Anda di halaman 1dari 28

BAB 8

INSTRUMEN KEUANGAN, KAS, DAN PIUTANG

INSTRUMEN KEUANGAN
Pengertian Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan adalah suatu kontrak yang dapat menambah nilai aset dan liabilitas
keuangan perusahaan. Instrumen keuangan adalah aset yang dapat diperdagangkan dalam
bentuk apapun, baik kas; bukti kepemilikan dalam suatu entitas, atau hak kontraktual untuk
menerima atau memberikan, uang tunai atau instrumen keuangan lainnya. Menurut Standar
Pelaporan Keuangan Internasional, instrumen keuangan didefinisikan sebagai kontrak yang
menimbulkan aset keuangan dari satu entitas dan kewajiban keuangan atau
instrumen ekuitas entitas lain.
Dengan demikian, penjualan barang oleh satu entitas ke yang lain secara kredit akan
menimbulkan aset keuangan untuk penjual (piutang) dan kewajiban keuangan untuk pembeli
(hutang dagang). Adapun standar akuntansi yang mengatur instrumen keuangan adalah sebagai
berikut:
1. PSAK 50 (revisi 2010) instrumen keuangan merupakan penyajian adopsi dari IAS:
Financial Instrumen Presentation
2. PSAK 55 (revisi 2013) instrumen keuangan merupakan pengakuan dan penilaian
adopsi dari IAS 39: Financial Instrument Recognition and Valuation
3. PSAK 60 (revisi 2013) instrumen keuangan merupakan pengungkapan adopsi dari
IFRS 7 Financial Instrument Disclosure
Instrumen keuangan didefinisikan sebagai berikut:
1. Kas merupakan harta paling liquid yang berguna sebagai media pertukaran atau jual
beli. Contoh dari kas yaitu uang logam, uang kertas, dana yang tersedia di deposito
bank dan lainnya.
2. Instrumen ekuitas dari entitas lain
3. Hak kontraktual terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Untuk menerima uang tunai atau aset keuangan lain dari entitas lain
b. Untuk menukar aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas
lain dalam kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas; atau
4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas
yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan :
a. Nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima
sejumlah variabel dari instrumen yang diterbitkan entitas
b. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan
sejumlah kas atau aset keuangan dengan sejumlah instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas. tidak termasuk instrumen yang merupakan kontrak untuk
penerimaan di masa depan atau pengiriman instrumen ekuitas entitas sendiri atau
instrumen keuangan yang mempunyai opsi jual (Puttable Financial Instrument).
Instrumen opsi jual merupakan instrumen keuangan yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk menjual kembali instrumen kepada penerbit dan memperoleh
kas atau aset keuangan lainnya atau secara otomatis menjual kembali kepada
penerbit pada saat terjadinya peristiwa yang tidak pasti dimasa depan.
JENIS INSTRUMEN KEUANGAN
Instrumen keuangan dapat dikategorikan dengan tergantung pada bentuknya pada
apakah mereka adalah instrumen kas atau instrumen derivatif.
1. Instrumen kas
Instrumen kas adalah instrumen keuangan yang nilainya ditentukan langsung
oleh pasar. Mereka dapat dibagi menjadi sekuritas, yang mudah dipindah
tangankan, dan instrumen kas lainnya seperti pinjaman dan deposito, di mana
kedua peminjam dan pemberi pinjaman harus menyepakati transfer.
2. Instrumen derivatif
Instrumen derivatif adalah instrumen keuangan yang memperoleh nilai mereka dari
nilai dan karakteristik dari satu atau lebih entitas yang mendasari seperti aset, indeks
harga, atau tingkat suku bunga. Mereka dapat dibagi menjadi diperdagangkan
di bursa derivatif dan derivatif over-the-counter (OTC). Atau, instrumen keuangan
dapat dikategorikan berdasarkan "kelas aset" tergantung pada apakah mereka
berbasis ekuitas (yang mencerminkan kepemilikan pada badan yang menerbitkan)
atau berbasis utang (yang mencerminkan pinjaman investor yang diberikan
terhadap entitas yang menerbitkan). Jika utang, dapat lebih dikategorikan ke dalam
jangka pendek (kurang dari satu tahun) atau jangka panjang. Instrumen valuta asing
dan transaksi bukan utang maupun ekuitas didasarkan dan termasuk dalam kategori
mereka sendiri.
Bentuk Instrumen Keuangan
Instrumen keuangan berdasarkan PSAK 50 (Revisi 2013) berbentuk aset keuangan,
liabilitas keuangan, dan instrumen ekuitas. PSAK 55 (Revisi 2013) menjelaskan lebih rinci
berdasarkan jenis pengukurannya.
Aset keuangan terdiri atas:
1. Kas baik dalam bentuk kas di dalam perusahaan dalam bentuk uang tunai maupun kas
yang di simpan di dalam bank.
2. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain. Dalam sebuah entitas, aset ini merupakan
bentuk investasi dalam saham. Investasi dalam saham yang termasuk dalam investasi
keuangan adalah investasi yang akan di jual dalam jangka waktu dekat dan tidak
ditujukan untuk penyertaan saham dalam jangka panjang seperti diatur dalam PSAK 15:
Investasi Asosiasi atau PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama atau
investasi di anak perusahaan yang diatur dalam PSAK 4: Laporan Keuangan
Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri.
3. Hak kontraktual
a. Untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain.
Bentuk hak kontraktual ini dapat berbentuk klaim entitas terhadap entitas lain
untuk mendapatkan kas atau aset keuangan, contohnya piutang, investasi dalam
obligasi, dan pemberian pinjaman. Kontraktual tersebut dapat berbentuk
perjanjian formal seperti perjanjian kredit yang dikeluarkan oleh perbankan dan
perjanjian kredit pembelian aset tetap. Namun dapat juga tanpa perjanjian
formal dan hanya didasarkan pada bukti pengiriman barang dan faktur
penagihan. Contohnya piutang dagang jarang menggunakan bentuk perjanjian
formal dan hanya didasarkan pada faktur atau bukti pengiriman barang atau
penyelesaian jasa.
b. Untuk pertukaran aset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi berpotensi
untung.
Contoh bentuk kontrak ini dapat berupa forward, future, atau bentuk opsi untuk
mempertukarkan aset keuangan, misalnya entitas memiliki kontrak untuk
menukarkan piutang dalam mata uang USD sebesar USD 100.000 ke dalam mata
uang Rupiah pada lima bulan yang akan datang dengan kurs yang ditetapkan
sebesar Rp. 9.000 untuk tiap USD. Jika ternyata dalam perjalanan sebelum tiga
bulan tersebut kurs berubah menjadi lebih tinggi dari Rp 9.000 per USD maka
entitas berpotansi untung. Misalnya kontrak tersebut di buat pada 1 Oktober
20X1 maka entitas akan mengakui potensi keuntungan sebesar 300 x USD
100.000 potensi untung tersebut akan dicatat sebagai aset keuangan dan diakui
sebagai keuntungan.
4. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas
yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:
a. Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima
sejumlah yang bervariasi dari instrumen yang diterbitkan entitas atau
b. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain mempertukarkan sejumlah
tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas. Tidak termasuk instrumen keuangan yang mempunyai opsi jual
(puttable financial instruments).
Kontrak bukan instrumen ekuitas walaupun diselesaikan dengan penerimaan instrumen ekuitas
yang diterbitkan karena nilai ekuitasnya bervariasi. Contoh kontrak untuk menerima sejumlah
bervariasi dari instrumen ekuitas diterbitkan senilai Rp100 miliar. Jumlah instrumen ekuitas
yang akan diterima tergantung Rp100 miliar dibagi dengan harga saham tanggal kontrak. Opsi
saham atau warrant yang memberikan hak untuk membeli saham dalam jumlah yang
ditetapkan merupakan instrumen ekuitas.

