Anda di halaman 1dari 17

LIABILITAS DAN EKUITAS

TEORI AKUNTANSI (F2)

Dosen Pengampu:
Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, M.Si., Ak. CA

KELOMPOK 13 :

Sella Lolita (1907531134)


Ni Luh Putu Ayu Kusumaning Dewi (1907531138)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1. Liabilitas
Liabilitas adalah elemen kunci dalam akuntansi. Liabilitas merepresentasi sebagian
sumber dana dari aset badan usaha berupa potensi jasa (manfaat) fisis dan non fisis yang
memampukannya untuk menyediakan barang dan jasa. Kerangka IASB mendefinisikan
kewajiban sebagai kewajiban kini dari entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari entitassumber daya yang
memiliki manfaat ekonomi. FASB mendefinisi kewajiban dalam rerangka konseptualnya
sebagai liabilitas adalah pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang
timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu. Definisi IASB secara substantif tidak berbeda dengan definisi FASB.
1.1 Karakteristik Liabilitas
Definisi liabilitas atau kewajiban selalu memuat pula ungkapan manfaat ekonomik,
sumber ekonomik, atau potensi jasa. Ini berarti bahwa pengertian kewajiban tidak dapat
dipisahkan dengan pengertian aset. Aset dapat menimbulkan kewajiban dan sebaliknya
timbulnya kewajiban dapat dibarengi dengan pengakuan aset. Dengan berbagai variasi di
atas, secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama
yaitu
a. Pengorbanan Manfaat Ekonomik
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas
atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk
melunasi, menunaikan, atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat
ekonomik yang cukup pasti di masa datang yang diwujudkan dalam bentuk transfer
atau penggunaan aset kesatuan usaha. Secara umum, keharusan mengorbankan
sumber ekonomik masa datang tidak dapat menjadi kewajiban kalau keharusan
tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti (open-ended). Kesatuan usaha tidak
mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik kecuali dalam hal kesatuan
usaha dilikuidasi.
b. Keharusan Sekarang
Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa
datang harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian sekarang dalam hal ini
mengacu pada waktu dan adanya. Waktu adalah tanggal pelaporan (neraca). Jumlah
rupiah pengorbanan yang dipaksakan pada tanggal neraca tidak akan sebesar jumlah
rupiah yang akan dibayar di masa datang. Perbedaan ini terjadi akibat sifat yang
melekat pada kewajiban yaitu bunga yang bermakna sebagai nilai waktu uang atau
harga penundaan
Keharusan sekarang merupakan karakteristik dari kewajiban. Terdapat empat
kriteria keharusan yang memenuhi kriteria kewajiban yaitu keharusan kontraktual
adalah keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di
dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit atau
implisit dan mengikat. Keharusan konstruktif adalah keharusan yang timbul akibat
kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya
untuk memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan
bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis. Keharusan demi keadilan adalah
keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata-
mata karena panggilan etis atau moral daripada karena peraturan hukum atau praktik
bisnis yang sehat. Keharusan bergantung atau bersyarat adalah keharusan yang
pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang atau
terpenuhinya syarat-syarat tertentu di masa datang yang mencakup laba dan rugi.
c. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi
bukan kriteria untuk pengakuan. Transaksi masa lalu yang dimaksud di sini adalah
transaksi yang menimbulkan keharusan sekarang telah terjadi. Untuk memenuhi
definisi kewajiban, keharusan sekarang harus didahului transaksi atau kejadian masa
lalu. Kebanyakan kewajiban terjadi karena adanya transaksi pertukaran antara
kesatuan usaha dan kesatuan usaha lainnya.
