Anda di halaman 1dari 7

KEWAJIBAN/UTANG & EKUITAS

1. Pengertian Utang
 menurut FASB dalam SFAC No. 6.
hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang
mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menuerahkan aktiva atau
memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa
lalu

 menurut IAl (1994)


yaitu hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu. penyelesaiannya
diharapkan menoakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung
manfaat ekonomi (paragraph 62).

 Menurut IASC: Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan capat menghasilkan arus keluar dari
sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.

 Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul
dari peristiwa masa lalu. penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar
dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.

Definisi FASB digunakan sebagai basis pembahasan dalam bab ini karena
definisi tersebut cukup lengkap secara semantik. Artinya definisi tersebut telah
mencakupi berbagai gagasan atau kata kunci yang terkandung dalam beberapa
definisi kewajiban oleh sumber-sumber yang lain. Definisi IASC dan AASB secara
substantif tidak berbeda dengan definisi FASB.

2. Karakteristik Utang
Dengan berbagai variasi di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa kewa-jiban
mempunyai tiga karakteristik utama vaitu:
(a) pengorbanan manfaat ekonomik masa datang,
Pengorbanan manfaat ekonomi masa datang diwujudkan dalam bentuk transfer atau
penggunaan aset kesatuan usaha. Pengorbanan ekonomi harus dikaitkan dengan pihak
lain. Berarti bahwa kewajiban hanya dapat terjadi antar kesatuan usaha atau paling
tidak melibatkan kesatuan usaha yang lain.
Contoh : Keharusan membentuk dana asuransi diri (self-insurance) guna
mengantisipasi pengorbanan sumber ekonomi untuk mengganti fasilitas fisik yang
sewaktu-waktu rusak atau menutup rugi akibat musibah.

(b) keharusan sekarang untuk mentrasfer asset


sekarang (present) dalam hal ini mengacu pada dua hal, yaitu: Waktu dan keharusan.
Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca).

1. Keharusan Kontraktual : yang timbul akibat perjanjian dinyatakan secara eksplisit


atau implisit dan mengikat. Contohnya seperti utang pajak, utang bunga, utang wesel,
utang usaha, utang obligasi.

2. Keharusan Konstruktif : yang timbul akibat kebijakan perusahaan dalam rangka


menjalankan. Contohnya seperti refund untuk barang yang ternyata cacat atau rusak,
THR untuk karyawan.

3. Keharusan Demi Keadilan : yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan


semata-mata karena panggilan etis. Contohnya Kewajiban memberi donasi untuk
badan amal tiap akhir tahun.

(c) timbul akibat transaksi masa lalu.


Transaksi masa lalu adalah transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah
terjadi. Sebagai contoh, karena perusahaan mendapat pinjaman bank dengan kontrak,
keharusan sekarang berupa keharusan kontraktual timbul pada akhir periode
akuntansi. Yaitu berupa pokok pinjaman dan bunga yang menuntut pengorbanan
sumber ekonomi masa datang (suatu saat setelah akhir periode tersebut). Jadi
keharusan sekarang harus didahului transaksi atau kejadian masa lalu.
3. Pengakuan Utang
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi
yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus di evaluasi atas dasar
kaidah pengakuan. Empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban,
yaitu:

a) Ketersediaan dasar hukum


Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi.
Faktur pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report)
adalah dasar hukum yang cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban.
Ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan
karakteristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga
kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif hanya keharusan
konstruktif atau demi kedilan.
b) Keterterapan konsep dasar konservatisma
Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Implikasi
dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak
demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset
tidak.
c) Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
Substansi suatu transaksi dapat memicu pencatatan seluruh kewajiban yang timbul
ketika transaksi terjadi meskipun secara yuridis/kontraktual kewajiban baru akan
mengikat secara berkala pada saat keharusan sekarang timbul. Dalam hal ini,
kewajiban dapat atau bahkan harus diakui jika secara substantif sewaguna tersebut
sebenarnya adalah pembelian angsuran.
d) Keterukuran nilai kewajiban
Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan
informasi. Oleh karena itu, adanya kepastian mengenai jumlah rupiah dapat
memicu diakuinya suatu kewajiban. Jika pengukuran suatu pos kewajiban bersifat
sangat subjektif dan arbitrer, pada umumnya pos tersebut tidak diakui.
Hendriksen dan Van Breda menunjukkan saat–saat untuk mengakui kewajiban yaitu:
a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah
mengikat. Dalam hak kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak
memanfaatkan/menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya.
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya jika barang dan jasa yang menjadi biaya belum
dicatat sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk
menggunakan barang dan jasa diperoleh.
d. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.
Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akruan.

