Anda di halaman 1dari 8

TEORI AKUNTANSI

Liabilities and Related Concept

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Nur Fadjrih Asyik, S.E., M.Si., Ak., CA.

Disusun Oleh :
Tiara sari 7 SA3 / 2010165540

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)
SURABAYA
2023
I

DEFINITION OF LIABILITIES

Kewajiban merupakan salah satu elemen penting dalam neraca yang akan
menghasilkan inforasi semantik _jika dihubungkan dengan elemen-elemen laporan
keuangan lainnya.

Menurut SFAC No. 3 kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomis yang


terjadi di masa yang akan datang yang timbul dari kegiatan masa lalu entitas ketika terjadi
transfer aktiva atau ketika entitas menerima jasa dari entitas lain. FASB mendefinisikan
kewajiban sebagai pengorbanan manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yan g
timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau
menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain di masa datang sebagai akibat
transaksi atau kejadian masa lalu). Sedangkan menurut IASC, kewajiban adalah utang
saat ini yang timbul dari kejadian perusahaan di masa lalu yang diharapkan hasilnya
menjadi aliran keluar sumber daya manfaat ekonomi.

A. Karakteristik Dasar Kewajiban


1. Suatu objek harus memuat tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan
entitas bisnis untuk melunasi, menunaikan, atau melaksanakan tanggung jawab
tersebut dengan cara mengorbankan manfaat ekonomisnya di masa depan untuk
dapat dikategorikan sebagai kewajiban. Karakteristik ini ditambahkan oleh (de
Quidt, Fetzer et al. 2015) yang menyatakan bahwa kewajiban terjadi akibat
hubungan antara dua pihak atau lebih.
2. Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa
datang harus timbul akibat keharusan sekarang. Makna dari sekarang disini adalah
waktu, yaitu tanggal pelaporan keberadaanya. Beberapa keharusan yang tercakup
dalam pengertian kewajiban ini adalah keharusan kontraktual, keharusan
konstruktif, keharusan demi keadilan, dan keharusan bergantung atau bersyarat.
Meskipun secara definisi keharusan-keharusan ini menimbulkan kewajiban,
namun tidak semua kewajiban diakui dalam akuntansi.
3. Kewajiban juga timbul akibat kejadian masa lalu. Kewajiban yang berasal dari
kegiatan konstruktif harus diakui sat ini untuk menjadi dasar pembayaran
kewajiban tersebut di masa depan.
4. Nilai jatuh tempo telah ditentukan melalui estimasi atas kewajiban, yang
didasarkan pada jumlah kewajiban dan jangka waktu pelunasan kewajiban.

B. Karakteristik Pendukung Kewajiban

Karakteristik pendukung kewajiban adalah:

1. Keharusan untuk membayar dalam bentuk kas.


2. Identitas terbayar jelas.
3. Berkekuatan hukum.
II

RELATED CONCEPTS WITH LIABILITIES

Konsep Kewajiban adalah sebagai berikut:

Konsep pengakuan, pengukuran dan penilaian kewajiban pada dasarnya sama


dengan konsep aset, yaitu melalui iga ahapan perlakuan: penangguhan, penelusuran, dan
pelunasan.

1. Pengakuan

Kam (1990) dalam (Suwardjono 2005) memberikan empat kaidah pengakuan


untuk menunjukkan pengakuan Kewajiban yaitu

1. Adanya dasar hukum. Keberadaan dasar hukum maksudnya terdapat dasar hukum
yang meyakinkan untuk mengakui adanya kewajiban Dalam hal ini, adanya faktur
pembelian dapat menjadi dasar hukum yang meyakinkan untuk mengakui
kewajiban.
2. Keterterapan konsep dasar konservatisme, Keterterapan konsep dasar
konservatisme maksudnya disini berkaitan dengan keterandalan. Dalam konsep
konversatisme kerugian dapat segera diakui, sedangkan untung tidak Contohnya
kewajiban jaminan suku cadang sudah dapat diakui, meskipun belum terjadi.
3. Ketertentuan substansi ekonomik transaksi. Ketertentuan substansi ekonomik
transaksi berkaitan dengan relevansi informasi. Utang sewa guna dapat diakui
pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik.
4. Keterukuran nilai kewajiban. Keterukuran nilai kewajiban maksudnya adalah
kewajiban tersebut datang secara pasti dan nilai rupiahnya dapat diukur.