Liabilitas keuangan terdiri atas:


1. Liabilitas kontraktual
a. Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan biasanya mencul dalam bentuk utang
entitas pada pihak lain. Utang dapat berupa kontrak formal seperti utang bank atau
utang obligasi. Namun utang dapat juga muncul tanpa kontrak formal, hanya didasarkan
faktur pembelian atau dokumen pengiriman/ penerimaan barang.
b. Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas.
Entitas dapat membuat kontrak untuk mempertukarkan aset keuangan, jika dalam
kontrak tersebut berpotensi tidak menguntungkan, maka potensi tidak menguntungkan tersebut
akan diakui sebagai liabilitas keuangan dan kerugian pada sisi lain.
2. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen ekuitas
yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
a. Nonderivatif dimana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menyerahkan
sejumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas atau
b. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mepertukarkan kas
dalam jumlah tertentu atau aset keuangan lain dengan jumlah tertentu dengan
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas.
Contoh (1) kontrak untuk menyerahkan instrumen ekuitas senilai 10 ons emas, karena
jumlah instrumen ekuitas yang diterbitkan tergantung harga emas dan harga saham. (2) kontrak
untuk menyerahkan instrumen ekuitas senilai 100 lembar instrumen ekuitas sebagai pengganti
kas yang setara dengan 100 ons emas, karena nilai instrumen ekuitasnya tergantung dari harga
emas, sehingga jumlahnya bervariasi.
Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu
entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya. Kontrak yang akan diselesaikan oleh
entitas dengan penyerahan (atau penerimaan) instrumen ekuitas miliknya dalam jumlah yang
ditetapkan sebagai pengganti kas atau aset keuangan lainnya yang nilainya telah ditetapkan
adalah instrumen ekuitas.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN INSTRUMEN KEUANGAN


Pengukuran aset dan liabilitas keuangan dibedakan menjadi dua yaitu pengukuran pada saat
pengakuan awal dan pengukuraan setelah pengakuan awal.
• Pengakuan awal
Entitas mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan dalam laporan posisi
keuangan, jika entitas tersebut menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak
instrumen tersebut.
• Pengukuran awal aset keuangan dan liabilitas keuangan
Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas keuangan, entitas mengukur
pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak diukur pada
nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau
liabilitas keuangan tersebut.
Penghentian Pengakuan Aset Keuangan
Dalam laporan keuangan konsolidasian diterapkan pada level konsolidasi. Dengan
demikian, entitas pertama mengonsolidasikan sehuruh laporan entitas anak dan selanjutnya
menerapkan pada konsolidasi kelompok usaha. Sebelum mengevaluasi apakah dan sejauh
mana penghentian pengakuan telah sesuai dengan peraturan diatas, entitas menentukan apakah
paragraf tersebut diterapkan pada bagian aset keuangan atau keseluruhan aset keuangan.
Entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika (a) hak kontraktual atas arus kas
yang berasal dari aset keuangan berakhir; (b) entitas mengatihkan aset keuangan seperti
dijelaskan sebelumnya dan pengalihan tersebut telah memenuhi kriteria penghentian
pengakuan.Entitas mengalihkan aset keuangan,jika (a) mengalihkan hak kontraktual untuk
menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan; atau (b) tetap memiliki hak kontraktual
untuk menerima arus kas yang berasal dari aset keuangan tetapi juga menangung kewajiban
kontraktual untuk membayar arus kas yang diterima tersebut .
Ketika entitas tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal
dari aset keuangan (aset awał), tetapi juga menanggung kewajiban kontraktual Ientuk
membayarkan arus kas yang diterima tersebut kepada satu atau lebih entitas (penerima akhir),
maka entitas memperlakukan transaksi tersebut sebagai pengalihan aset keuangan Sehagai
tambahan, entitas tidak berhak untuk menginvestasikan kembali arus kas tersebut, kecuali
investasi pada kas atau setara kas selama periode penyelesaian jangka pendek yaitu antara
tanggal penagihan tanggal pembayaran kepada penerima akhir, dan pendapatan bunga yang
diperoleh dari investasi tersebut diserahkan kepada penerima akhir.
Ketika entitas mengalihkan aset keuangan maka entitas mengevaluasi sejauh mana
entitas tetap memiliki risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut. Pengalihan
risiko dan manfaat dievaluasi dengan membandingkan eksposur entitas, sebelum dan sesudah
pengalihan dilakukan, dengan variabilitas dalam jumlah dan waktu terjadinya arus kas neto
yang berasal dari aset alihan. Seringkali penentuan apakah entitas secara substansial telah
mengalihkan atau tetap memiliki seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikannya dapat
ditentukan dengan mudah tanpa harus dihitung terlebih dahulu. Perhitungan dan perbandingan
tersebut dilakukan dengan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku sebagai tingkat
diskonto. Seluruh variabilitas yang mungkin terjadi dalam arus kas neto turut diperhitungkan,
dengan pemberian bobot yang lebih besar bagi arus kas neto yang lebih mungkin terjadi.
Penentuan apakah entitas masih memiliki pengendalian atas aset alihan bergantung
pada kemampuan pihak yang menerima pengalihan untuk menjual aset tersebut. Jika entitas
mengalihkan aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian pengakuan untuk
keseluruhan nilainya dan entitas tersebut masih memiliki hak pengelolaan atas aset keuangan
tersebut dengan imbalan tertentu, maka entitas mengakui kontrak pengelolaan tersebut sebagai
aset jasa pengelolaan atau liabilitas jasa pengelolaan. Jika, sebagai akibat dari pengatihan, aset
keuangan dihentikan pengakuannya secara keseluruhan, maka entitas mengakui aset keuangan
atau liabilitas keuangan, atau liabilitas Jasa pengelolaan yang baru tersebut pada nilai wajar.
Pada saat penghentian pengakuan aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara: (a)
jumlah tercatat dan (b) jumlah dari pembayaran yang ditertma dan setiap keuntungan atau
keruglan kunutatif yang telah diakui dalam penghasilan komprehensif lain diakui dalam laba
rugi.

