Anda di halaman 1dari 5

BAB 7

KEWAJIBAN
Pengertian
FASB mendefinisi kewajiban dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut (SFAC No. 6,
prg. 35):
Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang
timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu.
Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi kewajiban sebagai berikut:
A liability is a present obligation of the enterprise arising from past events, the settlement
of which is expected to result in an outflow from the enterprise resources embodying
economic benefit.
Dalam Statement of Accounting Concepts No. 4, Australian Accounting Standards Board
(AASB) mendefinisi kewajiban sebagai berikut (prg. 12):
Liabilities are the future sacrifices of service potentialor future economic benefits that the
entity is presently obliged to maket to other entities as a result of past transaction or other
past events.
Secara umum, kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu:
(a) Pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
(b) Keharusan sekarang untuk mentransfer aset
(c) Timbul akibat transaksi masa lalu

Pengorbanan Manfaat Ekonomik


Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas (duty) atau
tanggung jawab (responsibility) kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk
melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat ekonomik
yang cukup pasti di masa datang. Pengorbanan manfaat ekonomik diwujudkan dalam bentuk
transfer atau penggunaan aset kesatuan usaha. Saat pengorbanan manfaat ekonomik dapat
ditentukan atas dasar kejadian tertentu atau atas permintaan pihak lain (on demand)

Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus
timbul akibat keharusan (obligantions atau duties) sekarang. Pengertian “sekarang” (present)
dalam hal ini mengacu pada dua hal: waktu dan adanya.
Keharusan mengorbankan sumber ekonomik dapat timbul akibat perjanjian antara dua
kesatuan usaha, pengenaan/pemaksaan pada entitas oleh pemerintah atau pengadilan, atau
kondisi lingkungan bisnis (sosial, politik, dan ekonomik). Pengertian kewajiban mencakup
keharusan kontraktual, keharusan konstruktif atau bentukan, keharusan demi keadilan, dan
keharusan bergantung atau bersyarat.
(1) Keharusan kontraktual adalah keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan
hukum yang di dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit
atau implisit dan mengikat.
(2) Keharusan konstruktif adalah keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha
dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut
praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
(3) Keharusan demi keadilan adalah keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan
kewajiban bagi perusahaan semata-mata karena panggilan etis atau moral daripada karena
peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat.
(4) Keharusan bergantung atau bersyarat adalah keharusan yang pemenuhannya (jumlah
rupiahnya atau jadi tidaknya dipenuhi) tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa
datang atau terpenuhinya syarat-syarat tertentu di masa datang.
Kebergantungan adalah suatu kondisi, situasi, atau serangkaian keadaan yang
melibatkan ketidakpastian yang menyangkut laba atau rugi yang mungkin terjadi.

Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu


Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan
kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang tidak
cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan usaha untuk dilaporkan via
statemen keuangan. Transaksi masa lalu yang dimaksud adalah transaksi yang menimbulkan
keharusan sekarang telah terjadi.

Hak-Kewajiban Takbersyarat
Konsep hak-kewajiban takbersyarat menyatakan “tidak ada hak tanpa kewajiban dan
sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak.” Secara teknis, konsep ini diartikan bahwa hak
atau kewajiban timbul bila salah satu pihak telah berbuat sesuatu. Kontrak-kontrak semacam
ini dikenal dengan nama kontrak saling-mengimbangi takbersyarat atau kontak eksekutori.
Transaksi atau kejadian yang dapat dijadikan dasar untuk menandai saat, titik, atau tanggal
pengakuan hak dan kewajiban dalam suatu kontrak memang sangat pelik. Titik atau saat
tersebut dapat berupa:
1. Tanggal kontrak ditandatangani
2. Tanggal objek kontrak telah diperoleh salah satu pihak
3. Tanggal objek kontrak telah siap digunakan oleh salah satu pihak
4. Tanggal objek kontrak telah dipisahkan untuk digunakan oleh pihak lain
5. Tanggal objek kontrak telah diserahkan
6. Tanggal telah diterima/dibayarnya uang muka, kalau ada
7. Dalam kasus kontrak konstruksi jangka panjang:
- Suatu titik selama konstruksi berjalan
- Pada saat konstruksi dimulai
Jadi, saat penentuan transaksi masa lampau perlu dipertimbangkan dengan seksama dengan
memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu kontrak. Hal yang harus dipertimbangkan
untuk memilih saat yang tepat:
a. Pemenuhan definisi aset dan kewajiban
b. Kekuatan mengikat (firmness of the commitment) yaitu seberapa kuat bahwa pelaksanaan
kontrak tidak dapat dibatalkan
c. Kebermanfaatan bagi keputusan