Kewajiban Bergantung
Adalah suatu situasi dimasa yg akan dtang yg mnentukan nilai kewajiban, jadi ada syarat
yang mendahuluinya.
Kriteria Pengakuan:
1. Aset cukup pasti turun nilainya
2. Kewajiban cukup pasti timbul
3. Kejadian yang menjadikan kewajiban bergantung cukup pasti terjadi
4. Jumlah keharusan dapat diestimasi dengan cukup layak.

4. Penilaiaan
Penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat antara
terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban.

Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal
(face value) kewajiban.

Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi.
Berikut dasar penilaian kewajiban dan penerapannya :

5. Penyelesaian/Pelunasan
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha
sehingga bebas dari kewajiban tersebut. Pelunsan biasanya pemenuhan secara langsung
kepada pihak yang berpiutang. Pelunasan menjadikan kewajiban tersebut hapus, tiada
atau lenyap secara langsung.
FASB menentukan kriteria lenyapnya suatu kewajiban sebagai berikut:
a. Debitor membayar/melunasi kreditor dan bebas dari semua keharusan yang
berkaitan dengan utang.
b. Debitor telah dibebaskan secara hukum dari statusnya sebagai penanggung utang
baik keputusan pengadilan maupun oleh kreditor dan dapat dipastikan bahwa debitor
tidak akan diharuskan melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan
utang.
c. Debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembali dalam suatu
perwakilan yang semata-mata digunakan untuk pelunasan pembayaran bunga serta pokok
suatu pinjaman tertentu dan sangat kecil kemungkinan bagi debitor untuk diharuskan lagi
melakukan pembayaran di masa datang yang berkaitan dengan pinjaman tersebut.

6. Konsep Ekuitas
FASB mendefinisikan EKUITAS sebagai berikut :
"Ekuitas adalah hak sisa terhadap aktiva suatu entitas
setelah dikurangi hutang"
Dari definisi diatas dpt dikatakan bahwa karakteristik
ekuitas adlh sbb
1. Ekuitas sama dgn aktiva netto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dgn hutang
perusahaan
2. Ekuitas dpt bertambah atau berkurang krn kenaikan atau penurunan aktiva netto, baik
yg berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan & biaya) investasi oleh pemilik atau
distribusi kpd pemilik
KOMPONEN EKUITAS
• Modal setoran (contributed capital), terdiri dari
modal yuridiksi (legal capital) yg dihitung
berdasar nilai pari (par value) menunjukkan
aktiva netto yg tok dpt distribusikan. Kelebihan nilai diatas nilai nominal diakui sebagai
agio
saham (additional paid in capital)
• Laba Ditahan (retained earnings) terdiri dari
laporan laba rugi, penyesuaian periode
sebelumnya, dan deviden • Penvesuaian modal belum terealisasi (unrealized
capital adjustment)

7. Teori Ekuitas
Teori Ekuitas adlh teori yg menjelaskan sudut pandang yg digunakan dim akuntansi
berkaitan dgn penyusunan & penyajian laporan keuangan.

A. Teori Proprietary
Teori ini muncul sbg perwujudan dari system pembukuan berpasangan, yg memusatkan
perhatiannya kpd pemilik
Persamaan Akuntansi yg digunakan :
Aktiva - Hutang = Modal
Teori proprietary sangat cook diterapkan utk organisasi perusahaan Perseorangan &
Firma, krn dim bentuk organisasi ini ada hubungan personel antara manajemen
perusahaan dgn pemilik

B. Teori Entitas (Kesatuan Usaha)


Teori ini menunjukkan bhw dgn adanya perkembangan kegiatan usaha menyebabkan
perusahaan menjadi unit usaha yg berdiri sendir, terpisah dari pemilik
Persamaan Akuntansi g digunakan :
Aktiva = Hutang, atau
Aktiva = Modal (Modal + Modal Pemilik)

C. Teori Ekuitas Residual


William Paton menyatakan bahwa ekuitas residual merupakan salah satu jenis ekuitas
dim kerangka teori entitas
Perubahan dim penilaian aktiva, laba bersih, laba ditahan & perubahan dlm hak
pemegang ekuitas lainnya semuanya tercermin didalam residual equity pemegang saham
biasa
Persamaan Akuntansi g digunakan
Aktiva - Ekuitas Khusus = Ekuitas Residual

D. Teori Enterprise
Dalam teori ini perusahaan dipandang sbg lembaga social yg dioperasikan dlm rangka
memberikan manfaat bagi pihak yg berkepentingan, meliputi : pemegang saham,
kreditur, pegawai dsb

Anda mungkin juga menyukai