CONTOH INSTRUMEN KEUANGAN


Berikut adalah beberapa contoh instrumen keuangan yang bisa dijumpai di pasar modal
Indonesia:
1. Saham
Pengertian saham adalah bukti bagian kepemilikan dari sebuah perusahaan. Jika Anda
membeli 1 lembar saham dari 500 saham keseluruhan. Ini artinya, Anda berhak
memiliki 1/500 atau 1 persen saham dari perusahaan tadi. Sebagai pemilik satu persen
saham, Anda juga boleh memperdagangkan saham tersebut. Serta, ketika keuntungan
dibagikan, maka Anda juga berhak memperoleh 1 persen atas dividen.
2. Obligasi
Sementara itu, obligasi adalah dokumen yang diserahkan kepada investor dari penerbit
obligasi atau peminjam agar mendapatkan imbalan uang tunai yang disepakati.
Dokumen ini mencantumkan frekuensi waktu pembayaran bunga, tanggal pelunasan,
ukuran, dll. Jika gagal bayar sesuai kesepakatan, maka uang tidak bisa diberikan.
Obligasi bisa menjadi salah satu instrumen keuangan yang diandalkan dalam
pengumpulan uang dari investor. Terlebih lagi, obligasi adalah instrumen utang yang
dividennya dibayarkan secara teratur dan bisa menjadi pendapatan tetap. Obligasi
dibayarkan pada tanggal jatuh tempo. Dengan risiko lebih rendah ketimbang saham.
Ada beberapa jenis obligasi, seperti obligasi pemerintah dan obligasi korporasi.
Umumnya, kedua jenis obligasi ini didukung aset.
3. Surat Pinjaman atau Debenture
Sama seperti obligasi, debenture adalah surat pinjaman uang yang tidak didukung aset.
Utang diberikan dalam jangka panjang dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi,
ketimbang obligasi.
4. Derivatif
Derivatif adalah instrumen yang nilainya diperoleh dari entitas yang mendasarinya.
Aset dasar yang paling umum dijumpai untuk derivatif adalah saham, obligasi,
komoditas, mata uang, suku bunga, dan indeks pasar. Sedangkan, jenis derivatif adalah
swap, futures, dll.
5. Reksa Dana
Termasuk dalam jenis instrumen keuangan. Reksa dana adalah sekumpulan dana yang
diambil dari investor berbeda-beda sesuai investasi dalam portofolio sekuritas. Setiap
saham investor diwakili oleh unit. Nilai unit disebut nilai aktiva bersih yang berubah
secara terus-menerus untuk mencerminkan perubahan nilai portofolio sesuai dana yang
dimiliki.
6. Treasury Bill/ T-Bill
Sedangkan, Treasury bill atau T-bill adalah instrumen jangka pendek yang berada di
bawah pasar uang. Umumnya, diterbitkan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
jangka pendeknya.
7. Commercial Paper
Surat-surat berharga lainnya atau commercial paper adalah instrumen keuangan jangka
pendek yang dikeluarkan oleh perusahaan penerbit untuk memenuhi kebutuhan jangka
pendek seperti modal usaha tambahan.

KAS
Kas adalah aset yang paling likuid. Kas diklasifikasi sebagai aset lancar dalam laporan posisi
keuangan. Kas biasanya digunakan untuk alat pembayaran aktivitas operasi perusahaan. Kas
perusahaan dapat berbentuk seperti giro, kas kecil, tabungan, dan sebagainya. Sifat kas yang
sangat likuid ini maka sering menjadi sasaran dalam penyalahgunaan. Oleh karena itu
diperlukan pengendalian atas kas perusahaan.

Pengendalian Kas
Beberapa bentuk pengendalian pada akun kas yang terjadi meliputi:
1. Pemisahan tugas yang jelas seperti pada bagian yang melakukan otorisasi dengan
pengeluaran kas, pengelolaan dan pencatatan kas.
2. Keamanan penyimpanan kas
3. Pengeluaran kas harus menggunakan cek dan diotorisasi oleh bagian yang tepat
4. Penggunaan sistem kas kecil untuk kegiatan operasional perusahaan
5. Rekonsiliasi antara pencatatan perusahaan dengan rekening koran bank

Kas Kecil
Perusahaan tidak menggunakan cek untuk mencairkan dana yang jumlahnya sering dan kecil.
Pengeluaran kas untuk kegiatan yang bersifat kecil menggunakan dana kas kecil. Sehingga
perusahaan membentuk sistem dana kas kecil. Pembentukan dana kas kecil disesuaikan dengan
ukuran perusahaan, semakin besar perusahaan maka pos kas kecil yang dibentuk juga berbagai
macam. Dalam pembentukan kas kecil terdiri dari dua sistem, yaitu:
1. Sistem imprest
Pada sistem imprest, jumlah kas kecil setiap periodenya dipertahankan tetap. Setiap
pengeluaran akan dibuatkan bukti pengeluaran, bukan dicatat dalam jurnal setiap terjadi
transaksi pengeluaran. Jika jumlah kas kecil sudah menipis atau habis, maka akan
dilakukan pengisian kembali sejumlah bukti pengeluaran yang ada, sehingga dana kas
kecil jumlahnya tetap. Ketika penggantian untuk pengeluaran, akan dibuat jurnal terkait
dengan pengeluaran dan mengurangi kas perusahaan.
Berikut ini adalah ilustrasi dari kas kecil.
a. Pembentukan kas kecil
Jumlah dan periode waktu kas kecil sistem imprest telah ditentukan terlebih dahulu.
Sebagai contoh, pada tanggal 5 November 2020, PT Mekar Sari membentuk kas kecil
dengan menarik cek di bank dengan nomor K-555 sebesar Rp 1.500.000 yang
diestimasikan penggunaannya setiap 2 minggu sekali atau jika dana telah menipis. Atas
transaksi tersebut maka akan dicatat sebagai berikut
5 Nov 2020 Kas kecil 1.500.000
Kas di Bank 1.500.000
(pembentukan kas kecil)

b. Pengeluaran kas kecil


Pengeluaran kas kecil selama periode tidak dibuatkan jurnal melainkan berdasarkan
bukti pengeluaran kas kecil dengan dibuatkan kartu kas kecil yang berfungsi sebagai
alat pengendalian kas kecil. Sebagai contoh, selama tanggal 5 – 19 November 2020 PT
Mekar Sari mengeluarkan kas kecil dengan rincian sebagai berikut
Tanggal Keterangan Jumlah
6 November 2020 Pembayaran biaya transportasi 55.000
8 November 2020 Membeli alat tulis 125.000
10 November 2020 Membeli materai 120.000
13 November 2020 Perjalanan dinas 825.000
14 November 2020 Pengiriman fax 175.000
18 November 2020 Pembayaran koran 200.000
Total Pengeluaran Kas Kecil (5 – 19 Nov 2020) 2.300.000

Pengeluaran kas kecil dibuatkan kartu kas kecil seperti berikut ini

PT MEKAR SARI
Kartu Kas Kecil
Periode 5-19 November 2020

No. No.
Tgl Keterangan Jumlah Saldo
Bukti Akun
05-Nov K-555 Pembentukan kas kecil 1.500.000
06-Nov BP-01 Pembayaran taksi 521 55.000 1.445.000
08-Nov BP-02 Pembelian alat tulis 522 125.000 1.320.000
10-Nov BP-03 Pembelian materai 522 120.000 1.200.000
13-Nov BP-04 Perjalanan dinas 521 725.000 475.000
14-Nov BP-05 Pengiriman fax 522 125.000 350.000
18-Nov BP-06 Pembayaran koran 525 200.000 150.000