Selain ketiga karakteristik di atas, FASB menyebutkan beberapa karakteristik
pendukung yaitu keharusan membayar kas, identitas terbayar jelas, dan terpaksa kan
secara atau berkekuatan hukum (legally enforceable). Karakteristik pendukung hanya
menegaskan adanya kewajiban tetapi tidak membatalkan suatu objek untuk disebut
sebagai kewajiban.
a. Keharusan membayar kas. Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan
pembayaran kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di masa datang. Akan tetapi,
untuk menjadi kewajiban, penyerahan aset (kas) bukan satu-satunya kriteria tetapi
adanya pengeluaran kas merupakan hal penting karena sebagai bukti adanya suatu
kewajiban dan sebagai pengukur atribut atau besarnya kewajiban yang cukup
objektif.
b. Identitas terbayar jelas. Bila identitas terbayar sudah jelas, hal tersebut hanya
menguatkan bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas
terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi. Artinya, untuk
menjadi kewajiban pada akhir tahun, pada saat itu identitas terbayar tidak harus
diketahui. Akan tetapi, pada saat pelunasan kewajiban, terbayar dengan sendirinya
harus teridentifikasi.
c. Berkekuatan hukum. Memang pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk
mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaim yuridis (legal claims) yang
mempunyai kekuatan memaksa. Adanya daya paksa yuridis hanya menunjukkan
bahwa kewajiban tersebut memang ada dan dapat dibuktikan secara yuridis material.
Meskipun demikian, daya paksa yang melekat pada klaim-klaim hukum bukan
merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya kewajiban, akan tetapi, demi
keadilan dan kewajaran.
1.2 Pengakuan, Pengukuran, dan Penilaian Liabilitas
Pengukuran kewajiban harus sejalan dengan pengukuran aset yang berkaitan, dimana kos
sebagai pengukur tidak hanya diterapkan untuk aset pada saat pemerolehan tetapi juga
untuk kewajiban pada saat terjadinya. Begitu terjadi dan dicatat atau diakui, kewajiban
akan tetap menjadi kewajiban sampai kesatuan usaha menyelesaikannya, atau sampai
adanya transaksi atau ke jadian yang membatalkannya atau yang membebaskan kesatuan
usaha dari ke harusan untuk melunasinya
1.2.1 Pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat
transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Kewajiban dapat diakui pada saat
penandatanganan kontrak, bersamaan dengan pengakuan biaya , bersamaan dengan
pengakuan asset, dan pada akhir periode. Mengikatnya suatu keharusan harus
dievaluasi atas dasar kaidah pengakuan (recognition rules). Dalam hal kewajiban,
kaidah pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban
telah mengikat sehingga suatu kewajiban dapat diakui (dibukukan). Terdapat empat
kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu
a. Ketersediaan dasar hukum yang merupakan karakteristik pendukung. Dimana
jika terdapat bukti yuridis yang kuat tentang adanya daya paksa untuk
memenuhi keharusan maka, jelas tidak dapat disangkal bahwa suatu kewajiban
memang ada.
b. Keterterapan konsep dasar konservatisma yang dimana implikasi dari konsep
ini adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak dengan laba.
c. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi yang dapat memicu pencatatan
seluruh kewajiban yang timbul ketika transaksi terjadi meskipun secara
yuridis/kontraktual kewajiban baru akan mengikat secara berkala pada saat
keharusan sekarang timbul.
d. Keterukuran nilai kewajiban merupakan salah satu syarat untuk mencapai
kualitas keterandalan informasi karena dengan adanya kepastian mengenai
jumlah rupiah dapat memicu diakuinya suatu kewajiban.
1.2.2 Pengukuran
Terjadinya kewajiban pada umumnya disertai dengan pemerolehan aset atau
timbulnya biaya. Pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban
pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan (mensared considerations)
dalam transaksi-transaksi dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa
datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang. Untuk
kewajihan jangka pendek, kos pendanaan (financing cost) atau kos penundaan
(bunga sebagai nilai waktu uang) dianggap tidak material.