Karakteristik Pendukung
FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yaitu:
(1) Keharusan membayar kas. Pelunasan kewajiban biasanya dilakukan dengan
pembayaran kas. Keharusan membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di
masa datang merupakan petunjuk yang kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban.
Adanya pengeluaran kas merupakan hal penting untuk mengaplikasikan definisi
kewajiban karena dua hal yaitu:
- Sebagai bukti adanya suatu kewajiban dan
- Sebagai pengukur atribut atau besarnya kewajiban yang cukup objektif
(2) Identitas terbayar jelas. Untuk menjadi kewajiban identitas terbayar tidak harus dapat
ditentukan pada saat keharusan terjadi. Artinya, untuk menjadi kewajiban pada akhir
tahun, pada saat itu identitas terbayar tidak harus diketahui.
Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di
masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar. Akan tetapi,
pada saat pelunasan kewajiban, terbayar dengan sendirinya harus teridentifikasi.
(3) Berkekuatan hukum. Keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat ekonomik
timbul akibat klaim yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Adanya daya paksa
yuridis hanya menunjukkan bahwa kewajiban tersebut memang ada dan dapat dibuktikan
secara yuridis material. Meskipun demikian, daya paksa yang melekat pada klaim-klaim
hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya kewajiban.

Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian


Kewajiban mengalami tiga tahap perlakuan yaitu: penanggungan (pengakuan terjadinya),
penelusuran, dan pelunasan (penyelesaian). Dalam hal kewajiban, penelusuran berarti
penentuan status dan jumlah rupiah (kos) kewajiban setiap saat. Penentuan kos setiap saat
dapat disebut dengan penilaian kewajiban.

Pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang
sebelumnya telah terjadi. Dalam hal kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan dengan saat atau
apa yang menandai bahwa kewajiban telah mengikat sehingga suatu kewajiban dapat diakui.
Terdapat empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu:
(1) Ketersediaan dasar hukum
(2) Keterterapan konsep dasar konservatisme
(3) Ketertentuan substansi ekonomik transaksi
(4) Keterukuran nilai kewajiban
Saat-saat untuk mengakui kewajiban yaitu:
a. Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat.
Dalam hal ini kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak
memanfaatkan/menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya.
b. Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum
dicatat sebagai aset sebelumnya.
c. Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan
barang dan jasa diperoleh.
d. Pada akhir periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.
Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akruan.
Pengakuan Kewajiban Bergantung
FASB memberi contoh keadaan-keadaan kebergantungan rugi yang berpotensi memicu
pengakuan kewajiban sebagai berikut (SFAS No. 5, prg. 4):
a. Ketertagihan piutang usaha
b. Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk
c. Risiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usaha akibat kebakaran,
ledakan, dan bahaya lainnya
d. Ancaman pengambilalihan aset oleh pemerintah
e. Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan
f. Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang mungkin terjadi
g. Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransi kerugian dan
kecelakaan dan perusahaan reasuransi
h. Jaminan terhadap utang pihak lain
i. Keharusan bank komersial dalam ikatan standby letters of kredit
j. Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau aset yang terkait yang telah dijual

FASB menetapkan bahwa rugi taksiran yang dapat terjadi dari kebergantungan rugi harus
diakru dengan membebankannya ke pendapatan (sebagai biaya atau rugi) bila kedua kondisi
berikut dipenuhi (SFAS No. 5, prg. 8):
(a) Informasi yang tersedia sebelum penerbitan statemen keuangan menunjukkan bahwa aset
cukup pasti telah turun nilainya atau suatu kewajiban cukup pasti telah terjadi pada
tanggal statemen keuangan. Pada tanggal statemen keuangan harus sudah dapat
disimpulkan bahwa kejadian atau beberapa kejadian, yang menegaskan adanya rugi,
cukup pasti akan terjadi.
(b) Jumlah rupiah rugi dapat diestimasi dengan cukup tepat.

Jadi pengakuan rugi sebelum terjadi dapat dijustifikasi asal kondisi (a) dan (b) diatas dapat
terpenuhi. Pengakuan rugi bergantung tidak selalu disertai dengan timbulnya kewajiban.
Kondisi atau kriteria pengakuan kewajiban bergantung parallel dengan kondisi pengakuan
rugi bergantung.

Anda mungkin juga menyukai