Kewajiban mengandung arti kemungkinan terjadinya pengorbanan sumber


ekonomik masa depan sejumlah nilai pokok yang harus dilunasi (Caddy 2000).

Hendriksen dan Van Breda (1991) dalam (Suwardjono 2005) menunjukkan


waktu pengakuan kewajiban yaitu:

1. Pada saat penandatanganan kontrak, atau ketika hak dan kewajiban telah
mengikat.
2. Bersamaan dengan pengakuan biaya apabila barang dan jasa yang menjadi
penyebab timbulnya biaya kewajiban, sebelumnya belum dicatat sebagai asset.
3. Bersamaan dengan pengakuan aset.
4. Pada akhir perioda karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian.

Pengakuan Kewajiban menurut FASB dicontohkan pada keadaan-keadaan


kebergantungan rugi (loss contingencies) yang berpotensi memicu pengakuan
kewajiban, yaitu:

1. Ketertagihan piutang usaha.


2. Keharusan berkaitan dengan jaminan produk dan kerusakan produk.
3. Risiko rugi atau kerusakan properitas (fasilitas) kesatuan usaha akibat kebakaran,
ledakan, dan bahaya lainnya
4. Ancaman pengambilalihan aset oleh pemerintah.
5. Persengketaan yang memberatkan atau menunggu keputusan.
6. Klaim atau pungutan yang telah diajukan/dikenakan atau yang mungkin (possible)
terjadi.
7. Risiko rugi akibat bencana yang ditanggung oleh perusahaan asuransi kerugian
dan kecelakaan dan perusahaan reasuransi:
8. Jaminan atas utang pihak lain.
9. Perjanjian untuk membeli kembali piutang atau aset yang terkait yang telah dijual.

2. Pengukuran

Menurut (Suwardjono 2005) dan didukung oleh (Gillman and Hogan 1999)
menyatakan bahwa pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos
kewajiban pada saat terjadinya adalah penghargaan sepakatan (measured
considerations) dalam transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan
ekonomis di masa depan. Penghargaan ini berlaku untuk kewajiban jangka panjang.
Kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah rupiah kewajiban
yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas)
masa depan untuk kewajiban jangka pendek. Penghargaan sepakatan suatu kewajiban
merefleksikan nilai setara tunai atau nilai sekarang (current value) kewajiban yaitu
jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada
saat terjadinya. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran:

1. Kewajiban dalam Pembelian Kredit

Dalam pembelian aset, pengukuran yang objektif adalah kos tunai atau kos
tunai implisit. Kewajiban juga harus diukur sesuai dengan aset.

2. Diskon atau Premium Utang Obligasi

Untuk suatu kontrak dengan pokok pinjaman dan bunga periodik,


pengukuran yang tepat adalah kos tunai implisit.

3. Diskon Obligasi

Diskon obligasi dilaporkan sebagai pengurang nilai nominal dalam


obligasi di neraca.

4. Premium Obligasi

Premium obligasi sendiri apabila belum diamortisasi merupakan utang.