Jumlah Pengeluaran yang diganti 1.350.000


Saldo kas kecil 150.000
Saldo kas kecil untuk periode berikutnya 1.500.000

Rekapitulasi Penggunaan Kas Kecil


No.
Nama Akun Jumlah
Akun
521 Beban Transportasi 780.000
522 Beban Pos dan Telekomunikasi 370.000
525 Beban Surat Kabar dan Majalah 200.000

c. Pengisian kembali kas kecil


Pengisian kembali kas kecil dilakukan secara periodik sebesar kas kecil yang
digunakan selama periode didasarkan dari bukti-bukti pengeluaran yang dikumpulkan
selama periode. Jumlah pengisian kembali kas kecil harus sama dengan pengeluaran-
pengeluaran selama satu periode, sehingga kas kecil akan kembali pada jumlah semula
(pada saat pembentukan).
Jurnal pengisian kembali
19 November 2020 Beban Pos dan Telekomunikasi 370.000
Beban Transportasi 780.000
Beban Surat Kabar dan Majalah 200.000
Kas di Bank 1.350.000
(pengisian kembali kas kecil)

Pada kasus tertentu, saldo kas kecil telah berkurang dan belum dilakukan penggantian,
sehingga pada tanggal pelaporan dibuat jurnal untuk menyesuaikan saldo kas kecil, oleh karena
itu kas kecil menunjukkan saldo yang sebenarnya. Namun, untuk menjaga konsistensi
pencatatan, pada awal periode perlu dibuat jurnal pembalik sehingga memudahkan pencatatan
periode berikutnya.
Pengisian kembali kas kecil dilakukan pada tanggal 20 November 2020 sampai dengan
3 Desember 2021. Pada tanggal 30 November 2020 (akhir periode) tidak ada pengisian kembali
(penggantian) pengeluaran yang telah dikeluarkan, sehingga dibuatkan jurnal penyesuaian.
Sebagai contoh, penggunaan kas kecil sampai selama tanggal 20 November – 30 November
2020 sebagai berikut:
Tanggal Jenis Pengeluaran Jumlah
21 November 2020 Pembelian perangko 75.000
23 November 2020 Pembayaran ongkos taksi 200.000
24 November 2020 Perjalanan dinas 350.000
26 November 2020 Pembayaran fax 50.000
30 November 2020 Pembelian alat tulis 70.000

Jurnal penyesuaian untuk mencatat penggunaan kas kecil selama 20 November – 31 November
2020 sebagai berikut
31 Nov 2020 Beban Pos dan Telekomunikasi 195.000
Beban Transportasi 550.000
Kas kecil 745.000
(mencatatan penyesuaian akhir periode)
Sehingga saldo kas kecil per tanggal 30 November 2020 adalah Rp 755.000 (1.500.000 –
745.00). Akun beban untuk periode November 2020 akan ditutup pada akhir periode dengan
jurnal penutup. Setelah jurnal penutup, maka saldo beban pos dan telekomunikasi dan beban
transportasi sebesar nol. Dalam hal menjaga konsistensi pencatatan, maka akan dibuat jurnal
pembalik, sehingga saldo akan kembali sebesar jumlah saat pembentukan yaitu Rp 1.500.000
dan beban bersaldo kredit.
1 Des 2020 Kas Kecil 745.000
Beban Pos dan Telekomunikasi 195.000
Beban Transportasi 550.000
(pencatatan jurnal pembalik awal periode)
Periode pengisian kembali kas kecil sampai periode berikutnya, dimana pengeluaran yang
terjadi berkaitan dengan surat kabar dan majalah sebesar Rp 80.000, transportasi sebesar Rp
200.000, dan pos dan telekomunikasi sebesar Rp 325.000, sehingga akan dicatat dalam jurnal
sebagai berikut:
9 Jan 2021 Beban Pos dan Telekomunikasi 395.000
Beban Transportasi 875.000
Beban Surat Kabar dan Majalah 80.000
Kas di Bank 1.190.000
(pengisian kembali kas kecil periode 20 Nov 2020 – 3 Des 2020)

2. Sistem fluktuasi
Pada sistem ini tidak ditetapkan nominal tertentu pada saldo kas kecil, sehingga
menyebabkan saldo kas kecil bervariasi dari period eke periode. Penggantian tidak
berdasarkan jumlah kas kecil yang terpakai, namun ditetapkan dalam jumlah tertentu.
Sebagai contoh, pembentukan dana kas kecil sebesar Rp 5.000.000 untuk 1 bulan, maka
setiap bulan, tidak memandang dana sudah menipis, atau dana masih ada akan selalu diisi
kembali sebesar Rp 5.000.000.
Sebagai contoh, PT Bersama membentuk sistem kas kecil untuk pengeluaran perusahaan
dalam jumlah kecil. Kas kecil dibentuk pada tanggal 2 Desember 2020 dengan sebanyak
Rp 4.000.000. Untuk selanjutnya kas kecil diisi setiap tanggal 15 dan 30. Transaksi yang
berhubungan dengan kas kecil selama bulan Desember 2020 adalah sebagai berikut:
4 Desember Membeli materai sebesar Rp 300.000
9 Desember Membayar tagihan sebesar listrik Rp 320.000 dan air Rp 230.000
10 Desember Membayar biaya iklan pada harian suara Kudus sebesar Rp 250.000
15 Desember Pengisian kembali dana kas kecil
18 Desember Membayar ongkos angkut pembelian sebesar Rp 240.000
21 Desember Membayar biaya telepon sebesar Rp 350.000
26 Desember Membeli perlengkapan kantor sebesar Rp 650.000
28 Desember Membayar biaya angkut barang sebesar Rp 130.000
30 Desember Pengisian kembali kas kecil

Maka jurnal kas kecilnya adalah seperti ini:


Tanggal Keterangan Debit Kredit
Pembentukan dana Kas Kecil
2 Desember Kas Kecil 4.000.000
Kas 4.000.000
Pengeluaran dana kas kecil langsung dicatat
4 Desember Perlengkapan Kantor 300.000
Kas Kecil 300.000
9 Desember Beban Listrik 320.000
Beban Air 230.000
Kas Kecil 550.000
10 Desember Beban Iklan 250.000
Kas Kecil 250.000
Pengisian kembali dana kas kecil
15 Desember Kas Kecil 1.100.000
Kas 1.100.000

Pencatatan pengeluaran kas kecil


18 Desember Beban angkut 240.000
Kas Kecil 240.000
21 Desember Beban Telepon 350.000
Kas Kecil 350.000
26 Desember Perlengkapan Kantor 650.000
Kas Kecil 650.000
28 Desember Beban angkut 130.00
Kas Kecil 130.000