Kewajiban dalam pembelian kredit, dasar pengukuran yang paling objektif adalah
kos tunai atau kos tunai implisit. Pengukuran kewajiban ini akan mengikuti
pengukuran aset. Dalam hal obligasi jangka panjang, jumlah rupiah uang yang
diterima oleh penerbit dan yang dibayarkan oleh kreditor pada saat penerbitan
hanyalah sebagian kecil dari seluruh pembayaran sebenarnya. Diskon obligasi yang
belum diamortisasi bukan merupakan suatu rugi karena aset yang diperoleh
sebelumnya tidak ada yang berkurang atau menguap (dissipation). Kewajiban dapat
bersifat moneter maupun nonmoneter. Pada saat terjadinya kewajiban moneter
jangka panjang diukur atas dasar nilai diskonan pembayaran kas masa datang
(discount ed future cash outflows). Untuk kewajiban moneter jangka pendek,
kewajiban dapat diukur atas dasar nilai nominal (face value) berdasarkan konsep
dasar materialitas. Kewajiban nonmoneter yang pembayaran di muka penuh, diukur
atas dasar pembayaran tersebut yang menunjukkan harga yang disepakati untuk
barang dan jasa.
1.2.3 Penilaian
Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang (the value of
current obligation) pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai
keharusan sekarang pada setiap saat antara terjadinya kewajiban sampai dilunasinya
kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin
mendekati nilai nominal (face value) kewajiban.
Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang
harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus di unasi. Dengan
kata lain, penilaian adalah penentuan nilai sekarang kewajiban.
1.3 Pelunasan Liabilitas
Pelunasan adalah tindakan atau upaya yang sengaja dilakukan oleh kesatuan usaha
untuk memenuhi kewajiban pada saatnya dan dalam kondisi normal usaha sehingga bebas
dari kewajiban tersebut. Pelunasan secara langsung disebut juga pelunasan secara yuridis
karena kewajiban kepada pihak yang berpiutang secara yuridis dihapus melalui transaksi
langsung yang benar-benar terjadi. Pelunasan secara tidak langsung terjadi apabila
kesatuan usaha melakukan tindakan yang mengarah ke pelunasan misalnya dengan
pembentukan dana khusus untuk pelunasan (sinking fundi) baik dikelola sendiri atau
melalui wali amanat (trust agency).
1.3.1 Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo
Bila kewajiban dilunasi pada saat jatuh tempo, nilai jatuh tempo akan sama dengan
nilai buku yang merefleksi nilai sekarang (saat pelunasan) kewajiban sehingga tidak
ada selisih antara jumlah rupiah yang dibayar dan nilai nominal. Selama beredar,
nilai pasar atau nilai sekarang kewajiban berfluktuasi mengikuti tingkat bunga yang
berlaku tetapi pada umumnya fluktuasi tersebut tidak diakui dalam pembukuan
debitor.
1.3.2 Utang Terkonversi
Utang terkonversi atau konvertibel (convertible debt) merupakan salah satu
instrumen finansial. Sekuritas utang semacam ini biasanya mempunyai status
sebagai kewajiban dan ekuitas sekaligus. Artinya, pemegang instrumen mempunyai
hak istimewa untuk mengubah status utang menjadi ekuitas setiap saat selama hak
tersebut masih berlaku (belum habis).
1.3.3 Pembebasan Substantif
FASB (melalui SPAS No. 76) menetapkan bahwa kewajiban dapat dianggap lenyap
bila debitor menaruh kas atau aset lainnya yang tidak dapat ditarik kembal dalam
suatu perwalian (trust) dan aliran kas dari aset tersebut akan cukup untuk pelunasan
pembayaran bunga serta pokok pinjaman. Jadi, pada saat tidak ada lagi keharusan
membayar, telah terjadi pembebasan substantif.
1.4 Penyajian
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan kelancarannya
sejalan dengan penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menggariskan bahwa aset lancar
disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh
tempo. Dari segi urutan perlindungan dan jaminan (sequence of protection), utang yang
dijamin pada umumnya disajikan lebih dahulu untuk menunjukkan bahwa dalam hal
terjadi likuidasi utang jangka pendek harus dibayar lebih dahulu. Juga, dari sudut urutan
perlindungan, kewajiban disajikan lebih dahulu daripada ekuitas. Suatu kewajiban
diklasifikasi sebagai kewajiban jangka pendek apabila diperkirakan akan diselesaikan
dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan atau jatuh tempo dalam jangka
waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Penyajian utang jangka panjang yang jatuh tempo dalam kewajiban lancar akan
mempengaruhi likuiditas. Paragraf 47 menyebutkan bahwa kewajiban berbunga jangka
panjang tetap diklasifikasi sebagai kewajiban jangka panjang, walaupun kewajiban
tersebut akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan sejak tanggal neraca,
apabila:
a. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan
b. Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pen danaan jangka
panjang.
c. Maksud tersebut pada huruf (b) didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali
atau penjadualan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan
keuangan disetujui.