5. Kewajiban Moneter dan Nonmoneter

Kewajiban sendiri dapat bersifat moneter maupun nonmoneter:

a. Kewajiban Moneter

Kewajiban moneter merupakan kewajiban yang pengorbanan sumber


ekonomik masa datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang
pasti.

b. Kewajiban Nonmoneter

Kewajiban nonmoneter adalah kewajiban untuk menyediakan barang


dan jasa dengan jumlah dan saat yang cukup pasti yang biasanya timbul karena
penerimaan pembayaran di muka untuk barang dan jasa tersebut.
3. Penilaian

Penilaian mengacu pada penilaian keharusan sekarang pada antara terjadinya


kewajiban sampai dilunasinya kewajiban setiap saat. Sehingga semakin dekat dengan
masa jatuh tempo kewajiban tersebut akan semakin mendekati dengan nilai
nominalnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan nilai manfaat
ekonomis yang harus dikorbankan untuk melunasi kewajiban tersebut yang timbul
pada masa lalu. Pelunasan dapat diartikan sebagai tindakan suatu entitas bisnis dalam
memenuhi suatu kewajiban agar terbebas dari kewajiban tersebut.

1. Transfer Aset Finansial

Terdapat masalah apabila transefer aset finansial menimbulkan


keterlibatan berlanjut. Kewajiban tidak akan lenyap dan akan ada kewajiban baru.
Contohnya seperti janji untuk membrli kembali. Masalah yang timbul adalah hal
ini diakui sebagai penjualan aset atau sebagai jaminan pinjaman. Secara umum,
transfer aset tersebut diakui sebagai penjualan apabila pentransfer aset tersebut
menerima aset lain sebagai penghargaan terhadap aset tersebut.

2. Pelunasan Sebelum Jatuh Tempo

Dalam pelunasan sebelum jatuh tempo, utang tersebut harus dilunasi


dengan harga pasarnya sehingga terdapat selisih antara nilai bawaan dan nilai
penebusan. Selisih tersebut mempengaruhi ekuitas pemegang saham sesuai
dengan APBO No. 4 (prg. 20): “Selisih harga antara harga penrikan
(pemerolehan) kembali dan nilai bawaan neto utang yang dilunasi harus diakui
pada periode penarikan dan dilaporan dalam statement laba-rugi sebagai untung
… atau rugi dan dipisalkan dengan pos untung atau rugi lainnya untung dan rugi
tidak selayaknya diamortisasi untuk periode-periode yang akan datang.”

APB dan FASB menentukan bahwa untuk pelunasan dengan atau tanpa
pendanaan sebenarnya sama. Terdapat tiga alternatif dalam menentukan selisih,
yaitu:

1. Selisih diamortisasi selama sisa umur semula utang yang ditarik kembali.
2. Selisih diamortisasi selama umur utang baru diterbitkan
3. Selisih diakui pada saat penarikan dan dilaporkan dalam statement laba-rugi
tahun bersangkutan.

3. Utang Terkonversi

Terdapat utang yang terkonversi atau konvertibel. Utang tersebut dapat


menjadi ekuitas sewaktu-waktu selama masih berlaku. Hendriksen dan van Breda
menyatakan bahwa obligasi terkonversi memiliki karateristik sebgai berikut:

1. Tingkat bunga nominal jauh dibawah tingkat bunga pasar untuk obligasi biasa
yang setara.
2. Harga konversi yang ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar saham biasa
3. Harga konversi tidak pernah menurun selama masa hak konversi kecuali
karena penyesuaian diperlukan akibat pengambilan hak yang melekat pada
saham biasa seperti dalam hal terjadi pemecahan saham atau dividen saham.

4. Penyajian

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan dari yang
paling likuid seperti pada penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menegaskan bahwa
layaknya aset lancar yang disajikan menurut likuiditas, sementara kewajiban disajikan
menurut urutan masa jatuh temponya. Secara klasifikasi, kewajiban jangka pendek
disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi likuiditas kewajiban
perusahaan. Dari segi urutan perlindungan dan jaminan (sequence of protection),
utang yang dijamin pada umumnya disajikan lebih dahulu untuk menunjukkan bahwa
dalam hal terjadi likuidasi utang ini harus dibayar lebih dahulu. Dan juga dari sudut
urutan perlindungan, kewajiban disajikan lebih dahulu daripada ekuitas.

Anda mungkin juga menyukai