Pengisian kembali dana kas kecil


30 Desember Kas Kecil 1.570.000
Kas Rp1.570.000

Rekonsiliasi Bank
Pada setiap akhir periode, perusahaan membuat rekonsiliasi dengan tujuan untuk mencocokkan
catatan kas yang ada di perusahaan dan kas yang ada di bank. Dengan adanya rekonsiliasi maka
dapat mengurangi adanya kesalahan dalam pencatatan dan potensi hilangnya kas perusahaan.
Secara umum penyebab perbedaan saldo dalam rekening bank dengan saldo kas menurut
pencatatan perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan Waktu Pencatatan
Perbedaaan saldo kas antara kedua belah pihak disebabkan adanya keterlambatan
pencatatan transaksi oleh salah satu pihak terkait dengan perbedaan waktu. Perbedaan
waktu pencatatan meliputi:
a. Transaksi yang dicatat oleh perusahaan tetapi belum dicatat oleh pihak Bank
- Setoran dalam perjalanan (Deposit in Transit)
Setoran dalam perjalanan adalah setoran yang dikirimkan oleh pihak perusahaan,
tetapi sampai akhir periode belum dicatat/diterima oleh pihak bank, sehingga
transaksi belum dibukukan ke rekening koran.
- Cek dalam peredaran (Outstanding Check)
Cek dalam peredaran adalah cek yang dikeluarkan oleh perusahaan, tetapi sampai
akhir periode belum dicairkan ke bank oleh pemegang cek sehingga transaksi
belum dicatatan dalam rekening koran bank.
b. Transaksi yang telah dicatat oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan
- Setoran langsung oleh debitur
Para debitur terkadang memilih membayarkan pembayaran langsung ke bank,
sehingga sampai akhir periode pihak perusahaan belum memperoleh bukti setoran
oleh debitur dari pihak bank, sehingga transaksi setorang tersebut belum dicatat
oleh perusahaan.
- Transfer secara elektronik
Pada umumnya terkadang transaksi penerimaan dan pengeluaran dapat dilakukan
dengan cara transfer secara elektronik. Namun terkadang, sampai akhir periode,
pihak perusahaan belum menerima bukti transfer, sehingga transaksi belum dicatat
oleh perusahaan.
- Cek kosong
Jika perusahaan menerima pelunasan piutang dari debitur dalam bentuk cek dan
langsung disetor ke bank, namun setelah dilakukan pengecekan ternyata cek
dinyatakan kosong (tidak cukup dana) oleh pihak bank, sehingga cek tersebut
dikembalikan lagi kepada perusahaan. Pada akhir periode, bukti transaksi belum
diterima oleh perusahaan sehingga belum dicatat oleh perusahaan.
- Pendapatan jasa giro bank
Imbalan yang diberikan oleh bank terkait dengan rekening giro berupa imbalan
yang disebut sebagai pendapatan bunga. Pendapatan bunga ini langsung
ditambahkan ke dalam rekening giro bank, sehingga sampai akhir periode, bukti
transaksi atas pendapatan jasa giro bank belum diterima perusahaan.
- Beban administrasi bank
Administrasi yang dibebankan kepada perusahaan karena pihak bank memberikan
jasa pengelolaan dana. Beban administrasi tersebut langsung dikurangkan ke dalam
rekening giro perusahaan. Sampai akhir periode, perusahaan belum menerima
bukti atas beban administrasi sehingga belum dicatat oleh perusahaan.
- Cek yang dikembalikan
Terkadang terdapat cek yang kurang lengkap atau tidak valid (kurang tanda tangan
dan kesalahan penulisan cek), sehingga sampai pada akhir periode perusahaan
belum menerima bukti transaksi sehingga belum tercatat di perusahaan.

2. Faktor Kesalahan
Perbedaan antara saldo akhir menurut catatan pihak perusahaan dan saldo akhir menurut
bank dapat disebabkan oleh berbagai kesalahan, yaitu:
a. Kesalahan dari pihak perusahaan
Kesalahan yang terjadi dari pihak perusahaan seperti kesalahan pencatatan, sebagai
contoh perusahaan mengeluarkan cek senilai Rp 725.000, namun bagian akuntansi
salah mencatat dengan menulis Rp 752.000, atau misalkan perusahaan membayar
beban promosi sebesar Rp 5.000.000 tetapi oleh bagian akuntansi keliru dicatat ke
dalam beban konsumsi
b. Kesalahan dari pihak bank
Kesalahan yang terjadi dari pihak bank seperti misalkan setoran dari PT Alam Indah
sebesar Rp 7.500.000 salah dicatat ke PT Alam Raya. Kemudian sebagai contoh jika
PT Aneka melakukan penarikan cek sebesar Rp 850.000, namun dicatat oleh bank
sebagai pengurang di rekening giro bank PT Aneka sebesar Rp 805.000
c. Kesalahan dari pihak perusahaan dan bank
Kesalahan dilakukan oleh pihak bank dan perusahaan, sebagai contoh PT Bagus
melakukan penarikan cek untuk membayar utang kepada PT Indah sebesar Rp
1.825.000, namun bagian perusahaan mencatat sebesar Rp 1.852.000 dan cek dicatat
bank sebagai setoran kepada PT Baik

Bentuk Laporan Rekonsiliasi Bank


PT Alam Jaya
Laporan Rekonsiliasi Bank
Per 31 Desember 20xx

Perusahaan Bank
Saldo awal menurut perusahaan xx Saldo awal menurut Bank xx

Ditambah: Ditambah:
Bunga xx Setoran dalam perjalanan xx
Kesalahan pencatatan xx Kesalahan bank xx

DIKURANGI: DIKURANGI:
Biaya administrasi bank xx Cek yang masih beredar xx
Cek kosong xx

Saldo akhir menurut perusahaan xx Saldo akhir menurut bank xx

Setelah menyusun laporan rekonsiliasi bank, selanjutnya adalah mencatat jurnal penyesuaian
untuk menyesuaikan akun-akun yang ada mempengaruhi saldo perusahaan.
Sebagai contoh, PT Alam Jaya menunjukkan saldo kas perusahaan sebesar Rp 20.965.000 pada
tanggal 31 Januari 2020, sedangkan menurut bank, saldo kas sebesar Rp 22.150.000. Berikut
adalah poin-poin perbedaan:
1. Setoran sebesar Rp 1.050.000 dilakukan pada tanggal 31 Januari, namun belum muncul
di laporan bank
2. Cek yang ditulis pada bulan Januari, namun belum dicairkan yaitu sebesar Rp 175.000
3. Bunga bank yang langsung didebet di rekening bank sebesar Rp 275.000
4. Beban administrasi bank sebesar Rp 45.000 dan belum dicatat oleh perusahaan
5. Cek dari pelanggan sebesar Rp 175.000 tidak dapat diuangkan karena dananya tidak
cukup
6. Perusahaan melakukan kesalahan pencatatan, cek untuk pembayaran hutang sebesar Rp
275.000 namun salah dicatat Rp 625.000
7. Bank salah mencairkan cek sebesar Rp 65.000 yang seharusnya merupakan cek dari
rekening perusahaan lain

PT Alam Jaya
Laporan Rekonsiliasi Bank
Per 31 Januari 2020

Perusahaan Bank
Saldo awal menurut perusahaan 20.965.000 Saldo awal menurut Bank 22.150.000

Ditambah: Ditambah:
Bunga 275.000 Setoran dalam perjalanan 1.050.000
Kesalahan pencatatan 350.000 Kesalahan bank 65.000

DIKURANGI: DIKURANGI:
Biaya administrasi bank 45.000 Cek yang masih beredar 1.895.000
Cek kosong 175.000

Saldo akhir menurut perusahaan 21.370.000 Saldo akhir menurut bank 21.370.000

Penyajian dan Pengungkapan


Kas dalam laporan posisi keuangan diklasifikasikan pada aset lancar pada urutan paling atas.
Kas disajikan sejumlah nominal kas yang terdapat di perusahaan. Jika perusahaan ingin
memisahkan antara kas dan setara kas, maka harus diungkapkan dengan jelas nominalnya.
Sedangkan pengungkapan kas dalam laporan posisi keuangan meliputi pengungkapan
kebijakan akuntansi dan informasi rincian kas yang dimiliki perusahaan. Kebijakan tersebut
menjelaskan komponen kas dan bagaimana perusahaan mengklasifikasi kas tersebut.
PIUTANG
Piutang adalah klaim suatu perusahaan kepada pihak lain yang terkait, baik perorangan
maupun badan usaha yang mengakibatkan adanya penerimaan kas dimasa yang akan datang
sebagai akibat adanya penyerahan barang atau jasa yang dilakukan saat ini. Piutang berasal
dari transaksi seperti penjualan barang atau jasa, pinjaman yang diberikan kepada pihak lain,
bunga yang berasal dari investasi, pesanan yang diterima atas saham atau obligasi yang akan
diterbitkan, tagihan kepada perusahaan asuransi atas kerugian yang dipertanggungkan, dan lain
sebagainya.