2. Ekuitas
Pada perusahaan perseroan, ekuitas sering disebut modal. Karena ekuitas mengandung
unsur kepemilikan,namun untuk organisasi nonprofit ekuitas disebut dengan aset bersih untuk
menghindari kesan adanya kepemilikan. Berdasarkan kerangka dasar Standar Akuntansi
Keuangan (2002) ekuitas diartkan sebagi hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban. Godfrey, Hodgson, dan Holmes (1997) membedakan ekuitas dan kewajiban
atas dasar kriteria hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaim, hak penggunaan
aset dalam operasi dan substansi ekonomik perjanjian.
2.1 Komponen Ekuitas
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham
diklasifikasikan atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan
yang sebenarnya bersifat tradisi karena anggapan bahwa penyajian seperti ini akan
memberi informasi tentang riwayat modal sejak berdirinya perseroan Modal setoran
dipecah menjadi modal saham dan modal setoran tambahan, dan komponen lain yang
merefleksi transaksi pemilik (saham) seperti keuntung belum terrealisasi (unrealized
holding gains), penyesuaian kapital belum terrealisasi lainnya, selisih revaluasi, dan hak
pemegang saham minoritas. Ditinjau dari sumber, ada beberapa komponen yang
membentuk ekuitas pemegang saham yaitu.
a. Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang
b. Laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian dividen
c. Jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi/revaluasi aset fisis tertentu
d. Jumlah rupiah donasi dari pihak nonpemegang saham
e. Sumber lainnya
2.2 Tujuan Penyajian Ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh
tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya,
tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi
kepada yang berkepentingan tentang efisiensi dan kepengurusan (stewardship)
manajemen. Tujuan lainnya adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek
investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainnya. Untuk memenuhi tujuan tersebut,
informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal
adalah.
a. Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya,
b. Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengembalian modal
setoran kepada pemegang saham, dan
c. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya (urutan
proteksi).
2.3 Modal Setoran dan Laba Ditahan
Klasifikasi ekuitas pemegang saham menjadi modal setoran dan laba ditahan
merefleksi pembedaan atas dasar sumber yang sebenarnya bersifat tradisi karena
anggapan bahwa penyajian seperti ini akan memberi informasi tentang riwayat modal
sejak berdirinya perseroan. Laba ditahan pada dasarnya adalah terbentuk dari akumulasi
laba yang dipindahkan dari akun Ikhtisar Laba-Rugi. Laba ditahan juga menunjukkan
sejumlah hak atas seluruh jumlah rupiah aset bukan hak atas jenis aaset tertentu. Dengan
demikian untuk mengukur seluruh hak pemegang saham atas aset, laba ditahan harus
digabungkan (ditambahkan) dengan modal setoran.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang dari segi administrasi
keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya laba sehingga laba ditahan harus
dipisahakan dengan modal disetor. Pembedaan ini juga penting secara yuridis karena
modal setoran merupakan dana dasar (basic fund) yang harus tetap dipertahankan untuk
menunjukkan perlindungan bagi pihak lainnya. Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah
rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian deviden.
2.4 Modal Yuridis dan Modal Setoran Lain
Modal sotoran dibedakan menjadi modal yuridis dan modal setoran lain
(agio/premium modal saham). Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang
mengharuskan bahwa harus ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka
perlindungan terhadap pihak lainnya. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah minimal
yang harus disetor oleh investor. Tujuan penyajian modal yuridis ini adalah untuk
memberi informasi kepada para pemegang ekuitas lainnya tentang batas perlindungan
investasinya.
