terekspos
risiko tingkat bunga atas nilai wajar, terekspos risiko tingkat bunga atas arus kas,
dan tidak secara langsung terekspos terhadap risiko tingkat bunga (misal
instrumen ekuitas).
 Pengungkapan suku bunga efektif berlaku untuk obligasi,notes, pinjaman, dan
instrumen keuangan sejenis yang melibatkan pembayaran di masa datang
yangmencerminkan nilai waktu dari uang.
 Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi instrumenkeuangan seperti investasi dalam
instrumen ekuitas daninstrumen derivatif yang tingkat bunga efektifnya tidakdapat
ditentukan.

5. Risiko Kredit
 Mengungkapkan informasi mengenai eksposur risiko kredit,termasuk:
a. Jumlah yang paling mewakili eksposur risiko kredit maksimal apabila
pihak lawan tidak mampu memenuhikewajibannya, tanpa
memperhitungkan nilai wajar dariagunan; dan
b. Konsentrasi risiko kredit yang bersifat signifikan
 Aset keuangan dengan hak saling hapus dengan liabilitaskeuangan, tidak boleh
disajikan neto dalam neraca, kecuali penyelesaian akan dilakukan secara neto atau
secarabersamaan.Namun demikian, entitas mengungkapkan keberadaan haksecara
hukum untuk melakukan saling hapus ketikamenyajikan informasi seperti yang
dipersyaratkan di atas.

6. Nilai wajar
 Mengungkapkan nilai wajar tiap kelompok aset dan liabilitas dalam cara yang
memungkinkan untukdiperbandingkan dengan nilai tercatat dalam Neraca.
 Jika entitas tidak mengukur instrumen keuangan di neracapada nilai wajar, maka
entitas wajib menyediakan informasinilai wajar pada pengungkapan tambahan.
 Jika investasi dalam instrumen ekuitas atau derivatif yangterkait tidak memiliki
kuotasi, maka instrumen tersebutdiukur pada biaya perolehan berdasarkan
Pernyataan ini.Fakta ini harus diungkapkan bersamaan dengan
penjelasaninstrumen keuangan tersebut, nilai tercatatnya, danpenjelasan mengapa
nilai wajarnya tidak dapat diukursecara andal, dan jika memungkinkan, kisaran
dari estimasinilai wajar yang paling memungkinkan.

7. Pengungkapan Lainnya
Pengungkapan lainnya mengenai :
 Penghentian pengakuan
 Jaminan
 Instrumen Keuangan Majemuk dengan Beberapa
 Derivatif Melekat
 Instrumen Keuangan pada Nilai Wajar
 Reklasifikasi/Penggolongan Kembali
 Laporan Laba Rugi dan Ekuitas
 Penurunan Nilai
 Wanprestasi dan Pelanggaran

III. Dampak penerapan PSAK 50, PSAK 55, dan PSAK 60

7
Permasalahan-permasalahan yang bisa timbul sebagai akibat berlakunya PSAK No. 50
(revisi 2006) sebagai pengganti PSAK No. 50 (1998) dalam industri perbankan Indonesia adalah
sebagai berikut :

1. Mengenai Penyisihan Kerugian Kredit (Loan-Loss Provisioning) atau Cadangan


Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).

2. Dengan memakai standar baru ini dapat mengurangi sumber pendapatan bunga bank
dalam hal sebagai berikut :
 Pendapatan provisi dan komisi kredit kini menjadi pengurang dari nilai kredit
yang diberikan guna menghitung pendapatan bunga efektif.
 Bunga surat berharga misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak boleh
masuk sebagai pendapatan operasional bunga. Reklasifikasi bunga SBI ini
berdampak pada bank yang banyak menempatkan dananya di luar kredit dengan
ciri rasio pinjaman terhadap dana (LDR)- nya yang relatif kecil.
 Kredit sebagai asset bank digolongkan pada “Loan and Receivables” yang mana
valuasinya adalah dengan cara amortized cost, hal ini membawa konsekuensi
bahwa nilai kredit (dalam hal ini asset bank) akan dipengaruhi oleh proyeksi
cashflow dari asset tersebut, sehingga kredit yang dikenakan bunga dibawah
bunga pasar akan terdiskon menjadi lebih kecil dari harga perolehannya (kredit
yang dikucurkan)

3. Penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 membutuhkan sistem dan persiapan yang cukup
lama dan cukup mahal karena harus menggabungkan semua laporan keuangan dalam
satu paket. Dari sisi investasi, paling sedikit setiap bank harus mengeluarkan dan
sebesar US$1 juta untuk membeli sistem informasi dan teknologi untuk aplikasi
pelaporan keuangan berdasarkan PSAK No. 50 & 55 (revisi 2006).

4. Selain masalah teknologi, Sumber Daya Manusia yang menguasai mengenai PSAK ini
juga terbatas, jadi akan menambah masalah bagi perbankan untuk penerapan PSAK ini.
Bank harus menilai sumber daya manusia yang dimiliki dan melakukan training-training
secara kontinu agar sumber daya manusia yang tersedia dapat dengan cepat mengadopsi
PSAK 55 (revisi 2006). Misalkan untuk menghitung penyisihan kerugian kredit,
kaitannya dengan internal rating model, bank memiliki sumber daya manusia yang
mampu menganilisis data-data statistik yang ada.

Anda mungkin juga menyukai