Jenis Piutang
Piutang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Piutang usaha
Piutang usaha adalah tagihan yang didukung oleh bukti usaha seperti faktura tau bukti
bahwa perusahaan telah menjual barang/jasa ke pihak yang berutang (debitur). Piutang
usaha berjangka waktu kurang dari satu tahun sehingga di dalam laporan posisi keuangan
dikategorikan sebagai aset lancar. Oleh karena bersifat lancar, piutang usaha biasanya
disertai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan (kreditur) seperti 2/10,
n/30, yang artinya jangka waktu pelunasan piutang selama 30 hari sejak penjualan
dilakukan, apabila piutang dibayar lebih awal sampai hari ke 10, maka perusahaan akan
memberikan potongan sebesar 2% kepada pihak debitur.
2. Piutang wesel
Piutang wesel adalah tagihan yang didukung oleh instrumen kredit resmi seperti promes
(janji tertulis untuk membayar uang pada tanggal tertentu). Pihak debitur akan membuat
surat perjanjian tertulis tentang kesanggupan membayar sejumlah kas beserta bunganya
(jika ada) kepada pihak kreditur pada waktu yang telah disepakati. Bagi pihak debitur,
instrumen kreditnya dinamakan sebagai wesel bayar yang akan dicatat sebagai utang
wesel, sedangkan bagi pihak kreditur instrumen kreditnya akan dinamakan sebagai wesel
tagih yang akan dicatat sebagai piutang wesel. Piutang wesel biasanya berjangka kurang
dari satu tahun sehingga akan dikategorikan sebagai aset lancar, namun jika berjangka
lebih dari satu tahun, maka dikategorikan sebagai piutang jangka panjang.
Pengendalian Internal pada Piutang
Pengendalian internal bertujuan untuk melindungi piutang perusahaan sehingga pemisahan
beberapa fungsi (persetujuan kredit, penjualan, akuntansi, dan penagihan) harus dilakukan.
Beberapa hal dalam pengendalian internal piutang usaha meliputi
1. Ada pemisahaan jelas dalam menangani transaksi penjualan secara kredit dan bagian
pencatatan piutang
2. Pemisahan antara bagian akuntansi dan bagian penerimaan kas hasil tagihan piutang
3. Pemberian potongan serta keringanan dan penghapusan piutang harus mendapatkan
otorisasi dari pihakyang berwenang
4. Perusahaan membuat buku tambahan piutang yaitu buku pembantu piutang
5. Perusahaan membuat daftar piutang berdasarkan jangka waktu piutang agar pemantauan
terhadap piutang tersebut dapat lebih efektif

Penghapusan Piutang Tak Tertagih


Tujuan perusahaan melakukan penjualan secara kredit adalah meningkatkan omzet
penjualan, namun hal ini menimbulkan risiko karena periode antara penyerahan barang dan
penerimaan kas menjadi berbeda. Sehingga meskipun perusahaan telah memperhitungkan
pengembalian piutang, tetap terdapat peluang adanya piutang usaha yang tidak dapat ditagih.
Tidak tertagihnya piutang usaha atas penjualan secara kredit disebut sebagai penurunan nilai
piutang atau kerugian piutang. Kerugian piutang diperlakukan sebagai beban dalam laporan
laba rugi. Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat kerugian piutang. Metode
tersebut meliputi:
1. Metode penghapusan langsung
Pada metode ini, pencatatan kerugian piutang sebagai beban dilakukan pada saat benar-
benar dinyatakan tidak tertagih oleh perusahaan karena debitur mengalami pailit atau
bangkrut, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan menilai piutang usaha sebesar
nominalnya. Metode ini mencatat kerugian piutang pada saat piutang diketahui secara pasti
tidak dapat ditagih. Pencatatan pada metode penghapusan langsung sebagai berikut:
Kerugian Piutang xxx
Piutang Usaha xxx
2. Metode Cadangan
Pencatatan kerugian piutang tidak menunggu sampai debitur dinyatakan benar-benar tidak
mampu membayar dan dilakukan estimasi jumlah piutang yang kemungkinan tidak dapat
dibayar oleh debitur pada akhir periode. Jumlah yang diestimasi tidak tertagih dicatat
sebagai kerugian. Jumlah piutang yang diestimasi tidak tertagih tersebut belum
dikeluarkan dari rekening piutang, melainkan baru dianggap dan dicatat sebagai cadangan
piutang yang kemungkinan tidak tertagih. Jurnal yang dilakukan adalah
Kerugian Piutang xxx
Penyisihan Kerugian Piutang xxx
Bila piutang yang dicadangkan itu benar-benar dinyatakan tidak dapat tertagih, maka
rekening cadangan tersebut harus dihapuskan. Jurnal untuk mencatat adalah
Penyisihan Kerugian Piutang xxx
Piutang Usaha xxx

Penerimaan Kembali Piutang yang Dihapuskan


Adanya penghapusan piutang tidak lantas menjadikan tagihan kepada pihak debitur
menjadi hilang. Hal tersebut tetap menjadi kewajiban pihak debitur sampai pelunasan
piutang tersebut. Namun terkadang piutang yang telah dihapuskan sebagai kerugian
piutang ternyata dapat ditagih kembali (tertagihnya tidak banyak). Jika ternyata piutang
tersebut diterima pembayarannya, maka harus memperhatikan dua hal, yaitu:
- Metode pengakuan kerugian piutang yang digunakan, metode langsung atau metode
cadangan
- Kepastian tertagihnya piutang yang sudah dihapus, dalam periode yang sama atau
periode berikutnya

Metode Langsung Metode Cadangan


Perusahaan telah memastika bahwa piutang PT A tidak dapat ditagih sebesar Rp 550.000
karena pailit
Beban kerugian piutang 550.000 Cadangan kerugian piutang 550.000
Piutang dagang 550.000 Piutang dagang 550.000
Piutang PT A yang telah dihapus ternyata dijanjikan oleh PT A untuk dibayar sebesar
Rp 500.000
Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 500.000
Beban kerugian piutang 500.000 Cadangan kerugian piutang 500.000