Dalam hal tertentu, nilai nominal saham lebih merupakan alat untuk pemerataan
distribusi pemilikan daripada untuk menunjukkan nilai saham itu sendiri. Karena tidak
bermakna ekonomik, saham dapat diterbitkan tanpa nilai nominal (no par stock). Ada dua
alasan penerbitan saham tanpa nilai nominal yaitu untuk menghindari utang bersyarat
dalam hal saham terjual di bawah harga nominal dan tidak ada hubungan antara nilai
nominal dengan harga pasar saham.
Walaupun praktik akuntansi dalam kenyataannya memecah modal setoran menjadi
modal saham dan modal setoran lainyan, modal saham sebenarnya tidak harus
menunjukkan modal yuridis karena modal saham dapat berbeda jumlahnya dengan modal
yuridis. Pemisahan semacam ini digunakan untuk menyatakan bahwa harus ada batas
jumlah rupiah maksimum yang dapat didistribusikan secara yuridis kepada pemegang
saham dalam kondisi perusahaan berjalan normal kecuali perusahaan dalam kondisi
dilikuidasi. Jumlah maksim ini tidak harus sama dengan modal saham.
2.5 Saham
2.5.1 Dividen Saham
Dividen saham adalah distribusi dividen dalam bentuk saham yang sejenis
dengan saham yang mula-mula diterbitkan. Bila distribusi dividen saham tidak
disertai dengan kapitalisasi laba ditahan, dividen saham akan menyerupai
pemecahan saham (stock split) yaitu penurunan nominal (atau nilai nyataan/stated
value) persaham. Dividen saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena
menaikkan nilai investasi, pendapatan tersebut belum terrealisasi bila belum di jual
oleh penerimanya.
2.5.2 Hak Beli Saham
Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama
untuk membeli sejumlah saham. Pada umumnya, hak beli saham umurnya tidak
lama dan harga beli saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari
harga pasar saham bersangkutan. Oleh karena itu, hak beli saham sering dianggap
mempunyai harga pasar sehingga timbul pendapat bahwa hak beli saham tersebut
dikapitalisasi karena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham dengan
nilai sebesar harga pasar hak beli saham. Jumlah ini dikapitalisasi ke modal setoran
lain.
2.5.3 Opsi Saham
Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-
saham atau derivatif-saham karena harus ada sekuritas yang melandasi atau
menjadi basis (underlying securities). Secara umum opsi diartikan sebagai klaim
untuk membeli atau menjual saham tertentu. yang sengaja diciptakan oleh investor
untuk dijual kepada investor lain. Terdapat dua macam opsi yaitu call dan put. Opsi
call memberi hak kepada pemegang untuk membeli sejumlah saham dengan harga
tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal. Opsi put memberi hak
kepada pemegang untuk menjual sejumlah saham dengan harga tertentu setiap saat
sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu.
2.5.4 Waran
Perusahaan dapat juga menjual hak beli saham kepada nonpemegang saham
dengan menjual kupon pembelian saham atau waran. Dalam PSAK No. 41, IAI
mendefinisi waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang
memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut
pada harga dan jangka waktu tertentu. Pemegang waran dapat membeli sejumlah
saham dengan mengembalikan waran tersebut dan membayar sejumlah uang kas
tertentu. Waran berbeda dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa
aspek.
2.5.5 Saham Tresuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan
kembali saham untuk sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan
perusahaan melakukan penarikan kembali saham sebagai saham treasuri adalah:
a. Saham tersebut akan diterbitkan kembali kepada karyawan dalam program
opsi saham. Dengan penggunaan saham treasuri dalam program opsi saham,
proporsi pemilikan saham yang masih beredar tidak berkurang dibandingkan
kalau digunakan saham baru.
b. Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam
transaksi penggabungan usaha (business combination)
2.6 Perubahan Laba Ditahan
Terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan yaitu laba atau
rugi periodik dan pembagian deviden. Transaksi lain yang dapat mempengaruhi laba
ditahan adalah transaksi yang tergolong dalam transaksi modal. Faktor yang dapat
menyebabkan laba ditahan dalam suatu periode berubah selain karena transaksi modal
tetapi karena transaksi yaitu.