Kas 500.000 Kas 500.000


Metode Langsung Metode Cadangan
Piutang dagang 500.000 Piutang dagang 500.000
Pada akhir periode perusahaan memperkirakan bahwa piutang yang tidak dapat ditagih
sebesar Rp 500.000
Tidak ada jurnal Beban kerugian piutang 500.000
Cadangan kerugian piutang 500.000

Penentuan Besarnya Kerugian Piutang


Jika pengakuan kerugian piutang menggunakan metode cadangan, maka setiap akhir periode
harus dilakukan penghitungan mengenai jumlah kerugian yang akan disajikan dalam laporan
laba rugi dan besarnya cadangan kerugian piutang yang akan disajikan dalam laporan posisi
keuangan. Terdapat dua metode yang digunakan untuk melakukan penaksiran kerugian
piutang, yaitu:
1. Pendekatan laba rugi
Besarnya kerugian piutang ditentukan dari data yang tersedia dalam laporan laba rugi,
yaitu data penjualan selama periode yang bersangkutan. Piutang timbul dari aktivitas
penjualan kredit yang dilakukan perusahaan. Oleh karenanya, besar kecilnya kerugian
piutang banyak tergantung pada besar kecilnya penjualan yang terjadi pada periode yang
bersangkutan. Sedangkan besarnya taksiran persentase kerugian umumnya didasarkan
pada pengalaman yang lalu atau kebijakan perusahaan.
PT A pada 31 Desember 2020 diketahui bahwa:
Piutang dagang Rp 1.500.000
Cadangan kerugian piutang (Rp 25.000)
Penjualan kredit Rp 7.500.000
Potongan penjualan Rp 225.000
Retur penjualan Rp 157.500

Jurnal penyesuaian pada 31 Desember 2020 untuk mencatat kerugian piutang, apabila
diketahui bahwa persentase kerugian piutang selama lima tahun terakhir adalah 1%, 1%,
2%, 0,5%, 1%
Rata-rata kerugian piutang lima tahun terakhir adalah
(1%, 1%, 2%, 0,5%, 1% = 1,1%
):5
Penjualan kredit = Rp 7.500.000
Potongan penjualan = (Rp 225.000)
Retur penjualan = (Rp 157.500)
Penjualan kredit bersih = Rp 7.117.500
Kerugian piutang = 1,1% x Rp 7.117.500 = Rp 78.293

Jurnal Penyesuaian
Beban kerugian piutang 78.293
Cadangan kerugian piutang 78.293

Dalam metode ini saldo cadangan sebelumnya diperhatikan, sehingga cara penyajian
piutang di laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut:
Piutang dagang = Rp 1.500.000
Cadangan kerugian piutang (Rp 25.000 + Rp 78.293) = (Rp 103.293)
Rp 1.395.708

2. Pendekatan laporan posisi keuangan


Kerugian piutang ditentukan dari data yang tersedia dalam laporan posisi keuangan, yaitu
saldo piutang pada akhir periode akuntansi. Piutang yang tidak tertagih timbul karena
perusahaan mempunyai piutang. Oleh karena itu, besar kecilnya kerugian piutang banyak
bergantung pada besar kecilnya piutang. Sedangkan besarnya persentase kerugian
biasanya didasarkan pada pengalaman yang telah lalu atau kebijakan perusahaan. Dalam
pendekatan ini dikenal tiga cara penaksiran yang sering digunakan, yaitu:
1. Saldo cadangan kerugian piutang periode yang lalu ditambah dengan persentase
tertentu dari saldo piutang akhir periode akuntansi yang berjalan
2. Saldo cadangan kerugian piutang periode yang lalu ditambah sampai persentase
tertentu dari saldo piutang akhir periode akuntansi yang berjalan
3. Saldo cadangan kerugian piutang ditambah sampai jumlah tertentu yang ditetapkan
dengan analisa umur piutang (aging schedule)
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada umumnya rekening cadangan
mempunyai saldo rekening cadangan debet yang berarti negatif. Cadangan kerugian
piutang akan bersaldo debet apabila penghapusan piutang lebih besar dari saldo cadangan
yang tersedia. Sebaliknya, cadangan kerugian piutang akan bersaldo kredit apabila
penghapusan piutang lebih kecil dari saldo cadangan yang ada. PT A pada 31 Desember
2020 diketahui bahwa:
Piutang dagang Rp 6.000.000
Cadangan kerugian piutang 2019 (Rp 300.000)

Sedangkan buku besar pembantu piutang menunjukkan saldo-saldo sebagai berikut:


PT A Rp 1.500.000 15 November 2020
PT B Rp 750.000 12 Desember 2020
PT C Rp 1.250.000 9 Oktober 2020
PT D Rp 1.000.000 3 Maret 2020
PT E Rp 400.000 11 Juni 2020
PT F Rp 1.100.000 17 November 2020

- Termin 2/10, n/30


- Tanggal yang tercantum di buku besar pembantu adalah tanggal terjadinya transaksi
penjualan kredit Siapkan jurnal adjustment yang diperlukan pada tanggal 31 Desember
2020 jika:
1. Saldo cadangan ditambah dengan 5% dari saldo piutang
Beban kerugian piutang 300.000
Cadangan kerugian piutang 300.000
*kerugian piutang 5% x Rp 6.000.000

Penyajian piutang di Laporan Posisi Keuangan


Piutang dagang Rp 6.000.000
Cadangan Kerugian Piutang (Rp 600.000)

2. Saldo cadangan ditambah sampai 15% dari saldo piutang


Beban kerugian piutang 600.000
Cadangan kerugian piutang 600.000
*kerugian piutang 15% x Rp 6.000.000 = Rp 900.000
Saldo kredit cadangan kerugian piutang = Rp 300.000
= Rp 600.000
Penyajian piutang di laporan posisi keuangan
Piutang dagang Rp 6.000.000
Cadangan kerugian piutang (Rp 900.000)

3. Saldo cadangan ditambah sampai jumlah dari hasil analisa umur piutang, jika
diketahui bahwa pengalaman perusahaan yang berhubungan dengan kerugian
piutang adalah sebagai berikut:
Belum menunggak 1%
Menunggak 1-30 hari 4%
Menunggak 31-60 hari 7%
Menunggak 61-180 hari 10%
Menunggak lebih dari 180 hari 40%

Untuk menjawab pertanyaan yang ketiga terlebih dahulu kita harus menyusun Aging
Schedule. Asumsi yang digunakan disini adalah bahwa semakin lama umur piutang
semakin besar risiko tidak tertagihnya. Umumnya piutang timbul dari transaksi yang
berbeda tanggalnya, maka umurnya juga berbeda. Oleh karena itu, untuk menentukan
kerugian piutang, saldo piutang harus dianalisa menurut umurnya. Kemudian kerugian
piutang ditentukan dari masing-masing kelompok umur piutang tersebut.
Nama Saldo Belum Menunggak
Debitur Menunggak 1-30 31-60 61-180 > 180
PT A 1.500.000 - 1.500.000 - - -
PT B 750.000 750.000 - - - -
PT C 1.250.000 - - 1.250.000 - -
PT D 1.000.000 - - - - 1.000.000
PT E 400.000 - - - 400.000 -
PT F 1.100.000 - 1.100.000 - - -
Jumlah 6.000.000 750.000 2.600.000 1.250.000 400.000 1.000.000
% 1 4 7 10 40
Taksiran 7.500 104.000 87.500 40.000 400.000
kerugian
piutang
Beban kerugian piutang 339.000
Cadangan kerugian piutang 339.000

*Kerugian piutang Rp 639.000


Cadangan kerugian piutang Rp 300.000
Rp 339.000

Penyajian piutang di laporan posisi keuangan:


Piutang Rp 6.000.000
Cadangan Kerugian Piutang (Rp 639.000)

Penyajian pada Laporan Posisi Keuangan


Piutang disajikan pada laporan keuangan sebesar nilai realisasinya. Nilai realisasi adalah
jumlah yang akan diterima berupa nilai nominal dikurangi dengan perkiraan kerugian piutang
yang telah dibentuk dan disesuaikan setiap akhir tahun, sehingga jumlah tersebut merupakan
jumlah yang diharapkan dapat ditagih.
LATIHAN SOAL
1. Pada tanggal 2 Maret 2021, Berikut adalah transaksi PT Mulia Lestari selama bulan Maret
2021adalah sebagai berikut.
2 Maret 2021 Menarik cek No. K-102 senilai Rp 1.250.000 untuk pembentukan dana kas
kecil
5 Maret 2021 Membayar biaya fax sebesar Rp 125.000 (B-01)
7 Maret 2021 Membayar biaya listrik sebesar Rp 235.000 (B-02)
9 Maret 2021 Membeli perangko dan materai sebesar Rp 50.000 (B-03)
11 Maret 2021 Membayar biaya konsumsi rapat sebesar Rp 85.000 (B-04)
15 Maret 2021 Membayar biaya reparasi mesin sebesar Rp 100.000 (B-05)
17 Maret 2021 Membayar biaya telepon sebesar Rp 225.000 (B-06)
22 Maret 2021 Membayar biaya pengiriman sebesar Rp 85.000 (B-07)
25 Maret 2021 Membayar biaya transportasi sebesar Rp 175.000 (B-08)
26 Maret 2021 Pengisian kembali kas kecil untuk penggantian pengeluaran yang sudah
dilakukan
28 Maret 2021 Membayar ongkos taksi sebesar Rp 150.000 (B-09)
30 Maret 2021 Membeli perlengkapan alat tulis kantor Rp 175.000 (B-10)
31 Maret 2021 Mengisi kembali kas kecil

Akun yang digunakan untuk mencatat transaksi kas kecil PT Mulia Indah Lestari adalah Beban
Pos dan Telekomunikasi (5212), Beban Listrik (5213), Beban Reparasi (5214), Beban
Konsumsi (5215), Beban Pengiriman (5216), dan Beban Transportasi (5218).
Diminta:
a. Buatlah kartu kas kecil yang diperlukan atas pemakaian kas kecil menggunakan sistem
imprest
b. Buatlah jurnal atas transaksi di atas (pembentukan kas kecil, pengisian kembali, dan
penyesuaian) dengan sistem imprest dan sistem fluktuasi

2. PT Insani mempunyai saldo bank sebesar Rp 1.305.000 dengan pencatatan di perusahaan


sebesar Rp 1.267.000. Bank melakukan penagihan wesel tagih kepada pelanggan
perusahan sebesar Rp 270.000 dengan rincian wesel Rp 250.000, biaya penagihan Rp
20.000 dan pendapatan bunga dari wesel Rp 63.000. Setoran bank yang belum tercatat
oleh pihak bank pada tanggal 31 Juli 2021 sebesar Rp 500.000.
1. Uang yang diterima dari pelanggan sebesar Rp 702.000 salah dicatat oleh perusahaan
sebesar Rp 667.000
2. Bank salah mengeluarkan beban pengeluaran sebesar Rp 405.000
3. Bank membebankan biaya administrasi sebesar Rp 45.000 dan perusahaan belum
mencatatnya
4. Cek sebesar Rp 630.000 yang dikeluarkan perusahaan belum dicairkan oleh pemiliknya
5. Pendapatan jasa giro sebesar Rp 150.000 belum dicatat perusahaan
6. Cek dari pelanggan sebesar Rp 120.000 ditolak oleh bank karena dananya tidak cukup

Diminta:
1. Buatlah rekonsiliasi bank Juli 2021 dengan format kertas kerja yang sudah ditentukan!
2. Buatlah jurnal penyesuaiannya!

3. PT Bahagia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan barang


elektronik. Berikut adalah transaksi yang terjadi di perusahaan yang berhubungan dengan
kegiatan operasionalnya selama bulan Maret 2021
3 Maret Melakukan penjualan barang dagang secara kredit kepada CV Sejahtera
sebesar RP 15.750.000 dengan termin 2/10, n/30
5 Maret Menerima pengembalian barang dari CV Sejahtera karena ada kerusakan
sebesar Rp 4.500.000
7 Maret Menjual barang dagangan secara kredit kepada PT Insana senilai Rp
24.750.000 dengan menerima wesel tagih dengan jangka waktu 60 hari dan
tingkat bunga 15%
10 Maret Menerima pelunasan piutang dari CV Sejahtera atas transaksi penjualan
tanggal 3 Maret
12 Maret Menjual barang dagangan secara kredit kepada PT Bumi senilai Rp
14.000.000 dengan mengeluarkan wesel tagih berjangka waktu 45 hari tanpa
bunga
15 Maret Menjual barang dagang secara kredit kepada PT Sejahtera senilai Rp
37.500.000 atas penjualan barang elektronik dengan termin 5/10, n/30
18 Maret Memberikan pinjaman dari PT Mitra sebesar Rp 12.750.000 dengan
menyerahkan promes berjangka waktu 60 hari dengan tingkat bunga 18%
22 Maret Menerima pelunasan wesel tagih dari CV Cipta sebesar Rp 10.000.000 dengan
tingkat bunga 12% dan jangka waktu 45 hari (transaksi pada periode
sebelumnya)
26 Maret Menerima pelunasan piutang usaha dari PT Sejahtera
29 Maret Menerima pelunasan piutang usaha dengan surat wesel dari PT Merdeka
sebesar Rp 7.500.000 berjangka waktu 45 hari dengan tingkat bunga 15%

Catatlah semua jurnal atas transaksi di atas dan buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan di
akhir periode atas transaksi PT Bahagia pada bulan Maret 2021

4. Berikut ini adalah data rekening piutang dagang PT Insani per 31 Desember 2020:
Jangka waktu tertunggak Jumlah piutang dagang
< 30 hari 80.000.000
30-60 hari 16.000.000
61-120 hari 12.000.000
121-180 hari 8.000.000
> 180 hari 4.000.000
Total 120.000.000
Berdasarkan pengalaman masa lalu persentase piutang tak tertagih untuk tiap umur piutang
adalah: < 30 hari= 1,5%, 30-60 hari= 3%, 61-120 hari= 15%, 121-180 hari= 30%, dan > 180
hari= 60%

Diminta:
Buatlah analisis umur piutang untuk menentukan taksiran piutang tak tertagih dan siapkan
jurnal penyesuaian per 31 Desember 2020. Asumsikan bahwa saldo taksiran piutang tak
tertagih sebelum penyesuaian adalah:
a. Rp 715.000 (kredit)
b. Rp 715.000 (debit)

Anda mungkin juga menyukai