2.6.1 Penyesuaian Periode Lalu
Penyesuaian periode lalu atau penyesuaian susulan adalah perlakuan terhadap
suatu jumlah rupiah yang mempengaruhi operasi periode masa lalu (yang baru
ditemukan atau baru dapat diakui dalam periode sekarang/berjalan) tetapi sebagai
penyesuaian terhadap laba ditahan awal periode.
2.6.2 Koreksi Kesalahan
System akuntansi biasanya sudah dirancang dengan cukup cermat sehingga
kesalahan dalam pencatatan akan segera dapat dideteksi sehingga dapat segera di
lakukan koreksi. Jadi untuk dapat disebut kesalahan suatu jumlah rupiah harus
berasal dari kesalahan hitung, kesalahan aplikasi atau penerapan prinsip akuntansi
atau kekhilafan atau kekeliruan menggunakan fakta yang tersedia pada saat
penyusunan laporan keuangan..
2.6.3 Koreksi Sebagai Penyesuaian Laba Ditahan
Menurut pandangan ini penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang pernah
dilaporkan harus dilakukan langsung terhadap akun laba ditahan untuk semua
kasus kecuali untuk koreksi koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar(material)
sehingga tidak mengganggu pelaporan laba normal.
2.6.4 Koreksi Sebagai Penyesuaian Modal Setoran Lain
Paton dan Littleton menegaskan bahwa koreksi yang berkaitan dengan
penggunaan aset dalam periode periode yang lalu dengan alasan apapun
hendaknya dipisahkan dengan premium modal saham. Premium modal saham
merupakan komponen modal setoran dan kalau pemisah antara modal setoran dan
modal operasi laba harus tetap dipertahankan maka tidaklah tepat untuk
menggunakan modal setoran untuk menyerap koreksi atas laba yang pernah
dilaporkan kecuali jika laba bersih tahun berjalan dan laba ditahan telah habis,
penyesuaian yang mempengaruhi modal setoran tersebut mendapat persetujuan
pemegang saham dan laba ditahan yang diakumulasi setelah penyesuaian modal
tersebut diberi tanggal.
2.6.5 Koreksi Sebagai Komponen Statement Laba Rugi
Paton dan Littleton mendukung perlakuan ini dengan alasan bahwa statement laba
rugi kumulatif yang didasarkan atas statement statement terdahulu harus
menunjukan laba atau rugi komprehensif sepanjang riwayat perusahaan sampai
tanggal sekarang.
2.6.6 Perubahan Akuntansi
Karena alasan tertentu suatu peusahaan mungkin melakukan kebijakan yang
mempunyai pengaruh terhadap konsistensi dalam proses akuntansi dan pelaporan
keuangan yang disebut dengan perubahan akuntansi. Ada tiga macam perubahan
akuntansi yaitu perubahan prinsip atau metode akuntansi, perubahan taksiran
akuntansi dan perubahan kesatuan pelaporan. Jumlah rupiah laba dan asset
berkaitan yang semula dilaporkan dalam laporan keuangan periode yang lalu
sebelum adanya perubahan tentunya akan berbeda dengan jumlah rupiah
seandainya perubahan tersebut telah dilakukan. Salah satu elemn yang
terpengaruh adalah laba periode yang lalu. Masalah perekayasaan yang
bersangkutan dengan hal ini adalah untuk periode mana saja pengaruh kumulatif
perubahan harus diakui. Ada tiga alternative atau metoda yang diusulkan yaitu
penyesuaian retroaktif yang mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam laba
periode yang lalu sebagai penyesuaian periode lalu, penyesuaian sekarang yang
mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam laba periode yang lalu sebagai
komponen dalam menghitung laba periode sekarang, serta penyesuaian sekarang
dan prospektif yang menyebar pengaruh kumulati perubahan dalam laba periode
yang lalu ke periode sekarang dan beberapa periode mendatang
2.6.7 Perubahan Prinsip atau Metode Akuntansi
Metode lama yang hanya diterapkan untuk suatu kejadian yang khusus atau tidak
berulang tidak selayaknya diganti, secara teknis perlakuan tersebut dilaksanakan
sebagai berikut.
a. Statement keuangan beberapa periode sebelum perubahan disertakan dalam
pelaoran seperti apa adanya untuk tujuan perbandingan
b. Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan awal periode sekarang
dapat dilaporkan dalam statement laba rugi periode sekarang
c. Pegarug penggunaan metode baru terhadap laba sebelum pos luar biasa dan
terhadap laba bersih untuk periode pergantian metode perlu diungkap.
d. Laba sebelum pos pos biasa dan laba bersih termasuk EPS yang dihitung
secara pro forma atas dasar metode baru harus ditunjukan dalam statement
laba rugi
2.6.8 Kuasi Reorganisasi
Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum
yang dilakukan dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada
nilai wajar dan mengeliminasi saldo defisit. Kuasi-reorganisasi dilakukan dengan
metode reorganisasi akuntansi, dalam metode ini aktiva dan kewajiban dinilai
kembali sebesar nilai wajarnya. Selisih antara nilai wajar aktiva dan kewajiban
dengan nilai bukunya diakui atau dicatat pada akun saldo laba. Saldo negatif dari
saldo laba (retained earnings) setelah proses penilaian aktivadan kewajiban
dihapus ke tambahan modal setoran. Apabila tambahan setoran modal tidak
mencukupi, saldo negatif tersebut dihapuskan ke modal saham.
2.7 Perincian Laba Ditahan
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan
langsung ke laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber.
Dengan dasar ini, laba ditahan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi
normal atau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Terdapat pula kebiasaan bahwa
laba ditahan disajikan dengan memerincinya atas dasar tujuan dengan cara yang disebut
apropriasi dan pembatasan. Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos
cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas, dan cadangan umum.
2.8 Laba Komprehensif
Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dan
dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan
akibat transaksi operasi harus dilaporkan melalui statment laba-rugi. Dalam hal ini, ada
dua pendekatan yang dapat dianut. Pendekatan yang pertama yaitu kinerja sekarang yang
hanya memasukkan ke dalam statment laba-rugi pos-pos operasi yang dianggap bertalian
dengan tahun berjalan dan penggunaan asset untuk mencapai tujuan utama. Pendekatan
kedua yaitu semua termasuk atau surplus bersih. Pendekatan ini menekankan pemisahan
secara tegas transaksi operasi dalam arti luas dan transaksi modal. Dengan kata lain, yang
diperhitungkan sebagai laba dan disajikan melalui statment laba-rugi adalah semua pos
akibat transaksi nonpemilik.
2.9 Penyajian Laba Komprehensif
Laba komprehensif didefinisi sebagai perubahan ekuitas selama perioda yang
berasal dari sumber-sumber nonpemilik. Berikut ini memuat komponen-komponen
pembentuk statment laba-rugi:
1. Seksi operasi utama (major operating activities section) :
1. Penjualan atau pendapatan (sales or revenues)
2. Kos barang terjual (cost of goods sold)
3. Biaya penjualan (selling expenses)
4. Biaya administrative atau umum (administrative or general expenses)
2. Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section) :
a. Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
b. Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
3. Pajak penghasilan (income taxes)
4. Operasi hentian / taklanjutkanan (discontinued operations)
5. Pos-pos luar biasa / ekstraordiner (extraordinary items)
6. Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi (cumulative effects of changes in
accounting principles)
7. Pengaruh kumulatif perubahan estimate / taksiran (cumulative effects of changes in
accounting estimates)
8. Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya (other nonowner changes in equity)
termasuk pos-pos penerobos.
Terdapat dua pendekatan penyusunan statment laba-rugi untuk menyajikan nomor
1 sampai 8. Pendekatan satu-statemen (one-statement approuch) menyajikan kedelapan
komponen tersebut dalam satu statment yang diberi judul statment laba-rugi dan laba-rugi
komprehensif (statement of income and comprehensive income). Pendekatan dua-
statemen memisahkan pelaporan komponen 1 sampai 7 dalam statment laba-rugi
(statement of income) dan menyajikan pengaruh komponen 8 terhadap laba perioda bersih
dalam statment laba-rugi komprehensif (statement of comprehensive income).
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai